Kenapa Alm. Gus Dur Suka Menziarahi Makam “Keramat”
Dalam salah satu postingan group di FB ” Kongkow Bareng Gus Dur” mengungkap, mengapa dulu semasa hidup Alm KH. Abdurrahman Wahid, Mantan Presiden, Mantan Ketua Umum PBNU 2 periode dan segudang sebutan lain yang melekat padanya, selalu menziarahi makam “keramat” tertentu, yang bagi kalangan nahdliyin dipercayai sebagai wali atau orang sholeh. Mereka para “Wali Songo” itu misalnya, dan beberapa lainnya yang dipercayai sebagai wali, adalah orang yang dianggap berjasa menyebarkan agama Islam di Nusantara, termasuk penerusnya yang dengan perjuangan dan kelebihan luar biasa yang dimiliki secara keilmuan dan keshalehannya, telah membumikan Islam di Indonesia.
Jawaban Gus Dur kala itu sederhana ” Saya menziarahi mereka, karena saya meyakini bahwa mereka sudah tidak punya kepentingan lagi“. Jawaban ini bagi saya merupakan bentuk jawaban cerdas dari Gus Dur, bahwa praktik ziarah kubur itu nilai philosofinya adalah bentuk penghargaan dan pengakuan atas perjuangan mereka, dan sepantasnya kita yang masih hidup menghormati dan mengakuinya dengan berziarah ke makamnya untuk berkirim do’a walau sekedar bacaan surat Al-Fatihah.
Gus Dur seakan menjawab kritikan dan sinisme mereka yang anti ziarah kubur, yang beranggapan bahwa mereka yang berziarah kubur itu musyrik, karena meminta sesuatu “berdo’a” pada orang yang sudah meninggal. Padahal bisa apa orang yang sudah meninggal. Seolah menduakan Allah SWT.
Padahal, saya, dan mungkin orang-orang yang biasa berziarah kubur ke makam orang tua, makam para wali, makam orang-orang Sholah, niatnya adalah tabarruk dengan segala perjuangan menyebarkan Agama Islam, tabarruk dengan segala kesalehannya. Dan pengakuan atas hal itu, kita berdo’a pada Allah agar arwah Almarhum mendapatkan tempat yang layak disisiNya.
Di Daerah saya ada Makam Keramat, tempat peristirahatan terkahirnya Syech Abdul Muhyi Pamijahan. Seorang penyebar Agama Islam di Daerah Priangan. dalam waktu-waktu tertentu suka ramai dikunjungi rombongan penziarah. Di Tengah Situ Panjalu Ciamis ada juga Makam Syech Said Ali, yang semenjak di ziarahi Alm Gus Dur, kini berbondong-bondong orang dari berbagai daeah juga menziarahinya, karena beliau juga termasuk pejuang Islam yang kala itu berhasil menaklukan Raja Pajajaran. Dan banyak lagi Makam-makam para “wali” yang biasa dikunjungi oleh rombongan ummat Islam. Di Cirebon, Banten dan Sepanjang pulau Jawa Hingga Madura.
Satu hal yang penting, jika kita hendak berziarah. Ingatlah apa kata Gus Dur tadi, mereka sudah tak punya kepentingan, dan kita yang datang jangan bawa kepentingan. Luruskan saja niat hendak tafakkur dan tadabbur atas segala perjuangan dan keshalehan mereka. Kita berkirim do’a dan bacaan-bacaan apapun yang memang kita yakini dan niatkan pahalanya untuk mereka. Kita hanya meminta pada Allah SWT semata, jika kita memerlukan wasilah tabarruk atas segala keistimewaan mereka, yakinlah bahwa Allah lebih mengetahui apapun yang tersirat dalam hati dan bathin kita.
Rasulullah SAW sendiri awalnya pernah melarang melakukan ziarah kubur, karena dikhawatirkan akan tercipta praktik kemusyrikan. Namun kemudian Rasul memerintahkan lagi ” Nahaitukum an ziaratil kubri, fazuuruuha” Aku melarang kalian ziarah kubur, berziarahlah”. Sebuah hukum yang awalnya larangan, lalu kemudian diperintahkan, maka hukumnya menjadi mubah (boleh). Karena dalam ziarah kubur itu kita bisa mengambil I’tibar, mengingatkan kita akan kematian. Bahwa semua kita pun akan mengalami nasib yang sama. Dimasukan ke dalam kubur.
Sehigga dari sana kita akan diingatkan untuk terus memperbaiki kualitas hdup kita, meningkatkan ketaatan dan pengabdian kita kepada Tuhan. Jangan sampai kita terkena penyakit Wahn, yaitu penyakit “Hubbuddunya Wakaraahiatul Maut” terlalu mencintai dunia dan membenci kematian. Padahal kematian merupakan sesuatu yang pasti.
Lalu apakah bacaan dan Do’a yang kita sampaikan kepada mereka yang berada di alam kubur akan sampai kepada mereka? Saya yakin sampai. Bukankah ada hadist nabi mengatakan ” Apabila meninggal Anak Adam, maka putuslah amalnya kecuali 3 hal: Shadaqoh jariah, Ilmu yang bermanfaat, serta do’anya anak yang sholeh”. Tak percaya? silahkan mati duluan ya, nanti kabari saya…hehehe
Gus Dur Dibilang Kafir Musyrik, Jasadnya Tetap Utuh Setelah Dikubur Setahun Lebih
Selama ini Gus Dur dikenal sebagai mantan Ketua PBNU, juga Mantan Presiden RI adalah sosok yang sangat dikenal di seluruh dunia, baik di Barat dan Timur. Tokoh yang bersahaja ini juga dikenal keshalihannya, sifat kasih sayangnya kepada sesama manusia diakui di seluruh dunia. Dia juga dijuluki Guru Bangsa Indonesia. Walaupun demikian tidak ada manusia yang benar-benar sempurna di mata semua orang. Selalu ada pihak yang membencinya, sampai-sampai ada penganut sekte agama (Salafy/Wahabi) yang terang-terangan berteriak mengafirkan bahkan memusyrikkan mantan Presiden RI ke-empat ini.
Tapi ingatlah wahai para pembaca yang budiman, ada peribahasa yang mengatakan: Becik Ketitik Olo Ketoro, yaitu yang baik akan terdeteksi dan yang buruk pun akan kelihatan. Terbukti Gus Dur Walaupun dikafir-musyrikkan oleh mereka yg membencinya, tetapi Jasadnya tetap utuh setelah dikubur setahun lebih.
Ini membuktikan bahwa Gus Dur bukan seperti yang mereka sangkakan tentang kekafiran dan kemusyrikannya. Karena Jasad tetap Utuh setelah dikubur setahun adalah pertanda Jasad Gus Dur dijaga dari kehancuran oleh sang Mahakuasa Allah Swt.
Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Allah suargo manggone
Utuh mayite ugo ulese
(Saat tiba pada akhirnya
Tidak tersasar roh dan sukmanya
Disanjung Allah surga tempatnya
Utuh mayatnya juga kafannya)
(Bait terakhir "Syi'ir Tanpo Waton" karya Gus Dur)
fakta inikah maksud dari perkataan Syeikh Nadzim: Ketika dulu ditanya apakah Gus Dur seorang wali apa bukan, beliau menjawab lihat saja nanti di akhir hayatnya (setelah meninggal).
Kini terbukti, ternyata jasadnya masih tetap utuh setelah dikubur setahun lebih!
Dostları ilə paylaş: |