Korean fanfiction all stars



Yüklə 2,58 Mb.
səhifə13/31
tarix07.04.2018
ölçüsü2,58 Mb.
#47417
1   ...   9   10   11   12   13   14   15   16   ...   31

~*Flashback : off*~

Kejadian itu berlangsung 3 bulan yang lalu. Setelahnya, aku tak mau datang ke club itu lagi. Aku berusaha melupakan gadis itu.

Namun hati ini tak bisa kutahan perasaannya yang meluap-luap. Aku berusaha mencari tahu semua tentangnya.

Ternyata rumahnya berada di samping rumahku. Tentu saja aku tak tahu. Aku tak pernah keluar rumah kalau tak ada kepentingan yang mendesak.

Namanya Park Chan Rin. Aku selalu memperhatikannya dari teras rumahku, saat ia menyirami bunga di tamannya, saat ia menyapu halaman, atau saat ia menengok kotak posnya untuk memeriksa surat yang masuk.

Diam-diam, aku menulis surat untuknya. Surat cinta.

Mungkin terkesan kuno, tapi Chan Rin kelihatannya menyukainya.

Mau ku bacakan surat pertamaku? Dengan senang hati….



Hallo gadis manis….

Namamu,, Park Chan Rin? Benar ‘kan?

Namaku Xiu Min. salam kenal….

Aku adalah lelaki yang kau temui saat clubbing seminggu lalu. Masih ingat ‘kan? Yang kau rusak hp-nya?

Ya, mungkin kau pikir aku tak tahu diri.

Tapi, jujur saja. Ini pengalaman pertamaku bersama wanita. Aku tak tahu kenapa, tapi saat melihatmu, hatiku merasakan perasaan yang begitu hangat. Saat aku mencurahkan perasaan ini pada temanku, dia bilang, aku telah jatuh cinta. Padamu. Ya, padamu. Bagaimana menurutmu?

Sebenarnya, aku berusaha menangkis itu, dan ingin melupakanmu, karena kau telah merusak hp-ku, dan membuat aku malu malam itu. Tapi, sekarang, aku malah kesulitan melupakanmu. Mengingat wajahmu saat itu, aku malah tersenyum sendiri, layaknya orang yang kehilangan akalnya.

Baiklah, sekarang aku menulis hal yang semakin melenceng a.k.a ngelantur.

Mungkin kau merasa suratku ini hanya sampah? Mungkin kedatangan surat ini membuatmu merasa risih? Tak apa. Kau tak mau menjawab surat ini juga tak apa. Tapi jangan buang surat ini, meski kau menganggap ini sampah.

Oh, iya, setiap hari, aku akan mengirimkan surat semacam ini untukmu, supaya kau tahu, aku adalah satu-satunya orang yang mencintaimu, dengan pengorbanan yang cukup besar.

Aku tak akan berhenti mengirim surat ini, sampai kau mau bertanggung jawab atas perubahan besar didiriku yang disebabkan olehmu. Xiumin yang polos, culun, berubah menjadi Xiumin yang berambisi besar untuk dapat meraih cintamu.

Sudah dulu ya? Disambung besok….

Salam,

Xiumin

Kau kira aku berfikir semalaman untuk merangkai kata-kata seperti itu? Tidak.

Aku tipe orang yang apa-adanya. Yang kutulis di surat itu hanyalah luapan hati yang kuungkapkan dengan tinta pena, bukan hasil rangkaian kata-kata pujangga yang biasa dilakukan untuk membuat surat cinta.

Dan, tahukah kau, kenapa aku berfikir Chan Rin menyukainya?

Ya, dia tak pernah membalas suratku, dia juga tak pernah datang ke rumah untuk menegurku, atau apa. Dia hanya diam saja, membiarkanku terus-terusan mengirimkan surat yang kalimatnya tak jelas seperti yang kubacakan tadi. Berarti dia suka ‘kan?

Awalnya ku biarkan mengalir, namun lama-kelamaan aku tak sabar. Bagaimana mungkin tingkahku yang aktif memberinya surat hanya di respons pasif –lebih tepatnya- tidak di respons sama sekali?

Kapan hari aku menghampirinya, sengaja membawa sebuket bunga mawar kesukaannya. Ia membuka pintu dengan sedikit malas (terlihat dari ekspresi wajahnya).

“Wae?” ucapnya dengan pandangan mata sayu, lelah. “belum cukup kau menggangguku dengan surat sampahmu, wahai pria culun?”

“Belum….” Ucapku terus terang. “Ini… untukmu…” ucapku sambil menyodorkan sebuket bunga yang ku bawa.

“Aku lebih suka bunga sakura…” ucapnya ketus.

“Dan aku tak mungkin membawa bunga beserta pohonnya untukmu….” Sergahku.

Lambat laun, senyumnya terpatri dengan sempurna di wajahnya, namun bukan senyuman dingin seperti saat pertama kali kita bertemu. “Lalu, kau kesini mau apa?”

“mendesakmu….” Ucapku spontan. “Kenapa kau biarkan aku terus-terusan mengirim surat yang menurutmu sampah?”

“Karena aku ingin melihatmu terus-terusan melakukan usaha yang sia-sia….”

Bohong. Sudah jelas dari binar matanya.

“Lalu, apa yang membuatmu ingin melihat itu?”

“Karena aku membencimu.”

Sekali lagi, ia bohong.

“Apa yang membuatmu membenciku?”

“cara berpakaianmu, kaca matamu, semua yang ada di dirimu, menyebalkan!!” ia berteriak. “Sudah! Jangan ganggu aku lagi!!”

BLAMM!!

Ia menutup pintu dengan keras. Itu yang membuatnya benci padaku?



Aku tahu dia bohong, tapi aku akan melakukan sesuatu hal yang membuatku berubah. Aku ingin tahu apa responsnya.

~*Chan Rin PoV*~

Sebenarnya, aku menyukainya.

Benar katanya, satu-satunya orang yang pengertian padaku hanyalah dia. Dengan datangnya surat-surat itu di kotak pos-ku, aku jadi tahu bagaimana perasaannya padaku, sebesar apa cintanya padaku.

Maksudku, bagaimana mungkin, dia bisa mengetahui semua hobiku, cita-citaku, makanan kesukaanku, lagu favorit-ku, bahkan aku alergi pada keju-pun dia tahu, padahal kami tak pernah bertatap muka sebelumnya?

Yah, memang dia bilang, dia terus mengawasi gerak-gerikku selama ini, tapi untuk mengetahui itu semua, aku kira tidak hanya mengawasi.

Dia sudah membuktikannya padaku, dan membuat hatiku yang dingin ini perlahan meleleh.

Aku ingin membuatnya berhenti mengirimiku surat, dan terus terang padanya, bahwa aku akan bertanggung jawab atas berubahnya Xiumin.

Karena dia, aku ketularan konyol, lugu, culun.

Tapi tak bisa.

Aku sudah di jodohkan dengan pria lain, bahkan sudah bertunangan.

Seharusnya aku berterus terang padanya, tapi aku tak mau membuatnya berhenti mengirimiku surat yang mampu membuatku terhibur, mampu menghilangkan rasa penatku karena perjodohan ini.

Maaf kalau aku egois.

~***~


“Kau bilang apa?” ucapku tak percaya, ketika Kim YooRa (temanku) menelfonku dan memberitahuku bahwa JongHyun, tunanganku sedang kencan dengan wanita lain.

“Aku tak bisa mengulangnya lagi…” ucapnya ketus.

“Mana mungkin dia selingkuh?” aku tertawa, berusaha meyakinkan diri bahwa tunangan yang telah di pilih orang tuaku itu tidak salah. “Dia berjanji akan setia padaku, mana mungkin dia ingkar?”

“Hey, non, jaman sekarang janji bisa di ingkari, tak ada hukum karma yang benar-benar berlaku sekarang!!”

Aku tercekat. “M-mungkin…. Dia pergi bersama kakaknya?”

“Bodoh!!” bentaknya. “dia tak punya Kakak!!”

“Ho… mungkin adiknya?”

“Dia juga tak punya adik!! Dia anak tunggal!!”

Kenapa aku jadi lupa tentangnya?

“M-Mungkin… wanita yang kencan bersama dengannya itu adiknya yang terpisah sejak kecil?”

“Bicaramu tambah nglantur….” Kali ini YooRa berdesis pelan, mungkin lelah membentakku. “Sudahlah, datang saja ke taman kota, dan lihat apa yang terjadi….”

“Tapi….”


“Now, BABY!!”

Klek!!


Dia sudah mematikan telponnya. Baiklah, perasaanku tak enak sekarang. Aku segera memakai jaket jeans yang tergantung di dindingkulalu memakai high heels berwarna merah di ranjang sepatuku.

Aku harus segera membuktikannya.

~***~

“JongHyun!!” bentakku. Aku berjalan cepat menghampirinya yang tengah duduk di bangku taman kota. Ia  menatapku terkejut.



“K-Ka….”

“tak perlu berbelit-belit lagi,” ucapku menahan amarah. “ada hubungan apa dengan gadis ini?”

JongHyun masih terpaku dengan gadis itu. Apa yang dipikirkan JongHyun? Kenapa ia berselingkuh dengan anak ingusan begini?

Tanpa sadar, mereka malah lari meninggalkanku.

“Hei!! Mau kemana kalian?? Hah??!!”

Dengan penuh rasa kesal yang memuncak, ku lepas high heels-ku dan melemparkannya ke arah mereka berdua. Tak kena.

Kulemparkan lagi high heels-ku yang kiri. Kali ini tepat mengenai kepala JongHyun.

Sialnya, itu malah membuat mereka semakin cepat berlari. “Hei!!! Berhenti!!!”

Mereka memasuki sebuah hotel. Sial!!

Semakin kupercepat lajuku, agar mereka terkejar. Namun sialnya, di gedung itu terlalu banyak orang, banyak sekali orang berlalu lalang hingga membuatku kehilangan jejak mereka.

“maaf… maaf….” Ucapku berkali-kali saat tak sengaja menabrak orang-orrang di sana.

Sekarang aku menyusuri sebuah lorong kecil. Aku tadi melihat JongHyun dan gadis ingusan itu belok ke arah sini, mungkin mereka bersembunyi di sekitar sini.

“Keluarlah!!” ucapku sinis. “Kalau tak mau keluar, aku yang akan menemukan kalian!!”

HATCHI!!


Ah, suara bersin!! Aku berjalan ke arah terdengarnya suara. Selanjutnya, aku mendengar suara bisikan. Dengan mengendap-endap, ku hampiri mereka.

“AHA!!” pekikku saat melihat mereka bersembunyi di sebuah gang kecil, buntu.

“Mau kemana lagi?” ucapku sembari menyeringai pada mereka. JongHyun berdiri, menatapku. “Ehm.. e.. ini…”

PLAKK!!


Sekarang, di pipinya sudah membekas tanda tanganku, berwarna merah.

“Kenang-kenangan yang indah bukan?” ucapku sambil melipat tanganku.

“Kau ini kenapa?!”

Berani sekali gadis ingusan itu memanggilku ‘kau’?

“Kau panggil aku apa? Kau?” ucapku lagi, berusaha meyakinkan bahwa pendengaranku masih berfungsi dengan baik.

“Ya. Kau!! Kenapa?” Ia membusungkan dadanya. Shit!! Berani sekali ia menantangku.

“Dasar!! Kau tak punya sopan santun!!”

“Bagaimana denganmu yang menampar kekasihku??!!”

“Dasar!!” aku langsung menjambak rambutnya yang lurus menjuntai. “Ah!!” pekiknya. Puas sekali melihatnya merintih kesakitan.

Kedua tangannya pun berkeliaran berusaha membalas jambakanku. Sial!! Ia membalasnya dengan sempurna.

“dasar gadis tak tahu diri!! Sudah merebut tunangan orang lain, malah berlaku kurang ajar padaku!! Wanita jalang!!”

“Kau yang tak tahu diri!! Bagaimana mungkin kau berani menampar kekasihku!!”

“Kau…”

“Apa?”


“Hey… Cukup!!” ucap JongHyun. Ia menarik gadis itu, dan melepaskan tangannya dari rambutku. “Kekanak-kanakan!”

Aku bergegas merapikan rambutku. Cih!! Sekarang kusut karena tangan kotornya itu!!

“tapi apa yang dilakukan padamu itu tak dapat di maafkan, oppa!!”

“apa yang oppa-mu lakukan itu juga tak dapat di maafkan!!” bentakku.

“Dasar kau ini…”

“Hey… sudah…” Ucap JongHyun sambil menggenggam tangan gadis itu saat gadis itu bergegas menjambakku lagi. Aku menatap gadis itu kesal, lalu mengalihkan pandanganku ke JongHyun.

“Bisa kau jelaskan semua?”

JongHyun menatapku, lalu berkata, “Maaf. Aku tak bisa meneruskan pertunangan ini….”

“B-but… Why?”

“You’re not my love…” Ucapnya pasrah. “meski aku sudah berusaha mencintaimu, tetap tidak bisa….”

“Dasar!!” ucapku ketus. “Aku juga begitu!! Tapi demi orang tuaku, aku berusaha mencintaimu!! Tak tahunya, kau malah membalasnya seperti ini…”

“M-Ma-Maaf….”

Aku segera meninggalkan mereka. Untuk perkelahian ini terjadi di tempat yang sepi. Aku tak perlu menanggung malu karena ini.

Aku melangkah gontai berjalan pulang menuju rumah. Aku benar-benar bingung, harus bicara apa pada orang tuaku. Apa yang harus aku lakukan?

Matahari sudah terbenam. Aku masih belum berani pulang. Apa hal ini kusembunyikan dulu saja, dan kubiarkan JongHyun yang menolak perjodohan ini?

Ah, tidak!! Mau ditaruh mana harga diriku ini?

“Chan Rin?”

Panggil seseorang. Wajahku yang dari tadi ku tekuk untuk memandangi langkah kakiku, kini ku angkat untuk menatap seseorang yang memiliki suara itu.

“Kenapa lesu?”

Xiumin. Lagi-lagi dia yang memperhatikanku.

Ia tengah berdiri di halaman rumahnya. Aku berjalan menghampirinya.

“Kau kelelahan?”

Aku masih diam. Benar-benar…. Kebetulan sekali. Bagaimana bisa, saat aku sedih, dia yang aku temui?

“Wah…. Kau berjalan dengan telanjang kaki…” ucapnya lagi. Ia membungkuk, memperhatikan kakiku. Ia mengangkat kaki kananku, melihat telapaknya.

“Memerah….” Ia mendongakkan wajahnya, menatapku. Ia membetulkan posisi kacamatanya. “Kau habis berjalan di atas aspal tanpa beralaskan apapun?”

Aku menjawabnya dengan anggukan.

Ia pun berdiri. “Sepertinya, kakimu melepuh….” Ucapnya lagi. “Ayo kedalam, akan kuobati lukamu….”

Ia berjalan masuk ke pekarangannya. Aku menggenggam tangannya, membuatnya berhenti melangkah. Ia menoleh padaku. “Wae?”

“Jika yang terluka hatiku, kau bisa mengobatinya?” ucapku pelan.

“Apa?”


Entahlah, aku kerasukan setan apa. Sekarang aku memeluknya, sambil berderai air mata.

~*Xiumin PoV*~

“H-Hei….” Ucapku, masih tak menyangka atas apa yang dilakukan gadis ini.

“Ada apa?” tanyaku lagi. Dia malah semakin memelukku erat, dan menangis lebih kuat lagi.

“Chan Rin….” Panggilku pelan. Ia malah menggeleng kuat.

“Jangan tinggalkan aku….”

Apa yang ia katakan barusan?

“Maaf atas kesalahanku…. Tapi jangan tinggalkan aku….”

Okay, sekarang dia berbicara semakin ngelantur.

Dari suara isakannya, seperti ada beban berat di hatinya. Apa ya?

Entahlah, tapi sekarang bukan saatnya bagiku untuk mencari tahu itu dengan menginterogasinya. Malah akan membuatnya semakin tersiksa lagi.

Perlahan, ku balas pelukannya, dan aku menepuk-nepuk punggungnya.

“Sudah…. Sudah….”

~***~


Sekarang, kakinya sudah ku perban. Aku tersenyum padanya.

“Kau bisa pulang sekarang….”

“trimakasih….”

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

Dia masih terdiam di kursi itu. Ia juga masih menatapku dengan sendu.

“ada yang ingin kau katakan padaku?”

Ia menggeleng pelan.

“Benar?” tanyaku lagi.

Ia mengangguk.

“Baik. Pulanglah….”

Ia menatapku terkejut mendengar ucapanku barusan. Aku tahu apa yang ada di benaknya. Tapi untuk sementara ini, aku tak mau bertemu dengannya, aku juga tak mau mengiriminya surat.

Aku sudah memberitahumu ‘kan? Yang tadi, yang aku ingin merubah diriku sesuai keinginannya?

“Xiumin….”

“Sudah malam. Tak baik seorang gadis berada di rumah lelaki hingga malam…” ucapku lagi. Maaf, Chan Rin, tapi aku ingin memberikan kejutan untukmu.

“Baiklah….”

Ia keluar rumah dengan tatapan mata ke bawah. Pandangan matanya sendu. Ya Ampun. Kenapa dia terlihat sangat tertekan begitu?

“Sudah siap?” tanya Luhan yang sudah bersembunyi di belakang sofa dari tadi.

Aku mengangguk.

“Baiklah,…” ucap Lay. “Kami akan mengubahmu menjadi lelaki yang paling di kagumi wanita sejagad raya!! Hahaha!!!”

Mendengar gelegar tawa Lay, aku malah merasa risih. Sebaiknya Luhan saja yang melakukannya, begitu pikirku. Tapi, ya sudahlah. Lay bisa dipercaya kan?

~***~

2 minggu setelahnya….

Aku sudah merubah semuanya. Tabiatku yang –yah, menurut Lay dan Luhan— itu menjijikkan jika berada di samping wanita, misalnya, makan banyak (aku sanggup menghabiskan 3 mangkuk mie goring dalam waktu 5 menit, akulah penerus Sooyoung Noona sebagai shikshin), atau mungkin, mengelap air liurku yang terkadang keluar, dan hal menjijikkan lainnya.

Aku juga sudah mengganti kaca mataku dan memakai contact lens transparan.

Yah, dan aku merubah penampilanku yang selalu memakai dasi kupu-kupu di setiap pasang pakaianku. Aku berubah total, hanya demi Chan Rin.

Ya, itulah yang namanya cinta, Sobat. Terkadang butuh pengorbanan luar biasa untuk mendapatnya.

Baiklah, sekarang tahap pembuktian cinta.

Aku tahu, hari itu, Chan Rin tak ada di rumahnya. Ini jadwalnya pergi ke perpustakaan. Aku akan pergi ke perpustakaan tempatnya biasa meluangkan waktunya.

Aku menaiki motor super blackbird (pinjam Suho). Banyak sekali wanita yang melirikku sambil berbisik. Entahlah, berbisik kagum padaku atau pada motor yang kutumpangi. Tak penting.

~***~

Sampai.


Setelah memarkir motor Suho, aku segera memasuki perpustakaan itu dan mencari sesosok gadis berambut lurus sebahu.

Ah, itu dia.

Duduk di meja dekat rak buku yang berisi novel fiksi.

“Hai…” ucapku. Aku duduk di seberangnya. Dia menatapku sinis, lalu kembali membaca buku yang ia pegang.

Ya, dari tatapan matanya, jelas sekali ia bilang, dasar pengganggu. Pergi sana!! Tapi aku tak mau pergi begitu saja.

“Twilight saga?” tanyaku lagi, dengan suara berbisik.

“Menurutmu?” malah balik tanya.

“Sepertinya begitu….”

Ia bangkit dari duduknya, lalu menghampiri rak buku fiksi yang ada di sampingnya tadi.

“Sudahlah, jangan mengganggu….” Ucapnya lagi.

“Aku tidak menganggu….”

“Dasar!!” desisnya. Ia kembali duduk di bangkunya.

“Hah… Xiumin… kenapa kau terus-terusan menghindariku?” bisiknya.

Oh, mencariku?

Sudah kukira, dia bohong.

Aku bergegas mengambil kacamata lamaku yang –yah, entah mengapa—masih kubawa kemanapun aku pergi, padahal aku sudah memakai contact lens.

“Hai,… park Chan Rin….” Aku kembali menepuk pundaknya. Ia menoleh padaku.

“Xiumin?” ekspresi dinginnya berubah seketika saat ia tahu aku adalah Xiumin. Oh, memangnya aku berubah drastis hingga ia tak dapat mengenaliku?

Aku merespons ucapannya dengan senyuman.

~*Chan Rin PoV*~

Aku sudah menceritakan semuanya pada orang tuaku, dan untunglah, mereka mau memahaminya. Kini mereka membiarkanku mencari sendiri pasangan yang pantas mendampingiku, tak ada perjodohan lagi.

Saat itu, aku kembali ke diriku yang dulu. Demi JongHyun, aku melakukan apapun untuk menyesuaikan diri padanya. Demi dia, aku melakukan clubbing yang sebenarnya sama sekali tak cocok dengan diriku. Demi dia, aku memakai pakaian dan mobil yang mewah, karena dia orang kaya.

Dan sekarang, aku sadar, bahwa yang kulakukan itu salah. Merubah diri sendiri demi orang lain yang sama sekali tak mencintai kita, itu pengorbanan yang sia-sia.

Malam itu, aku menangis sesengukan, sendirian. Tapi, itu membuat hatiku terasa lapang.

Aku pun meninggalkan semuanya yang kulakukan demi JongHyun, dan kembali ke diriku yang sebenarnya. Aku juga ingin memulai hidup baru bersama orang yang ku cintai. Xiumin.

Sayangnya, 2 minggu ini tak ada kabar darinya, tak ada surat pula. Aku mendatangi rumahnya, tapi dirumahnya hanya ada Lay. Kata Lay, Xiumin pergi untuk sementara waktu untuk berbenah diri. Aku tak tahu apa yang di maksud Lay dengan berbenah diri.

Kau tahu? Walau dia hanya meninggalkanku 2 minggu, tapi terasa 2 tahun bagiku. Rasanya sangat kehilangan.

“Kau kemana saja 2 minggu ini?” tanyaku padanya setelah ia membeli eskrim untuk kami, dan duduk di bangku taman, merasakan indahnya sore itu.

“di rumah.”

“Di rumah?” aku mengernyit. Ia mengangguk sambil tetap menikmati eskrimnya.

“Bagaimana bisa?” tanyaku lagi. “Maksudku…. Kau? Lay? Surat?”

“Hey… bicaralah yang aku bisa mengerti….”

“Aku bingung…. Kata Lay, kau pergi untuk sementara waktu…. Tapi.. tapi…”

Aku menatapnya lekat. “Kalian bersekongkol untuk membohongiku?”

Ia mengangguk sambil tersenyum nakal.

“Dasar!!” aku menepuk punggungnya dengan keras (bahkan mungkin terlalu keras) hingga es krimnya malah menabrak ujung hidungnya. Ia hanya tersenyum, lalu mengelap es krim yang menempel di hidungnya.

“Kenapa kau lakukan itu?”

“Berubah.” Jawabnya singkat.

“Berubah?”

Ia mengangguk, lalu menatapku. “Kau bilang kau tak suka dengan cara berpakaianku, dan kacamataku, kau tak suka semua penampilanku…. Makanya aku berubah menjadi orang yang seperti ini.”

“apa maksudnya, seperti ini?” tanyaku lagi. Ya, sudah banyak yang kutanyakan padanya.

“ya seperti ini, menjadi orang yang kau inginkan….”

“Bodoh!!” aku tersenyum sinis, memalingkan pandanganku pada sang surya yang terlukis indah berwarna kuning keemasan. “aku hanya bohong saat itu….”

“I know it…” Ucapnya santai.

“Hah?”

Ia kembali tersenyum nakal.



“Hey… apa maksudmu atas semua ini?” aku semakin bingung dengan jalan pikiran yang dimiliki lelaki ini.

“Tanpa kau bilang begitu, aku juga harus berubah ‘kan? Jika aku terus-terusan culun sambil memakai dasi kupu-kupu, aku akan selalu menjadi anak kecil. Lalu, kapan aku berubah menjadi dewasa?”

“Dewasa itu tidak tergantung dengan penampilan, tapi dengan cara pemikirannya….”

“I know it…” Lagi-lagi, dia mengucapkannya dengan nada santai. “Dan pikiranku berkata, menjadi dewasa itu harus melakukan sebuah perubahan….”

“Terserahmu lah…” ucapku pasrah. Terdengar kekehan pelan darinya. Aku kembali menatap wajahnya. Ternyata ia tampan, bisikku.

“Xiumin….” Ucapku setelah suasana di antara kami hening beberapa lama.

“Ya?” ia menatapku dalam.

“Aku~”


“Kau mau bertanggung jawab?” sergahnya. Darimana ia tahu aku mau berkata seperti itu?

Aku mengangguk pelan. Ia tersenyum penuh kemenangan.

“Ya…. Aku tahu, cepat atau lambat kau akan bertanggung jawab padaku, dengan cara membalas cintaku yang tulus.”

Aku menatapnya sinis. “sangat percaya diri….” Desisku.

“Memang benar begitu ‘kan?”

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Ya, sore itu kami menikmati pemandangan khas sore yang indah. Tenggelamnya matahari yang berwarna kuning keemasan. Perlahan, aku menyandarkan kepalaku ke pundaknya. Ia menatapku, helaan nafasnya yang hangat terasa berat di keningku. Ia tersenyum padaku. Lalu, kurasakan belaian tangannya di kepalaku. Akupun mendekap lengan kirinya dengan kedua tanganku.

Ah, romantisnya.

Bahkan aku dan Jong Hyun tak pernah bermesraan seperti ini.

Bah, biarlah. Jangan menatap masa lalu yang suram. Aku sudah punya masa depan yang cerah, bersamanya.

Hanya dengannya.

~*XiuMin PoV*~

Benar ‘kan, kataku? Terkadang, untuk mendapatkan cinta, kita harus melakukan sebuah pengorbanan. Dan dilihat dari pengorbananku selama ini, kini ada hasilnya. Dia mau bertanggung jawab atas perubahan yang ada di diriku.

Tapi, sebenarnya, aku suka diriku yang sekarang.

Aku harus berubah menjadi dewasa untuk dapat memahami arti cinta, karena cinta tak boleh di permainkan. Setujukah kau akan hal itu?

Yah, setuju atau tidak setuju tidak penting.

Yang penting sekarang, aku akan memulai hidupku dengan Chan Rin, bersamaan dengan diriku yang baru.

Be the Man.

~***~

I would fight not to ever fall too deep
Never sure that love would grow
Now at night as I lay me down to sleep
I could never let you go

And lying here with you, I still can’t believe it’s true
Never thought that I would ever find a love
That lasts forever

Be the man that’s mine
Find the love that never goes away
Be the heart I know will be
The one that beats for me, be the man

Used to be scared if I would ever get this close
I’m not afraid to touch you now

Long before I knew, I’d be making love to you
I dreamed that maybe I would one day
Lose myself in someone, someday

Be the man that’s mine
I always try to find the love that never goes away
Be the heart I know will be
The one that beats for me, be the man

Take me where I have never been
I will follow you, you’ll never be alone
I will run, run to you
I never thought that I would ever find a love
That lasts forever

Be the man that’s mine
I always try to find the love that never goes away
Tell me we will always be together


Yüklə 2,58 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   9   10   11   12   13   14   15   16   ...   31




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin