Menurut Harimurti Kridalaksana, bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam:
-
komunikasi remi,yakni dalam surat menyurat resmi, pengumuman- pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
-
Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah.
-
Pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah , khotbah dan lain-lain.
-
Pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa dalam empat macam situasi komunikasi di atas itulah kita harus menggunakan ragam bahasa Indonesia baku. Di luar situasi itu kita dapat menggunakan bahasa tidak baku.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
Ciri yang menandai ragam bahasa Indonesia baku adalah sebagai di bawah ini:
a. Pemakaian prefiks me- dan ber- _ bila ada _ secara eksplisit dan konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Banjir menyerang kampung - Banjir serang kampung yang
yang banyak penduduknya itu. banyak penduduknya itu.
- Kuliah sudah berjalan dengan lancar. - Kuliah sudah jalan dengan
lancar.
b. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verbal – bila ada secara eksplisit dan
konsisten . Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidbaku
- Surat Anda sudah saya baca. – Surat Anda saya sudah baca.
- Kiriman itu telah kami terima. - Kiriman itu kami telah terima.
- Surat itu akan kamu simpan di mana ? - Surat itu kamu akan simpan
di mana ?
c. Pemakaian kunjungsi bahwa dan karena – bila ada – secara eksplisit dan
konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia tahu bahwa anaknya lulus. – Ia tahu anaknya lulus.
- Ia tidak percaya kepada semua
orang, karena tidak semua orang jujur. – Ia tidak percaya kepada semua
orang, tidak setiap orang jujur.
d. Pemakaian konstruksi sistematis berikut menandai bahasa Indonesia tidak baku.
Contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak baku
- Ia memberitahukan bahwa adiknya sakit. – Ia kasih tahu adiknya sakit.
- Ia telah membersihkan ruangan itu. – Ia telah bikin bersih ruangan
itu.
- Menurut mereka tragedi itu wajar. – Menurut dia orang tragedi
itu wajar.
- Berapa harganya ? - Berapa dia punya harga ?
-
Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa Indonesia Baku. Contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak baku
- anda, saudara - situ
- dengan - sama
- diberi, memberi - dikasih, kasih
- hari ini - ini hari
- begini, begitu - gini, gitu
- mengapa - ngapain
- bagaimana - gimana
- tidak - nggak
- dimengerti - dingertin
-
Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD). Contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- mesti - musti
- mungkin - mumkin
- panitia - panitya
- pihak - fihak
- asas - azas, azaz
- teladan - tauladan
- hewan - khewan, khayawan
- dipukul - di pukul
- Rabu - Rebo, Rabo
- tradisional - tradisionil
- universal - universil.
-
Pemakaian peristilahan resmi. Contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- acak - random
- sahih - valid
- tataran - level
- perangkat - set
- masukan - input
- keluaran - output
- cindera mata - tanda mata
- peringkat - rangking
- pagu - platon
- kawasan - area
-
Pemakaian kaidah yang baku. Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Hal itu sudah kita pahami - Hal itu sudah dipahami
oleh kita.
- Ibu membelikan adik buku - Ibu membelikan buku adik
- Pengendara sepeda diharap turun - Naik sepeda harap turun
BAB II
EJAAN BAHASA INDONESIA
2.1 Pengertian Ejaan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis menulis yang distandarisasi ; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
2.2 Macam-macam ejaanyang pernah berlaku di Indonesia
2.2.1 Ejaan van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut:
-
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
-
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
-
Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
2.2.2 Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut:
-
Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
-
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
-
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
-
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
2.2.3 Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
2.2.4 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan(EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan danPedoman Umum Pembentukan Istilah.Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut:
Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi
|
Ejaan yang Disempurnakan
|
djalan, djauh
|
jalan, jauh
|
pajung, laju
|
payung, layu
|
njonja, bunji
|
nyonya, bunyi
|
isjarat, masjarakat
|
isyarat, masyarakat
|
tjukup, tjutji
|
cukup, cuci
|
tarich, achir
|
tarikh, akhir
| Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
a : b = p : q
Sinar-X
Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan)
|
di (kata depan)
|
ditulis
|
di kampus
|
dibakar
|
di rumah
|
dilempar
|
di jalan
|
dipikirkan
|
di sini
|
ketua
|
ke kampus
|
kekasih
|
ke luar negeri
|
kehendak
|
ke atas
| Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
Dostları ilə paylaş: |