Konsorsium sertifikasi guru



Yüklə 3,94 Mb.
səhifə11/45
tarix06.08.2018
ölçüsü3,94 Mb.
#67442
1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   ...   45

Contoh pertanyaan :

1. Pertanyaan mencari informasi:

Di mana letak Segitiga Bermuda?

2. Pertanyaan memanfaatkan pengetahunan:

Penjelasan yang diberikan oleh penulis tentang peristiwa Segitiga Bermuda mana yang menurutmu paling mungkin?

3. Pertanyaan yang menciptakan sesuatu yang baru/memberikan pendapat: Sependapat atau tidak dengan kesimpulan yang ditarik oleh penulis artikel ini, bahwa “Takhayul atau bukan, tidak jadi soal”? Berikan alasan atas pendapatmu.


Tabel 3.13.

Tugas/Kegiatan Yang Sesuai Untuk Masing-masing Jenis Organisasi




Pengorganisasian kelas

Jenis kegiatan seperti apa?

Klasikal: seluruh kelas mengerjakan hal

yang sama






Kelompok: sekelompok siswa mengerjakan

satu tugas bersama sama






Perorangan: anak mengerjakan tugas sendiri

sendiri





Tabel 3.14

Mengidentifikasi Kegiatan Yang Harus Dikerjakan Secara Klasikal, Kelompok Atau Individu


No

Kegiatan pembelajaran

Pengelolaan kelas

Alasan

Klas

klp

indv

Alasan

1

Mendengarkan instruksi guru













2

Menggunakan thermometer













3

Mencari kota-kota di peta













4

Melaporkan hasil tugas













5

Membuat diagram alir













6

Curah pendapat tentang

tsunami














7

Menceritakan pengalaman

waktu kecil















8

Meragakan tokoh cerita













9

Menulis cerita













10

Mengerjakan soal-soal

matematika halaman 60















11

Memperkirakan luas ruang

kelas













TIPS” MEMILIH BENTUK ORGANISASI KELAS YANG SESUAI




  • Tugas yang tidak sesuai dikerjakan kelompok diberikan pada kelompok: misalnya 8 anak menulis satu cerita padahal satu anak yang menulis dan yang lain tidak melakukan apa-apa

  • Satu pertemuan belajar bisa memakai beberapa jenis pengelolaan kelas tergantung dari apa yang diinginkan dari siswa.

  • Pemberian instruksi tugas pada awal pembelajaran harus klasikal karena penting bagi semua anak untuk mendengar hal yang sama

  • Anak perlu membahas ide-ide cerita dalam kelompok karena bertukar pikiran itu penting bagi anak. (memanaskan pikiran kalau ditukar)

  • Menulis cerita/laporan dilakukan perorangan karena penting bagi anak untuk mengekspresikan diri

  • Memberikan umpan balik tentang cerita/laporan yang telah ditulis dilakukan dalam kelompok supaya anak lebih berani mengeluarkan pendapat dan peluangnya juga lebih banyak.

  • Pemindahan kursi untuk kerja kelompok belum berarti bahwa itu sebagai indikator kerja atau belajar kelompok yang efektif

  • Untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta, fasilitator perlu memperhatikan dan praktik langsung tentang penataan kursi, peran setiap anggota kelompok, pengaturan waktu, tugas antar individu untuk menciptakan saling ketergantungan positif antar peserta.

  • Untuk menguatkan pemahaman peserta, perlu diperhatikan dan disampaikan alasan- alasaan pengelompokan.


Fasilitator harus menekankan bahwa ini adalah salah satu jenis kerja kelompok, dimana seluruh anggota kelompok terlibat dalam menghasilkan produk tersebut.
1. Menulis cerita kelompok.


  1. Setiap anggota kelompok memilih sebuah topik yang menarik untuk membuat cerita secara berkelompok, misalnya gempa bumi di Jakarta, pesawat Garuda mendapat masalah di atas pelabuhan udara Jakarta, semua menteri pemerintah dikejutkan oleh penyakit serius yang misterius, dan lain-lain.

  2. Setiap anggota kelompok menulis judul cerita yang mereka pilih serta tiga kalimat pertama untuk mengawali cerita.

  3. Anggota kelompok memutar cerita mereka ke arah kiri mereka. Setiap anggota yang menerimanya harus melanjutkan cerita. Setiap anggota memiliki waktu dua menit untuk membaca dan menulis

  4. Jika sudah selesai, kelompok berbagi cerita dan memilih salah satu cerita untuk dibacakan di kelompok.


Perluasan/kegiatan tambahan: Anggota-anggota kelompok menyunting cerita tersebut untuk memangkas panjangnya dan meningkatkan kualitas ceritanya.
Peran dalam kelompok:

Ketua: Harus menerangkan kegiatan-kegiatan, berusaha agar kelompok tetap terlibat dalam tugas. Membantu membuat keputusan.

Penjaga waktu: Harus memberitahu anggota kelompok untuk saling bertukar dan melanjutkan cerita setiap dua menit. Ketika ceritanya berkembang kian panjang, si penjaga waktu bisa menambah menjadi tiga menit, untuk memberi waktu membaca ulang dan menulis.

Pelapor: membaca cerita yang dipilih di kelompok tersebut.
2. Merumuskan Pertanyaan secara Kooperatif

  1. Tiap kelompok diberi sebuah artikel/bacaan, tiap anggota kelompok menerima bahan tersebut jika mungkin;

  2. Secara perorangan, anggota merumuskan 5 pertanyaan, berkait dengan artikel tersebut, 1 pertanyaan pada sehelai pita kertas∗; kemudian menempatkannya di tengah meja. Peserta harus merumuskan pertanyaan yang baik dan bervariasi, missal meliputi pertanyaan tingkat rendah dan tinggi serta tertutup dan terbuka, seperti yang telah dipelajari pada sesi “keterampilan bertanya”;

  3. Setelah terkumpul, kelompok mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan itu dan memilih satu bila ada yang sama. Kelompok harus memutuskan/memilih 10 pertanyaan seakan-akan untuk lembar kerja bagi siswa berkaitan dengan artikel itu. Kelompok harus mendiskusikan pertanyaan mana yang harus dipertahankan dan mana yang dibuang dengan alasan apa;

  4. Bila 10 pertanyaan sudah diputuskan untuk dipilih, tulis pertanyaan itu pada kertas lebar sebagai hasil kelompok. Di kelas, pertanyaan dan artikel itu dapat diberikan kepada kelompok lain untuk dijawab;


Peran dalam Kelompok

Ketua : menjelaskan tugas, mengawasi anggota agar tetap bekerja.
Pemimpin diskusi:

  • memimpin diskusi tetapi tidak mengambil keputusan.

  • Mengontrol anggota sehingga masing-masing memberi komentar

dan memiliki kesempatan utk berbicara.


Pencatat : menulis 10 pertanyaan terpilih.
Bagaimana kegiatan ini diterapkan di kelas?
Lampiran

Bahan untuk Menyusun Pertanyaan Secara Kooperatif
KISAH SUARSIH

Oleh Zackir El Makmur

Almarhum Pak Haji Metong mempunyai 8 rumah kontrakan. Setiap rumah terdiri dari 3 kamar dan dikontrakkan tiap bulannya Rp. 65.000,00. Suarsih, bersama anaknya berusia satu setengah tahun, tinggal di salah satu rumah itu. Sambil mengasuh anaknya, ia membuka warung makanan dan jajanan goreng-gorengan. Hasilnya lumayanlah, bisa membeli susu untuk anaknya. Tetapi kini, sejak Pak Haji Metong meninggal dua bulan yang lalu, istrinya menjual semua rumah, termasuk rumah inti yang ditempati keluarga tersebut. Pembelinya, orang Kampung Baru yang biasa dipanggil Bu Tati. Halaman rumah Bu Tati yang luas dan berpagar tinggi empat meter, yang berada persis di samping rumah Pak Haji Metong itu, karuan saja bertambah luas. Penduduk kampung banyak yang memuji-muji kekayaan Bu Tati, tetapi semua orang belum pernah melihatnya karena dia selalu mengendarai mobil mewah dengan kaca gelap. Suarsih tidak peduli siapa pemilik rumah kontrakan itu. Toh buatnya, tetap saja ia bakal menunaikan kewajibannya membayar uang kontrakan, dan dia bisa menempatinya dengan nyaman. Dengan berdagang kecil-kecilan di rumah kontrakan ini, dia bisa merawat Anto dengan lebih tertib daripada waktu dia masih menjadi buruh cuci. Selain itu, ia juga bisa menyambut sang suami yang kadang pulang, kadang gilir ke rumah istri tuanya. Pokoknya, rumah dalam pengertian Suarsih adalah semacam sarang menentramkan. Tidak peduli sekalipun rumah itu rombeng atau rumah kontrakan. Pengertian Suarsih memang kelewat sederhana. Sebab ia tahu betul bahwa tinggal di Jakarta kalau mau dapat lingkungan rumah mentereng harus punya duit banyak. Tanpa itu cuma mimpi Kadang-kadang, Suarsih juga sempat mengkhayal, seandainya ia jadi Bu Tati. Rumah gedong, pembantunya empat, mau apa saja tinggal bilang, segalanya ada yang melayani dan tersedia, dan dipuji-puji warga. Ketika sadar, segera ditepiskan khayalannya itu. Dia sudah cukup bersyukur dapat menempati rumah kontrakan yang sangat sederhana. Tetapi, kenyamanan dan kebahagiaannya itu hanya sekejap. Sebab, apa yang semula Suarsih anggap bahwa siapa pun pemilik rumah kontrakan yang ia tempati itu tidak akan

mengusik keadaannya, ternyata keliru. Bu Tati pemilik baru rumah-rumah kontrakan itu mau meratakannya karena akan membangun taman dan kolam renang di situ. Semua penghuni rumah kontrakan itu menjadi gelisah dan risau.

“Kenapa risau? Cari saja tempat lain.” Ujar Bu Tati enteng saja. Suarsih cuma tarik nafas. Baru kali ini dia bertemu muka dengan orang yang namanya di puji-puji orang sekampung itu. “Setidaknya saya butuh waktu, Bu”, jelas Suarsih pelan. “Secepatnya sajalah”, gampang saja Bu Tati berkata. “Baik, Bu,” jawabnya pelan. Sambil menggendong anaknya Suarsih menelusuri wilayah itu untuk mencari rumah kontrakan baru. Semua tempat yang banyak rumah kontrakan ia datangi. Tidak ada yang cocok, yang sesuai dengan kemampuannya. Dan hal ini membuatnya makin risau saja. Apalagi Bu Tati mendesak terus menyuruh pindah karena ia dianggap mengulur-ulur waktu saja.





  1. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

Memahami Model Terkait, Model Terjala dan Integrasi dalam Pembelajaran Seni Terpadu.
1. Tujuan Pembelajaran

Penyusunan bahan ajar implementasi pendekatan tematik dalam Model Pembelajaran Seni Terpadu untuk SMP/MTs ini pada dasarnya merupakan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, kompetensi yang ingin dicapai diantaranya :

a. mampu memahami segi konseptual Pembelajaran Terpadu khususnya model Terkait, model Terjala/Tematik dan model Integrasi/Terpadu;

b. mampu merancang pusat minat atau fokus pembelajaran dalam pembelajaran Seni Terpadu sesuai SK-KD dalam Kurikulum, minat dan perkembangan anak;

c. mampu menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) sesuai dengan model pembelajaran Seni Terpadu yang bersifat kontekstual;

d. mampu mengimplementasikan pendekatan tematik dalam praktik pembelajaran Seni Terpadu di jenjang pendidikan menengah.


2. Uraian Materi

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Standar Isi kurikulum yang digunakan saat ini merupakan hasil refleksi, pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan.


Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615). Pendekatan antar atau lintas disiplin ilmu ini diintegrasikan melalui suatu pusat minat atau fokus kajian yang muncul dari adanya konsep atau prinsip yang sama dalam satu bidang ilmu atau bidang ilmu yang serumpun atau lintas bidang ilmu yang berbeda (Fogarty, 1991).
Melalui pembelajaran Seni Terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara penyajian pengalaman belajar yang dirancang guru secara kreatif sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan hasil pembelajaran bagi para peserta didik.
Keragaman pengalaman belajar yang secara nyata menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual, keterampilan dan perilaku akan menjadikan proses belajar lebih bermakna. Keterkaitan konseptual yang dipelajari antar atau lintas bidang ilmu Seni yang relevan akan membentuk skema kognitif yang bersifat holistik. Sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Keutuhan belajar tentang Seni, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena budaya hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran Seni Terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam bidang Seni dapat dikemas secara integratif dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran Seni Terpadu, suatu konsep atau tema dapat dibahas dari berbagai aspek bidang kajian Seni dan bidang ilmu lainnya yang relevan. Misalnya tema ”Bencana Alam” dapat dibahas secara luas segi konseptualnya dari sudut IPA, lalu dapat pula dieksplorasi segi kreativitasnya melalui beragam bidang Seni (seni tari, seni musik, seni tari dan bidang seni lainnya) dan direfleksikan makna peristiwanya dari sudut IPS dan Agama.
Pembahasan tema juga dimungkinkan terbatas hanya pada beberapa aspek tertentu saja. Dengan kata lain cakupan bahasan materi pembelajarannya dapat dirancang luas atau sempit sesuai dengan kebutuhan belajar dan tingkat perkembangan anak serta muatan kurikulumnya. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep atau prinsip yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.
Dalam pelatihan ini akan dipelajari tentang pendekatan tematik dan bagaimana merencanakan implementasinya di sekolah dasar maupun menengah. Penerapan model pembelajaran terpadu ini merujuk pada teori dan konsep keterpaduan dari Robin Fogarty (1991). Dalam bukunya yang berjudul The Mindful School: How to Integrate the Curricula, ia mengembangkan 10 macam model pembelajaran terpadu yang dikelompokkan dalam 3 kategori yakni : 1) Keterpaduan dalam satu disiplin ilmu, 2) Keterpaduan lintas beberapa disiplin ilmu dan 3) Keterpaduan dalam dan lintas pelaku pembelajaran. Untuk kategori Keterpaduan dalam satu disiplin ilmu ada 3 model yaitu : Fragmented, Connected, Nested. Sedang untuk kategori Keterpaduan lintas beberapa disiplin ilmu ada 5 model yaitu: Sequence, Shared, Webbed, Thread dan Integrated. Untuk kategori Keterpaduan dalam dan lintas pelaku pembelajaran ada 2 model yaitu: Immersed dan Network.
Selanjutnya dalam pelatihan ini peserta hanya akan menelaah secara mendalam 3 model pembelajaran terpadu yang diterapkan di sekolah, yaitu: model Connected (Terkait), model Webbed (Terjala/ Tematik), dan model Integrated (Integrasi/Terpadu). Ketiga jenis model pembelajaran terpadu ini lazim digunakan di berbagai jenjang pendidikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Implementasinya dalam pembelajaran di kelas perlu memperhatikan prosedur perencanaan dari setiap model pembelajaran karena karakteristiknya yang berbeda sesuai dengan kategori keterpaduannya.
Materi pembelajaran Seni Terpadu secara khusus akan menguraikan 3 model pembelajaran terpadu yakni : model Connected (Terkait), model Webbed (Terjala) dan model Intergrated (Integrasi/Terpadu) berikut dengan perencanaan prosedur pembelajaran Seni Terpadu di sekolah dan latihan-latihan pembelajaran yang tertuang dalam beberapa Lembar Kerja. Berikut ini deskripsi uraian materinya :
a. Model Connected (Terkait)

Model Connected atau Terkait merupakan model pembelajaran terpadu yang paling sederhana polanya. Model ini menekankan pada hubungan keterkaitan yang eksplisit antara satu topik dengan topik lainnya; satu konsep dengan konsep lainnya; satu keterampilan dengan keterampilan lainnya; keterkaitan suatu pekerjaan atau ide/gagasan yang berkelanjutan (Fogarty, 1991). Inti dari model pembelajaran ini adalah upaya terencana dalam merancang keterkaitan hubungan beberapa konsep atau topik di dalam satu bidang ilmu.


Para guru atau pengajar umumnya telah menerapkan model pembelajaran ini dalam pembelajaran di kelas namun acapkali hal tersebut dilakukan secara tidak disadari dan belum terencana dengan baik dalam Silabus dan RPP. Oleh karenanya implementasi model ini dalam pembelajaran sesungguhnya lebih mudah dilakukan, khususnya bagi para guru/pengajar pemula dalam pembelajaran terpadu. Dalam implementasinya perlu diperhatikan bahwa prosedur perencanaan pembelajaran dengan model Terkait akan berbeda dengan pendekatan konvensional yang umumnya hanya menguraikan pengetahuan tentang konsep-konsep, topic-topik bahasan secara terpisah.
Rancangan model Terkait dalam pembelajaran terpadu dapat dijelaskan melalui bagan berikut ini :

__________________

(topik, unit, konsep)

_______________________

(konsep, keterampilan, sifat)

__________________

(topic, unit, konsep)

Gambar 3.7. Bagan Model Terkait (Adaptasi dari Fogarty, 1991)


Pada bagan di atas terlihat bahwa keterkaitan antara topik, unit, konsep yang berbeda dalam satu disiplin ilmu dihubungkan oleh satu fokus pembelajaran yang dikembangkan dari suatu konsep atau keterampilan atau sikap yang merupakan materi pembelajaran dalam satu disiplin ilmu. Sebagai contoh, guru Seni Budaya di sekolah menengah dapat mengaitkan materi bahasan Seni Rupa dengan materi bahasan Seni Musik dengan fokus pembelajaran tentang konsep ’Unsur Seni’. Peserta didik dapat mengkaji kedua pokok bahasan tersebut secara khusus dan selanjutnya memahami hubungan keterkaitan yang eksplisit diantara keduanya.
Dalam mengimplementasikan model Terkait seorang guru atau pengajar selain penting mempelajari dan memahami karakteristik bagan perencanaannya, ia harus pula memahami berbagai keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada model tersebut.
Keunggulan

  • Keterlibatan peserta didik dalam mengkaji hubungan keterkaitan yang terdapat dalam satu disiplin ilmu akan membantu dirinya mampu memahami suatu konsep secara komprehensif dan menyeluruh sama baiknya dengan pemahamannya tentang suatu aspek yang lebih khusus.

  • Secara bertahap konsep-konsep inti yang dipelajari peserta didik semakin berkembang dan bermakna.

  • Kemampuan peserta didik dalam melihat hubungan keterkaitan antara ide-ide secara eksplisit akan menjadikan dirinya lebih kritis dan mampu mengkaji kembali, mengkonsep ulang, mengedit dan mengasimilasikan ide secara bertahap.

Kelemahan



  • Penyajian pembelajaran antar satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya masih terpisah. Oleh karenanya peserta didik hanya memahami hubungan keterkaitan dalam satu bidang ilmu saja walau lebih rinci.

  • Motivasi guru/pengajar untuk membina kerjasama dengan guru/pengajar lain dalam team teaching kurang terpacu sehingga sulit dikembangkan model keterpaduan lainnya yang membutuhkan kerjasama tim yang baik dan kompak.

Rambu-Rambu



  • Tidak semua konsep pada materi bahasan yang berbeda dalam satu disiplin ilmu harus saling dikaitkan. Lakukan kajian terhadap beberapa materi bahasan dalam kurikulum mengenai konsep, topik, unit yang memiliki hubungan keterkaitan.

  • Pilih secara cermat kesamaan konsep, topik, unit yang dapat dijadikan ide-ide keterkaitan yang eksplisit atau nyata sebagai fokus pembelajaran dalam satu disiplin ilmu.

  • Ide-ide keterkaitan yang nyata hendaknya dikembangkan dengan mempertimbangkan karakteristik bidang ilmunya, karakteristik peserta didik (tingkat perkembangan dan gaya belajar), minat dan kondisi lingkungan sekitar.

  • Kembangkan keterkaitan antara konsep, topik, unit dalam materi bahasan di semester 1 dengan semester 2 sesuai dengan SK-KD dalam Kurikulum.

  • Kembangkan keterkaitan antara konsep, topik, unit dalam materi bahasan yang berbeda secara intensif agar pembelajaran dalam satu disiplin ilmu dapat dipahami secara rinci dan mendalam.

  • Perhatikan pemilihan fokus pembelajaran agar tidak sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan kompetensi apresiasi (sikap) dan kreasi (keterampilan) yang memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik.


Yüklə 3,94 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   ...   45




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin