KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur dengan tulus dipanjatkan ke hadirat Alloh Swt. Karena berkat taufik dan hidayah-Nya.Solawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah tentang Keterampilan dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan dalam Perspektif Islam ini dengan lancar, penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dengan mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Makalah ini ditulis dari hasil yang diperoleh dari buku dan media masa yang berhubungan dengan judul makalah ini. Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk belajar menulis dalam bentuk Karya Ilmiyah ini, tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang telah memberi dukungan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami sangat menyadari bahwa makalah kami masih terdapat kekurangan, maka kami harapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya.Dan mudah-mudahan upaya ini senantiasa mendapat bimbingan dan ridha Alloh Swt. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Kartasura, 15 Oktober 2015
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul
Daftar Isi................................................................................... 2
Kata Pengantar........................................................................... 3
-
Bab 1 Pendahuluan............................................................ 5
-
Latar Belakang......................................................... 5
-
Rumusan Masalah..................................................... 6
-
Tujuan Masalah........................................................ 6
-
Bab II Pembahasan............................................................ 7
1.Hakekat manusia
2.Kedudukan manusia
3.Pengertian manusia sebagai kholifah dan hakikat manusia
4.Pengertian fithrah
5.Hubungan antara fithrah dan pendidikan serta implikasinya
C.Bab III Penutup................................................................. 19
1. Kesimpulan
2. Dasftar pustaka......................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
-
Latar Belakang
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnyamenjadi wujud yang sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra 70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT. Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.
-
Rumusan Masalah
-
Apa pengertian hakekat manusia?
-
Bagaimana kedudukan manusia?
-
Apa pengertian manusia sebagai kholifah dan hakikat manusia?
-
Apa pengertian fitrah?
-
Apa hubungan antara fithrah dan pendidikan serta implikasinya?
-
Tujuan Masalah
-
Kita dapat mengetahui pengertian hakekat manusia
-
Kita dapatmengetahui kedudukan manusia dalam sistem penciptaan
-
Kita dapat mengetahui pengertian manusia sebagai kholifah dan hakikat manusia
-
Kita dapat mengetahui pengertian fitrah
-
Kita dapat mengetahui hubungan antara fithrah dan pendidikan serta implikasinya
BAB II
PEMBAHASAN
-
Pengertian Hakekat Manusia
Menurut bahasa,hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar – benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi sesuatu. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al- Qur’an menerangkan bahwa manusia terbuat dari tanah. Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT1.
Hakekat manusia menurut pandangan umum
Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai prespektif, misalnya prespektif filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spriritualitas Islam atau tasawuf, antara lain :
-
Dalam perspekti filsafat.
Manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, menyimpulkan, membandingkan dan sebagainya. Nalar intelektual itu pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang baik dengan yang jelek, dan antara yang salah dengan yang benar.
-
Dalam perspektif ekonomi.
Manusia adalah makluk ekonomi yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan – persoalan ekonomi. Komunikasi interpersonal untuk memenuhi hajat – hajat ekonomi atau kebutuhan – kebutuhan hidup sangat menghiasi kehidupan mereka.
-
Dalam Perspekstif Sosiologi.
Manusia adalah makhluk yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya.
-
Dalam Perspektik Psikologi
Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa yang merupakan hal yang essensial dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia dapat berpikir, dan berkemauan2.
Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam
Berikut adalah hakekat manusia menurut pandangan Islam :
-
Manusia adalah makhluk Ciptaan Allah SWT.
Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan, yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S Al-Hajj ayat 5 :
“sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani menjadi segumpal dara, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan yang tidak terbentuk, untuk kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”
-
Kemandirian dan kebersamaan.
Setiap manusia memiliki jati diri masing – masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dan psikis di dalam kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusaha untuk mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S Al-A’raf 189 :
“Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”
-
Manusia merupakan makhluk yang terbatas.
Manusia memiliki kebebasan dalm mewujudkan diri, baik sebagai individu maupun makhluk sosial, ternyata tidak dapat melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterbatasan atau keterikatan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada makhluk- makhluk lainnya. Seperti contoh tanggung jawab yang harus dipikul manusia saat berada daam proes penciptaan etiap anak cucu adam yang berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragam tauhid. Firman Allah Q.S Al-A’raf ayat 172 sebagai beikut :
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturuna anak- anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankajh Aku ini Tuhamu?” Mereka menjawab, “ Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”
-
Kedudukan Manusia dalam Islam dan Tujuan Penciptaanya
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi.Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah.Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat.Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai hamba Allah. Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah tuannya, Allah SWT.Esensi dari ‘Abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan.Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan.
Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.
Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah.Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah.Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah.Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba?Apakah janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya.Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akanmeniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?”Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”
Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah.Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya.
Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan.
Makna sederhana dari khalifatullah adalah “pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:
Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu.
“Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”
Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntut ilmu.
-
Pengertian Manusia sebagai Khalifah dan Hakikat Manusia
Menurut Al-Qur’an, manusia menenpati posisi istimewa di alam jagat raya ini.Manusia adalah wakil Tuhan di muka bumi, sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 30:
(٣٠ :لبقرة) خَلِيْفَةًالْاَرْضِفِىجَاعِلٌاِنِّىلِلْمَلَٓاإِكَةِرَبُّكَوَاِذْقَالَ
“Dan ( ingatlah) tatkala Tuhanmu berkata kepada para malaikat sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Kata khalifah diambil dari kata kerja khalafa(خَلَفَ)yang berarti “mengganti dan melanjutkan”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan khalifah orang yang menggantikan orang yang lain. Hal ini menunujukkan bagaimana perumusan kepemimpinan Islam diberi gelar khalifah.Abu Bakar telah menggantikan Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat, maka Abu Bakar telah disebut sebagai khalifah Rasulullah.Dengan mengambil contoh ini maka arti kedua, “melanjutkan” tidak dipakai dan istilah khalifah member pengertian “pengganti” kedudukan Rasulullah.3
Ada tiga interpretasi yang berbeda mengenai siapa mengganti atau mengikuti siapa:
-
Pernyataan bahwa manusia menggantikan spesies lain yang pernah lebih dulu hidup di bumi. Karena yang lebih dulu dari manusia adalah jin, maka manusia adalah khalifah jin di muka bumi.
-
Pernyataan yang menunjuk kepada sekelompok manusia yang menggantikan kelompok lain. Seperti kaum nabi-nabi terdahulu yang digantikan oleh kaum nabi-nabi selanjutnya.
-
Khalifah bukanlah sekedar menunjuk pengertian mengganti atau mengikuti orang lain, namun khalifah di sini adalah khalifah Allah. Mulanya Allah, lalu datang khalifah-Nya yang berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran-ajaran-Nya.4
Jadi hakikat manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini.Manusia harus menyadari perannya sebagai pengelola dan penjaga keseimbangan bumi.Untuk itu manusia memerlukan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam bertindak, agar tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi. Dan ajaran Islam adalah sebagai rahmatan lil alamin, yang artinya Islam adalah rahmat dan keberkahan bagi seluruh alam dan Islamlah yang akan terus menerus menjaga bumi melalui para muslimin yang menjadi khalifah.
-
Pengertian Fitrah secara Bahasa dan Istilah.
Secara bahasa, kata fitrah berasal dari bahasa Arab (bentuk qi-yasan mashdar dari kata fathara-yafthuru-fathran), artinya sifat, asal kejadian, kesucian, kemuliaan, bakat, atau agama yang benar yang semuanya disandarkan kepada manusia. Sedangkan menurut istilah, ada beberapa pendapat yang mendefinisikan fitrah, di antaranya
-
Asy-Syarif Ali bin Ahmad al-Jurjani, sebuah karakter yang senang dalam menerima agama
-
Raghib al-Isfahani, kekuatan dan kemampuan yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk mengenal iman
-
menurut ahli fikih, karakter yang bersifat suci dan asli yang dibawa manusia sejak lahir.
-
ahli filsafat mengartikan sebagai suatu persiapan sebelum lahir ke dunia untuk melaksanakan hukum Allah SWT yang akan mampu membedakan antara hak dan batil
JENIS - JENIS FITRAH
Menurut Syahminan Zaini jenis fitrah itu memiliki banyak dimensinya, seperti berikut :
-
Fitrah agama; Sejak lahir, manusia mempunyai naluri atau insting beragama, insting yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Pencipta dan Maha Mutlak, yaitu Allah SWT. Sejak di dalam roh, manusia telah mempunyai komitmen bahwa Allah adalah Tuhannya
-
Fitrah intelek; Intelek adalah potensi bawaan yang mempunyai daya untuk memperoleh pengetahuan dan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Allah SWT sering memperingatkan manusia untuk menggunakan fitrah inteleknya, misalnya dengan kalimat : afala ta’qilun, afala tatafakkarun, afala tubsirun, afala tadabarun, dan sebagainya, karena daya dan fitrah intelek ini yang dapat membedakan antara manusia dan hewan.
-
Fitrah social; kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok yang di dalamnya terbentuk suatu cirri-ciri yang khas yang disebut dengan kebudayan.
-
Fitrah susila; kemampuan manusia untuk mempertahankan diri dari sifat-sifat amoral, atau sifat-sifat yang menyalahi tujuan Allah menciptakannya.
-
Fitrah ekonomi (mempertahankan hidup); daya manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan upaya memberikan kebutuhan jasmani, demi kelangsungan hidupnya. Maksud fitrah ini adalah memanfaatkan kekayaan alam sebagai realisasi dari tugas-tugas kekhalifahan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
-
Fitrah seni; kemampuan manusia yang menimbulkan daya estetika, yang mengacu padaal-jamal Allah SWT. Tugas pendidikan yang terpenting adlah memberikan suasana gembira, senang dan aman dalam proses belajar mengajar, karena pendidikan merupakan proses kesenian, yang karenanya dibutuhkan “seni mendidik”.
-
Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, kesamaan, ingin dihargai, kawin, cinta tanah air, dan kebutuhan-kebuthan hidup yang lainnya.Semua kebutuhan manusia adalah fitrahnya yang menuntut untuk dipenuhi5.
-
Implikasi Fitrah Dalam Pendidikan Islam
Fithrah manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi.Hubungannya dengan pendidikan, untuk menjadi seorang khalifah yang baik dan mengerti tata aturan dalam mengelola bumi maka manusia perlu belajar. Belajar itulah terjadi proses mendidik dan dididik yang berarti ada yang namanya pendidikan. Baik itu dalam pendidikan keagamaan ataupun pendidikan tentang ilmu pengetahuan.
Manusia ditinjau dari segi fisik-biologis mungkin boleh dikatakan sudah selesai, “physically and biologically is finished”, tetapi dari segi rohani,spiritual, dan moral memang belum selesai, “morally is unfinished.dari segi fisik dan biologisnya manusia hampir sama dengan binatang,dalam arti pertumbuhan dan perkembangannya lebih bayak dipengaruhi oleh proses alam. Tetapi dari segi ruhani, spiritual dan moralnya manusia dapat melawan arus proses alami dan mampu menilai serta mangontrol alam sekitarnya sehigga ia mampu mengadakan adaptasi atau mengubahnnya.
Oleh karena itu fitrah manusia dengan segala potensinya sebagaimana dipaparkan di atas merupakan “conditional statement” (citra bersyarat), dan aktualisasiya menuntut upaya manusia sendiri.
Disamping itu manusia juga mempunyai kebutuhan jasmaniah.Pemenuhan kebutuhan jasmaniah tidak dapat diasumsikan sebagaimana hewan, tetapi lebih dari itu, pemenuhan tersebut harus dikosumsikan harmonis untuk mengaktualisasikan fitrah manusia.Apa pun perbuatan manusia, termasuk didalamnya perbuatan hina, karakteristik manusia tetap dihargai sebagai manusia bukan diidentifikasikan dengan hewan, walaupun seperti (perbuatan) hewan dari segi fisiknya, tetapi substansinya berbeda.
Pernyataan tersebut dipertegas dalam firman Allah SWT. Dalam surat Al-A’raf : 179. Yang artinya
“mereka mempunyai hati, tetapi tidak untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakan utuk mendegar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih hina lagi mereka itulah orang-orang lalai.”
Ayat tersebut mempunyai tiga implikasi hakikat manusia yaitu:
a. Manusia mempunyai berbagai potensi (untuk memahami, melihat, dan mendengarkan) yang tidak mungki diberikan pada hewan.
b. Apabila manusia tidak mempergunakan berbagai potensi tersebut, ia akan kehilangan sifat kemanusiaannya (isaniah), sehingga ia seperti hewan (huruf kaf mempunyai arti tasybih yang berarti menunjukkan kesamaa sifat, bukan menunjukka kesamaan subtansinya).
c. Perubahan sifat mulia kea rah sifat hina dikarenakan keteledoran manusia, yakni sifat gufl (lalai)-nya6
BAB III
PENUTUP
-
Kesimpulan
Hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Tetapi terapat dua udut pandang yang dapat digunakan untuk memahami apa hakekat manusia itu, yaitu dari pandangan umum dan pandangan islam.
Hakekat manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam – macam, seperti dalam perspektif filsafat, persektif ekonomi, perspektif sosiologi, dan perspekti psikologi.
Hakeka manusia menurut pandangan islam :
-
Manusia adalah Makhluk ciptaan AllahSWT
-
Kemandirian dan kebersamaan
-
Manusia merupakan makhluk yang terbatas
Manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan.
Fitrah berasal dari bahasa Arab (bentuk qi-yasan mashdar dari kata fathara-yafthuru-fathran), artinya sifat, asal kejadian, kesucian, kemuliaan, bakat, atau agama yang benar yang semuanya disandarkan kepada manusia.
-
Daftar Pustaka
AhmadNorma (ed.). 1997. Hakikat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadari Nawawi. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Solihin, Mukhtar& Rosihon Anwar. 2005. Hakikat Manusia “ Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan Diri, dan Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Jacob & Basid Wahid. 1984. Evolusi Manusia dan Konspsi Islam. Bandung: Risalah.
http://ulmyee-poetra.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-fitrah-secara-bahasa-dan-istilah.html
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1990. Teori- teori Pendidikan Berdasarkan al-qur’an. Jakarta: Rineka Cipta.
Dostları ilə paylaş: |