Korean fanfiction all stars



Yüklə 2,58 Mb.
səhifə18/31
tarix07.04.2018
ölçüsü2,58 Mb.
#47417
1   ...   14   15   16   17   18   19   20   21   ...   31

THE END

***
I can’t remember you!

Author  : mumuturtle

Tittle     : I can’t remember you!

Length  : oneshoot

Genre   : romance

Rating   : G

Cast     :



  • Park Yonae

  • Kim jong woon a.k.a. yesung

  • Park jun soo a.k.a. leeteuk

  • Kang hye ri

  • Kim ryeowook

P.S: ini dia… cerita lanjutan dari “remember me!” Bagi yang belum baca sebaiknya baca dulu cerita sebelum agar dapat mengerti. Oke… Enjoy it!!

YONAE POV

Aku…. yonae. Park yonae. Aku mengalami amnesia yang bisa dibilang cukup berat. aku memiliki kakak bernama leeteuk oppa, seorang ayah yang saat inimasih diluar negeri dan omma yang sudah meninggalkan kami.  Hingga kini aku masih tidak tahu apa penyebab terjadinya kecelakaan yang menimpaku sehingga membuatku koma selama satu bulan dan menjadi amnesia seperti ini. leeteuk oppa bahkan tidak menjelaskannya padaku. Dan satu orang yang sangat membuatku penasaran. Yesung.

Setelah pulang sekolah……

Aku langsung memasuki kamarku sesampainya dirumah. Aku mehempaskan tubuhku ke ranjangku dan memeluk boneka babi yang ada di ranjang itu. Aku tersenyum-senyum sendiri.

”kenapa aku senyum-senyum sendiri?” tanyaku pada diriku yang masih saja tersenyum.

Aku merasa aku sangat senang. Aku bisa kembali bersekolah dan bertemu banyak teman setelah berhari-hari aku dirumah bahkan dirumah sakit. Terlebih lagi, saat aku menemuinya. Entah mengapa aku sangat senang. Jantungku berdegup kencang. Dia, yesung. Akhir-akhir ini aku juga menjadi dekat dengannya. Aku yakin ia memang orang terdekat denganku selain leeteuk oppa dan hye ri. Aku merasa nyaman padanya. Padahal aku sama sekali belum bisa mengingatnya dengan baik. Mm… kurasa aku harus menanyakan tentang hubungan kami dan kenangan-kenangan yang kami rajut dahulu. Dan kurasa aku mulai menyukainya.

”besok aku akan menemuinya.” ujarku. Aku melihat jam dinding. OMMO? Sudah pukul 4? Ahh aku belum mandi.

Akupun bergegas kekamar mandi dan membersihkan badanku. Setelah selesai mandi, aku memilih baju yang akan kukenakan. Akupun mencari sweater yang bisa menghangatkanku mengetahui suhu udara malam yang dingin. Aku mencari-cari dalam lemari. Ah.. ada satu yang sangat menarik perhatianku. Sweater berwarna merah dengan hiasan boneka kecil dibahu sebelah kanan. Letaknya dipaling bawah tumpukan baju-baju. Aku pun menariknya. Dan tiba-tiba sesuatu jatuh. ??

”mworago?” aku mengambil benda itu. Ternyata sebuah foto. Foto yang sudah lama sepertinya. Aku memandangi foto itu.

”mwo? Igo… yesung oppa?” aku terkejut saat melihat foto yesung oppa. Disampingnya berdiri aku. Dengan sebuah ember kecil didepan kami. Lalu tiba-tiba sebuah ingatan terbesit dipikiranku. Kembali seperti flash video yang memutar secara cepat peristiwa lampau itu.

*flashback

yesung oppa, apa yang kau lakukan dengan ember ini?” tanyaku saat melihat yesung oppa membawa sebuah ember kecil berisi air sabun didalamnya.

mm?? Aku ingin membuat gelembung sabun. Kau mau?” tanyanya sambil menyodorkan sebuah alat dengan lingkaran besar diatasnya. (alat buat maen gelembung sabun versi yang besar). Aku tersenyum. Namun aku tak mengambil alat itu. Aku langsung saja mencelupkan tanganku ke dalam air sabun itu.

hya!! Apa yang kau lakukan?” pekiknya sambil menarik lenganku.

membuat gelembung sabun.” jawabku singkat.

tapi nanti kau kedinginan. Pakai saja alat ini!” sergahnya sambil memberikan alat itu. Aku tersenyum. Namun aku tetap saja tak menggunakannya. Aku tetap membuat gelembung sabun itu dengan tanganku.

kau suka?” tanyanya.

ne. Nomu joahe.”jawabku.

*end of flashback.

Aku masih terdiam setelah ingatan itu datang ke dalam pikiranku tanpa permisi. Aku menatap foto itu dalam.

”yonae-ah. Yonae-ah. Odi eso? Ini appa sayang.” teriak seseorang membuatku sadar dari lamunanku. Akupun bergegas mengenakan sweater itu, memasukkan foto yang kutemukan ke saku celanaku dan bergegas keluar kamar.

”ne?” aku menengok ke lentai bawah. Aku melihat seorang lelaki paruh baya. Ia mendongakkan kepalanya dan tersenyum melihatku. Ia lantas berlari menaiki tangga. Ia menghampiriku dan langsung memelukku. aku membalas pelukannya dengan ragu.

”a…ap..ap..appa?” panggilku ragu.

”kau mengingatku? Kau mengingat appamu?” tanyanya sembari melepas pelukannya. Ia menatapku lekat, begitu juga denganku.

”aniyo. Jwosonghamnida.” ujarku menyesal sambil menggeleng lemah.

”gwencana. Gwencana. Arayo. Kau pasti akan segera mengingatku.” ujarnya dan kembali memelukku.

”appa! Kau sudah pulang?” tanya leeteuk oppa yang keluar dari kamarnya. Appa mengangguk.

”geureom, Aku akan memasakkan makanan untuk kita!” ujar leeteuk oppa semangat.

***

Kami duduk di meja makan. Kini tak hanya berdua, melainkan bertiga ditambah dengan appaku. Appa sangat memanjakanku. Sebenarnya aku merasa tak nyaman karena aku masih tak mengingatnya. Tapi aku tak mencegahnya, itu ia lakukan pasti karena ia sayang padaku selaku anaknya.



”yonae-ah, igo!” ujar leeteuk oppa sambil menuangkan sesendok besar kimchi lobak.

”gomawo!” balasku.

”igo igo…” leeteuk oppa memandangku. ”kau masih menyimpannya?”

”mwoga?” tanyaku bingung.

”sweater itu.”

”ada apa dengan sweater ini? ahh.. aku juga menemukan foto ini didalam lemari. Bisa kalian jelaskan padaku?”tanyaku yang memang tak tau apa-apa. Aku menyodorkan foto itu pada appa yang ada dihadapanku.

”mm? Itukan sweater hadiah ulang tahunmu setahun yang lalu. Foto itu juga diambil disaat itu. Yesung, dia sahabat dekatmu kan? Atau mungkin bisa dibilang namjachingumu jika dilihat dengan kedekatan kalian.” jelas appa diikuti dengan tawa kecilnya.

”hadiah ulang tahun?” tanyaku.

”ne. Dari yesung, iya kan leeteuk?” leeteuk oppa tak menanggapi pertanyaan appa. Ia hanya menunduk dan menyuap sesendok kimchi ke mulutnya. Raut wajah menampakkan jika ia tidak senang. Ternyata benar, leeteuk oppa tak mengijinkanku bersama yesung. Tapi kenapa?

***


Malam akhirnya datang. Bulanpun datang ke kesinggasananya dilangit menggantikan posisi matahari. Aku duduk dibawah pohon dirindang di belakang rumah. Aku menatap bintang-bintang yang bertaburan mengelilingi bulan itu. Bulan berwarna putih pucat. Aku menghela nafasku. Disini, didunia ini. mungkin memang ada teman, keluarga yang selalu menyemangatiku dan mendukungku. Namun entah mengapa aku merasa sendirian didunia ini. aku merasa sendirian saat aku mengetahui bahwa saat ini aku amnesia. Aku tak mengingat apa-apa. Bahkan oppa, appa, hye ri, yesung oppa, dan teman-teman lainnya telah memperkenalkan diri mereka padaku yang tengah amnesia ini. mereka juga telah menceritakan semua yang pernah kualami dulu berharap bisa membuatku kembali mengingat semuanya. Namun apa? Aku sama sekali tak mengingatnya. Aku merasa kau sangat bodoh hingga aku tak bisa mengingat kehidupanku sendiri. Aku ingin seperti bulan. Ia tak sendirian karena selalu ada bintang disisinya. Mwo? Apa yang kukatakan tadi? Kenapa aku sangat familiar dengan pernyataanku tadi? Tapi apa?

”apa yang kau lakukan disini sendirian?” tanya leeteuk oppa hingga menyadarkanku dari lamunan. Ia menghampiriku.

”oppa?”

”apa yang sedang kau lakukan?” tanyanya lagi.



”na? Aku sedang merenungi kebodohanku.” ujarku sambil menundukkan kepalaku lemas.

”mwo?” ia berjongkok dihadapanku dan menatapku lekat.

”babo! Baboya!!! Kenapa aku bisa sebodoh ini sampai aku tak juga bisa mengingat semuanya!!! Babo babo babo!!!!” ujarku sambil memukul-mukul kepalaku dan mulai menangis.

”hya, hya hya!!!” leeteuk oppa menghentikan aksiku yang memukuli kepalaku dan menarikku dalam pelukannya. Tangisku semakin pecah. Aku menangis dipelukannya.

”uljima!! Neol babo aniya!” ujarnya sambil mengelus punggungku berusaha menenangkanku. Aku masih menangis. Aku kesal pada diriku sendiri. Entah mengapa aku sangat ingin dapat mengingat semuanya kembali. Secepatnya. Aku ingin secepatnya dapat mengingat kembali.

Kurasa leeteuk oppa melepaskan pelukannya. Ia menatapku yang sedang tertunduk.

”deutji!! (dengar). Aku tahu kau pasti ingin cepat mengingat semuanya. Aku tahu kau pasti merasa sendirian disini karena kau tak mengingat apa-apa. Tapi kau bisa mengingatnya. Dan semua butuh waktu. Kau harus sabar.” ia menasehatiku seakan ia merasakan apa yang kurasakan sekarang ini. aku tak bergeming. Aku masih menunduk.

”arachi?” sambungnya. Aku berpikir sejenak. Benar juga kata oppa. Aku hanya amnesia. Dan itu bukan berarti aku akan lupa selamanya. Aku pasti dapat mengingatnya kembali. Dan semua itu pasti butuh waktu. Bodoh. Kini aku benar-benar bodoh. Hal seperti ini saja aku harus dijelaskan oleh oppa.

Akupun menganggukkan kepalaku pada leeteuk oppa. Kulihat senyum tersungging dibibirnya. Ia beranjak dan duduk disampingku. Sejenak hening, aku hanya menatap bintang-bintang diatas.

”oppa?” aku berusaha memulai pembicaraan.

”hmm?” ia bergumam tanpa menatapku.

”aku boleh bertanya sesuatu?” ia menatapku, begitu juga denganku.”tapi kau harus berjanji untuk menjawabnya. Mm? Yaksokhae?” sambungku. Aku berharap dengan begini ia akan menjawab pertanyaanku. Aku harap ia takkan lagi menghindar dari pertanyaanku.

”ne, yaksokhae! Mworago?” tanyanya. Aku menghela nafas.

”yesung-ah nuguseyo?’ tanyaku. Sebuah pertanyaan yang sering kuajukan padanya namun tak pernah dijawabnya. Aku memang sudah mengetahui siapa yesung dari hye ri temanku. Namun aku ingin lebih memastikannya. Oppa pasti lebih tahu dari hye ri jika memang benar aku sangat dekat dengan yesung. Entah mengapa aku sangat ingin tahu tentang hal yang satu ini.

”cih.. pertanyaan itu lagi?” ia mendengus dan memalingkan wajahnya.

”daedapayo! (jawab aku!) kau sudah berjanji akan menjawabnya. Marhaebwa!” ujarku setengah berteriak karena tak sabar. Aku menatap wajahnya yang mulai mengeras. Aku takut, aku takut melihat wajah itu. ”oppa?”

”kau mau aku mengatakan yang sejujurnya atau yang bohong?” tanyanya. Tentu saja aku ingin mengetahui yang sejujurnya oppa. Jika tidak untuk apa aku menanyakannya.

”yesung? Aku sungguh tak mau mengatakkannya tapi…….. dia orang…. orang….” perkataannya terputus.

”mwo?” tanyaku semakin penasaran.

”orang yang kau…. cintai!” ujarnya lalu beranjak dari tampat duduknya. Ia hendak pergi meninggalkanku, namun aku menahannya dengan menggenggam tangannya. Aku masih diam terpaku. Orang yang kucintai? Apa benar? Apa ia juga mencintaiku? Apa ini alasannya aku selalu menyebut namanya tanpa sadar dan inikah sebabnya jantungku berdegup kencang saat bersamanya atau hanya mengingatnya?

”i..igo jeongmal?” aku menatapnya tak percaya.

”NE, dan kau tahu? Orang yang menyebabkanmu koma dan amnesia tidak lain dan tidak bukan adalah YESUNG. Orang yang kau cintai itu! Orang yang telah menyakiti hatimu.” ujarnya yang mulai emosi. Aku melepaskan genggamanku pada tangannya dan ia pergi meninggalkanku.

Apa? Ada apa ini? ia orang yang diam-diam kucintai dan ia yang membuatku kehilangan semua ingatanku? Aku bingung. Apa yang harus kulakukan. Oppa? Jadi ini sebabnya ia tak pernah menjawab setiap aku menanyakan yesung? Karena aku mencintainya dan kini aku juga kehilangan ingatanku karenanya?

”kyaaa!!!!!” kau berteriak kencang karena semua yang mengganjal dipikiranku.

***

Disekolah……..



YESUNG POV

Akh… senang sekali. Akhir-akhir ini aku semakin dekat dengannya pasca ia amnesia. Sekarang dimana yonae? Dari tadi kucari tapi tidak ada dimana-mana. Ahh aku kekelasnya saja. Siapa tahu ia belum pulang dan masih disana.

Kulangkahkan kakiku dengan semangat menuju kelasnya. Kulihat didepan mading, beberapa orang bergerombol menatap mading itu. Ramai sekali. Ada apa ini? lantas aku mendekat ke mading itu. Ku lihat sebuah poster yang tertempel disana.

”audisi penyanyi? SM entertaiment?” kutatap dengan saksama poster itu. Ahh ini bisa jadi batu loncatan untukku. Aku memang bercita-cita menjadi penyanyi yang terkenal. Menjadi seorang bintang atau idola yang terkenal. Banyak teman yang berkata bahwa suaraku bagus. Tak ada salahnya kucoba. Kucatat tanggal dan tempat audisi yang tertera. Setelah itu aku kembali keperjalananku menuju kelas yonae.

Aku melihatnya. Aku melihat yonae yang sedang duduk dipojok dekat jendela. Tempat favoritnya. Namun ia sedang sendirian, tak ada hye ri sahabatnya. Syukurlah kalau begitu. Lantas kulangkahkan kaki memasuki kelasnya. Aku mendekatinya. Kurasa ia sama sekali tak menyadari kedatanganku.

”yonae-ah?” panggilku. Ia menoleh ke arahku.

”yesung oppa?”

”ikut aku! Ada yang ingin kubicarakan.” ujarku sambil  menarik lengannya. Kulihat ia tak memberontak. Ia hanya menurut mengikuti setiap langkah ku. Aku jadi teringat saat-saat dulu. aku juga sering mengajaknya seperti ini. kesuatu tempat yang ia tak tahu dan ia hanya menurut mengikutiku. Kali ini aku bertekad untuk mengungkapkan rasa cintaku padanya. Aku ingin mengatakan bahwa aku mencintainya. Aku berhenti ditaman belakang sekolah.

”apa kau sudah mulai mengingatku?” tanyaku berbasa-basi.

”aniyo. Aku sama sekali belum mengingatmu. Tapi kurasa aku tahu satu hal.” ujarnya singkat. Ada yang aneh dengannya. Tidak seperti kemarin. Ia sangat dingin padaku.

”geurom, gwencana.” ujarku lalu aku duduk dibangku yang ada. Ia mengikutiku duduk disampingku.

”apa itu?” tanyanya sambil menunjuk kertas yang ada di genggamanku.

”ini? impianku.” ujarku sambil memperlihatkan kertas itu padanya. Ia membuka lipatan kertas itu, dan membaca apa yang aku catat disana.

”audisi penyanyi? Kau ingin menjadi penyanyi?” tanyanya. Aku mengangguk lemah. Saat mendengar pertanyaannya aku merasa sangat sedih. Ia benar-benar tak bisa mengingatku. Ia bahkan lupa tentang impianku, padahal selama ini, ia yang selalu menyemangatiku dan mendukung impianku ini.

”lalu apa impianmu?” tanyaku kemudian.

”mwollaseyo!” ujarnya sambil menggelenggan kepalanya. Aku tersenyum.

”arayo. impianmu menjadi sebuah bulan. Kau pernah menceritakannya padaku. Kau ingin menjadi bulan yang selalu memberikan cahayamu saat gelap malam. Kau ingin memberikan cahayamu pada orang-orang yang kau sayang. Dan karena kau ingin dekat dengan bintang.” jelasku padanya. Bodohnya aku, hingga saat ini aku sama sekali tak mengerti dengan penjelasan mengapa ia ingin menjadi sebuah bulan. Aku sama sekali tak mengerti. Jika aku bertanya apa maksudnya. Kau selalu hanya tersenyum.

”jeongmal?” tanyanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk. Hening sejenak. Aku sudah kehabisan topik pembicaraan. Apa aku katakan saja sekarang tentang perasaanku?

”oppa? Apa kau tau bagaimana kecelakaan itu terjadi?” tanyanya dengan hati-hati padaku saat aku juga hendak berbicara. Aku menatapnya lekat. Apa yang harus kuceritakan? Aku menghela nafas panjang.

”aku…. aku….” aku berpikir, kalimat apa yang harus kugunakan untuk menjelaskan ini semua?

”nan musen mareul heyahalkka (apa aku harus mengatakannya), yonae-ah?” tanyaku.

”ne!”


”geurom, saat itu.. kau hendak menghampiriku yang berada di sebrang jalan. Aku menyebrangi jalan dan kau tak menyadari sebuah truk menuju  ke arahmu. Saat aku hendak menghampirimu dan menolongmu truk itu sudah terlebih dahulu menbrakmu dan…. dan….” aku tak sanggup lagi meneruskan perkataanku. Aku menghela nafasku, menahan air mata yang sudah berlinang di pelupuk mataku.

”untuk apa aku menghampiri mu saat itu?” tanyanya dengan nada yang sangat dingin. Aku menatapnya. Apa sebenarnya ia sudah tahu semua? Kenapa ia tiba-tiba menanyakan ini padaku?

”niga modu algaesoyo? (kau sudah tahu semuanya?)” tanyaku.

”ani, nan mwolla. Marhae, untuk apa aku menghampirimu?”

”karena,. Karena, aku ingin…… ingin mengenalkanmu pada orang yang ku…… kucintai…. tapi orang itu……….”

”jadi semuanya benar?” ia tiba-tiba memotong pembicaraanku ketika aku hendak menjelaskan siapa orang itu. Saat aku hendak mengatakan bahwa sebenarnya orang itu adalah dirinya sendiri. Orang yang ingin kukenalkan pada yonae adalah park yonae. Kau yang kucintai yonae-ah.

”jadi semua yang leeteuk oppa bilang benar? Kau menyakitiku saat itu?” tanyanya. Aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang dikatakannya. Aku menatapnya yang mulai menangis dengan bingung.

”geureojiman, orang itu… orang yang kucintai itu sebenarnya………….”

”YONAE-AH!!” perkataanku terpotong saat aku mendengar seseorang meneriaki nama yonae. Aku menoleh. Oh.. tidak. Kulihat leeteuk hyung datang menghampiri kami.

”oppa?”


”apa yang kau lakukan disini bersama orang ini, ha?” tanya leeteuk hyung sambil menunjukku.

”hyung!” aku memanggil leeteuk hyung. Ia menoleh. Tatapannya sangat tajam dan sinis. Sangat terlihat bahwa ia sangat membernciku saat ini. yah.. semenjak kejadian itu, persahabatan kami hancur.

”mwoga? Kau mau menyakiti dongsaengku lagi?” bentaknya padaku.

”yonae-ah ayo kita pulang.” leeteuk hyung menarik lengan yonae dengan paksa. Yonae hanya menurut. Ia tak memanggilku dan bahkan juga ia tak menoleh hanya sekedar untuk menatapku. Ia hanya berjalan tergopoh-gopoh mengikuti langkah cepat leeteuk dengan membelakangiku. Sedangkan aku, aku hanya terdiam. Aku masih tak mengerti dengan apa yang barusan yonae katakan. Aku menyakitinya? Bagaimana bisa? Ahh benar. Aku telah menyakitinya dengan membuatnya amnesia seperti saat ini.

Aku berjalan dengan lemas meninggalkan bangunan sekolah ini. kutendang sebuah kaleng yang ada di hadapanku. Aku mengumpat, dan memukul kepalaku sendiri. Harusnya aku tak mengatakannya. Harusnya aku tak mengatakan bahwa saat itu aku hendak memperkenalkan orang yang kucintai. Seharusnya aku langsung saja mengatakan bahwa aku mencintainya. Saranghae yonae-ah! Andai waktu bisa di ulang kembali.

***


YONAE POV

”yonae-ah ayo kita pulang.” Leeteuk oppa menarik lenganku dengan kasar. Aku hanya mengikutinya. Aku hendak menolehkan kepalaku ke arah yesung oppa. Namun aku mengurungkan niatku.

”oppa! Sakit.” rintihku pada oppa yang masih saja menarikku. Entah membawaku kemana. Namun ia tak menghiraukanku. Ia tetap saja berjalan cepat.

”OPPA!!!” bentakku. Aku hempaskan tanganku sehingga terlepas dari cengkraman kuatnya. Ia menatapku geram. Aku hendak mengatakan sepatah kata padanya namun kuurungkan karena kepalaku yang tiba-tiba sakit. Kini dipikiranku terputar lagi sebuah peristiwa. Aku memejamkan mataku. Sakit sekali rasanya. Beberapa peristiwa berputar cepat diwaktu yang bersamaan. Pandanganku berputar. Aku tak kuat lagi dan akupun jatuh.

”yonae-ah!” aku masih bisa mendengar suara oppa memanggilku. Namun aku tak sanggup untuk sekedar mengatakan bahwa aku tak apa. Kurasakan tangan oppa memegang bahuku.

Rasa sakit dikepalaku ini sangat menguasaiku. Sakit sekali. Aku pusing karena beberapa peristiwa yang masih terus berputar dipikiranku. Peristiwa saat omma meninggal, saat pemakaman omma, saat oppa berulang tahun, saat aku lulus SMP, saat bermain dengan ceria bersama oppa, saat aku mendengar appa dan omma bertengkar. Semua, semuanya terputar jadi satu. Dan kurasakan gelap. Kini jatuh pingsan.

***

AUTHOR POV

Melihat yonae yang tiba-tiba jatuh pingsan, leeteuk segera membawanya ke rumah sakit. Ia menggendong tubuh lemas yonae, memasukkannya ke dalam mobil dan langsung tancap gas menuju rumah sakit.

”suster tolong adik saya!” ujar leeteuk pada seorang suster yang ia temui di depan rumah sakit itu. Suster itu lantas berlari mengambil ranjang dorong dan lekas membawanya ke UGD.

Leeteuk sedari tadi modar-mandir menunggu dokter itu keluar dengan cemas. Ia sangat takut jika eun soh terjadi apa-apa.

”leeteuk!” panggil seseorang. Leeteuk membalikkan badannya dan melihat ayahnya yang berjalan menghampirinya.

”bagaimana keadaan yonae?” tanya ayahnya seketika. Leeteuk tidak menjawab. Ia hanya menggeleng. Tak lama setelah kedatangan ayahnya, dokter yang menangani yonae pun keluar. Leeteuk bergegas menghampiri dokter itu dan menanyakan keadaan adik kesayangannya.

”gokjonghajimaseyo! Dia tidak apa-apa. Dia hanya mulai mengingat sesuatu. Anda bisa langsung membawanya pulang. Sillyehamnida!” jelas dokter itu dan langsung pamit pergi. Leeteuk yang mendengarnyapun senang. Begitu juga dnegan ayahnya.

***


LEETEUK POV

Aku yang mendengar bahwa yonae telah mengingat sesuatupun menjadi sangat senang. Begitu juga dengan ayah. Kamipun memasuki ruangan dimana yonae dirawat. Tiba-tiba suara handphone berdering. Itu milik appa, ia segera mengangkat telepon itu dan berjalan keluar kamar.

Aku menghampiri ranjangnya. Ah.. ternyata ia masih tidur. Aku duduk di sebuah bangku yang ada disamping ranjang itu.

“leeteuk… ahh… appa harus segera pergi. Tadi appa mendapat telepon ada sedikit masalah. Appa harus segera terbang lagi ke macau.” ujar appa sembari berjalan masuk kekamar ini.

”tapi appa kan baru saja pulang. Dan yonae juga belum sadar.” sergahku saat oppa telah bergegas memakai jaketnya.

”appa tau. Tapi ini sangat penting. Mengertilah. Appa akan berusaha cepat pulang. Salam untuk adikmu saat ia sudah sadar.” ujar appa setelah mengecup kening yonae yang masih tak sadar. Aku hanya mengangguk lemah. Padahal jika yonae sadar aku ingin membuat pesta untuk yonae, mengetahui ia sudah mulai mengingat sesuatu. Jarang sekali kami punya waktu bersama. Ia selalu saja sibuk dengan urusannya.

Tak lama setelah appa pergi, kulihat yonae mulai sadarkan diri.

”yonae-ah?” aku berjingkat dan menggenggam tangannya. Ia membuka perlahan matanya dan mengerjapkan matanya cepat.

”oppa? Aku… aku… aku tadi seperti melihat video. Cepat sekali dan membuatku pusing….aw…” yonae memekik saat mencoba bangun dari tidurnya. Kurasa ia masih sedikit pusing, jadi kusurh saja ia untuk tetap berbaring.

”dokter bilang kau sudah mulai mengingat sesuatu.” ujarku gembira. Yonae menatapku heran. Lalu ia menatap langit-langit diatasnya. Sepertinya ia menerawang sesuatu yang aku tak tahu apa. Atau ia sedang berpikir.

”aku juga merasa aku seperti mengingat semuanya. Aku merasa……lebih lega. Mm oppa.. coba kau beri aku pertanyaan-pertanyaan!” ujarnya semangat. Apa?? Dia mulai merasa mengingat semuanya? Ahh aku lega mendengarnya. Pertanyaan? Apa ya?

”mm… begini. Kapan ulang tahun omma?”

”9 november.”

”kapan pemakaman omma diadakan?”

”10 januari.”

”kapan aku ulang tahun?”

”1 juli.” aku senang. Senangggg sekaliii saat mendengar jawaban-jawaban itu terlontar dari mulutnya. Dan semua jawaban itu benar. Bisa dipastikan ia mengingat semuanya. Kuharap begitu.

Tapi… berarti dia juga sudah mulai mengingat yesung? Apa dia sudah mengingat semua tentang yesung? Apa ia sudah menyadari rasa cintanya pada yesung?

”oppa… kenapa? Apa jawabanku semua salah?” tanyanya setelah beberapa saat hening.

”hah? Ani aniyo. Jawabanmu benar semua. Chukahae!” ujarku sambil mengusap kepalanya. Ia tersenyum manis. Lalu aku kembali terpikir. Apa ia sudah mengingat semua tentang yesung? Apa aku tanyakan saja?

’mmm… kau ingat kapan ulang tahun yesung?” tanyaku ragu-ragu. Matanya membelalak saat mendengar nama yesung ku sebut. Ia memalingkan wajah. Kulihat ia sedang berpikir.

”mwolla.” ujarnya lirih. Aku yang mendengarnya kaget. Mwo? Ia tak ingat? Apa benar? Apa ia tak berbohong mengetahui aku sangat membenci yesung saat ini?

”kau yakin? Neol mwollayo? Kau juga tak menyadari……….”

”ani… jeongmal mwollaseyo oppa. Aku juga tak menyadari perasaan cintaku itu.” potongnya saat aku sedang bertanya. Dia seakan tau apa yang ada dipikiranku sekarang ini.

Jadi dia sama sekali tak menyadarinya? Dia benar-benar belum mengingatnya?

”kenapa aku belum bisa mengingatnya?” tanya yonae lirih. Aku tak bisa menjawabnya. Aku hanya diam.

”wae oppa?”  tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum menanggapinya dan mengusap kepalanya. Sejujurnya aku senang saat tahu ia belum bisa mengingat yesung. Tapi aku tak mungkin mengatakannya pada yonae. Bagaimanapun juga ia adikku. Aku juga menghargai perasaan cintanya pada yesung, seandainya yesung tak menyakiti yonae. Mungkin aku akan menyetujui mereka. namun sayang kau telah melukainya yesung, itu akibatnya aku sangat membencimu saat ini.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>



Yüklə 2,58 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   14   15   16   17   18   19   20   21   ...   31




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin