Korean fanfiction all stars


~ Online Intermittent Explosive Disorder (OIED) ~



Yüklə 2,58 Mb.
səhifə20/31
tarix07.04.2018
ölçüsü2,58 Mb.
#47417
1   ...   16   17   18   19   20   21   22   23   ...   31

~ Online Intermittent Explosive Disorder (OIED) ~

Gangguan kepribadian ini berupa emosi yang sebentar-sebentar meledak di saat online. Orang yang mengidap gangguan ini tampak normal pada awalnya. Beberapa hari atau jam sebelumnya mereka bisa saja melakukan pembicaraan-pembicaraan lucu atau komentar-komentar hangat. Akan tetapi beberapa saat kemudian berubah marah-marah dan mengumpat disebabkan sesuatu yang menyinggung perasaannya.”

SEPERTI biasa, pagi-pagi sekali Heechul sudah berhadapan dengan benda kotak dan papan tombolnya. Entah bagaimana menjelaskannya, tapi bisa dibilang kalau ia nyaris tak tidur semalaman. Beberapa gelas kopi berserakan di meja samping komputer dengan sebuah asbak yang dipenuhi puntung rokok.

Heedictator: Ahahaha~ Yah, kau benar. So Hee memang cantik.

Ia tersenyum santai sambil meregangkan otot-otot tangannya. Tapi tak lama kemudian matanya menyipit memandangi layar monitor.

“Brengsek!” umpatnya. Ia kembali mengetik dengan cepat, namun kali ini penuh emosi. “Kau memang tak berotak!”

Satu hentakan di tombol ‘enter’ berhasil membuat meja sedikit bergetar ketika ia mengakhiri ketikannya. Tangan kanannya meraih gelas dan menyadari kalau isinya sudah kosong, ia kembali mengumpat. “Sial!”

Heechul pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Namun, belum sampai di sana, bunyi ‘ping’ berhasil mengurungkan niatnya dan buru-buru kembali duduk di meja komputer.

Shfly3424: Kau ini kenapa? Aku hanya bilang kalau Moon Geun Young wanita tercantik di Korea Selatan. Mengapa responsmu sangat buruk?

Heechul mengertakkan giginya. Ia menggaruk dagu yang dipenuhi janggut-janggut tipis lalu kembali mengetik.



Heedictator: Aku tak mengerti mengapa Tuhan memberikan penglihatan yang buruk padamu. Bukankah sudah jelas kalau Sohee adalah wanita tercantik di muka bumi ini?! Berhentilah memuji idola idiotmu itu!

Ia kembali menghentakkan keyboardnya dengan penuh emosi. Kemudian memandangi puluhan poster Sohee yang terpajang di sepanjang dinding kamar. “Hey, kau memiliki garis wajah yang sempurna. Mengapa banyak orang yang tak berpikir seperti itu? Mereka buta!”

PING!

Shfly3424: Oh ayolah, ini hanya pendapatku. Kenapa kau menjadi seperti ini?

Heedictator: KARENA KAU BODOH, TENTU SAJA!!!

Shfly3424: Heechul, hentikan!

Heedictator: Aku akan berhenti jika kau juga berhenti memuji wanita bodoh itu. Hanya Sohee di dunia ini yang lebih pantas dipuji kecantikannya!

Shfly3424: Berhenti mengatai idolaku bodoh! ‘Moon Geun Young cantik’ adalah pendapatku. Mengapa kau tak dapat menerimanya?

Heedictator: Itu karena kau mengatakan Moon Geun Young adalah wanita tercantik se-Korea Selatan. Itu sangat menyinggungku! Karena Sohee lebih pantas menyandang predikat tersebut.

Shfly3424: Kalau begitu katakan saja ‘Sohee wanita tercantik sejagad raya’. Mudah ‘kan?

Heedictator: Kau menghinanya!!!

Shfly3424: Apa maksudmu?!

Heechul mengambil kotak rokok dan menarik sebatang dari dalamnya. Ia hanya menempelkannya di sela-sela bibir tanpa menyalakan api dan membakar ujungnya.



Heedictator: KAU, PRIA BRENGSEK MEMANG LEBIH PANTAS BERSAMA WANITA BODOH. BERHENTI MENGGANGGUKU LAGI!!!

Shfly3424: Well, ini lebih baik. Aku tak bisa terus-menerus beradu argumen yang sama setiap hari dengan orang terganggu mental sepertimu.

Heechul berteriak kesal setelah membacanya, membuat rokok tadi terjatuh ke lantai. Kemudian ia menarik mouse dengan kasar dan menghapus akun Yesung dari daftar temannya.

“Bajingan!” umpatnya lagi.

Ia menjatuhkan gelas-gelas kopi dengan sapuan tangannya dan melempar asbak ke dinding. Napasnya menderu tak terkendali. Lalu berjalan ke sisi dinding di mana terdapat poster Sohee yang sedang tertawa. Heechul tersenyum tipis. Tangannya meraba-raba poster tersebut. “Sohee-ya~”

Kenapa hal seperti Heechul bisa terjadi?

Kebanyakan dari kita hanya bisa menahan hasrat untuk melakukannya di dunia nyata, yang apabila dilakukan mungkin bisa membuahkan sebuah tinju ke wajah kita. Di Internet kebanyakan pengguna menyembunyikan identitas aslinya, sehingga mereka dengan bebas mengeluarkan isi hati dan kemarahannya tanpa khawatir reputasinya menjadi jelek.

Ia berbalik, berjalan kembali menuju meja komputer. Menyambar mouse dan mengklik permintaan berteman dengan Shfly3424. Hal ini terjadi setiap hari sejak beberapa bulan yang lalu. Namun, kali ini berbeda. Yesung sudah menghapus akunnya.

“Brengsek!” teriak Heechul frustasi. Namun matanya tertuju pada sebuah status ‘temannya’ yang lain, yang bertuliskan:



Donghae861015: Ibu, aku merindukanmu. Kau adalah wanita tercantik yang pernah ada di dunia ini…

Dengan gesit dan penuh emosi Heechul kembali mengetik…



~ Low Forum Frustration Tolerance (LFFT) ~

Bagi orang yang suka menulis dan melakukan posting, seringkali merasa bahwa postingannya sangat sempurna. Penulisnya hampir setiap waktu mengecek masuknya komentar yang baru diberikan pembacanya. Jika ia mendapat komentar-komentar miring penuh kritik, maka dengan cepat ia akan meluncurkan jawaban yang akan mematahkan tanggapan itu. Jika tidak ada yang memberikan komentar, dia akan mengirimkan komentarnya sendiri (mungkin dengan nama lain) untuk meramaikan tulisannya.

SHINDONG dengan wajah sumringah terus asyik menggoyangkan jari-jemarinya di atas keyboard. Ia merasa telah menemukan simbol-simbol baru untuk menuliskan rahasia pribadi.

“Hyung, sedang apa?” tanya Ryeowook.

“Membuat postingan mengenai cara baru menuliskan rahasia di hadapan publik. Asal kau tahu, postingan ini pasti akan menarik datangnya pengunjung blogku,” terangnya bangga.

“Wah, kau hebat, Hyung.”

“Tentu saja.”

Shindong menepuk dadanya penuh bangga. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Setelah beberapa jam bergumul dengan bahan postingan, ia menerbitkan tulisannya tersebut. Belum sampai lima menit, ia kembali merefresh halaman blognya dan menemukan ada satu komentar yang masuk.

“C3A9A9B9…! Wah, daebak. Hanya aku yang dapat membuat postingan sesempurna ini.”

Ia terus memelototi kolaborasi antara angka dan huruf di dalam postingannya. Tak sampai satu menit, ia kembali merefresh. Lima komentar masuk, hatinya semakin berbunga-bunga mendapat banyak pujian. Namun, terdapat satu komentar yang menohok hatinya.



Kangin: Komentar lain mengatakan kalau postingan ini jenius. Tapi menurutku, ini terlalu kekanakkan. Orang terlalu sibuk untuk membaca tulisan pra-sejarah seperti ini.

Shindong geram karena merasa dihina. Ia lalu membalasnya.



Shin: Tidak. Menurutku ini bagus sekali dan memiliki banyak manfaat. Tidak kekanakkan karena kudengar anak-anak belum pernah memakainya. Dan aku juga belum pernah melihat seperti apa tulisan pra-sejarah.

Kangin: Sebaiknya kau menulis hal-hal yang lebih berguna…

Shin: Ini sangat berguna. Aku yakin banyak orang yang akan menyukainya!

Heedictator: Hey, aku setuju dengan Kangin.

Shin: Tidak. Kalian salah. Banyak orang yang membutuhkan simbol-simbol rahasia ini.

Shindong kembali merefresh, sejauh ini baru ada dua belas komentar dan didominasi oleh celotehan adu argumen tadi. Ia merasa kecewa. Biasanya ia mendapatkan puluhan komentar dalam postingannya, walaupun setengahnya adalah hasil dari perbuatannya sendiri.

Ia menulis sebuah nama dalam sebuah kolom, lalu menuliskan nama samarannya seperti biasa. Lalu mengetik komentar-komentar pujian. Ia melakukan hal tersebut berulang kali hingga jumlah komentar bertambah banyak.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Kegiatan itu membuat dia menjadi tidak sabaran, karena ingin segera melihat respon dari pihak lain. Ketidaksabaran ini meminimalkan toleransi terhadap serangan yang menimbulkan ketersinggungan.

Shindong tersenyum puas. “Yah, ini lebih baik. Takkan kubiarkan orang lain menghina hasil jerih payahku…”



~ Internet Asperger’s Syndrome ~

Sindrom ini adalah bentuk halus dari autisme yang tampak berupa ketidakmampuan biologi untuk menunjukkan empati kepada manusia lain, mungkin disebabkan ketidakmampuan untuk mengenali isyarat non-verbal. Mereka secara terus-menerus bertingkah aneh dan mengganggu disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya terganggu. Ada bagian dari otak mereka yang rusak.”

SUNGMIN duduk dengan tangan memeluk erat kedua lutunya yang ditekuk. Napasnya terdengar sangat berat. Sedangkan dari luar kamar, terdengar suara teriakan-teriakan hasil pertengkaran orang tuanya.

Ia menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Sebelum masuk kamar, ia sempat dipukuli appa dengan alasan ‘ketidakmampuannya menerima kehidupan nyata’. Itu karena ia terlanjur tenggelam dalam dunia virtual dan mengidap ‘Internet Asperger’s Syndrome’.

Perlahan-lahan ia melirikkan matanya ke laptop, lalu menyalakan webcam dan mulai berbicara sendiri. “Sungmin… rekam…” ia berbalik, membenarkan posisi duduknya agar lebih dekat dengan laptop. “Sungmin, rekam,” ujarnya lagi. Di dalam hal ini, ketika kemampuan melihat respon dan mimik wajah atau ekspresi nonverbal sudah hilang, begitu juga dengan empati. Maka hal yang diberitahukan hanya kepada orang yang tidak ada, hanya sekelompok kata-kata pada layar. Sekelompok kata-kata kecil yang tidak berarti.

Sungmin berdiri, lantas menyalakan music player dengan volume yang besar. Ia kembali duduk di depan laptop dan asyik menatap wajahnya dalam monitor. “Sungmin, rekam,” ujarnya lagi.

“Sungmin-ah,” panggil eomma di ambang pintu. “Sungmin-ah, lihat eomma!”

Sungmin tak peduli. Ia terlalu asyik dengan dunianya sendiri. Perlahan-lahan senyum mengembang, lalu tertawa terbahak-bahak. Eomma semakin keras memanggilnya.

“Sungmin-ah, ayo kita pergi dari sini! Kau harus ikut eomma!”

Sungmin tak menyahut. Ia malah asyik menari dan melompat-lompat sesuai dengan irama musik. Eomma belum menyerah memanggilnya. Tapi hal itu hanya berlangsung sebentar, karena terdengar suara appa yang berteriak-teriak dari bawah. Eomma segera berlari keluar. Dan beberapa menit kemudian terdengar debam pintu dan teriakan appa yang mengusir eomma pergi.

“Sungmin-ah,” teriak eomma dari halaman rumah. “Berjanjilah kau akan hidup dengan baik!”

“Pergi!” appa tak kalah berteriak.

Sungmin menghentikan musik dan rekamannya, lalu meng-uploadnya ke internet. Ia tak berhenti memanggil namanya sendiri.

“Jadi, ini yang kau lakukan selama ini?!” teriak appa dari ambang pintu. Ia berjalan menghampiri Sungmin, menarik rambut dan menyeretnya keluar kamar, lalu kembali memukuli Sungmin.

“Dasar anak sial! Kau sama sekali tak berguna. Lebih baik mati daripada membuatku malu!

Mata Sungmin bergerak cepat ke kanan dan kiri. “Mati, mati, mati…,” racaunya tak jelas.

Appa mendorongnya hingga tersungkur. Ia berjalan terseok-seok menuju kamarnya. Appa mencoba memukulnya dengan tali berukuran cukup besar dan mengenai bahunya. Setelah sampai kamar, ia mengunci pintunya dan duduk kembali di hadapan laptop.

Mengulang kejadian sebelumnya, ia menyalakan webcam dan mulai merekam. Perhatiannya mulai tertuju pada tali. Ia tersenyum tipis dan bangkit memasangkan tali ke palang atap. Kamera terus merekamnya, namun yang kini bisa ditangkap hanyalah gambar kaki Sungmin yang mulai menaiki sebuah kursi. Ia tertawa cukup keras, menikmati permainan yang dibuatnya. Tali yang sudah ditalikan simpul, ia kalungkan ke kepala.

“Eomma, saranghae…,” ujarnya dengan bola mata bergerak liar ke kanan dan kiri.

BRAK! Kursi terjatuh dan kakinya menggantung. Kamera berhasil merekam semuanya dan secara otomatis meng-uploadnya ke internet…

*Memang terdapat kasus bunuh diri yang direkam dengan webcam – yang sebagian mungkin main-main – dan dipublikasikan di Internet.

-the end-

[Guess The Author] Dance In Love

 

Ada legenda sekolah yang mengatakan…



Siapa yang berciuman pada malam 14 Februari…

Di atas panggung teater…

Keduanya akan jadi pasangan selamanya…

Meski kedua musuh bebuyutan sekalipun…

Benarkah itu?

Ririn Sonsangnim sudah pusing melihat keadaan kelas di depannya, terlebih kedua anak yang sedang bertengkar hebat itu. Yang satunya gadis manis dan imut, tapi tomboi sekali, sedang bertengkar hebat dengan musuhnya yang pria tampan dan imut pula. Tapi keduanya kalau sudah bertengkar… astaga, bisa membuat kepala siapa saja teng-tengan, dan kuping berdenging.

   ”Miss Cho, Mr Lee, apakah kalian tidak bisa damai?!” kata Ririn Sonsangnim sudah habis sabar, dan setiap patah kata yang dikeluarkannya terkesan berbahaya.

   ”Dia yang mulai duluan Sonsangnim! Dia tidak mau mengalah, padahal aku kan seorang gadis!”

   ”Kelakuanmu tidak seperti seorang gadis!” balas Sungmin.

   ”Iya, karena kelakuanmu yang lebih mirip seorang gadis!” balas Chihoon sama berdesisnya.

   ”Pardon me?” suara Sungmin naik ke level tertinggi.

  Seisi kelas sudah menutup telinga mereka dengan tangan masing-masing, dan Ririn Sonsangnim menepuk kepalanya. ”Oke, Ms Cho, dan Mr Lee…” Ririn Sonsangnim berusaha menahan dirinya agar tidak meledak. Sementara Cho Chihoon dan Lee Sungmin menatapnya acuh tak acuh.

   ”Saya sudah tidak bisa menolerir kalian lagi,” katanya perlahan. ”Saya akan memberikan kalian hukuman, yang saya harap akan membuat kalian jera! Tidak seperti hukuman-hukuman sebelum ini.”

   Chihoon dan Sungmin saling lirik, lalu membuang pandangan. Mereka berpikir paling parah hukuman yang diberikan guru mereka ini hanyalah menyapu kelas, membersihkan toilet?! Ah itu sudah basi… dan mereka akan tetap saling bertengkar, mereka memang musuh abadi! Itu yang ada di pikiran mereka.

   ”Hukuman ini, saya harap menjadi hukuman terakhir bagi kalian berdua.” Ririn Sonsangnim menghela napas. ”Lee Sungmin, Cho Chihoon, kalian akan jadi pair di pagelaran drama 14 Februari besok!”

   Kontan mata Sungmin dan Chihoon melebar, keduanya tidak menyangka sama sekali bahwa hukumannya akan seperti ini?!

   ”Sonsangnim!”

   ”Andwae!”

   ”Karena saya sudah bingung bagaimana harus menghentikan kalian!” kata Ririn Sonsangnim tegas. ”Kalian pikir kami semua disini tidak terganggu dengan ulah kalian! Sudah terima saja!”

”Ms Cho, Mr Lee, silakan duduk. Selamat bergabung dalam pementasan kita,” sambut Shindong Sonsangnim. Chihoon berdesis mengeluhi diri sendiri, tak berbeda jauh dengan Sungmin.



   Sekarang seluruh sekolah sudah tahu kalau dua musuh bebuyutan itu di dapuk sebagai pemeran utama pementasan Valentine esok, yang berarti keduanya harus memainkan peran sebagai pasangan kekasih. Drama yang akan dimainkan adalah Cassanova, dimana Sungmin akan menjadi Cassanova, dan Chihoonlah yang akan menjadi Francessca-nya.

   Baru keduanya diberikan naskah, keduanya langsung membuka lembar-lembar dimana Cassanova dan Francessca sudah saling jatuh cinta, mereka bergidik ngeri melihat adegan-adegan yang harus mereka lakukan. Dari mulai hanya sekedar bergandengan tangan, merangkul, memeluk, hingga berciuman, dan bercinta, semua harus mereka lakukan!

   Belum lagi ada adegan dansa di tengah-tengah drama tersebut, Chihoon menelan ludahnya ngeri. Dia kan belum pernah berciuman dengan pria manapun, dia belum menyukai siapa pun, dan apakah ciuman pertamanya harus diberikannya kepada musuh abadinya sendiri?!

   Oooh, tidak bisa…

   Tapi Sungmin nampak cool menanggapi hal tersebut, Chihoon bisa mendengarnya berkata, ”Cuma akting kan? Gak susah…” katanya dengan wajah juteknya yang biasa. Kemudian mereka mulai berlatih, mau tak mau Chihoon pun berlatih keras, dengan tekad tidak mau kalah dari Sungmin.

   Dia menghapalkan dialog-dialognya, dan berlatih dansa dengan koreografer dramanya dengan tekun, sehingga persiapannya pun sama matangnya dengan si jenius Sungmin yang memang kepintarannya di atas rata-rata, dan juteknya juga di atas rata-rata.

   Akhirnya setelah persiapan pendalaman karakter dan gerak sudah siap, keduanya siap untuk mempraktekan adegannya. Dari mulai bagaimana Sungmin berhasil merayu gadis-gadis, dari gadis remaja biasa, hingga para biarawati memintanya untuk meniduri mereka, sampai akhirnya dia bertemu dengan Francessca. Dari mulai bagaimana Francessca tidak suka padanya, sampai Cassanova pun jungkir balik membuat Francessca jatuh cinta.

   Akhirnya keduanya saling jatuh cinta dan berdansa, lalu berciuman mesra, dan bercinta.

   Sayang adegannya tidak semulus itu.

   ”Hana, dul, set… cue!”

   Chihoon mulai merapalkan dialognya, dibalas oleh Sungmin dengan tatapan menusuk. Dialog yang seharusnya penuh dengan bahasa-bahasa cinta tersebut, malah diucapkan seperti menyuluti perang dan emosi, pandangan mata keduanya pun seperti siap menerkam satu sama lain.

   ”NG!” teriak Shindong Sonsangnim. ”Ms Cho, Mr Lee! Apa-apaan ini? Ketika pendalaman karakter kalian sangat baik! Begitu pula ketika latihan percobaan! Kemana perginya itu semua? Pementasan tinggal beberapa hari lagi, dan kalau kalian mengacaukannya, aku bersumpah kalian tidak akan pernah hidup tenang!” ujar Shindong Sonsangnim keras.

   Chihoon dan Sungmin saling pandang kemudian mengembuskan napas keras-keras, dan berkata kompak. ”Joesohamnida, Sonsangnim…”

   ”Ulang! Hana, dul, set… cue!”

Chihoon menghempaskan tubuhnya di kamar ganti ruang teater, hanya ada dia sendiri disana. Dia menaikkan kakinya dan melemaskannya, lalu kepalanya disandarkan ke dinding di belakangnya. Dia mencoba menghirup sebanyak mungkin udara untuk membantu menenangkan dirinya, tapi gugupnya terus terasa.



   Kenapa harus Sungmin? Kenapa harus kami berdua? Kami kan kucing-anjing, elang-ular! Sampai kapan pun kami tidak akan pernah akur! Chihoon sudah membenci Sungmin sejak pertama kali melihat Sungmin. Melihat kelakuan Sungmin yang feminis tapi jutek, dan tentu saja karena keduanya memiliki kepintaran diatas rata-rata. Sejujurnya Chihoon tidak suka dikalahkan oleh pria dalam hal pelajaran, dan Sungmin melakukan semua hal yang dia tidak suka.

   Dan sekarang dia dihukum oleh Ririn Sonsangnim untuk menjadi pasangan Sungmin?! Aaaaaaaaahhh, siksaan macam apa ini?!

   ”Ms Cho, ayo mulai latihan lagi…”

   Chihoon menghela napas dalam-dalam, ini masuk ke adegan kiss pertama mereka. Sungmin, dengan wajah juteknya sudah bersiap di tepi panggung, wajahnya santai dan kalem sekali, Chihoon jadi kesal sendiri. Shindong Sonsangnim kemudian meminta mereka berdiri berhadapan.

   ”Oke, ucapkan adegan tersebut, dalami… seolah-olah kalian memang saling mencintai satu sama lain.” Shindong Sonsangnim memutari keduanya. ”Tatap matanya langsung. Dengan begitu, dialog yang mengalir akan semakin terasa… singkirkan permusuhan kalian, kalian adalah Cassanova dan Francesca… dua insan yang saling mencintai.”

   Akhirnya mata Sungmin dan Chihoon bertemu. Dan tiba-tiba mengalirlah semua dialog tersebut, dengan indahnya. Adegan yang ini akhirnya berhasil selesai, tanpa NG, Shindong Sonsangnim nampak puas dengan hasil yang diraih oleh Chihoon dan Sungmin.

Chihoon tiba di rumahnya, yang memang masih sepi karena dua kakak dan orangtuanya sibuk, dia langsung ke dapur dan mengambil air es. Ia langsung menenggaknya banyak-banyak dan meletakkan begitu saja tasnya di sofa, sampai bel rumahnya berbunyi.



   Chihoon bergegas kembali ke depan karena si tamu rupanya amat sangat tidak sabaran, terus menerus menekan bel. Chihoon buru-buru membukanya dengan gusar.

   ”Ne?” dan Chihoon kaget bukan kepalang melihat ternyata Sungmin yang ada di hadapannya.

   Sungmin sedang memerhatikan tatanan luar rumah Chihoon, dan agak kaget juga begitu Chihoon membuka pintu.

   ”Sedang apa kau disini?!” Chihoon menatap Sungmin dari ujung rambut hingga ujung kaki.

   ”Mau mengajakmu latihan,” ujar Sungmin singkat, sambil melirik ke dalam. ”Aku tak boleh masuk?” tanyanya jutek.

   Chihoon sebenarnya mau mengusir pria ini, tapi demi latihan, akhirnya dia mundur dan memepersilakannya masuk ke dalam rumah. Chihoon kemudian menunjuk taman belakang.

   ”Latihan disana saja, disini kurang lega…” kata Chihoon setengah hati. ”Aku mau ganti baju, kau…” dia menatap Sungmin yang masih nampak cuek. ”Terserah kau mau apa.”

   Sungmin mengangguk singkat. Chihoon naik ke atas, mengganti pakaiannya dengan kaus dan celana training biasa lalu mencepol rambutnya ke atas dan turun lagi ke bawah dengan naskah dramanya. Dilihatnya Sungmin sudah duduk di kursi taman belakang.

   ”Ayo latihan!” ajak Chihoon agak ketus.

   Sungmin meletakkan tasnya dan mengeluarkan naskahnya juga. ”Adegan lainnya sudah lancar, tinggal ini…” dia membuka sebuah halaman dan meletakkannya di meja, Chihoon meliriknya.

   Ternyata adegan berdansa.

   ”Aku tak bisa dansa,” ujar Chihoon.

   ”Cih…” keluh Sungmin, lalu dia menatap Chihoon heran. ”Kau kan wanita, bagaimana mungkin seorang wanita tak bisa berdansa?!”

   ”Memangnya kau bisa?!”

   ”Aku bisa!”

   ”Berarti kau yang wanita!”

   Sungmin menatap Chihoon tajam. ”Bisa kau hentikan kata-kata kasarmu barusan! Aku tidak akan segan-segan main tangan kalau kau bicara begitu lagi.”

   ”Huh…” kalau tidak ingat ini di rumah, Chihoon pasti akan meladeni si Jutek itu bertempur. Akhirnya Chihoon dengan nada sedikit merendahkan berkata. ”Ya sudah, ajarkan, kalau kau memang bisa…”

   Setelah berkata begitu, Sungmin menarik tangan Chihoon dan mereka langsung berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, tapi pancaran mata mereka masih mem-perlihatkan aura permusuhan.

   ”Take my waist…” bisik Sungmin.

   ”What?!

   ”My waist…

   Chihoon lalu melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Sungmin, dan satu tangan memegang tangan Sungmin, begitu pula Sungmin. ”Oke, mundur selangkah!” perintahnya. Chihoon mundur, sementara Sungmin maju, ”Maju selangkah!” perintah Sungmin lagi. Chihoon maju, sementara Sungmin mundur. Tanpa disadari, meski tanpa irama, gerakan keduanya seirama. Bahkan ketika Sungmin mengangkat tangan Chihoon, Chihoon tahu sendiri, dan dia berputar, lalu langsung menangkap pinggang Sungmin, dan berdansa lagi.

”Perfect! Ini sempurna sekali adegannya. Bagus, Ms Cho, Mr Lee!” puji Shindong Sonsangnim. ”Kalian benar-benar membuat semua terlihat mudah, kalau begitu aku mau adegan selanjutnya sempurna seperti ini, persiapkan diri kalian di rumah ya!” perintah Shindong Sonsangnim.



   Chihoon mengangguk, kemudian mengambil tasnya lagi, dan berjalan keluar mengikut teman-temannya yang lain. Di depan gerbang sekolah, Chihoon seperti biasa sedang menunggu bus ketika motor sport hitam berhenti di hadapannya. Sungmin membuka kaca helmnya.

   ”Latihan lagi! Aku ke rumahmu…”

   ”Ne,” sahut Chihoon.

   ”Ayo naik!”

   ”Sekarang?!”

   ”Tahun depan! Ya iyalah sekarang, biar kekejar semuanya, dan ini semua cepat berakhir, kau bisa lepas dariku, begitupun aku bisa lepas darimu. Jadi jangan mengeluh!”

   Chihoon mendesis, sejak kapan seorang Lee Sungmin berani memerintahnya seperti ini? Tapi Chihoon cuma bisa mendengus dan mengangguk lalu naik ke motor Sungmin dan mereka ke rumah Chihoon. Sesampainya di rumah Chihoon keduanya buru-buru ke taman belakang dan membuka lembaran naskah mereka.

   ”Dansa sudah lancar, adegan awal sudah sempurna…” Sungmin terus membaca dengan cepat. ”Oke, bagian ini…”

   Chihoon melirik, dan langsung menelan ludah. Adegan kiss, dan adegan bercinta, dia melirik Sungmin yang menatap naskah, tetap dengan ekspresi biasa saja dan nampak jutek pula. Sama sekali tidak ada perasaan yang aneh karena harus beradegan mesra dengan musuh bebuyutan.

   Chihoon nampak ragu.

   ”Kau tidak suka?” tanya Sungmin mendongak menatapnya.

   ”Memang kau tidak?” balas Chihoon.

   Sungmin mendesah, ”kau suka sekali membalas pertanyaan orang lain, padahal akulah yang terlebih dahulu bertanya padamu!”

   Chihoon merengut.

   ”Suka tidak suka, kita harus melakukan ini!” desah Sungmin lagi. ”Kita mulai dari adegan ini dulu…”

   Chihoon membacanya, yang ditunjuk Sungmin adalah adegan bergandengan tangan. Kalau ini rasanya aku sanggup, batinnya. Dia mengangguk dan memulai adegan itu bersama Sungmin. Ketika akhirnya tangan keduanya bergandengan, secara naluriah, jemari mereka saling mencari untuk menelusup di jemari satu sama lain dan saling menggenggam.

   ”Ini udah oke kayaknya…” Sungmin beralih mencari naskah dengan satu tangan karena dia masih menggenggam tangan Chihoon, lalu dibacanya naskah lagi. ”Peluk…”

   Wajah Chihoon mulai menampakkan tanda-tanda penolakkan. Dia membaca naskahnya baik-baik. Adegan tersebut adalah adegan ketika Cassanova menyatakan cint dan Francesca juga sudah jatuh cinta padanya. Dari tipe berpelukannya, rasanya ini adalah pelukan yang passionate.

   Dan Sungmin langsung memeluknya. Chihoon terkejut, badannya kaku semua. Sungmin berdesis, ”begini caramu berpelukan?!”

   ”Aku belum pernah memeluk siapa pun!”

    ”Ingat, kau Fransesca!”

   Chihoon mendengus kemudian mengangguk. Dia menarik napas dalam-dalam dan kedua tangannya balas melingkari Sungmin dan menarik Sungmin semakin erat juga dalam pelukannya, jatungnya berdebar. Kemudian Sungmin membaca naskah lagi dan mendesah berat.

   ”Apa?”

   ”Kisseu!”

   Chihoon diam, dia melirik Sungmin. Wajah Sungmin kali ini baru menunjukkan sebuah emosi. Dia nampak gusar, sama seperti Chihoon, dan besok di hadapan teman-teman dan guru mereka, mereka akan berlatih adegan ini. Di hari pentas, mereka akan menampilkan adegan ini di depan seluruh warga sekolah malah.

   Mereka sama-sama diam sambil terus memandangi naskah.

   ”Oke, ayo,” ucap Chihoon mengambil inisiatif.

   Sungmin mendongak, ”yakin?”

   ”Kau takut dimarahi pacarmu?”

   Sungmin mendesah. ”Kebiasaan, kalau ditanya malah balas bertanya! Baiklah, kita memang harus profesional.”

   ”Keurae… uri first kiss…”

   Chihoon menghela napas. Dia kan belum pernah ciuman, bagaimana ini? Kenapa dia pede sekali mengajak Sungmin berlatih padahal Sungmin sendiri tidak yakin? Tapi kemudian tangan Sungmin sudah ada di wajahnya, membuatnya terpaksa mendongak dan melihat mata Sungmin.

   ”Rasanya ekspresimu harus diperbaiki…”

   ”Harus bagaimana?” tanya Chihoon pelan.

     ”Molla…” dan Sungmin langsung menempelkan bibirnya pada bibir Chihoon, Chihoon terkesiap. Chihoon masih sulit mendeskripsikan perasaannya karena dia bingung. Tapi dilihatnya mata Sungmin terpejam, dan bibirnya terus seperti melumat bibirnya sendiri yang masih menutup. Apakah dia harus memejamkan matanya?

   ”Kau datar sekali.” Sungmin melepaskan ciumannya dan mengusap bibirnya yang basah.

   Chihoon masih bingung.

   ”Kau belum pernah ciuman, ya?”

   ”Apa urusanmu?!”

    ”Berarti jawabannya ya.” Sungmin kembali membaca naskahnya. ”Kalau setiap ciuman kau akan seperti itu, akting kita akan gagal… latihanlah dengan pacarmu, agar lancar!”

   Chihoon berdecak kesal.

   ”Ayo latihan lagi,” ajak Chihoon.

   ”Yakin?”

   ”Waktu kita tak banyak, Lee Sungmin-ssi…”

  —

   ”Wah!” Shindong Sonsangnim dan para pemeran lain yang ikut menonton adegan kiss barusan terpana. Sungmin dan Chihoon memainkannya dengan sangat apik sekali. Pementasan mereka yang tinggal menghitung hari nampaknya bisa berakhir dengan sukses.



   Akhirnya hari pementasan drama berlangsung, 14 Februari, di hari Jumat malam. Semua sudah bersiap, termasuk Sungmin dan Chihoon dengan kostum panggung mereka. Sungmin benar-benar sangat tampan dan bisa membuat setiap wanita lumer jika memandang dan menerima senyum maut Cassanova yang diperankan olehnya. Sungmin menunggu seluruh pemeran berkumpul di balik panggung untuk berdoa bersama.

   Sampai Chihoon keluar, dengan make over yang luar biasa berbeda. Make up natural, dengan gaun jaman Victoria yang sangat pas melekat di tubuhnya. Pembawaan tomboynya menghilang, digantikan dengan pembawaan cantik alami yang menyita perhatian. Sungmin langsung meregangkan kemejanya yang tiba-tiba membuat tenggorokannya tercekat.

   Sungmin dan Chihoon justru saling canggung, keduanya tidak bisa menampik pesona masing-masing karena satu sama lain terlihat sangat berbeda dalam penampilan mereka kali ini. Setelah berdoa bersama mereka melakukan penampilan mereka.

   Sungmin dan Chihoon benar-benar memainkan peran mereka dengan baik. Tiap adegan mereka lakukan dengan sangat rapi. Adegan yang paling terekam dalam ingatan setiap orang adalah ketika keduanya berdansa dan menyatakan cinta satu sama lain. Kemudian ketika keduanya nyaris di penggal, namun akhirnya berhasil kabur.

   Lee Sungmin dan Cho Chihoon benar-benar mendapat pujian malam itu. Pihak sekolah yang tadinya hanya bermaksud menghukum mereka malah kini memberikan apresiasi kepada keduanya karena keduanya berhasil memerankan peran mereka dengan sangat sempurna.

  ”Kamsahamnida, Lee Sungmin-ssi… atas bantuan, dan kerjasama darimu selama ini.” Chihoon membungkuk. ”Kita tidak perlu kerja sama lagi, dan kau bisa bebas dariku.” Chihoon tersenyum kecut.



   Sungmin mengangguk. ”Sama-sama…”

   ”Mulai besok kita akan kembali ke kehidupan kita yang seperti kemarin…,” kata Chihoon dengan sedikit nada tidak rela. Entahlah, dia begitu menikmati setiap kebersamaan yang ia lalui bersama Sungmin namun tidak mau mengakuinya.

   Sungmin mendongak. ”Kenapa harus?”

   ”Maksudnya?”

   ”Kau tahu tidak ada legenda di sekolah ini,” kata Sungmin tiba-tiba.

   ”Legenda apa?”

   ”Legenda lama…” Sungmin memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana jinsnya, dan menatap Chihoon. ”Barangsiapa yang berciuman di panggung teater, pada malam 14 Februari, sekalipun musuh… mereka akan jadi pasangan abadi…

   Chihoon terhenyak. ”Masa?”

   Sungmin mengangguk. ”Aku sudah tau dari lama ada legenda itu…” katanya santai.

   ”Lalu? Kau tidak percaya kan?”

   ”Buktinya ada kok…”

   ”Mana?”

   ”Rasanya aku suka padamu… Chihoonie…”

   Wajah Chihoon memerah, ”Mwo?! Kalau kau mau mempermainkanku, kau akan tau akibatnya, Lee Sungmin!”

   ”Aniya, aku serius,” ujarnya serius, tapi tetap santai dengan gayanya yang biasa. ”Tapi sebetulnya bukan karena legenda tersebut, aku memang sudah suka padamu dari dulu, tapi kau sangat menyebalkan dan selalu cari masalah denganku. Yaah, selama hanya itu alat kita komunikasi, aku terima saja…”

   ”Mwo?! Kau yang jutek denganku…”

   ”Aku jutek karena kau yang bilang aku jutek! Aku tidak jutek kok…”

   ”Ani, kau jutek…”

   ”Arasseo, kalau aku tidak jutek, kau mau pacaran denganku?”

   Chihoon menggigit bibirnya, ”Tapi, kita kan musuh…”

   ”Lalu?” Sungmin menariknya dan membawanya ke panggung teater yang masih terang tapi sudah sepi. ”Aku suka padamu, dan aku yakin kau juga suka padaku…”

   ”Cih~ percaya diri sekali kau!”

   ”Kalau begitu aku buktikan ya, kalau memang legenda ini benar…” Sungmin kemudian mencium Chihoon lagi dan melepaskannya. ”Iya, kan? Kalau kau tidak suka padaku, kau takkan mau dicium begitu saja dan memejamkan matamu. Ya, ‘kan?”

   Wajah Chihoon memerah.

   ”Akui saja!”

   ”Ne.” Chihoon menunduk.

   ”Johta!” Sungmin mencium Chihoon lagi.

-the end-


[Guess The Author] Revenge

Aya berjalan cepat meninggalkan sebuah gang kecil atau bisa dikatakan itu gang tikus. Jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin seperti butir jagung jatuh membasahi wajah yang mengalir ke wajahnya. Langkahnya semakin cepat. Tapi tangannya masih sibuk menekan keypad ponselnya. Berharap Kakashi sang pacar meneleponnya. Aya masih terus berjalan dan tak ingin menoleh ke belakang. Perasaannya mengatakan ada orang yang mengikutinya.

Tap tap tap….

Langkah itu semakin terdengar jelas dan semakin dekat. Aya memutuskan untuk berlari sebelum sesuatu yang buruk menimpannya. Tapi sayang dia terlambat.

“…kau” Aya tercekat melihat sosok berwajah dingin nan kaku menatap dirinya dengan penuh benci dan dendam..

“Kau sudah mati!!pergi!” Aya berteriak keras dan akhirnya memutuskan kembali memutar arah kebelakang berharap apa yang dilihatnya hanya halusisnasi.

Sret


Sosok itu telah berada didepan Aya dan menarik pakaian Aya..

“Kyaaakkkkkkkkkkkkkkk..Kami-sama,” Aya gadis keturuan jepang itu berteriak, berusaha menepis tangan itu. Tangan yang begitu . Tatapan penuh kebencian dan aura dendam begitu tampa diwajah oucat itu.

Aya terus meronta berusaha menghalangi sosok itu untuk mencekiknya.

Nafasnya tersengal-sengal…

“Kami-sama…” Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saat dirasanya ia semakin tercekat dan sulit bernafas. Cekikkan itu semakin kuat dan mematikan.

Perlahan-lahan matanya kian menutup.

“Aya..Aya..” Seseorang menepuk pipinya dengan pelan.



Dilihatnya gadis itu tak memberikan respone. Segera dibopongnya.

Perlahan mata Aya terbuka dan merasakan tubuhnya ringan seperti tak menginjak tanah lagi dan memang tidak. Karena dia berada dalam gedongan tangan besar.

Akhirnya Aya sadar.

“Hatake…,” lirih suara Aya.

“Kami-sama, syukurlah kau sadar.” Kakashi mendudukan Aya dikurusi mobil kemudian dia pun menyusul.

Aya masih lemah.

Kakashi memberikan air minum kepadanya.

“Kenapa aku bisa disini dan kau?” Aya berusaha mengumpulkan ingatannya dan mengenali keadaannya.

Rasanya tadi dia berjalan menjauhi sebuah gang kecil lalu dia bertemu dengan sosok itu. Tapi kenapa sekarang dia berada diparkiran kampusnya dan Kakashi tadi kenapa mengendongnya.

“Kau tertidur lagi digedung skretariat. Aku kan bilang akan menjemputmu. Tapi kutunggu-tunggu dari jam 5 tadi sosokmu tak juga tampak. Untunglah ada salah satu temanmu memberitahukan kalau kau ada di gedung skretariat.” Kakashi menjelaskan kepada Aya yang sepertinya mulai mengerti.

“…dan kau tadi sepertinya bermimpi buruk lagi…,” kata Kakashi pelan sambil menstarter mobilnya. Aya masih terdiam. Berusaha menepis atau melupakan mimpi yang baru saja dialaminya.

“Apa kau memimpikannya lagi?” tanya Kakashi

Aya masih diam.

“Sudahlah. Kalau kau masih menyimpan rasa bersalah terus menerus maka diapun akan semakin senang untuk mengganggumu.” Kakashi berusaha menenangkan pacarnya.

“Kau bilang lupakan?” kata Aya dingin

“Kau pikir aku mau seperti ini, digelayuti rasa berdosa dan bersalah terus menerus?” tiba-tiba Aya menjadi histeris.

“YA! Dia mati bukan salah kita. Itu sudah takdirnya. Itu kebodohannya, bukan kita. Salahnya sendiri yang melakukan itu!” Kakashi ikut emosi.

“Zhoumi mati itu gara-gara apa kau piker? Kau ingat mestinya!” Aya semakin histeris dan Emosi.

“Siapa yang menyuruhnya bunuh diri?!” teriak balik Kakashi.

Aya menutup telinganya dan menggeleng kuat.

“Apa kau masih mencintainya?” hardik Kakashi.

Aya masih menutup telinganya.

“Lihat aku AYA!” bentak Kakashi.

“Apa kau mencintaiku?!” suara dingin Kakashi.

“Kalau begitu kau harus ikut denganku Aya-chan,” suara itu begitu dingin. Aya mengangkat kepalanya untuk menatap sosok Kakashi, matanya mebelalak. Bukan sosok Kakashi yang tadi dilihatnya melainkan sosok yang ada di dalam mimpinya. Wajah pucat nan dingin menyeringai dari wajah Zhoumi!!!

“KYAAAKKKKKKKKKKKKKKKKKK…”

Dan itulah teriakkan terakhir dari Aya.

3 bulan yang lalu..



Siapa yang tak kenal Aya dan Zhoumi? Mereka adalah pasangan serasi. Orang-orang selalu iri dan memuji setiap kemesraan mereka.

Tapi itu sebelum Zhoumi mengetahui yang sebenarnya.

Kebenaran yang menyakitkan untuknya.

Kebenaran yang membuatnya membenci sosok yang dicintainya dan dendam kepada sosok yang dikaguminya.

Ya, akhirnya Zhoumi tahu kalau dia bukan pria yang di cintai yang sesungguhnya oleh Aya melainkan Kakashi manajer disalah satu perusahaan yang dimilik Ayahnya. Orang yang sangat dikaguminya.

Zhoumi hanya alat bagi Aya dan Kakashi untuk tujuan mereka. Menguasai segala yang dimiliki oleh Zhoumi.

Menjadi pewaris tunggal dari jaringan kerajaan bisnis dari Klan Zhou siapa yang tak tergiur.

Zhoumi hanyalah batu loncatan untuk mereka. Mengetahui Kenyataan itu, Zhoumi yang rapuh dan terlalu bergantung dengan Aya yang selama ini telah berperan menjadi kekasih yang baik, yang perhatian dan yang selalu ada untuknya. Membuatnya lebih memilih mengakhiri hidup dari pada menyaksikan kedua orang itu akhirnya bahagia dan menyakitinya. Zhoumi pergi, tapi tak hanya pergi begitu saja. Dia pergi dengan dendam dan akan membawa kedua orang itu juga untuk ikut bersamanya…

-the end-

HAN DONGSAENG, SARANGHAE!!!


TITLE: HAN DONGSAENG,SARANGHAE!!!

AUTHOR: reemaxy a.k.a Hyun Neul a.k.a Nourma…


GENRE: ROMANCE
CAST:
HAN HYUN NEUL
LEE DONGHAE
HANGENG

“HEI KALIAN SEMUA JANGAN BUKA KAMARKU,JANGAN KOTORI RUANG TAMU, JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN DI DALAM RUMAH, JANGAN……..BLABLABLA!!!!!!!”teriak Hangeng mengisi seluruh ruangan dorn. Semua meber menutup kuping mereka entah dengan headset, kapas,bantal atau jari telunjuk mereka. Mereka semua paling benci dengan sikap Hangeng saat akan menyambut kedatangan adik kesayangannya. Tapi ada 3 lelaki yang selalu senang dengan keadaan seperti ini. Selalu mengikuti perkataan Hangeng. Selalu menebar senyum mengembang saatHangeng menyuruh mereka ini itu.


“Kyu,Hae,Hyuk, kenapa kalian senang sekali saat Hangeng melakukan hal seperti ini hah??”tanya Leeteuk kepada ketiga dongsaengnya yang berdiri berjajar dengan wajah bercahaya.
“Karena CINTA”kata mereka bertiga secara bersamaan sambil menengok kearah Leeteuk secara bersamaan juga.
“Cuih..Cinta apa?? Kalian playboy-playboy sok ngetop tau apa tentang Cinta hah??”kata Heechul.
“Hyung,aku bukan playboy tapi aku memang ngetop..hehehe”jawab Kyu.
“Hyung,walaupun playboy atau penjahat,penghianat jika sudah mengenal cinta juga tetap akan cinta. Tidak ada kata main-main. Kecuali Kyu dan Eunhyuk, bukan aku..hahahaha”katany sambil tertawa seperti sudah menggapai kemenangan.
“Sudahlah semuanya aku mau menjemput dongsaengku. Saat dongsaengku sampai kalian BERTIGA tidak boleh mengganggunya,menggodanya ataupun terbar pesona. Hanya boleh memandang dari kejauhan tanpa menyentuhnya dan blablabla….”
“Han,cepat jemput adikmu!!!!!!!!!”teriak Teuk kepada Han. Han lalu keluar dari dorn.


Seseorang membuka pintu depan dorn. Donghae beranjak dari duduknya dengan tidak sabar. Disusul oleh Kyu dan Hyuk. Mereka bertiga mengamati kaki yang membuka pintu tadi. Melihat dari kakinya saja mereka bertiga sudah bertambah cerah,lalu semakin keatas sampai ke wajah, trio gila*ditendang reader,mian yoo..* meneriakan sebuah nama…”HAN HYUN NEULL!!!!!*maaf nama’a geje* Mereka bertiga memeluk Hyun Neul *bayangin dipeluk satu org aja pingsan pa lg 3* yang syok berat.


“Waaaaaaaa Han Oppa tolong aku!!!!!!! Teuk Oppa siapa saja! Singkirkan dongsaeng gilamu ini dariku.!!!” teriak Hyun sekeras mungkin.
“Aku senang melihat pemandang seperti ini”kata Siwon.
“Waa, kenapa kalian hah?? Lepaskan!!! Sakit…Aku tidak bias bernafas.”rintih Hyun.
“Hyun, aku kangen kamu”kata Hyukjae.
“Aku rindu kamu”kata Hae.
“I MISS YOU..kekeke”kata Kyu. Tiba-tiba Han dating dan berteriak.
“HEI!!!! LEE HYUKJAE!!! LEE DONGHAE!!!! CHO KYUHYUN!!!! KALIAN GILAAA!!! LEPASKAN ADIKKU!”Han berlari laru melepaskan pelukan trio crazy lalu mendorong mereka bertiga. Lalu Han melihat keadaan adiknya itu. “Hyun, kau taka pa??”tanya Han pada Hyun.
“Aniyo Oppa. Aku baik-baik saja. Hanya aku sedikit syok.”kata Hyun sambil mengatur nafasnya.
“Lihat. Katanya kalian mencintai Hyun,tetapi malah menyakitinya. Dusta.”kata Han kepada trio aneh.*sebutannya beda”..hehe*
“Mianhe Jagiya.”kata Hyukjae.
“Aku tahu aku salah. Mianhe”kata Hae dengan sangat cool. Lalu dia pergi berlalu. Sedangkan Kyu hanya meringis tidak berkata maaf.
HYUN NEUL POV
Hae Oppa kenapa aneh ya?? Kenapa dia langsung pergi begitu? Kenapa dia tadi mengatakan rindu. Kata yang tidak biasa dia gunakan kepada wanita lain. Dan kenapa aku jadi enh seperti ini? Kenapa aku jadi memikirkan dia. Sudahlah.
End——–

ESOK HARI—–


“Han Oppa!!! “pagi-pagi Hyun sudah berteriak memanggil Hangeng.
“Ne. Ada apa Hyun??”tanya Han.
“Oppa,apa Oppa membolehkanku berkencan dengan salah satu member suju??”tanya Hyun polos.
“Hah?? Kenapa kau bertanya seperti itu?? Kau menyukai siapa??”kata Han sambil meletakkan pring gelas diatas meja makan.
“Aku hanya bertanya. Aku tidak tahu akan jatuh cinta pada siap. Tapi aku merasakan sesuatu disini.”kata Hyun.

DONGHAE POV


Aku memandangi Hyun disudut ruangan. Berusaha mendengar percakapan Hangeng Hyung dan Hyun. Aku hanya berharap orang yang kau sukai itu aku. Aku tidak sanggup merasakan cintaku yang bertepuk sebelah tangan. Aku menyayanginya. Hyun,,,SARANGHAE!!!
END

“Hyun, annyeonghaseyo!!! Kau imut sekali.”kata Hyukjae. Semua member dating kemeja makana untuk makan*ya iyalah*.


“Hae Hyung, apakah sudah mundur untuk mendapatkan cinta Hyun?? Kau takut kalah dengaku kan??”tanya Kyu pada Hae.
“Ne. Aku takut kalah.”kata Hae lesu.
“Kau aneh sekali akhir-akhir ini Hae. Sejak Hyun disini kau selalu diam.”kata Sungmin.
“Tidak apa-apa. Aku hanya kecapekan.”
“Oh kalau begitu kau harus istirahat dirumah ya..nanti biar aku yang menggantikanmu nge-MC..hehehe”kata Yesung.
“Ta..tapi aku masih kuat kok.”kata Hae.
“Alasan saja. Biar aku saja. Aku senang membantu.”kata Yesung sok manis.
“Bilang saja kau ingin nampang di TV”kata Ryewook.
“Ah Wookie sayangku kau tahu aja.heehe” kata yesung. Setelah selesai makan semua berangkat kerja kecuali Donghae.
“Hae kau harus menjaga Hyun. Jangan ganggu dia.”kata Hangeng bawel.
“Iya Hyung. Aku kan sudah mundur. Santai saja.”kata Donghae. Padahal hatinya sedang berdebar-debar karena hanya akan berdua dengan Hyun didalam satu rumah yang besar.*jgn mikir aneh”*
Semua member suju sudah keluar. Tinggal ada Hyun dan Hae yang berdiri didepan pintu. Hyun menengok ke Hae lalu tersenyum. Membuat hati Hae semakin berdebar. Sudah berjam-jam Hae hanya berjalan kesana kemari, masuk kamar keluar kamar, naik turun lantai satu dua, tiduran lalu bangun lagi. Dia sangat gugup. Padahal si Hyun hanya biasa saja. Hyun hanya menonton TV diruang tengah.

DONGHAE POV—

Kenapa aku ini?? Kenapa menjadi gugup dan berkeringat seperti ini?? Aku tidak berani menatap mata Hyun. Mau melewati ruang tengah saja aku gemetaran. Tapi aku harus membuat suasana ini menjadi nyaman. Aku harus mendatangi Hyun.

End—


Donghae menuruni tangga menuju keruang tengah. Kakinya gemetaran,tubuhnya keringat dingin. Dia seperti saat pertama kali bertemu dengan kamera tahun 2005 *terlalu rinci deh*.
“Hai Hyun!!!”Hae menyapa Hyun dan duduk di sofa sebelah Hyun.
“Oh kau Oppa..”kata Hyun sambil tersenyum.
“Ka..ka..kau se..sedang nonton apa??” tanya Hae gagap.
“Ya Oppa kan bias liat sendiri aku sedang nonton apa. Kenapa Oppa jadi aneh seperti ini??”
“Tidak.. Tidak apa-apa.”kata Hae. Suasana semakin canggung. Tidak ada percakapan diantara mereka. Hanya Hae sekali-kali melirik kearah Hyun,begitu juga Hyun.
“Donghae!! Lee Donghae!!! Kenapa kamu jadi membisu seperti ini?? Suasana ini menjadi sangat canggung.Ayo berusaha mengubah suasana.”kata Hae dalam hati.
“Emm..Hyun,bolehkah aku bertanya??”Hae memulai pembicaraan.
“Oh ne Oppa.”jawab Hyun.
“Sebelumnya aku minta maaf karena sudah lancang. Kemarin aku mendengarmu sedang bicara dengan Han Hyung bahwa kau menyukai salah satu member kami. Betulkah itu??”tanya Hae membuat Hyun tersentak kaget.
“Hah?? Eh..e..itu..BENAR.”kata Hyun gagap.
“Bolehkah aku tahu siapa orang itu??”tanya Hae.
“Oppa akan tahu pada waktunya.”jawab Hyun sambil tersenyum.
“Baiklah kalau begitu.”kata Hae lemas. Donghae sebenarnya sangat menginginkan Hyun menyebutkan namanya.
Hyun merasa bosan,akirnya dia berdiri ingin beranjak dari ruangan itu. Saat Hyun berdiri seseorang menahannya dari belakang. Hae memegang tangan Hyun. Lalu dia memeluk Hyun.
“Hyun,Saranghae. Aku tidak bias menutupi rasa ini terlalu lama. Aku tahu kau tidak akan menerimaku. Aku harus segera menyatakan perasaan ini agar aku lebih lega,Hyun. Mianhe selama ini aku selalu mengganggumu.”kata Hae. Hyun hanya bias membisu. Dia sangat kaget dengan apa yang dilakukan Hae padanya. Tiba-tiba seseorang membuka pintu dorn.
“LEE DONGHAE!!!”teriak seorang laki-laki.
“Hyung??”kata Hae sambil melepaskan pelukannya dengan Hyun.
“Kau kenapa memeluk adikku?? Hyun kenapa kau mau dipeluk oleh dia??”tanya Hangeng yang meneriakkan nama Hae tadi. Member suju yang lain juga sudah masuk dorn dan hanya bias bengong melihat kelakuan Hae.
“Eh Hyung jangan salah paham dulu. Aku hanya sedang menyatakan cintaku pada Hyun. Apa aku salah??”tanya Hae.
“TENTU SAJA SALAH!!!! Kau tidak boleh berpacaran dengan Hyun.”kata Han.
“Oppa!!! Siapa yang mau berpacaran dengan Hae Oppa?? Aku saja belum menjawab pernyataan cintanya.”kata Hyun emosi
“Bagus kalau begitu. Hyun sana masuk kamar”suruh Han kasar. Hangeng membuat Hyun kesal.
“Hae,ambil saja Hyun. Aku ternyata tidak mencintainya seperti kau mencintainya.”kata Hyuk pada Hae.
“Ne. Aku juga Hyung. Ambil saja Hyun.”kata Kyu.

HYUN POV
Hangeng Oppa keterlaluan. Dia sangat menyebalkan. Aku harus berusaha mendekati member suju idamanku. Aku harus bisa menyatakan cintaku.


End—

Sudah 2 minggu hubungan Hae dan Hyun semakin jauh. Hyun selalu berusaha mendekati Hae,tetapi Hangeng selalu memisahkan mereka berdua. Hae pun menjadi menjauhi Hyun agar Hangeng tidak memarahi Hyun karena mendekati Hae. Member suju lain hanya bisa mengasihani Hyun yang sedikit tertekan dengan sikap Han.


“Oppa,aku sudah tidak tahan. Kau ini jahat sekali ya. Kenapa aku tidak boleh berdekatan dengan Hae Oppa??”tanya Hyun emosi.
“tapi memangnya kau mencintai Hae??”tanya Han penasaran.
“Emm..RAHASIA!!”
“Pokoknya kalian tidak boleh pacaran”kata Han. Kata-kata Han itu mebuat Hyun menjadi lebih semangat mendekati Hae.

3 MINGGU KEMUDIAN——–


3 minggu berlalu Hyun selalu berusaha mendekati Hae. Sampai suatu saat Hae sedang sendiri di halaman belakang. Muncul ide gila dikepala Hyun.
“Oppa!!”seru Hyun sambil memeluk Hae dari belakang. Ini dia ide gilanya.*reader:biasa aja.g gila*
“Hyun..Kau ini apa-apaan?? Lepaskan aku. Nanti Han Oppa marah.”
“Biarkan saja. Oppa Saranghae.”kata Hyun lembut. Ternyata Han sedang melihat mereka dibelakang.
“HYUN!!! “teriak Han.
“Hah Oppa?? Kenapa?? Oppa kaget?? Aku mencintai Hae Oppa. Jadi jangan larang aku lagi.”Hyun nyolot.
“Kau sudah gila?? Tidak bisa.”kata Han marah. Hyun member tanda dengan menginjak kaki Hae. Dia menyuruh Hae untuk membelanya. Hae tahu maksud Hyun,karena mereka sehati.
“Ne Hyung. Jangan halangi kami. Atau kami akan langsung menikah??”ancam Hae.
“Hah?? Apa kau bilang??”kata Han.
“Hyung aku mencintai dia setulus hatiku. Kenapa kau melarangku??”
“Maaf aku tetap kukuh tidak bisa menerimamu. Hyun ayo!!!”Han menyeret tangan Hyun. Donghae merasa malu sebagai seorang lelaki tidak bisa memperjuangkan cintanya. Malahan Hyun yang berkorban. Dia lalu berusaha untuk mendekati Hyun dan meluluhkan hati Han. Dia selalu bersikap baik didepan Han walaupun Han tetap terlihat judes. Hae selalu berusaha mencari kesempatan untuk berduaan dengan Hyun.

HANGENG POV—


Aku merasa bersalah sebenarnya. Aku merasa sakit melihat Hyun yang selalu menangis dikamarnya. Aku menyayangi Hyun. Tapi aku tidak yakin pada Donghae. Aku takut Hyun sakit hati suatu hari nanti.
End—

Hari ini Donghae ingin menembak Hyun untuk kedua kalinya. Ia ingin menunjukkan pada Hangeng bahwa rasa cintanya itu benar-benar murni. Hyun sedang menangis di halaman belakang. Hae yang melihatnya merasa sakit. Dia tidak ingin melihat orang yang dicintainya menangis.


“Hyun…”panggil Hae sembari duduk disamping Hyun.
“Oppa,kenapa kau kemari?? Nanti Han Oppa tau.”
“Hyun jangan khawatir. Aku sudah kukuh aku mencintaimu. Aku ingin Han Hyung merestui kita.”jelas Hae.
“Oppa…”Hyun dating kepelukan Hae sambil menangis.”Oppa mungkinkah kakakku akan menerimamu??”kata Hyun masih menangis.
“Aku akan berusaha sekuat tenaga.”kata Hae sambil mengelus rambut Hyun. Selama lebih dari 15 menit mereka berpelukan. Dan Hyun tidak henti-hentinya menangis walaupun Hae sudah menenangkannya. Ternyata sejak 15 menit yang lalu Han memandangi Donghae dan Hyun. Dia meneteskan air mata *lebay deh*. Dia mendekati mereka berdua.
“Hyun,Hae. Kau menikahlah.”kata Han.
“Oppa!!”kata Hyun kaget.
“Menikahlah.”kata Han lagi.
“Hyung kau merestui kita??”tanya Hae.
“Lebih dari merestui.Karena aku sudah menyurh kalian menikah. “kata Han dengan senyum mengembang *saya pingsan*. Mereka bertigapun berpelukan.*kya teletubis*
mian jelek..hehe :d

Hanna’s Phobia

TING TONG! TING TONG!

Hanna setengah berlari menuju pintu, “Eomma, Appa!”

“Hanna,” teriak eomma maju selangkah hendak memeluk anak bontotnya itu, namun Hanna mundur menghindari pelukan eommanya. “Hyaaa, kenapa mundur?!”

“Eomma kehujanan. Basah, lembab… Pasti kotor! Aku nggak suka bau hujan!”

“Aish, sampai kapan penyakit benci hujanmu itu sembuh? Menyebalkan sekali!” protes eomma seraya mendelik dan masuk ke dalam.

Hanna berlari ke lemari mengambil spray pengharum ruangan dan menyemprotnya ke bekas eomma dan appanya lewat. “Hyaaa Kim Hanna, aku tidak bau sampah!” teriak appa tersinggung.

Hanna tak menggubris protesan tersebut. Dia malah asyik menyemprot kesana kemari.

“Oh iya, Hanna-ah,” panggil appa, “Kita membawa seseorang dari Kanada. Dia menumpang di sini selama empat hari karena belum menemukan apartement, sekaligus mempersiapkan diri mengikuti tes masuk universitas. Dia teman SMA oppamu. Ah aneh sekali, oppamu ngebet sekolah di Kanada, sedangkan yang dari Kanada ingin kuliah di Korea . Hanna-ah, baik-baiklah dengannya!”

“Mana orangnya?” tanya Hanna celingak-celinguk.

“Oh iya, mana dia? Yun Eun, kau melihatnya?” tanya appa.

“Mana kutahu. Bukankah tadi dia sepayung denganmu?” eomma malah balik bertanya dan mereka saling berpandangan, “HANNA, CEPAT CARI DIA!!!” teriak eomma dan appa bersamaan.

“Tapi diluar hujan deras.” Hanna memandang ngeri tetesan hujan dan becekan di luar rumahnya melalui jendela.

“Ayolah, Hanna. Kami lelah sekali. Kau tega membiarkan kami tidak istirahat? Kanada itu jauh tahu!”

Hanna menyerah. Dia bergegas menuju kamarnya mengambil sarung tangan vynil dan memakainya. Menyambar jas hujan, payung, masker, dan sepatu boot khusus untuk hujan.



Aku benci sekali hujan! Becek dimana-mana, jas hujan yang lembab jadi sarang panu, air kotor yang dicipratkan mobil ke arahku, tetesan air hujan yang nggak jelas berasal dari air apa bisa membuat kita jadi kadas-kurap-kutu air. Ahhh~ Lebih baik hibernasi di rumah dari pada mempertaruhkan higienitasku!

Ini semua mengingatkanku pada kejadian beberapa tahun lalu. Ketika aku dirampok dan dipukul hingga pingsan. Mereka yang menganggapku telah mati, melemparku ke sungai Han. Saat itu hujan deras…

Hanna membuka pintu. Embusan angin menerpa wajah dan rambutnya. “EOMMAAA~ Hujannya deras sekali. Aku takuuutttt!!!” rengek Hanna gemetar.

Eomma berdiri semeter di belakangnya sambil berkacak pinggang. “Tak ada oleh-oleh kalau begitu!” ancamnya.

Hanna mendelik kesal. Dia membuka payung dan berjalan sangat hati-hati lantas menggapai pagar hendak membukanya. Namun sebuah tangan juga hendak membuka pagar dan hinggap di atas tangan Hanna.

“Kyaaa~ Jijik! Jijik!” teriaknya histeris.

“ Kan sudah pakai sarung tangan vynil,” sahut orang itu.

Hanna mendongak dan mendapati seorang cowok yang basah kehujanan dan kotor berlumuran lumpur. Dia memekik dan mundur selangkah.

Orang asing!!! Pekiknya dalam hati.

“Haiii, kamu Hanna anaknya Ji Oh ahjussi kan ?” sapa cowok itu sambil cengar-cengir.

Spontan Hanna maju mendekati cowok itu untuk mengendus baunya dan…

DEEEESSSHHH!!!

“BAUUUUU~~~” Hanna refleks menonjok cowok itu sampai mental.

__________

Eomma membantu Henry mengobati memar akibat ditonjok Hanna. Hanna diam di pojok ruangan karena merasa bersalah. Berkali-kali dia mengatakan maaf. Henry cuma bisa cengar-cengir kesakitan.

“Ahjumma, kenapa dia begitu?”

“Dulu dia pernah dirampok, kebetulan rampoknya itu bau badan. Karena hal itu, dia jadi phobia orang asing dan setiap ada cowok yang mendekatinya pasti diendus dulu. Heran… Padahal sewaktu hamil dulu, aku tak pernah menghina-hina anjing atau menginjak kotoran anjing!”

“Eomma, tak ada hubungannya!” protes Hanna kesal sedangkan Henry cekikikan.

“Nih,” Henry melemparkan handuk ke arah Hanna, “Gomawo.”

“Kyaaa~ Ini kan handukku! JIJAAAAAAYYYYY…”

DRAP DRAP DRAP!

Hanna mengambil langkah seribu menuju mesin cuci. Dia masukkan handuknya dan membubuhkan banyak deterjen ke dalamnya.



Sial… Sial…!!! Handuk yang baru kubeli ini dipakai sama cowok asing yang nggak jelas juntrungannya. Cuma dia dan Tuhan yang tahu dipakai untuk menggosok bagian tubuh yang mana. Henry Lau, mati kau!!!

“Kalau begini terus, bagaimana bisa punya pacar apalagi menikah?” Tiba-tiba Henry sudah berada di belakangnya.

JLEB!

“Hey, itu sangaaaat menyinggung perasaanku!”



“Oya? Cukhae, Hanna-ah!”

Aish~ Bocah tengik ini minta digorok rupanya!

“Aku akan membantumu menyembuhkannya.”

“Benarkah?” sahut Hanna berbinar-binar, lupa kalau dia sedang marah.

__________

Hanna sudah berada di depan pintu kamar yang dipakai Henry. Dengan rambut yang masih acak-acakan dan mengantuk, dia disuruh eomma untuk membangunkan cowok itu. Walaupun sudah mati-matian dia perang mulut dengan eommanya, tetap saja kalah. Dia tetap harus membangunkan Henry.

Diketuknya pintu itu dan Henry menyahut menyuruhnya masuk. KLEK… Pintu dibuka. “Kyaaa~,” Hanna syok melihat Henry yang hanya bertelanjang dada. “Henry-ah, pakai dulu bajumu!”

Hanna menutup setengah wajahnya. Oh, jadi begitu ya bentuk badan cowok? Baru sekali ini aku melihatnya langsung.

“Lihat apa kamu?” tanya Henry.

“Ah? Oh, aniyo.”

“Aku kan sudah janji akan membantumu. Jadi ini… Gomawo,” ujar Henry sambil nyengir kuda menyodorkan sebuah sikat gigi.

“HAHHH??? Itu kan sikat gigi punyaku. Menjijikan! Henryyyy… Rrrrwwwwaaaarrrr!!!”

Henry menatap Hanna dengan wajah innocent, setelah itu nyengir lagi.

“Walaupun aku nggak phobia, tetap saja aku nggak bakalan mau pakai sikat gigi bekas orang lain!”

“Oh ya? Aku nggak keberatan tuh…”

“AKU KEBERATAN!!!”


Yüklə 2,58 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   16   17   18   19   20   21   22   23   ...   31




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin