Korean fanfiction all stars



Yüklə 2,58 Mb.
səhifə19/31
tarix07.04.2018
ölçüsü2,58 Mb.
#47417
1   ...   15   16   17   18   19   20   21   22   ...   31

YONAE POV

Esoknya..

Aku berjalan dengan sebuket bunga lili kesukaanku ditangan. Yahh.. kini aku yakin aku telah mengingatnya. Ah.. tidak tidak. Aku masih belum bisa mengingat yesung.

Kuedarkan pandanganku. Mencari sebuah makam dengan nisan bertuliskan, Kim Min Jung.

Aku masih terus berjalan mengitari makam ini. yahh.. sedikit lagi. Diujung barat sana. Akhirnya aku sampai di makam ibuku. Ku letakkan bunga lili yang ku bawa didekat batu nisan ibuku.

Lalu aku mendoakannya. Aku memandang batu nisan itu, kuusap batu nisan itu dan air mata mengalir dari pelupuk mataku.

”annyeonghaseyo omma. Omma bogosipo! Kau tahu? Kini aku sudah bisa mengingat lagi. Aku ingat ulang tahunmu, aku ingat saat kau melahirkanku, aku ingat hari pernikahanmu dan appa. Dan…aku ingat hari kematianmu.” ujarku sambil mengusap air mata yang terus mengalir. ”tapi.. kenapa aku masih tak bisa mengingat satu orang. Ia yesung. Kata oppa aku mencintainya. Tapi entah mengapa perasaan itupun hilang seiring ingatanku yang hilang. Tapi aku merasa jantungku berdegup kencang saat aku bertemu dengannya. Apa ini yang dinamakan cinta? Tapi aku sama sekali tak meningatnya, omma. Ottchaeso?” aku menunduk dihadapan makamnya. Aku menangis. Dan aku sama sekali tak tahu untuk apa aku menangis. Entah karena aku merindukan omma. Atau karena aku tak bisa mengingat yesung?

ajikggaji mothaejun geumal

moki meyeo sikeunhan geumal

nuguboda saranghae

ojik neowa na nannana nannana nanna i sungani haengbokhae jeongmal

naege waseo gomawo jeongmal

nareul da julhan saram

ojik neowa na nannana nannana baro neo

ku dengar hanphoneku berdering. Ku ambil handphoneku dari dalam tasku. Kulihat layarnya. Hye ri?

”yoboseyo?” sapaku.

yoboseyo. Yonae-ah? Aku dengar kau sudah bisa mengingat. Apa benar?”

”huum.” sahutku.

waahh… aku turut senang mendengarnya. Kalau begitu kau kerumahku ya? Sudah lama kita tidak bermain bersama” ujarnya riang.

”geurae. Aku akan kerumahmu.”

aku tak akan memberitahumu alamatku. Kuharap kau benar-benar sudah mengingat semuanya. Ne, annyeong!” aku memutus hubungan telpon itu sambil tersenyum. Kumasukkan handphoneku ke dalam tas dan menatap kembali nisan ibuku.

”omma. Aku pulang dulu ya! aku janji akan datang lagi.” ujarku. Aku mencium nisan itu dan beranjak ke rumah hye ri.

***


”wahhhhh….. yonae!! Ternyata kau benar-benar sudah mengingat.” ujarnya senang dan langsung memelukku ketika ia membukakan pintu untuku. Aku  balas memeluknya. Dasar. Aku tersenyum.

”ani. Aku belum sepenuhnya mengingat.” ujarku lirih namun masih kusunggingkan senyumku. Ia tampak heran dengan apa yang kukatakan.

”apa maksudmu?” tanya hye ri sambil mempersilahkan aku masuk ke rumahnya. Kami berdua duduk disofa yang ada di ruang tamu.

”aku belum mengingat yesung oppa. Tidak sama sekali.” aku menundukkan kepalaku mengamati sepatuku. Hye ri tak menanggapi pernyataanku tadi. Aku mendongakkan kepalaku dan menatap hye ri yang juga sedang menatapku dengan tatapan ’jangan berbohong padaku’.

”aku serius. Aku tak mengingatnya. Aku tak mengingat setiap kejadian yang pernah kita alami dulu. aku tak mengingat tanggal ulang tahunnya. Aku tak mengingat bagaimana rasa mencintainya. Aku tak mengingat sama sekali tentang dia kecuali namanya. Memang aku sering menyebut namanya saat aku tak sadar, tapi…… saat ini aku sama sekali tak mengingatnya.” jelasku panjang lebar pada hye ri. Hye ri yang mendengarnya shock. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku merasa pikiranku kacau. Entah mengapa aku sangat merasa payah saat tahu aku tak bisa mengingat yesung oppa sama sekali.

”tapi kau kan sangat dekat denganya. Bahkan bisa dibilang kedekatanmu dengannya melebihi kedekatanmu dengan oppamu sendiri. Tapiii.. kau bahkan sama sekali tak mengingat tanggal lahirnya?” hye ri mendekat kearahku dan merendahkan kepalanya menatap wajah frustasiku.

”ne, mwolla. Dan jangan beritahu aku. Aku ingin aku tahu dengan sendirinya.” ujarku lemas. Aku menghempaskan tubuhku ke badah sofa itu. Aku menghela nafas dan memikirkan kenapa kau sama sekali belum bisa mengingat yesung.

Ia sangat dekat denganku. Kami selalu terlihat bersama. Aku bahkan mencintainya. Tapi kenapa aku sampai tak bisa mengingatnya? Aneh. Mungkin sangat menyakitkan jika aku mengingatnya, mengetahui oppa pernah berkata bahwa yesung telah menyakiti hatiku. Tapi aku tak berpikir seperti itu. Aku sangat ingin mengingatnya. Dan aku rasa aku …. aku memang mencintainya.

***

Esoknya………..



Disekolah……..

Aku duduk berdiam diri di taman belakang sekolah. Aku menatap tanah tempatku berpijak. Aku menatap kosong.

”yonae-ah. Apa yang kau lakukan disini sendiri?” seseorang menyadarkanku dari lamunanku. Aku tersentak.

”apa aku mengagetkanmu?” tanyanya. Kutengadahkan kepalaku. Ternyata kim ryeowook. Sahabat yesung. Aku tersenyum masam kearahnya. Ia duduk disampingku.

”aku dengar kau sudah mengingat kembali? Aku senang mendengarnya.” ujarnya sambil tersenyum padaku.

”gomawo.” balasku singkat.

”apa kau sudah memberitahu yesung?” tanyanya. Aku menundukkan kepalaku lalu menggeleng lemah.

”wae? Ia pasti akan senang. Dan pasti ia akan mengatakan sesuatu yang akan membuatmu sangat bahagia.” ujarnya padaku. Mengatakan sesuatu? Apa? Aku diam tak menanggapi pernyataannya. Aku berpikir.

”ani. Dia pasti tak akan senang.” ujarku lirih. Kurasa ia pasti kaget dengan ucapanku. Dan benar saja. Saat ini ia sudah menatapku dengan penuh heran.

”aku mau kekantin. Kau mau ikut?” tanyaku padanya. Ia hanya menggeleng dan tersenyum. Lalu aku berjalan meninggalkannya menuju ke kantin. Kupikir sedikit makanan akan membuat pikiranku lebih tenang.

***

Dikantin………



”ahjumma, jajangmyonnya satu ya. sama teh botolnya satu.” (emang ada teh botol disana?). tak lama aku menunggu, pesananku telah siap. Aku mengedarkan pandanganku. OMO…. ramai sekali. Dimana aku harus duduk?

”yonae-ah!” kudengar seseorang memanggilku. Aku kembali mengedarkan pandanganku.

Yesung oppa. Orang yang memanggilku tadi adalah yesung oppa. Apa yang harus kulakukan? Aku harus kesana? Tapi aku harus bagaimana dihadapannya? Atau aku menghindar saja? Tapi aku tak mau menyakitinya. Ia pasti mengira yang tidak-tidak jika aku menghindarinya. Akupun masih berdiam di tempat aku berdiri.

”hey! Jangan berhenti ditengah jalan. Kau ini!” seseorang mendorongku. Aku menoleh dan hanya mengatakan maaf padanya.

Baiklah. Aku pasrah. Aku berjalan menuju tempat yesung oppa duduk.

”annyeong oppa!” sapaku supaya terlihat sebiasa mungkin.

”ne, annyeong! Duduklah.” ujarnya sambil menepuk-nepuk tempat kosong disampingnya. Aku pun mendudukkan tubuhku di sampingnya. Kudengar seseorang berdeham atau bersiul saat aku duduk disamping yesung oppa. Apa selalu seperti ini saat kami bersama?

Akupun mulai menyantap makananku dalam diam. Kulihat ia sedikit bercanda dengan teman-temannya.

”hya! Yesung-ah, kenapa kau mendiamkannya? Apa kita perlu pergi dari sini?” ledek seseorang pada yesung oppa. Kurasa wajahku memanas. Pasti wajahku merona merah saat ini. yesung oppa hanya tersenyum menanggapi.

OMO.. apa yang harus kukatakan padanya untuk menghindari kecanggungan ini?

”oppa.” mulaiku. Aku menelah ludah. Ia menatapku. Lekat sekali.

”aku sudah bisa mengingat sekarang.” ujar sambil memaksakan senyumku padanya.

”jeongmal?” tanyanya tak percaya. Aku hanya mengangguk lemah.

”brarti kau sudah mengingatku?” tanyanya kemudian. Wajahnya sangat menampakkan bahwa ia sangat senang. Aduh… apa yang harus kujawab. Apa aku harus berbohong? Tapi bagaimana jika dia bertanya sesuatu dan aku tak bisa menjawabnya? Tapi jika aku jujur………

”ani. aku belum mengingatmu.” ujarku lirih dan menundukkan kepalaku sedalam-dalamnya. Kurasa ia sangat kaget dengan jawabanku. Hening sejenak. Bahkan teman-temannya yang sedari tadi menggoda kami kini terdiam seakan tak ingin terlibat.

”mwora ige? Aku berusaha menunggu, bersabar, dan kau tak mengingatku?” tanyanya dengan nada yang berubah menjadi dingin. Aku menundukkan kepalaku semakin dalam.

”mianhae.”

”kau… kau mengingat semuanya tapi kau TAK MENGINGATKU??!!” bentaknya padaku.

”oppa!” sergahku padanya. Kini semua mata tertuju pada kami setelah mendengar yesung berteriak. Semua orang. Beberapa pasang mata mengamati kami dan beberapa pasang telinga akan mendengar semua perdebatan kami.

”oppa, mianhae. Kita bicarakan diluar.” ujarku dan berdiri hendak keluar dari kantin itu. Namun ia menarik lenganku. Aku masih membelakanginya dan berusaha melepaskan genggamannya.

”aku akan membuat kau mengingatku.” ia memutar tubuhku dan menarikku mendekat. Ia menatapku lekat. Dan dalam hitungan detik bibirnya sudah menyatu dengan bibirku. Aku sangat kaget dengan apa yang ia lakukan. Apa ia tak berpikir, semua orang sedang memperhatikan kita?

Aku lantas mendorongnya menjauh.

”kau tahu aku sangat sengsara dengan ini? neol ara? Onjena gidariseyo! (aku selalu menunggumu.) aku menunggu sampai kau akan mengingatku.” ia berkata dengan lemah. Kulihat air mata mulai mengalir dipipinya. Entah mengapa hatiku sangat sakit saat melihat ia menangis.

”geotjimal. KAU JANGAN BERBOHONG PADAKU. KAU PASTI MENGINGATKU!”

”OPPA CUKUP!” aku berusaha menghentikan setiap emosinya yang kalut. Aku menatapnya. Untuk apa ia marah jika aku tak mengingatnya?

”aku tak bisa mengingatmu oppa. Mianhae. Opseo. Bukankah kau mencintai orang lain? Kenapa kau marah saat mengetahui aku tak mengingatmu?” ujarku datar padanya. Matanya membelalak saat aku mengatakan kalimat-kalimat itu.

”yonae-ah… orang yang kucintai itu adalah kau!” ujar yesung sambil beranjak pergi meninggalkanku. Aku mencoba mencerna apa yang ia katakan tadi. Orang yang ia cintai adalah aku? Tapi bukankah dulu katanya………..

”oppa, mianhae. Aku bodoh. Baboya! Aku bodoh karena tak bisa mengingatmu! Mianhae!” ujarku lirih dan aku mulai menangis. Deras air mata yang keluar. Aku menyesal mengatakan hal itu. Aku menyesal. Dan inikah yang dimaksud ryeowook? Ia akan memberitahukan suatu hal yang akan membuatku bahagia? Dan ternyata orang yang ia cintai itu aku? Orang yang katanya akan ia perkenalkan padaku adalah diriku sendiri? Aku sungguh tak mengerti, oppa.

I Can’t Remember You

The End


***

P.S: mianhae. Ff ini kayaknya mengecewakan. Ceritanya jadi seperti ini. mianhae. Jika ada yang kurang srek dengan ff ini jangan segan untuk mengatakannya. Author kehabisan ide. Jika ada yang tidak suka dengan karakter tokoh saya mohon maaf. Mohon commentnya ya!! judul berikutnya ”now, I Remember you!”. dan itu adalah part terakhir dari cerita ini. gomawo yang sudah membaca. *bowed.


I love my brother
Judul    : [ONESHOOT] I love my brother.

Author : Amanda (@mandaviola) / Park Yoonra

Cast    :


  • Ok Taecyeon

  • Park Yoonra

  • Cameo : Kim Jonghyun, Kim Sunjae, Park Jungsoo

Genre  : Romace, AU

Rating  : PG-13

Annyeong! Ini FF pertamaku hehe semoga bagus dan menghibur ya J

NO SILENT READERS, NO BASH, COMMENT PLEASE!

Aku masih baru jadi butuh komen dan kritik dari kalian :d

Hujan. Lagi-lagi hujan, aku sangat membenci hujan. Tak terasa sudah 3 tahun sejak kejadian itu.

“Yoonra! Jangan melamun,” seru Sunjae memecah lamunanku. “Lagi-lagi memperhatikan hujan, masih belum bisa melupakan kakakmu ya?”

Aku menggeleng sambil tersenyum, “tidak, hanya sedang memikirkan gerakan baru yang harus kupelajari.”

“Kalau begitu ayo cepat pulang, Taecyeon sudah menunggumu tuh. Aku pulang duluan ya, Jonghyun oppa sudah menjemput, kami akan pergi kencan hari ini,” ucap Sunjae sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aku menoleh ke arah pintu kelas. Terlihat sesosok namja jangkung. Tampan. Dan sedang tersenyum ke arahku sambil melambaikan tangannya.

“Yoonra! Mau tunggu apa lagi? Ayo pulang,” ucapnya dengan sedikit keras.
“Ne, aku sedang beres-beres, kau tidak lihat?”
“Hey sopanlah sedikit pada ‘oppa’mu ini.”
“Iyaaaa oppaaaaaaaa,” jawabku dengan sedikit malas, namun seulas senyum tersungging di bibirku.

Oppa meninggal dengan tragisnya di tengah hujan. Bayangannya tergambar setiap kali aku melihat hujan. Orang-orang tak berperasaan itu terus menghantamnya tanpa ampun. Aku berteriak sekuat tenaga, namun bunyi hujan mengalahkan suaraku yang mulai terisak-isak.

“Ayo cepat, aku tidak mau ‘dongsaeng’ku tersayang melamun berlama-lama melihat hujan,” ucap namja itu sambil merangkulku.



Ok Taecyeon. Sejak hari itu, aku terus menangis setiap kali melihat hujan. Sampai akhirnya muncul namja ini. Ia sering melihatku menangis di pojok kelas. 
“Biar aku yang menggantikan oppa mu, aku akan menjaga dan melindungimu mulai saat ini. Aku berjanji.”

“Ini hadiah untukmu,” tiba-tiba Taecyeon menyodorkan dua lembar tiket taman ria.


“Hey! Ini kan taman ria yang baru buka! Benar ini untukku? Aaaa gomawo!”
“Tidak, bohong. Iya lah Yoonra, ini untukmu sebagai hadiah karena sudah membuatku menunggu lama hari ini, hahaha,” tawanya usil.
“Haaish kau ini! Gomawo Taecyeon,” ucapku sambil menunjukkan senyum termanisku padanya.
“Bagaimana kalau lusa hari sabtu kita pergi? Sudah lama kita tidak mengobrol banyak.”
“Wah mau mau mau! Jemput aku ya! Kekeke,” aku tak dapat menahan senyumku. Senang rasanya mendapat tiket sekaligus pergi bersama orang yang kusukai.

Entah sejak kapan aku menyukainya, ‘oppa’ku, Taecyeon. Ia selalu menjagaku dan menungguiku ketika di sekolah. Menghibur dan membuatku tersenyum ketika aku sedih. Menjagaku di rumah sakit ketika aku harus di opname karena sakit typhus. Serta sentuhan lembutnya ketika ia merangkul atau mengandeng tanganku.

Tapi aku memiliki suatu masalah. Ya, selama ini Taecyeon hanyalah pengganti oppa ku. Dia juga selalu menjagaku seperti dongsaengnya, sepertinya tidak lebih. Aku takut jika aku mengungkapkan perasaanku, kami tidak bisa lagi seperti dulu.  Dan aku juga tak tahu apakah ia memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak.

“Hey jangan melamun, ayo jalan!”


“Ne, aku tidak melamun kok, ka……”

BRUAK! Sesosok pria tinggi besar dan berwajah menyeramkan—berkumis, hidung mancung dan sedikit bengkok, rambut tipis yang hampir botak—muncul dengan wajah marah. Aduh ini semua karenaku, gara-gara aku melamun sambil jalan tadi, jadi Taecyeon menabrak orang seram ini.


“Mianhae! Jeongmal mianhae!” Aku membungkuk-bungkukkan badang ke hadapan orang itu, begitu juga Taecyeon. Orang itu tidak menjawab, hanya menunjukkan raut mukanya yang marah, dan terlihat bekas goresan yang cukup dalam di lengan kirinya. Omona! Sepertinya lengan kiri pria itu mengenai resleting tasku yang sudah rusak, ujungnya memang sedikit tajam. Melihat hal itu aku segera meminta maaf lagi.
“Kau lihat apa yang telah kau perbuat pada lenganku?” Ucap pria besar itu dengan mata melotot dan melihat ke arahku, sekujur tubuhku merinding.
“JAWAB!!” Hentaknya dengan keras kepadaku sambil mengangkat tangan besarnya.
“Wanita ini sudah minta maaf! Jangan membesar-besarkan masalah ini lagi!” Taecyeon tiba-tiba memegang tangan pria itu dan  berbicara dengan alis tebalnya yang menunjukkan wajah sedikit marah.
“Sudah Yoonra, ayo pergi!” Taecyeon menarik tanganku lalu segera berjalan kembali. Aku sedikit lega, tapi aku bisa mendengar pria besar tadi mengatakan sesuatu, namun aku tak tahu apa itu. Akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing seperti biasanya.

Keesokan harinya, seperti biasa aku pulang sekolah bersama Taecyeon. Aku menyuruhnya menunggu di kelas karena aku harus menyelesaikan praktik memasak. Menu hari ini adalah muffin cokelat, kue kesukaan Taecyeon. Tidak ada salahnya kan jika aku memberikannya muffin sebagai hadiah balasan tiket kemarin?

Aku berjalan menuju ruang kelasnya. Terlihat seorang namja yang sedang menyandarkan kepalanya di atas meja.   Dasar, baru menunggu sebentar saja ia sudah ketiduran, yah biarkan saja pasti ia lelah karena ujian hari ini. Handphone miliknya diletakkan di sebelah tangannya. Yaampun! Taecyeon lupa mengunci hpnya, dasar. Kuambil handphone berwarna hitam tersebut dan menyalakannya…………..hey! Foto siapa ini? Seperti seseorang yang tak asing bagiku……………..Suzy, salah seorang sunbae-ku di sekolah ini. Taecyeon memang sekelas dengannya, dan gossipnya ia sedang dekat dengan Suzy. DEG! Jangan-jangan Taecyeon dan Suzy………….aish aku tak bisa berpikir jernih!! Lupakan Yoonra lupakan! Kau tak punya hak untuk mencampuri urusan percintaanya. Sesaat aku memukul-mukul kepalaku, dan Taecyeon terbangun dari tidurnya. Secepat kilat aku mengunci dan meletakkan hp itu kembali ke tempatnya semula.

“Hey kenapa kau tak membangunkanku?” Tanya Taecyeon setengah mengantuk.


“Kau tidur pulas sekali, aku sampai tidak tega membangunkanmu, hahaha,” jawabku seadanya. Ingin aku menanyakan tentang foto Suzy yang ada di HPnya, tapi nanti ia mengira macam-macam.
“Ayo pulang,” ajaknya sambil merangkulku seperti biasanya.

Sabtu siang, Taecyeon menjemputku dengan motor putih kesayangannya. Kami sampai di taman ria sekitar pukul 2 siang. Aku berdandan cukup lama agar tampil semanis mungkin hari ini. Mini dress berwarna salem yang kupakai berkibar-kibar seirama dengan rambut panjangku yang poninya dijepit menggunakan jepit bunga. Taecyeon pun tak kalah ganteng hari ini, ia menggunakan jaket kulit coklat dan kaus hitam, serta celana panjang jeans yang membuatnya terlihat gagah.

“Ayo naik itu,” ajak Taecyeon sambil menggandeng tanganku.
“Waaaah ayoooo! Sudah lama aku ingin mencobanya!! Pasti asyik sekali!”
“Ya, apalagi jika kau pergi bersamaku hahaha,” huh dasar narsis! Tapi yasudahlah, memang aku senang pergi berdua dengannya.

Tak terasa sudah pukul 7 malam. Hari mulai gelap, namun taman ria semakin ramai oleh pasangan-pasangan muda. Kami melihat suatu wahana yang sangat ramai oleh pasangan-pasangan.


“Ferris wheel!!!!” Seruku sambil menunjuk wahana tersebut.”
“Mau naik itu? Ayo!” Taecyeon menarik tanganku dan kami segera mengantri untuk menaikki ferris wheel.
Setelah mengantri cukup lama, tinggal dua pasangan lagi lalu giliran kami tiba.

Drrrrt drrrrrt…..
“Annyeong. Suzy-ah! Ada apa? Hahahaha, ne, ne, nanti saja ya, aku sedang menemani ‘dongsaeng’ku pergi ke taman ria. Hahaha ne, annyeong!” Taecyeon menutup handphone nya. Sejenak raut mukaku menjadi cemberut dan kesal, lalu aku berjalan keluar barisan.
“Yoonra-ah! Apa yang terjadi denganmu? Ayo naik! Ini giliran kita!” Seru Taecyeon seraya menahan tanganku.
“Aku tidak mau naik,” ucapku pelan. Apa-apaan! Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagiku, kenapa ia harus menerima telepon dari Suzy, dan dengan sangat menyenangkan. Huh!
“Ada apa denganmu? Ayo naik!” Taecyeon menarik tanganku masuk ke dalam ferris wheel.

Pemandangan kota di malam hari sungguh indah, lampu-lampu yang menghiasi membuat hati menjadi hangat. Kami duduk terdiam dalam ferris wheel, tak satupun mencoba menghangatkan suasana. Tiba-tiba Taecyeon memecah keheningan yang menyelimuti kami.

“Jadi……..ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba mukamu memerah dan mendadak tidak ingin naik?”
Aku hanya diam mendengarkan kata-katanya.
“Hey aku berbicara kepadamu Yoonra! Kenapa kau aneh sekali? Aku tidak ingin ‘dongsaeng’ku….”
“Dongsaeng, dongsaeng! Apa kau tak pernah memikirkan perasaanku? Kau hanya menganggapku sebagai ‘dongsaeng’mu yang kecil, tidak lebih. Berbicara dengan Suzy di telepon dengan terbahak-bahak dan dengan wajah senang, kau kira aku suka melihatmu begitu? Setiap hari di kelas aku melihatmu dikelilingi yeoja-yeoja manis dan di lokermu selalu ada surat cinta dari penggemarmu. Juga menyimpan foto Suzy di handphone, dan selalu memasang wajah manis di sekolah. Kau kira aku senang? Kau tak sadar bahwa aku takut kehilanganmu? Apa rasa sayangmu padaku tidak lebih dari sekedar ‘adik dan kakak’? Apa kau suka pada Suzy? Apa kau tak merasakan perasaan sedikitpun ketika bersamaku? Pernahkah kau memikirkan perasaanku?!” Tangisku meledak, aku tak dapat menahannya lagi. Semua usai sudah. Jika pernyataanku ditolak, matilah. Aku tak tahu harus berbuat apa lagi setelah berkata-kata seperti itu.

“Hey, apa kau juga tak memikirkan perasaanku? Menjadi ‘oppa’mu selama 3 tahun, apa aku tahan hanya menjagamu sekedar itu saja? Apa aku tahan hanya dapat merangkul atau menggandengmu? Apa aku mau dikelilingi yeoja-yeoja di kelas dan tak leluasa bertemu denganmu selain pulang sekolah?” Aku terkejut mendengar kata-katanya, sejenak tangisku berhenti. Apa artinya ini?

“Lalu, bagaimana dengan foto Suzy di HPmu, dan telepon dari Suzy tadi?” Tanyaku hati-hati.
“Yoonra, kau tahu kan Junho sahabatku? Dia suka pada Suzy, dan aku diminta menjodohkan mereka. Aku memotret Suzy diam-diam di kelas untuk diberikan pada Junho, juga telepon darinya tadi untuk mengatur pertemuannya dengan Junho. Jadi kau marah karena itu? Hahaha,” tawa Taecyeon kepadaku.
“Ya! Kalau begitu aku marah lagi! Kau masih bisa tertawa setelah melihatku begini? Kau tertawa karena melihatku cemburu dengan Suzy? Apa kau benar sayang padaku Taecyeon-ah? Aku benci sekali padamu Ok Taecyeon! Kenapa kau begitu mengesal…………..kan”
Belum selesai aku berbicara, tiba-tiba Taecyeon memelukku jatuh ke dalam dekapannya.

“Sudah, jangan berbicara lagi. Dasar bodoh, tentu saja aku sayang padamu. Apa kurang dengan bukti aku menungguimu setiap hari? Kau kira menunggu seorang yeoja di sekolah dan menunggunya berdandan selama 2 jam bukanlah hal yang membosankan? Untuk apa aku melakukan itu semua? Karena aku sayang padamu Yoonra.”

Aku terdiam mendengarkan kata-katanya. Aku tak tahu harus berkata apa. Masa aku harus berkata “Saranghaeyo oppa” haiisshh. Aku hanya diam mematun dalam pelukannya yang hangat.

“Masih belum cukup buktinya? Baiklah.” Baiklah? Hey apa yang akan dilakukannya? Ia melepas pelukannya padaku, dan berdiri menghadap jendela sambil mengangkat tangannya mendekati mulut.

“SARANGHAE PARK YOONRA!! SARANGHAEYO!!” Apa-apaan Taecyeon, ia berteriak dengan sangat keras, untung kami sedang berada di dalam ferris wheel.
“Hey apa-apaan kau! Untuk apa berteriak seperti itu, haish,” aku mencoba memarahinya, tapi tanpa kusadari wajahku bersemu merah. Ya, aku senang sih, hehehe.
“Sudah cukup untuk membuktikan bahwa aku sayang padamu? Bahwa aku mencintaimu? Hey kau tahu kan aku paling tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.”
“Ne, gomawo Taecyeon. Saranghaeyo.” Aku membalasnya dengan senyum, ia pun begitu. Kami menghabiskan waktu di ferris wheel sambil berpelukan. Ya, aku sangat menyayangimu Ok Taecyeon.

Setelah turun dari ferris wheel, kami memutuskan untuk pulang, karena hari juga sudah cukup malam.


“Aih hujan! Ayo kita menepi!”
Hujan deras mengguyur Seoul. Banyak orang sudah pulang dengan menggunakan payung atau naik mobil. Jalan juga sudah cukup sepi karena hari sudah malam.
“Kapan berhentinya? Bagaimana kalau kita nekat saja?” Keluhku pada Taecyeon.
“Jangan, nanti bagaimana kalau kau sakit Yoonra?”
Hhh bawel sekali namja ini, bahkan ia lebih bawel dari ibu kakak sepupu ibunya nenek ibu.

Tiba-tiba, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan kami. Pintunya dibuka, dan muncullah lima orang laki-laki bertubuh besar berpakaian serba hitam. Mereka berjalan ke arah kami. OMONA ada apa ini?! Bulu kudukku berdiri, Taecyeon merangkulku mendekat padanya. Aku gemetar, firasat buruk menghantui pikiranku. Orang-orang tersebut melihat ke arah kami.

Seorang laki-laki tiba-tiba menarikku dengan kasar.
“YOONRA!!” Taecyeon berusaha menarikku namun ia malah didorong dengan kasar hingga terjatuh di aspal.
Pintu mobil di belakang terbuka, tampak sesosok yang tak asing bagiku, laki-laki berbadan besar dan berhidung bengkok yang waktu itu kutabrak di tengah jalan.
“Hi, apa kabar nona…hum dan pacarmu ini? HAHAHAHA akan kutunjukkan apa akibatnya jika menyentuh apalagi melukaiku setitik saja!” Aku menggigil di tengah hujan yang deras ini, tak ada satu orang pun yang lewat jam segini. Tanpa kusadar salah seorang dari mereka sudah mengayunkan tongkat ke arahku.
“Jangan sentuh Yoonra!” Taecyeon menghadang mereka dengan memelukku, tapi…….apa yang terjadi?
“Taecyeon!!! Taecyeon-ah!!” Taecyeon terjatuh ke aspal, kepalanya berdarah akibat terkena tongkat tadi.  Aku berusaha melawan sekuat tenaga, akan tetapi pada akhirnya aku hanya terjatuh dan Taecyeon berusaha melindungiku.
“Bereskan saja pacarnya!” Perintah laki-laki besar berhidung bengkok itu kepada anak buahnya. Tiga dari mereka menghajar Taecyeon satu persatu, sedangkan yang lain mengambil tongkat kayu.
“Jangan pukul Taecyeon!! Aku tak mau orang yang kusayangi hilang untuk kedua kalinya!!!!”
Aku hanya dapat menangis tanpa melakukan apa-apa. Tenagaku sudah habis, mataku mulai gelap, badanku menggigil, kakiku lemas, namun aku tak mau Taecyeon seperti itu……di tengah hujan.
“JANGAAAAAAAANNN!!!!”

Oppa, kita mau kemana?”


“Kita ke supermarket saja yuk!”
“Aih hujan, ayo kita menepi!”
“Siapa mereka oppa?”
“Oppa! Oppa! Jangan pukul oppa ku!”
“Hentikan! Hentikan! Oppa! Oppa!”
“Jungsoo sekarat! Yoonra, jungsoo sekarat!”
“Oppa jangan tinggalkan aku! Oppa tidak boleh pergi!”
“Biar aku yang menggantikan oppa mu, aku akan menjaga dan melindungimu mulai saat ini. Aku berjanji.”
“Taecyeon saranghaeyo.”
“Jangan pukul dia!! Hentikaaaaan! TAECYEOOOOOON!!”

“Taecyeon! Taecyeon! Hh hhh hhh” Dimana aku? Apa yang terjadi padaku?


“Hey, lama sekali bangunnya.”
Loh Taecyeon? Bagaimana keadaannya?
“Taecyeon! Kau tak apa? Bagaimana keadaanmu? Bagaimana lukamu? Kau sudah sembuh? Apa yang terjadi pada kita?” Tanpa sadar aku melontarkan sederet pertanyaan kepada Taecyeon. Kepalanya dibalut rapi dengan perban, lalu ia tersenyum.
“Aku tidak apa-apa, tak usah khawatir, dokter bilang aku hanya perlu istirahat 3 hari di rumah sakit.”

“Lalu? Apa yang terjadi setelah itu?”


“Setelah kau pingsan dan membuat jantungku hampir loncat keluar, polisi datang. Katanya kawanan yang kemarin memukulku memang sedang buron. Mereka dikenal suka mabuk-mabukan dan membuat onar. Sekarang mereka semua sudah ditahan, tak usah khawatir.”
“Hhhhhh, lega rasanya. Apa kau tahu begitu melihatmu dipukul dan keluar darah dari kepalamu aku sudah mau mati? Hah rasanya aku semakin membenci hujan.”
Tiba-tiba Taecyeon memelukku. Hangat. Dan sangat nyaman.
“Yoonra-ah, aku melakukan itu semua untuk melindungimu. Aku rela mati demi kau.”
“Hey jika kau mati itu akan membuatku semakin sedih, babo!”
“Hahaha aku bercanda. Tapi serius sih. Yang jelas aku mencintaimu.”
“Ne, saranghae Taecyeon.” *kiss*

-THE END-

I Love You

Title : =Songfic= I Love You


Author: Chaeky
Casts : Key SHINee, Song Hyun Cha aka author
Genre: Romance
Rating: 15 aja lah :d
Length: Oneshot
Disclaimer:  Key’s Mine #PLAK

---------------------------------------------------------

The traces of you that fill my heart

Give me breath

When the night becomes engulfed by moonlight

Will this impossible waiting end?

Begging for a miracle, I respond

 

Kupandangi wajah sendunya dan kugenggam tangannya. Tak terasa sudah 2 tahun berlalu. aku masih setia menunggunya disini, berharap ia segera membuka mata indahnya sembari tersenyum manis seperti selama ini. Senyum yang membuat hatiku damai.



 

Oh love

I want to touch your heart

But I cannot speak

Like starlight hidden behind frozen clouds

I love you’



This painful confession always lie on my tongue

I’ll end it all

And let the words flow with my tears

Lidahku kelu, mulutku selalu terkunci bila berhadapan denganmu. Aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaan yang selama ini kupendam semenjak pertemuan pertama kita. Hanya candaan yang bisa aku berikan untuk menghibur hatimu, hatimu yang terluka oleh perasaan cintamu padanya.



The arrows that reached my heart

I guess are now a part of me

Even if it hurts so much

I want to die

You’re so deep inside me, I can’t remove you

Because it’s love

Because for me it is love

Cupid cinta menancapkan panah cintanya padaku, cupid cinta juga menancapkan panah cintanya padamu. Kita sama-sama jatuh cinta. Aku jatuh cinta padamu dan kau jatuh cinta padanya. Tak tahukah kau perasaanku?? Tentu saja kau tak tahu karena aku memang tak pernah mengatakannya padamu. Bagaimana bisa aku mengungkapkannya bila dari awal aku sudah tau kalau kau mencintainya. Cintamu padanya terlanjur dalam begitu juga dengan cintaku padamu. Ku coba tegar mendengar semua keluh kesahmu, semua cerita pahitmu tentang dirinya, semua kulakukan karena aku mencintaimu.



My love Even if I can’t be with you

Even if my feelings end, barred by a wall of destiny

I still love you,

If I can just be somewhere where I can see you

Because you’re my everything

Tak apa terluka, tak apa menderita. Your smile is mine too. Senyummu tak boleh hilang  . Aku selalu ada untukkmu :d

 

I’ve spent so many nights awake

So when my star like tears

start to fall like the half-hearted rain

Please remember

That I loved you

Setiap malam menjagamu disini. Selalu setia menunggumu. Saat kau terjaga nanti, aku berjanji tak kan membiarkanmu terluka lagi. I’ll tell you that “ I LOVE YOU”.



My love

Even if I can’t be with you

Even if my feelings end, barred by a wall of destiny

I love you,

If I can just be somewhere where I can see you

Because you’re my everything

My love (I need you)

Even if I can’t be with you

Even if my feelings end, barred by a wall of destiny

I love you,

If I can just be somewhere where

I can see you

Because you’re my everything

 

Aku mencintaimu, selamanya mencintaimu. Walaupun perasaanku ini tak terbalaskan, tak apa.Walau takdir ini tak akan menyatukan kita, tak apa. Hanya satu yang kupinta, BERBAHAGIALAH. Itu sudah cukup bagiku. Your Happiness is mine too ^^



 

It’s not a burden

Because you are

Because you are you

Through the pain

Through the tears

I love you

 

Aku ikhlas mencintaimu. Walaupun sakit, walaupun terluka, karena cintaku ini tulus dan tak akan tergantikan. Saranghae Youngwonhi Hyuncha.



 

END

Seize Sungmin ^^

Author : Cho Sunghee a.k.a Summer

Main casts : Lee Sungmin, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Kim Heechul

Other casts : Cho Sunghee, other SuJu member

Genre : comedy

Rating : G

Length : Oneshoot ato Drabble ??

+ + +


Ia membuka matanya dan mendapati langit-lagi kamarnya. Setiap ia termenung, pasti ia teringat satu hal. “Ughh..Heechul hyung,”

+ + +


Yeppeun namja itu berjalan menuju ruang tengah dan duduk disebelah namja imut. Mereka tak lain adalah Heechul dan Sungmin. Sungmin menggeser duduknya menjadi dari Heechul “Waeyo?” tanya Heechul heran. Ia benar-benar kebingungan dengan sifat Sungmin yang berubah akhir-akhir ini. Apa kalian tau sebabnya? Yup, karena ciuman itu. Siuman yang berlangsung dikonser mereka, didepan fans-fans mereka, dan parahnya mereka sama-sama namja!

Sungmin menghindar terus sejak ari itu, mereka pun jadi canggung. Lebih canggung dari Sungmin dan Kangin malah! “A..annieyo.” jawab Sungmin terbata-bata. Ia langsung ngacir ke kamarnya.

“Hyung, sepertinya kau ada masalah.” seru Ryeowook yang berada dikamar itu. Sungmin tidak menghiraukannya dan asyik membenamkan kepalanya dibantal. “Apa karena Sunghee itu, hyung?” Karena ciumannya dikonser itu, Sunghee, yeojachingu Sungmin yang disembunyikannya, memutuskan dia. “Sudahlah, hyung. Masih banyak yeoja seperti Sunghee di dunia ini!”

Sungmin yang tidak mendengarkan perkataan Ryeowook perlahan tertidur.

Sungmin POV

Seorang yeoja yang memakai dress putih, berdiri ditengah padang rumput ini. Perlahan aku mendekatinya. Semakin dekat aku semakin yakin kalau itu Sunghee. Dan saat aku membalikkan tubuhnya, “H..HEECHUL HYUNG!?”

“HUUAAAAAAA!!!!!!!!!!!” aku terbangun. Dihadapanku sudah beridiri Wookie, Yesung hyung, dan Teukie hyung.

“Anak ini kenapa sih?” tanya Teukie hyung seraya mengamatiku. “Coba panggil Kyu.” Yesung hyung mengangguk pada Teukie hyung lalu keluar kamar.

Aku mengucek-ngucek mataku perlahan. Teukie hyung dan Wookie terus saja mengamatiku. “Apa liat-liat!?” tanyaku galak, dua mahkluk aneh itu langsung ngacir keluar kamar. Setelah mereka pergi, datanglah Kyu-ku tersayang.

“Umin-ah.., gwaenchana?” tanyanya dengan mimik cemas. Aku langsung memeluknya.

“Kyu!!! Huaaaa!!!!”

“Cup, cup, cup… Udah jangan nangis. Masih banyak yeoja yang lebih baik dari dia…” ia mengelus kepalaku lembut.

“Bukan itu!”

“Terus apa dong?”

Aku menarik Kyu lalu membisikkan sesuatu padanya. Setelah itu ia langsung mangut-mangut. “Ohh, gara-gara itu toh. Sebenernya aku cemburu banget waktu Heenim nyium kamu. Secara, kamu kan yayang aku ya, kenapa Heenim seenaknya nyium kamu? Nyebelin banget tu orang! Hankyung mau dikemanain?!”

Lho? Kok jadi ngomongin itu? Pasrah deh, aku memeluk Kyu lagi. Iapun membalas pelukanku *geuleuh ih, kalian! “Iya, Kyu. Aku cuma buat kamu…” >_<

“Umin!” aku menoleh. Monyetku berdiri didepan pintu sambil berkacak pinggang, sepertinya ia marah. Aku langsung melepas pelukanku, dan Monyetku menarik Kyu. “Umin itu milikku!” teriak Monyetku lantang, membuat member lainnya langsung berbondong-bondong ke kamar. Untung muat.

“Enak aja! Umin itu milikku!”

“Umin yang imut cuma buat aku!”

“Eh! Justru dia imut, pantesnya ma aku!”

“Aku!”


“Aku!”

“Aku!”


“Aku!”

Aku menganga melihat pertengkaran mereka. Omo, aku diperebutkan ^^! Aku dan member lainnya pun menjadi pendengar setia mereka. Lama-lama telingaku sakit nih kalau harus dengerin mereka terus!

“Udah, udah! Aku milik kalian berdua!” aku pun menengahi mereka.

“GAK BISA GITU!” teriak mereka kompak, lalu mereka melanjutkan debat mereka. Aku sendiri langsung ngacir keluar kamar. Sebel, aku dicuekin.

Aku duduk didepan TV lalu menyalakan TV-nya. Jam segini…, oh iya! Ada Opera Van Java! Acara TV kesukaanku. Aku langsung mencari channel-nya lalu nonton.

“Umin…” seseorang duduk disebelahku. Aku tersentak, yeppeun namja itu tersenyum padaku. Hiyy, serem! Akupun menggeser dudukku sedikit, namun ia malah mendekat. “Kamu kenapa sih?”

“A..anni! Gak pa-pa kok!” mataku kembali ke TV. Kadang aku tertawa dengan tingkah laku Sule yang bikin ketawa! Wahhh!!! Nunung ngompol gara-gara ketawa! Jhahahahahahahha! (wahahaha, nunung ngompol!)

“Umin-ah…” aku menoleh dan… cup

“HYAAAA!!!!!!!!!!!!!!!” aku berteriak sekeras mungkin. Kyu dan Monyetku langsung datang.

“YA! HEENIM! PERGI KAU!” teriak mereka kompak. Oh no!!! Yeppeun namja itu menciumku lagi, TIDAAAKKK!!!!!

“Umin…, cup cup cup… Heenim emang nakal!” seru Kyu lalu melukku dari samping kiri.

“Umin, kita main panjat-panjatan aja yuk biar gak ketemu yeppeun namja itu!” Monyetku (itu maksudnya Eunhyuk) menarikku dari samping kanan.

Terjadilah tarik-menarik antara Kyu dan Monyet. Yang ditarik-tarik itu aku! Bisa putus dari dua aku nanti! “SUDAAAHHH!!!!!!” aku berdiri, emosiku sudah memuncak sekarang. Kulempar kedua sandal pink-ku pada mereka. “IT’S OVER!” aku berlari ke kamar. Lalu mengunci pintu. Saat aku berbalik,

“Umin…!!” tidak…tidak…kumohon jangan muncul lagi….

“HYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

(mian, vulgar, hahahhahahahahahaha ^^)

THE END^^

Roommate


Title : Roommate

Author : Cute Pixie

Casts : SHINee, Kim So Eun

Genres : Romance, Angst, bitter Yaoi(if you don’t like it, don’t read it)

Rated : PG

Length : Oneshot

Disclaimer : Plot FF ini diambil dari Suju M-Net drama, tapi ini versi SHINee + ada beberapa perubahan disana-sini… :d

***


Jinki POV

Mataku nanar. Wajahku berubah pucat, seolah-olah tak bisa bernafas. Sebuah pisau tajam dengan noda darah tergeletak di samping lengan seseorang yang kini tebujur kaku.

“SoEun..” aku berusaha memanggil namanya, meski suaraku terdengar sangat pelan dan nyaris tak terdengar. Air mataku mengalir. “Aku mencintaimu…” kupegang lengannya yang kini dipenuhi darah.

Entah apa yang ada dipikiranku saat itu. Aku menyesal. Aku terus menangis didepan yeoja yang sudah tak bernyawa itu.

Sedetik kemudian, seluruh ruangan di apartemen itu terasa begitu gelap, aku sudah tak mengingat apa-apa lagi…

***


Kubuka mataku perlahan, aku bisa melihat ruangan yang didominasi warna putih. Rumah sakit.

Muncul seorang ahjumma mengagetkanku. Ia berteriak histeris. “Tega sekali kau membunuh anakku! Dasar biadab!”

Pria disampingnya menenangkan wanita itu.”Tenanglah.. ia tak membunuh SoEun anak kita.. SoEun bunuh diri..”

Wanita itu kembali menangis histeris. Sedetik kemudian tubuhnya terkulai dan jatuh pingsan. Para perawat segera mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke ruangan lain.

Sementara itu, aku masih terdiam. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu.

Umma yang duduk disamping tempat tidurku menoleh kaget. Ia memelukku. “Tenangkan pikiranmu, sayang.. aku tahu ini berat..”

Tangisku semakin keras. Tak perduli dengan perkataan ‘lelaki itu pantang menangis’.“A.. aku tidak membunuhnya..”

“Aku tahu, sayang.. SoEun bunuh diri.. itu bukan kesalahanmu..” ia kembali menenangkanku yang masih saja terisak. Airmataku meninggalkan noda basah di baju lengan panjangnya.

“Aku melihatnya meninggal.. waktu aia masih di dapur apartemenku, ia belum mati!” suaraku terdengar semakin serak.”Aku takut.. saat Ia hampir mati, ia seperti berbicara padaku…”

Beberapa detik kemudian, seorang wanita paruh baya berpakaian dokter mendekat kearahku. Ia tersenyum saat melihat keadaanku yang sudah sadar. “Syukurlah ia sudah siuman..”

“Jenazah SoEun sudah dibawa oleh keluarganya. Ibunya, wanita yang tadi datang ke ruangan ini, masih di ruangan lain. Ia belum siuman.. mungkin ia syok anaknya sudah meninggal..” tambahnya lagi.

“SoEun sudah dibawa pergi?” tanyaku gelisah.Aku beranjak dari ranjangku. “Aku ingin melihatnya.. “

Umma dan dokter itu berusaha menghalangiku. Mereka menyuruhku untuk tidur. Akhirnya aku menurutinya dan berusaha menutup mataku, meskipun aku bisa mendengar pembicaraan mereka.

“Mrs. Lee, sepertinya Jinki masih belum sepenuhnya sembuh. Ia masih syok. Aku mengerti perasaannya. Aku bisa membayangkan bagaimana kekasihnya mati dalam pelukannya. Ia butuh seseorang yang bisa menenangkannya.. aku takut ia akan melakukan hal-hal ekstrim..”

“Bunuh diri maksudnya?” tanya umma.

Dokter itu hanya mengangguk.

“Mereka sangat akrab. Saya sarankan anda menjaganya terus, dan buatlah ia senang…”

***


Kejadian itu sudah sebulan lebih.

Sebulan telah berlalu, tapi aku masih tak bisa melupakannya.

Kim SoEun.. ialah cinta pertamaku, dan kuharap akan menjadi cinta terakhirku.

Tapi aku ingin melupakan semuanya, melupakan kejadian itu. Aku ingin menjadi Lee Jinki yang baru, dan tak mengingat kembali yang ada dibelakangku.

Sudah beberapa minggu ini aku memutuskan untuk tidak tinggal lagi bersama orangtuaku, dan memilih untuk tinggal dalam satu apartemen bersama teman-temanku. Saat ini usiaku sudah menginjak angka 22, jadi mereka tak melarangku untuk tinggal dengan orang lain. Mereka sudah bisa membiarkanku belajar mandiri sekarang.

Aku sudah berusaha melupakan kejadian sebulan lalu itu, tapi kurasa tak bisa. Aku masih mengingat sosoknya, dan masih tetap.. mencintainya.

Kadang-kadang aku selalu melamun sendiri, membayangkan sosoknya ada disampingku. Kim SoEun, ia sosok gadis yang baik…kurasa ia masih ada disampingku sekarang. Sejak kejadian itu, aku berubah menjadi namja yang pendiam dan pemarah. Aku juga tak suka jika orang-orang mulai menyinggung tentang SoEun.

“Makanannya sudah siaaap…” teriak Key dari arah dapur.

Aku masih terdiam di sofa, meraih remote TV dan mengganti saluran kriminal.

Taemin berbalik kearahku. “Kau tak ikut makan bersama kami, Jinki hyung?”

Aku menggeleng, mataku tetap menatap layar TV.

Jonghyun berbisik. “Sudahlah, kita makan duluan saja.. kuharap kau maklum dengan sikapnya, ia memang sering diam. Ia baru kehilangan yeoja chingunya..”

Taemin yang baru seminggu bergabung dengan kami membentuk huruf ‘o’ di bibirnya dan mengangguk mengerti. Sedetik kemudian mereka melangkah menuju dapur disusul olehku.

“Begini.. aku ingin minta pendapat kalian semua.. bagaimana kalau kita menerima orang baru di apartemen ini?” tanya Key ketika kami sedang menyantap makanan di meja makan. Sebagai orang yang paling berkuasa ditempat ini, Key bertugas mencari orang baru yang bersedia bergabung ditempat ini. Tempat ini cukup luas untuk menampung banyak orang, dan bayaran sewa apartemen menjadi lebih murah.

Jonghyun dan Taemin mengangguk setuju, aku yang masih menyantap makanan malah tak menjawab sama sekali.

“Menurutmu bagaimana, Jinki?” pandangan Key beralih padaku.

“Ehem.. aku sih setuju-setuju saja..” jawabku sekenanya.

Key tersenyum.

Dan sehari setelah itu, kami benar-benar mendapat teman baru. Namanya Choi Minho.Ia pindahan dari Amerika, tapi berkewarganegaraan Korea. Ia berusia 19 tahun. Ia berwajah tampan, sampai-sampai Taemin dan Jonghyun merasa iri dengan ketampanannya.

Dan aku merasa ia mirip SoEun.

Aku tak tahu kenapa.. tapi kurasa sifat mereka sama persis. Tingkah lakunya.. kebiasaannya.. tak bisa kubedakan.

Kubaringkan tubuhku diatas kasur. Mencoba memutar kembali rekaman kejadian itu di otakku.

Pintu kamarku terketuk.

“Masuk..Pintunya tak dikunci..” sahutku dari dalam kamar.

Tak lama pintu kamarku terbuka. Muncul sesosok namja.“Jinki hyung.. bolehkah aku tidur bersamamu malam ini?”

“Kalau aku sih boleh-boleh saja.. tapi kau sudah bilang pada Taemin? Ia teman sekamarku,”

“Aku sudah minta izin padanya. Ia bersedia tidur di kamar Jonghyun.Aku ingin tidur bersamamu saja.. aku takut sekamar dengan Key.. ia menyeramkan.” Ia memasang ekspresi polosnya. Aku hanya tersenyum geli.

Minho berbaring di ranjangku yang masih terbilang cukup luas. Aku berbaring disampingnya sambil mendengarkan lagu tidur melalui headset dikedua telingaku. Kami terdiam beberapa saat.

“Kamarmu cukup luas, ya..” ia memandangi ruangan itu.”Semuanya serba biru..”

“Oh iya, aku ingin mendengar lagu yang sedang kau dengar.”Minho mengambil headset yang terpasang ditelinga kiriku dan memasangnya di telinganya. Sedetik kemudian ia meraih ipod yang kupegang dan mengganti lagu yang sedang kami dengar.”Lagu itu jelek.. nah, yang ini lagu favoritku…”



Naega saranghaetdeon geu ireum
Bulleoboryeo nagalsurok neomu meoleojyeotdeon
Geu ireum ijae jeokeonokgo
Na oolmeokyeo naeanae soomgo shipeojyeo
Neol saranghal su bakkae eopseotdeon
Geu naleul ijaen alajweoyo
Irul su eopneun sarangdo sarang inikka

Ia menyanyikan lagu itu.

Pikiranku melayang. Aku teringat SoEun. Kami selalu menyanyikan lagu itu dulu. Itu lagu kesukaannya. Bodohnya aku, aku lupa menghapus lagu itu dari ipodku, padahal aku tak ingin mendengar lagu ini lagi.

Kutatap wajah namja disampingku ini. Ia masih terus menyanyikan lagu itu, dan tanpa sadar aku juga menyanyikan liriknya.

“Aku sangat suka lagu ini.. eh, ngomong-ngomong, kau pernah merasa kehilangan?”

Klik! Aku menekan tombol stop.

Minho menatapku heran saat melihatku mengeluarkan setetes cairan bening dari mataku.”Kau kenapa?”

“Ah, aniyo..” aku menyeka airmataku.kelihatannya cukup cengeng.”Aku hanya terharu saja.. aku juga suka lagu ini.. bagus lagunya…”

***

Beberapa hari semenjak ia pindah ke apartemen ini, aku dan Minho menjadi lebih akrab. Bahkan kami jadi teman sekamar, Taemin sudah bersedia mengungsi ke kamar Jonghyun dan Key tidur sendiri di kamarnya.



Aku masih berkutat pada tugas kuliahku. Sesekali kupegang kepalaku yang terasa amat pusing, setiap lembaran dalam buku ini berbahasa inggris. Padahal aku tak mahir berbahasa inggris. Dan sayangnya, aku harus menerjemahkannya dalam bahasa Korea.

“Jinki, kau mau jeruk?” tanya Minho membawa sepiring buah jeruk yang sudah dikupas.

Ia meletakkan piring itu diatas meja. Ia melirik sebentar kearah layar laptopku.

“Ada tugas ya?”

“Ne.. tugas berbahasa inggris..”

Ia mengangguk mengerti, lalu mengunyah jeruk sambil mendekatkan tubuhnya kearahku.”Aku bisa membantumu..”

“Oh ya?”

Ia tertawa kecil.”Aku ‘kan pindahan dari Amerika.. jelas aku tahu bahasa inggris..”

Minho beranjak dari duduknya dan duduk disampingku. Aku bisa mencium jelas aroma tubuhnya yang kelihatannya baru selesai mandi. Sedetik kemudian ia membantuku menyelesaikan tugasku. Tak kusangka, ia bisa menerjemahkan buku itu dengan cepat.

“Wahh.. gomawo..” aku berterimakasih padanya.

Ia tersenyum manis. “Cheonmaneyo..”

Aku mengambil buah jeruk hasil kupasan Minho dan memakannya. Setelah selesai mengerjakan tugas kuliahku, kami menonton TV bersama. Dan aku terkejut saat kami sama-sama ingin mengganti saluran TV, tangan kami saling bersentuhan saat memegang remote.

Deg!

Kenapa jantungku berdetak tak karuan begini? Apalagi saat melihat wajahnya yang bersemu merah.. mungkinkah..



Aku menyukainya?

Aniyo.. ini tidak boleh terjadi.. kau masih normal kan, Lee Jinki? Tak mungkin kau menyukai sesama jenis!

“Oh, mianhe..” ucapku, berusaha mencairkan suasana.

“Tak apa-apa.. biasa saja..” ucapnya kalem.

Diam sejenak.

Aku mengambil piring yang berisi buah jeruk itu sambil terus memakannya. Aku tak berani menatap Minho dalam kondisi seperti ini. Dan saat aku ingin memasukkan jeruk ke dalam mulutku, ia memegang tanganku.

Hei, apa-apaan ini?

Ia menatap mataku. Aku melirik namja disampingku ini sambil menelan ludah.

Glek.

Dan secepat kilat pula ia menciumku.



Omo! Apa yang sebenarnya kami lakukan?

Prang! Piring itu jatuh dan semua jeruk berserakan di lantai karena kekagetanku dengan tindakannya barusan.

“Aku mencintaimu, Jinki…”

***


Tadi.. aku.. ciuman dengannya?

Minho, seorang namja.. menciumku..

Bodoh. Super duper pabbo. Mengapa saat itu aku tidak menolak tindakannya barusan?

Aku terus menggerutu mengingat kejadian berdurasi tak lebih dari lima detik itu. Saat ini aku berada di toilet dan menatap bibirku didepan cermin. Kurasa ada yang aneh dengan bentuknya..

Tiba-tiba kudengar seseorang menggedor-gedor pintu. Ia menyahut dari luar.”Ya! Jinki! Sampai kapan kau di toilet terus?”

Ternyata Jonghyun. Aku berteriak padanya dengan volume yang tak kalah kerasnya. “Bukan urusanmu!Aku masih ingin disini!”

“Ya sudah.” Katanya lagi.”Aneh..”

Dan saat itu aku tak mendengar suaranya lagi.

Kuputar keran wastafel dan membasuh wajahku yang terasa makin memanas. Kuatatap wajahku lagi di cermin. Choi Minho.. kurasa aku juga mencintaimu.

***


“Kyyyaaaa!!!!”

Sebuah teriakan yang berasal dari arah kamar Taemin memecah keheningan dorm.

“Waeyo, Taeminnie?” tanyaku saat kulihat Taemin menangis histeris. Minho dan Jonghyun segera menyusul dibelakangku. Taemin yang dipeluk oleh Key menunjuk kearah lantai.

“Mr. Teddy Bearku.. ada yang merusaknya..”

“Ini?” kutunjukkan boneka Teddy bear berukuran besar itu dihadapannya.Bulu coklat boneka itu sobek. Kulihat Taemin hanya bisa menangis dipelukan ‘umma’-nya, Key.

“Siapa yang berani merusak boneka My Little Son? Dasar!” Key mengepalkan tangannya dengan emosi yang meletup-letup.

“Pasti ini perbuatanmu!” tunjuk Key kearah Jonghyun.”Aku tahu kau selalu cemburu pada My Little Son..”

“Ah.. bukan.. bukan aku..” kata Jonghyun mengelak.

“Bukannya tadi malam kau membawa boneka teddy bear itu ke dapur, hyung?” tanya Minho.

“Hei! Kau jangan sembarangan bicara!” Jonghyun mulai emosi pada Minho. Minho hanya tersenyum cuek.

“Tak kusangka kau benar-benar tega merusaknya..” ucap Key sinis.”Kau tahu kan, Taemin tidak bisa tidur tanpa Mr. Teddy bear disampingnya.. “

“Itu satu-satunya peninggalan orangtuaku sebelum mereka meninggal..” Taemin menangis sesegukan.”Dan kau merusaknya! Aku benci padamu, hyung!”

Taemin mendorong tubuh Jonghyun dan berlari keluar kamarnya. Tersisa aku, Jonghyun, Minho, dan Key. Jonghyun hanya bisa menunduk.Key menatap sinis Jonghyun dan menyusul Taemin keluar kamar.

“Kau telah melukai perasaannya, hyung..”

***

Author POV



“Maafkan aku, Taemin…”

“Jebal..”

Jonghyun berusaha meminta maaf pada si magnae. Ini sudah tiga hari semenjak kejadian itu, dan Taemin sepertinya sangat sulit memaafkan Jonghyun, meski Mr. Teddy Bear-nya sudah dijahit oleh Key dan masih terlihat sama seperti semula.

Taemin yang sedari tadi menyiapkan pesta untuk Minho hanya tersenyum kecut.Ia memasang hiasan bertuliskan “HAPPY BIRTHDAY” di dinding ruang tengah mereka. Lalu apa yang dilakukan Key? Ia sedang memanggang kue ulangtahun untuk Minho.

Jinki berinisiatif untuk membantu Taemin memasang hiasan dinding khas ulangtahun. Semenit kemudian Key muncul dari arah dapur membawa kue ulangtahun yang masih polos dan meletakkannya diatas meja.

“Bagaimana, kuenya bagus,kan?” tanya Key saat Jinki dan Taemin memandangi hasil karya Key dengan tatapan kagum. Sementara Jonghyun duduk dikursi dengan ekspresi kesal.

Key mengambil lilin dan menyuruh Taemin untuk membantunya memasang lilin berwarna-warni itu diatas kue.

“Wah.. kurang satu..” Key menghitung jumlah lilin yang sudah terpasang diatas kue ulangtahun itu. “Harusnya ada 20..”

Sedetik kemudian, Key dan Taemin pergi ke supermarket untuk membeli lilin yang sebenarnya kurang satu itu, sebelum Minho datang dan membuat ‘surprise party’ ini jadi kacau balau. Dan akhirnya tersisa Jinki dan Jonghyun di ruang tengah.

“Aku mau ke kamar mandi dulu..” sahut Jinki beranjak dari kursi, tetapi langkahnya tiba-tiba terhenti. Jonghyun sudah memegang lengannya.

“Tunggu.. ada yang ingin kubicarakan padamu..”

“Soal apa?”

“Minho..” ucap Jonghyun.”Ia.. bukan namja yang baik…”

“Apa maksudmu?”

“Kusarankan kau jangan berteman dengannya.. aku tahu semua kebusukannya..” Jonghyun menghela nafas.

Jinki menatap sinis lawan bicaranya itu.”Huh? Benarkah?”

“Kau tahu, semenjak ia pindah disini.. banyak sekali kejadian aneh disini.. ia selalu berusaha untuk menghancurkan persahabatan kita.Dia musuh dalam selimut!” Lanjut Jonghyun lagi. “Kau…”

“Stop!” Jinki menyela pembicaraan namja itu. “Pokoknya aku tak ingin mendengarnya lagi!” ia menutup kedua telinganya rapat-rapat.

“Kau bodoh! Kau harusnya sadar, ia bukan orang yang baik!” emosi Jonghyun mulai naik.”Ia berteman denganmu hanya ingin memanfaatkan sesuatu darimu!”

Brak! Terdengar suara pintu terbuka.

Jinki bisa melihat Minho yang berdiri didepan pintu, sementara Jonghyun sama sekali tak melihat kehadiran orang yang dibencinya itu.

“Kita harus mengusir Minho keluar dari sini sebelum ia melakukan niat jahat yang dapat menimpa kita!” seru Jonghyun lagi. Jinki bisa melihat Minho datang mendekat kearah mereka dan secepat kilat ia..

Prang!

Ia memukul kepala Jonghyun dengan botol kaca berukuran besar. Sedetik kemudian pertahanan Jonghyun ambruk, tubuhnya lunglai dan terjatuh ke lantai. Kepalanya mengeluarkan banyak darah merah pekat.



Jinki tercengang. Ia syok dengan apa yang ia lihat tadi. Ia tak bisa mengendalikan pikiran-pikiran negatif terhadap Minho.

“Tenanglah..” Minho mendorong tubuh Jinki agar duduk manis di sofa. Ia menyodorkan segelas air pada Jinki yang masih syok.”Minum ini…maka perasaanmu akan menjadi lebih baik.”

Dan dengan santainya Jinki meminum air putih pemberian Minho tanpa berpikir terlebih dulu.

Hoek!


Jinki merasa aneh saat meminum minuman pemberian Minho. Ia merasa seperti meminum.. racun. Nafasnya mendadak lemah, jantungnya berdegup kencang lebih dari yang biasanya. Ia tak bisa bernafas lagi.. hidupnya seakan-akan diujung tanduk.

“Enak?” ucap Minho seraya tersenyum.”Aku akan membuatmu tenang selamanya..”

“Min.. ho.. k..ka..u..” Jinki berusaha berbicara. Gelas yang ia pegang tumpah ke lantai, tubuhya tergeletak.”Ke..napa.. k..kau..me..melaku..kan..ini semua… pad..padah..hal.. a..aku.. men..cin..ta..i..mu..”

“Ya, ini aku.. choi Minho….” Minho berjongkok ke arah Jinki yang tergeletak tak berdaya. Ia berbisik pelan di tengkuk namja itu.”Ini tak sebanding dengan apa yang kau perbuat dulu..”

“A.. ap..apa.. maksud..mu..??”

Minho mengambil dompet yang disimpan dalam saku celananya. Ia membuka dompet coklat itu.Sebuah foto. Foto seorang yeoja berambut panjang. Minho melanjutkan ucapanya.”Kim SoEun.. masih ingat? Ia sepupuku.. ia telah meninggal.. dan KAU MEMBUNUHNYA!!”

Jinki berusaha bangkit, tapi tidak bisa. Minho menahan tubuhnya agar tak bangkit.Minho menyeringai.

“Aku datang ke sini untuk mencarimu.. membalas dendam atas kematian orang yang kusayangi…” ucap Minho lagi. “Aku berusaha mengingatkanmu kembali akan So Eun.. dan membuatmu mencintaiku..”

Lee Jinki tak bisa berbuat apa-apa saat itu. Ia hanya bisa mengeluarkan setetes air matanya. Tiba-tiba ia teringat kembali, kejadian saat dimana gadis itu masih hidup…

-flashback-



“Oppa…!!” So Eun tiba di depan pintu apartemen Jinki. Ia melihat Jinki yang sedang terduduk disofa seraya membaca sebuah majalah.

“Oppa.. a.. aku.. aku hamil..” ia berdiri didepan Jinki, ia tak bisa mengendalikan air matanya yang tumpah.

Jinki terkejut.

“Aku takut orangtuaku tahu tentang ini.. a..aku..” gadis itu bersandar didada Jinki.”Aku ingin kita merawat anak yang dikandungku ini bersama…”

Jinki terdiam sejenak. Soeun menengadahkan kepalanya untuk melihat reaksi namja yang amat disukainya itu.”Oppa?”

“Aku.. aku tidak bisa..”

Perkataan Jinki sedetik yang lalu itu seperti mencabik-cabik perasaan gadis itu. Mengapa Jinki tega berkata seperti itu?

“Aku tidak bisa menikahimu.. aku.. aku belum siap,”

Jinki menjauhkan tubuhnya dari gadis itu, seolah-olah gadis itu seseorang yang asing. Ia menatap mata gadis itu. “Maafkan aku…”

“Kau harus menikahiku.. aku.. aku mencintaimu,” So Eun menarik lengan kemeja Jinki dengan emosi. “Aku tak ingin menanggung beban ini sendirian..”

Tak ada reaksi dari Jinki. Tubuhnya seperti membatu.

Cukup sudah, batin So Eun.

Ia berlari ke arah dapur apartemen Jinki dan membawa pisau saat ia menampakkan dirinya lagi.

“Aku sudah tak tahan..” So Eun mengarahkan pisau tepat di lengannya. “Aku mau mati saja!”

Tapi, sebelum So Eun melaksanakan niat itu, gadis itu sadar, bunuh diri bukan akhir dari semua masalahnya. Dan saat gadis itu ingin mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidup, ia merasakan sesorang telah mengiris urat nadinya..

Gadis itu tergeletak di lantai.

Jinki yang memegang pisau penuh darah itu menatap So Eun. Sedetik kemudian pertahanannya ambruk, ia berlutut didepan gadis yang dicintainya itu.

“SoEun..” Jinki berusaha memanggil namanya, meski suaranya terdengar sangat pelan dan nyaris tak terdengar. Air matanya mengalir. “Aku mencintaimu…”

-flashback ends-

“Bagaimana rasanya dibunuh oleh seseorang yang kau cintai? Sakit, bukan?”

“Ma.. afkan.. aku..” kata Jinki disela-sela nafasnya. “So Eun..”

Dan sedetik kemudian jantung namja itu tak berdetak lagi. Ia telah menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Minho tersenyum. Ada kepuasan yang menguasai hatinya. Ia mendekati wajah Jinki, mencium dahi namja itu dengan lembut.”Maafkan aku juga.. Jinki. Aku mencintaimu, tapi sayang.. rasa cintaku tak sebanding dengan rasa benciku terhadapmu..”

Ia menatap bungkusan berwarna putih berisi racun yang ada digenggamannya. Ia meletakkan bungkusan itu tepat digenggaman Jonghyun yang masih pingsan, agar polisi tak curiga kalau ialah penyebab kematian Jinki.

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Sudah tiba saatnya Minho meninggalkan tempat ini. Saat ini lelaki itu telah sampai didepan pintu apartemen. Minho tersenyum pahit.

Selamat tinggal, Lee Jinki..

***FIN***

[Guess The Author] Forever

Kyuhyun menghapus air mata dengan punggung tangannya, sekali lagi mencoba menguatkan dirinya sendiri. Tapi percuma, ia tak bisa. Lelehan airmata kembali menyusuri lekuk wajahnya, membasahi permukaan lembut pipinya. Perasaan ini, ia sakit. Hatinya tertoreh, tersayat, atau mungkin sekarang sudah hancur sama sekali.

Seorang gadis menepuk pundaknya, Kyuhyun menoleh dan mendapati Haejin berdiri di hadapannya. Gadis itu menggenggam sebuah jurnal kecil, berwarna cokelat tanah.

“Ri rin menitipkan ini padaku untuk diberikan padamu,” kata Haejin, ia menghapus air mata di ujung matanya dengan tissue. “Aku minta maaf, seharusnya aku memberikan ini sebelum semuanya seperti ini.”

Kyuhyun menggeleng, menggenggam tangan Haejin. Ia mencoba menghangatkan gadis itu walaupun sebenarnya hatinya juga dingin. Bahkan mungkin lebih dingin dari apapun. “Bukan salahmu, ini jalan dari Yang Di Atas.”

Haejin terisak perlahan, “aku merasa gagal sebagai seorang sahabat.”

“Shh, jangan begitu. Tuhan pasti punya alasan.” Kyuhyun menarik Haejin dalam pelukannya. Itu pelukan yang lumayan erat, tapi Kyuhyun sama sekali tak merasakan apapun. Ia seperti mati rasa, seperti tubuhnya sudah menolak akan rasa apapun.

Haejin menghirup nafas panjang, menghalau air mata yang sekuat tenaga ditahannya. Diangsurkannya jurnal kecoklatan yang sedari tadi digenggamnya dengan erat itu pada Kyuhyun.

“Baca ini, kau akan tahu segalanya.”



Aku dikutuk, aku dikutuk untuk tidak akan pernah bisa lagi berteman atau memiliki orang terkasih.

Jika kau membaca ini, aku yakin aku ada di sisi lain belahan dunia. Mencoba untuk menghapus air matamu, tapi tak bisa. Jadi aku harap kau tak akan menangis, karena aku takkan mampu menahan diriku sendiri untuk berlari dan berlutut…

Aku… Aku merasa sendiri di dunia ini. Aku merasa semua orang meninggalkanku. Aku merasa aku tak pernah dicintai oleh siapapun. Karena semua orang membenciku. Karena semua orang tidak menyukaiku.

Aku berusaha, aku berusaha keras untuk selalu tegar dan menjadi orang yang disukai. Semua berjalan mulus pada awalnya, tapi kini aku tahu, semuanya sia sia. Aku takkan bisa dicintai, aku takkan bisa punya hubungan yang langgeng dengan siapapun.

Sampai aku bertemu denganmu..

Kau, Kyuhyun, Cho Kyuhyun kekasihku yang selalu mencintaiku dan memujaku, menyayangiku tanpa mengharap balasan apapun. Kau seperti cahaya yang menyinari hidupku, membuat segalanya tampak lebih terang dan jelas.

Kau matahariku, kau cahaya hidupku..

Kau memang menyilaukan, kau sempurna kau memiliki segalanya. Di sisi lain, kau juga menghangatkan, mencairkan dinginnya hatiku selama ini.

Aku berterimakasih padamu untuk itu, untuk menghangatkan hatiku.

Tapi aku ingat akan kutukanku, akan diriku yang takkan pernah bisa berhubungan langgeng. Dan…aku tahu kau akan meninggalkanku suatu hari nanti.

Tidak, tidak. Jangan sangkal ini dan berteriak bahwa kau mencintaiku selamanya. Aku tak meragukan rasa cintamu padaku, tapi aku meragukan waktu. Aku tahu seiring berjalannya waktu, perasaan akan berubah, perasaanmu padaku akan berubah.

Dan pada akhirnya, ketakutanku yang paling besar akan terjadi.

Kau akan meninggalkanku sendirian, tertatih di antara rasa sakit.

Sungguh, aku tak pernah mau merasakan hal itu lagi. Bertahun tahun ini aku selalu merasa seperti itu, ditinggalkan.

Aku mencintaimu, Cho Kyuhyun. Cinta ini akan kubawa sampai mati agar kau tahu, aku mencintaimu selamanya…

Ri rin menenggelamkan dirinya sendiri di tenangnya laut Adriatik dalam liburannya di Hvar, Kroasia. Ia butuh menenangkan sekaligus mengasingkan dirinya sendiri, namun ia menemukan cara lain untuk tenang. Selamanya.



Kyuhyun menyesal ia tak bisa menemui kekasihnya untuk terakhir kalinya itu. Andai saja….

Ia menatap pusara baru itu, tanahnya masih basah. Separuh jiwanya kini terkubur dalam perut bumi. Lalu ia beralih pada kotak beludru biru yang digenggamnya, ia membukanya dan tampaklah sebuah cincin berlian yang berkilauan. Ri rin pergi sebelum Kyuhyun sempat menyematkan cincin itu di jari manisnya.

“Aku mencintaimu, Park Ri rin…”

Admin’s Notes: Holla, do you know who wrote this or whose writing-style is this? If you do, send your answer to @SJFF2010 and dont forget to put #2ndAnnivSJFF2010 hashtag. Good luck in guessing guys!!



Karena kesalahan admin, khusus hari ini jawaban diterima sampai tengah malam ^^

[Guess The Author] Disastrous Of Online

PERNAHKAH kau menyadari, kadang bermain internet terlalu asyik dapat menyebabkan diri ini lupa makan, lupa waktu tidur yang membuat tak terasa kalau hari sudah menjelang pagi, bahkan parahnya dapat membuat kita lupa bagaimana cara bersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat dalam kehidupan nyata.

Kecanduan internet tentu saja dapat membuat orang susah mengatur waktu. Ditambah lagi beberapa orang ada juga yang menjadikan internet sebagai pelarian dari kekecewaannya. Golongan ini biasanya tidak ingin identitasnya diketahui secara terbuka.

Terlarut dalam dunia maya pada akhirnya terjebak dalam dunia virtual yang justru menjauh dari dunia nyata. Jika sudah terjebak dalam dunia virtual, online di internet berlebihan dapat menyebabkan gangguan mental.

Seseorang yang telah mengalami gangguan mental akibat pengaruh dari jeratan dunia virtual biasanya tidak ia sadari. Ada banyak tipe gangguan mental yang disebabkan dunia virtual. Namun, hanya beberapa yang ingin kusampaikan pada kalian…



Yüklə 2,58 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   15   16   17   18   19   20   21   22   ...   31




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin