Ia diam. Lalu, ia menepuk-nepuk pundakku. “Kau sudah membahagiakannya di saat-saat terakhirnya. Ia pasti bangga padamu…”
Aku tersenyum, memegang tangannya yang menepuk pundakku, lalu menatapnya. Gadis ini. “terimakasih…”
Ia membalas senyumanku. Sangat manis.
Hening beberapa saat.
“KyungSoo….”
“Ya….”
Ia tersenyum lagi padaku. “Yang kemarin….”
“Iya?” tanyaku lagi. Aku benar-benar menantikannya.
“Ya….”
~***~
[EXO in Love] Luhan — Cinderella Man
Cinderella Man
Author : Sasphire
Main cast : Lu Han, Lee Na Hyun (OC)
Ratting : Teen, General
Genre : Romance
Length : Oneshoot
Contact : FB | Twitter | Wallpaper Gallery
Warning : many typo here, n please don’t bash me… if u bash me, better u never comment my FanFic
Enjoy ^^
~*Nahyun PoV*~
“Ayah… Ibu… Kalian sudah gila…” desisku saat di meja makan. “Kenapa harus mengadakan Sayembara untuk mendapatkan kekasihku?”
“Kau ini putri raja Nak…. Kita harus mendapatkan pria terbaik untukmu….”
“Memangnya Ayah yakin, yang akan datang di pesta yang jadul seperti ini adalah para pangeran berkuda putih yang baik hati?” ucapku sinis. “Bagaimana jika yang ada malah para lelaki buruk yang hanya mementingkan harta yang datang malam ini?”
“Nahyun!!” bentak Ayah.
Aku meresponsnya setengah hati. Tak ada rasa takut dalam hatiku. “Yah… umurku masih 17 tahun. Kenapa harus seperti ini hanya untuk seorang kekasih? Lagipula, aku masih ingin menikmati masa mudamu….”
“Nahyun… jangan salah paham…”
Aku menoleh ke arah ibu. “Apa?”
“Kami mengadakan sayembara ini hanya untuk membantumu mendapatkan kekasih. Kalau kau tak cocok, kita buat sayembara serupa setahun kemudian….”
“Jadi, Ayah dan ibu tidak mencarikan suami…”
“Kau masih muda nak…. Menikah muda itu tak enak…” sergah Ayahku cepat. Aku bernafas lega.
“Untunglah….”
~*Luhan PoV*~
“Kau ingin ikut Sayembara itu?” ucap Tao. Matanya membulat sempurna saking kagetnya. Mungkin sebentar lagi matanya akan lepas dari wajahnya.
“Memang kenapa?” tanyaku santai.
“Kau ‘kan, playboy. Buat apa ikut sayembara seperti itu?”
“Ehm….” Aku tersenyum nakal, lalu menyandarkan punggungku ke sofa. “Entahlah…”
“Hah??!” pekiknya lagi.
“Mungkin, menguji kemampuanku sebagai Playboy….” Aku tersenyum lagi padanya. “Putri raja yang bernama Lee Na Hyun itu perfeksionis ‘kan? Kalau aku bisa memikat hatinya, berarti aku sempurna ‘kan?”
“Heh! Dasar!!” ucap Tao. “Jika aku jadi kau, aku malah merasa malu. Mana mungkin seorang Flamboyan ikut Sayembara seperti ini? Terlihat kalau orang yang mengikuti sayembara itu adalah lelaki yang tak laku!!”
“Berarti kau harus ikut juga….” Ucapku, berusaha meledeknya agar tak melanjutkan omong kosongnya. “Kau kan lelaki yang tak laku? Belum pernah punya pacar ‘kan?”
Ia mendelik, lalu pergi meninggalkanku. Sukses membuatnya bungkam.
~***~
Malamnya….
Walau tadi aku merasa risih atas apa yang di katakana Tao, tapi aku memikirkannya dengan baik. Aku ‘kan Flamboyan, kenapa aku harus mengikuti sayembara ini?
Aku menyiasatinya.
Pesta malam itu adalah pesta kerajaan seperti biasa. Semuanya pasti akan memakai pakaian ala pangeran. Aku memakai pakaian berwarna merah dengan lencana di kedua bahunya, untuk menyelipkan jubah hitam di bagian belakang tubuhku.
Dan aku memakai topeng hitam yang menutupi sebagian wajahku.
Aku bisa berangkat ke pesta itu dengan tenang…..
~*Nahyun PoV*~
“Kenapa kau tak berdansa dengan lelaki yang ada nak?” Ayah menepuk pundakku. Aku menoleh ke arahnya, tersenyum tipis.
“Tak ada yang menarik…” desisku.
“tapi, mereka semua tampan. Mereka juga terlihat baik..”
Baik menurut Ayah, belum tentu baik untukku ‘kan?
“Baiklah… silahkan cari yang menurutmu pantas untukmu…”
Sekali lagi, aku hanya tersenyum tipis.
Aku melihat beberapa pasang wanita dan pria yang berdansa di atas lantai Ballroom ini. Mereka tersenyum riang. Yah. Wanita-wanita itu adalah pembantu dan pelayanku. Aku tak ingin mereka merasa bosan di kerajaanku, jadi ku belikan gaun indah untuk mereka gunakan malam ini.
Aku baik ‘kan?
Tambah lama aku malah merasa bosan dengan acara ini.
“Wanna dance with me?”
Dia…
Padahal memakai topeng mata, tapi kenapa ia masih terlihat tampan?
Bibirnya yang ranum, serta kilatan mata mesra yang menarikku masuk ke dalam suasana.
Tapi maaf, aku tak bisa mendeskripsikan tentang hidungnya, tertutup oleh topeng hitamnya.
“Hey, Princess….”
Ucapannya yang lembut barusan membuyarkan lamunanku. Aku melihat tangan kanannya menengadah padaku. Ku sambut halus tangan itu, lalu kami mulai berdansa di atas lantai ballroom, seperti lainnya.
Kami –atau mungkin hanya aku diantara kami—terhanyut dalam music biola yang mengiringi kami. Ia terus-terusan memasang senyum tipisnya yang terlihat indah dan terasa hangat bagiku. Aku pun membalas senyumannya.
Walau aku merasa nyaman berada di dekatnya, namun aku masih malu untuk memulai pembicaraan padanya. Aku takut merusak suasana. Biarkan saja suasana seperti ini terus berlanjut. Aku tak ingin berakhir begitu saja.
Oh, apakah ini yang disebut ‘jatuh cinta’?
“Now, baby…” bisiknya, membuyarkan lamunanku tentang keindahan wajahnya lagi. Kedua tanganku segera memegang pundaknya, dan ia memegang pinggangku, lalu mengangkatku. Serempak dengan pasangan dansa yang lain.
Lalu kembali ke gerakan kami yang awal. Kali ini, ia memperlebar senyumnya yang tipis.
Ah, aku semakin terpesona dengan ketampanannya.
“Can I go now?” bisiknya lagi.
Hah? Kenapa?
“Aku tak punya banyak waktu disini….” Bisiknya lagi, menjawab pertanyaanku, seolah ia mampu membaca pikiranku.
Tanpa sadar, aku malah menjawabnya dengan anggukan. Ia tersenyum, lalu melangkah pergi.
“Eh… tunggu…”
Ia menghentikan langkahnya saat mendengar teriakanku tadi. Bagus. Aku segera berlari menghampirinya. Berdiri di depannya. “siapa namamu?”
Ia tersenyum. Memegang pundakku, lalu menenggelamkan wajahnya ke bahuku. Helaan nafasnya yang hangat nan berat sangat terasa di pundakku.
“You can call me…. Cinderella Man… but, just if u want…” bisiknya lagi.
Kali ini ia benar-benar pergi dari hadapanku.
“tunggu…”
Ia tak menggubrisnya. Aku berlari mengejarnya lagi.
Aku berhasil memegang tangan kirinya.
“Itu bukan sebuah nama….”
Ia tak berpaling padaku, lalu melepaskan genggamanku, dan meninggalkan Ballroom dengan santai.
Bagaimana dia bisa meninggalkan Ballroom dengan santai, padahal jam tangannya lepas waktu ia melepaskan genggamanku tadi, dan kini ada di genggamanku.
~*Luhan PoV*~
Ah, putri raja yang merepotkan. Kenapa ia bersikeras ingin tahu namaku?
Ah, ya. Berarti dia sudah terpikat padaku.
Tapi, sialnya, jam tanganku lepas saat ia menggenggam tanganku tadi. Aku tak mungkin masuk lagi ke ballroom itu. Bisa-bisa aku tak bisa pulang malam ini.
Sebenarnya, aku bisa lebih lama lagi berada di ballroom itu. Tapi setelah kupikir-pikir, tidak ah. Aku ingin membuatnya penasaran dengan sosok Cinderella Man yang ia temui malam ini.
Kira-kira, apa yang akan ia lakukan untuk mencariku?
Aku melepas topeng mataku, lalu membuangnya ke tempat sampah. Itu sudah tak penting lagi. Aku pun melepas jubah hitam yang menggantung di pundakku. Aku menggulungnya.
Aku segera menaiki mobilku dan mengendarainya.
Aku benar-benar lelah. Harus segera sampai dan segera tidur.
Sesampainya di rumah…
“Bagaimana acaranya?” tanya Tao begitu aku membuka pintu.
“Sukses…” jawabku singkat.
“benarkah?”
Kali ini aku menjawabnya hanya dengan anggukan.
“Kita lihat, kegemparan apa yang melanda negeri ini besok….” Ucap Tao sambil tersenyum menyeringai.
Mungkin menurutmu ucapan Tao barusan keterlaluan. Bukan kok. Aku yakin negeri ini akan gempar karena seorang Cinderella Man.
Maksudku, meskipun Lee Na Hyun adalah seorang putri raja yang perfeksionis, tapi orang tuanya tidak. Hanya kucing milik Na Hyun yang hilang saja, mereka langsung membuat pengumuman tentang Sayembara untuk menemukan kucing Persia milik Na Hyun.
“Aku lelah, mau tidur…” ucapku. Tao hanya menjawab dengan anggukan, sambil terus menonton film Kungfu Panda kesukaannya.
~***~
Esok paginya….
“Baby….” Ucap para gadis itu di depan rumahku. Ah. Mereka. Gadis yang kutemui di pesta ulang tahun Suho kapan hari.
“Hey… mereka tuh…” ucap Tao sambil membawa se-ember penuh air. Mungkin ia mengira aku masih tidur di ranjangku.
“I know., I know…” ucapku. Untuk sesaat, aku merenggangkan tubuhku, samba mengerjapkan mataku karena terkena cahaya matahari yang menyemburat masuk lewat jendela kamarku.
“Cepat hadapi wanita-wanita mengerikan itu!!” Bentak Tao.
“iya… iya…” aku melangkah gontai ke teras rumah dan menggaruk kepalaku. Aku membuka pintunya. Mereka tersenyum penuh arti padaku dan hendak memelukku.
“Ehm… baby….” Ucapku dengan mengangkat kedua telapak tanganku pada kelima gadis itu, member tanda pada mereka untuk jangan memelukku. “Aku masih lelah…. Bisakah kalian pulang dulu untuk saat ini?”
“Yah… baby….”
“Kenapa?”
“Iya… Kenapa?”
Repot.
“Biasanya, baby menyambut kami dengan hangat. Kenapa hari ini tidak seperti biasa?”
Iya sih. Selelah apapun aku, begitu tahu ada banyak wanita yang menungguku di depan rumah, langsung kusuruh mereka masuk ke rumah. Kalaupun aku baru bangun tidur seperti hari ini, aku akan menyuruh mereka untuk menungguku mandi dan memakai baju yang layak untuk mereka lihat.
Entah mengapa, hari ini aku tak begitu bersemangat menghadapi mereka. Bosan.
“Maaf ya…. Tapi kali ini tidak bisa….”
Tanpa banyak bicara, mereka pulang dengan wajah ditekuk.
Oh, seorang LuHan membuat para wanita kecewa?
Biarlah. Aku benar-benar bosan.
Aku kembali masuk ke rumah dan duduk di samping Tao yang sibuk memencet remote TV dari tadi.
“matamu tidak sakit melihat program TV yang berganti-ganti seperti itu?” ucapku kesal.
“Aku bingung…. Acara TV-nya membosankan….”
Hening beberapa saat.
“Berhenti!!” teriakku saat Tao memindahkan salah satu channel TV.
“Kenapa?”
“Lihat!!”
Jam tangan yang kupakai tadi malam. Benar ‘kan? Gempar?
Tao mendelik melihatnya, lalu menoleh padaku. “Itu ‘kan, jam tangannya….”
“Iya… jam tangannya Kris.” Ucapku.
Aku memang sengaja memakai jam tangannya, untuk mengantisipasi jika kegemparan benar-benar terjadi.
“Pihak kerajaan meminta pemilik jam tangan ini untuk mengambilnya di kerajaan ini. Dan jika berhasil menjawab pertanyaan dari tuan putri, maka dia akan diberi kesempatan untuk menjadi kekasih tuan putri Lee Na Hyun….” Tutur pembawa acara wanita yang menggunakan blazer warna krem.
“Kalian tahu jam tanganku yang berwarna silver tidak?”
Aku langsung merebut remote TV yang di pegang Tao dan mematikan TV begitu melihat Kris.
“tidak…. Aku tidak lihat…” jawabku sambil tersenyum pada Kris.
“Tao?” tanyanya lagi.
Tao hanya menggeleng. Anak pintar.
“Kau kan punya banyak jam tangan, pakai saja yang lain,” ucap Tao kali ini. Benar-benar pintar.
“Iya sih. Tapi aku sedang ingin pakai yang itu….”
“Kau kan jarang memakainya. Mungkin jam tangan itu marah padamu.”
Ok, kali ini Tao pintar karena mau membantuku mengalihkan perhatian Kris dari jam tangan itu. Tapi, alasan yang ia buat kali ini sangatlah lucu. Mungkin jam tangan itu marah padamu.
Hey, jam tangan benda mati ‘kan? Mana mungkin ia marah pada orang lain?
“Dasar!! Lelucon yang tak lucu!!” ucap Kris sambil berlalu.
Aku dan Tao langsung menyandarkan punggung dan bernafas lega.
~*Nahyun PoV*~
Aku berharap lelaki tampan itu mau mengambil jam tangannya lagi. Dia satu-satunya harapanku untuk menjadi kekasihku daripada puluhan lelaki yang datang tadi malam.
Hanya dia yang membuatku terpana. Hanya dia yang membuatku merasa nyaman.
Aku memandangi jam tangan itu, sambil tersenyum mengingat kejadian tadi malam.
Dia bilang, namanya Cinderella Man?
Bukan. Namanya Kris.
Aku melihat ukiran nama di bagian dalam jam tangan itu. Wufan a.k.a Kris.
Sebenarnya aku heran padanya. Untuk apa ia mengenakan topeng saat pesta dansa kemarin? Maksudku, saat sayembara kemarin? Kenapa dia harus malu akan wajahnya yang tampan?
Aku masih ingat detail-nya.
Ia memakai pakaian berwarna merah, dan ada lencana emas di kedua bahunya, lengkap dengan jubah hitam yang tersampir di pundaknya. Ia juga memakai sarung tangan warna hitam, oleh karena itu, saat ia menggenggam tanganku rasanya semakin hangat.
Cepatlah datang, kalau tidak, aku yang akan mencarimu.
~*Luhan PoV*~
“Luhan!!”
Kris membentakku yang sedang santai makan siang. Mengganggu.
“Kenapa?” tanyaku cuek.
“Cuek??!!” ucapnya sambil mendelik padaku. “Kenapa jam tanganku ada di kerajaan??!!”
Spontan, makananku berhamburan keluar. Tao langsung memundurkan bangkunya yang duduk berseberangan denganku.
Maaf Tao, makanan buatanmu yang seadanya jadi semakin tak teratur gara-gara semburatanku.
“Darimana kau tahu?” ucapku sambil menatapnya. Tao pun menatap Kris lekat-lekat.
Ia malah melemparkan Koran yang sudah tak berbentuk dengan rapi. Mungkin habis diremas dengan geraman. Aku mengambilnya dan membukanya.
Oh, ya.
JAM TANGAN SILVER ADALAH PETUNJUK UTAMA SANG PUTRI
Menjadi Headline hari ini. Aku lupa.
“Tak apa ‘kan?” ucapku santai, padahal di dalam hatiku masih semrawut. “Kau jadi terkenal karena aku memakai jam tanganmu….”
“Ya… tapi ini beda. Bagaimana aku bisa mengambil jam tanganku kembali? Aku tidak mengikuti pesta itu tadi malam!! Bagaimana jika Nahyun menanyakan tentang pesta malam itu?? Kau harus pergi ke kerajaan itu dan ambil jam tanganku….”
“Tapi….”
“Tak ada tapi-tapi!!”
“Hey… dengarkan aku dulu!!”
“Memangnya kau mau bilang apa? Satu-satunya orang yang bisa datang kesana dan menjawab semua pertanyaannya hanya kau…”
“kau bisa datang kesana…”
“Bagaimana caranya??!!” sergahnya. Aku dan Tao menutup telinga dengan jari telunjuk kami masing-masing. Ia berteriak dengan sangat kuat hingga memekakkan telinga.
“Aku akan beri tahu semua yang kulakukan saat pesta kemarin. Kau yang akan datang kesana….”
~***~
Aduh, kenapa aku malah menyuruhnya datang sendiri? Harusnya aku saja yang mengambilnya.
Entahlan, perlahan aku mulai menyukai gadis itu.
Maksudku…. Biasanya, saat aku bersama wanita seperti biasanya, aku tak merasakan perasaan lain selain senang bermain-main dengan wanita.
Tapi kali ini beda.
Hatiku yang biasanya dingin, saat berdansa bersamanya, aku jadi merasa hangat. Aku merasa nyaman berada di dekatnya.
Yah, hukum karma berlaku padaku.
Aku yang awalnya hanya ingin menguji kadar kesempurnaanku, nyatanya malah sedikit gila karena tadi malam.
Aku harus bagaimana?
~*Nahyun PoV*~
“Namaku Kris….”
Aku terkejut mendengar penuturan lelaki yang tinggi ini. Pasti dia bohong, pikirku.
Maksudku, yang mengajakku berdansa kemarin memang tampan, tinggi. Tapi tak setinggi lelaki ini. Tingginya sekitar 180-an mendekati 190. Sementara lelaki yang kemarin ‘kan, tingginya sekitar 170-an.
Oh ya, lelaki yang kemarin itu rambutnya hitam, tapi lelaki ini sedikit pirang.
“Cepat beri aku pertanyaanmu nona, supaya aku bisa segera pergi dari sini.”
Aku yakin ini bukan lelaki yang kutemui saat dansa kemarin malam. Lelaki yang kutemui itu sangat lemah lembut padaku, tidak ketus seperti ini.
“Nama yang tertera di jam tangan~”
“Wufan a.k.a Kris,” sergahnya. Lho?
“Ehm… jenis angka yang ada di jam tangan~”
“Angka romawi,” sergahnya lagi. “Aku suka klasik.”
Lho? Padahal aku yakin dia bukan Kris, tapi kenapa dia bisa menjawab dengan baik?
“Kemarin malam, apa yang kau kenakan saat pesta dansa?”
“baju berwarna merah, dengan lencana emas di kedua bahunya, dan menggunakan jubah hitam. Aku juga mengenakan sarung tangan dan topeng mata warna hitam.”
Lho?
“Bisa kudapatkan jam itu sekarang?”
Tidak mungkin. Dia memang bisa menjawab pertanyaan dengan baik, tidak seperti puluhan lelaki yang datang hari ini. Aku juga tahu dia tidak bohong karena ia menjawab semua pertanyaanku dengan lancar, tanpa gugup sedikitpun.
Dengan berta hati, aku memberikan jam tangan itu.
Aku menatapnya pergi menjauh. Lama aku menatapnya, sekarang aku berdiri, lalu berteriak,
“Kau bukan lelaki itu kan?”
Ia berhenti melangkah. Lalu menoleh padaku, dan tersenyum sinis. Ia pun kembali berjalan menghampiriku. Saat sudah berada di depanku, dengan tegasnya, ia berkata, “Memang bukan. Kenapa?”
“Kalau begitu kau tak berhak mengambil jam tangan itu!!”
“Aku memang bukan lelaki yang datang ke pestamu kemarin malam, tapi aku pemilik jam tangan ini….”
“Hei!! Jangan bohong padaku!!”
“Aku tidak bohong.”
Aku menelusuk pandangannya sedalam mungkin. Memang benar, tak ada kebohongan yang tersirat di dalamnya.
“Lalu, lelaki yang datang ke pesta tadi malam, siapa?”
“Cinderella Man,” ucapnya cuek.
“Siapa nama aslinya?”
“Dia tak mau aku memberi tahumu.”
“Hei….”
“Sudahlah. Aku harus pergi sekarang.”
Ia pergi meninggalkanku begitu saja.
Lalu, lelaki yang tadi malam itu siapa?
Baiklah, akan kuikuti dia kemanapun ia pergi. Mungkin laki-laki yang tadi malam adalah temannya.
“Pak Han….”
~***~
Hah…. Lama sekali ia keluar dari gedung itu. Lagipula, kenapa aku harus membuntutinya, cuma karena Cinderella Man?
Sudah 2 jam aku menunggunya, tapi dia tak kunjung keluar.
Akh, itu dia. Akhirnya keluar juga.
“Pak Han, ikuti dia….” Pekikku.
Tanpa banyak bicara, Pak Han langsung mengikutinya.
Kali ini, ia berhenti di sebuah rumah. Ia terlihat mengetuk pintu, dan seseorang membuka pintu itu.
Eh….
Aku kenal dengan wajah itu. Walaupun aku menatapnya dari jauh, aku benar-benar yakin itu dia.
Matanya…
Bibirnya…
Aku segera membuka pintu mobil dan berjalan menghampirinya.
“Hei…” pekik Kris saat aku mendorongnya untuk bisa berdiri tepat di depan Cinderella Man. Aku menatap matanya dalam-dalam. Ia terlihat terkejut.
“Kau Cinderella Man ‘kan? Yang datang ke pesta dansaku kemarin malam?”
Ia masih terdiam. Masih menatapku terkejut.
Aku segera memeluknya. “Kenapa kau pergi begitu saja kemarin? Kau tahu, aku kebingungan mencarimu….”
Ia melepaskan pelukanku, dan kembali menatapku. “Maaf….”
“Yang penting sekarang, aku berhasil menemukanmu, dan aku akan membawamu ke kerajaan, untuk menemui orang tuaku, karena satu-satunya yang berhasil memikatku hanya kau….”
Perlahan, ia tersenyum. Tatapannya yang hangat padaku seperti kemarin kembali menghiasi wajahnya. Aku membalas senyumannya dan kembali memeluknya.
Kali ini, ia tak mengelak. Bahkan ia membalas pelukanku, lebih erat lagi.
~***~
BUkan berarti aku niru Cinderella Man punya Yoona ya? aku malah baru tahu hari ini kalo ada Drama Korea yang judulnya Cinderella Man..
Ok… mudah2an puas sama Luhan ya? ^^ jangan lupa RCL bar bisa terus lanjut, tapi maaf… aku belum bisa bocorin siapa cast untuk besok….
Makasih supportnya ^^
Oiya… nama panggilanku Sasa, panggil aja Sasa, daripada Author, sebenernya sih lebih tinggi derajatnya (?) kalo di panggil Author, tapi biar lebih friendly (?) mending panggil nama aja…
Oiya… (lagi), 97lines, kalo lebih tua dari aku, silahkan panggil saeng, kalo lebih tua, silahkan panggil unn ^^
Gomawo ^^
[EXO in Love] Xiumin — Be the Man
Be The Man
Author : Sasphire
Main cast : Xiu Min, Park Chan Rin (OC)
Ratting : Teen, General
Genre : Romance
Length : Oneshoot
Contact : FB | Twitter | Wallpaper Gallery
Warning : Many typo here!!
Bold-type is flashback
~*Xiumin PoV*~
“Tolong buat aku jadi orang yang keren!!” ucapku tegas. Lay yang mendengar ucapanku tadi membulatkan matanya. Kaget mungkin.
“Kau yakin?”
Aku mengangguk mantap.
“Berarti….” Luhan berjalan menghampiriku, dan dengan seenaknya mencabut kacamata yang ku pakai. “Kau harus mengganti kacamata jadul ini dengan contact lens…”
Aku meraih kacamataku kembali dari tangan Luhan. “Ya….”
“Mengganti pakaianmu dengan pakaian yang lebih keren….” Lanjut Lay.
“Ya!!”
“Kenapa kau tiba-tiba berubah 180 derajat begini?” tanya Tao. “bukankah, kau bilang, kau ingin menjadi dirimu sendiri, supaya kau bisa menemukan wanita yang mencintaimu apa adanya?”
Ya.
Sebenarnya, yang aku inginkan yang seperti itu.
Tapi sekarang tidak.
Aku ingin menuruti apa maunya gadis yang kucintai itu.
Akan kubuat ia takluk atas pengorbanan yang ku lakukan ini.
~*Flashback : On*~
Bodohnya aku, menerima ajakan Lay untuk clubbing malam ini. Apa yang ada di benaknya hingga mau mengajakku kesini, tepannya yang CULUN? Apa dia hanya ingin mempermalukanku?
Aku duduk lemas di sofa. Kepalaku pusing mendengar gemuruh music khas clubbing yang berdentaman, membuat jantungku berdetak tak karuan.
Aku melihat kesal Lay yang berkumpul dengan teman-temannya sembari tertawa lebar, entah apa yang dibicarakan dengan mereka.
Tak lama kemudian, Lay menoleh padaku, lalu berjalan menghampiriku.
“Nikmati pesta ini kawan…”
“Kau mengajakku kesini hanya untuk mempermalukanku ‘kan?” ucapku ketus, tanpa menghiraukan kata-katanya.
“Hei… aku hanya ingin membuatmu menjadi lebih dewasa….”
“Dewasa? Membuang-buang waktu seperti ini kau sebut dewasa?” aku menaikkan kaca mata bututku yang terus-terusan merosot.
“Yah… setidaknya ini cukup untuk membantumu untuk menghilangkan culunmu itu….”
“Aku tidak butuh….” Ucapku ketus.
“Benar tidak butuh? Nanti, jka tidak ada wanita yang menyukaimu, bagaimana?”
“Biar sa~”
Pandanganku beralih ke seorang wanita. Ia memakai mini dress berwarna hitam. Rambutnya terurai panjang. Cantik sekali.
Tanpa sadar aku berjalan menghampirinya. “Nona….” Panggilku lirih, disertai perasaan menekan rasa malu.
Ia menoleh padaku, tersenyum sinis. “apa?”
“Ehm….” Entahlah. Aku merasa tertekan saat itu. Melihatnya bersikap dingin padaku, aku langsung merasa gugup.
Telingaku menangkap kekehan lirih. Lay. Dasar!!
Perlahan, aku mengambil hp-ku yang ada di sakuku, untuk bisa mengambil potret gadis ini. Ia sangat menawan, pikirku.
Aku tersenyum.
Ia berjalan menghampiriku. Perlahan mengelus pipiku, membuat jantungku berdetak lebih cepat lagi.
Ia tersenyum padaku, lalu…
Kau tahu apa yang terjadi?
PRANG!!
Hp-ku jatuh ke lantai karena gadis itu menjatuhkannya dengan tangan kirinya. Ia tersenyum sinis padaku, lalu berjalan ke arah hp-ku, lalu menginjaknya dengan high heels-nya yang panjang dan runcing. HP-ku, tak berbentuk lagi
Gadis itu menatapku sinis lagi. Jari telunjuknya menunjukku, lalu menggerak-gerakkannya, mengisyaratkan padaku, “Kau, tidak cocok untukku….”
Ah, seorang lelaki culun sepertiku tak pernah disakiti oleh wanita karena tak pernah punya keberanian untuk mendekati seorang wanita. Dan saat itu, aku pulang menangis sesengukan, menanggung malu.
Dostları ilə paylaş: |