Korean fanfiction all stars


Perjalanan menuju sekolah…



Yüklə 2,58 Mb.
səhifə21/31
tarix07.04.2018
ölçüsü2,58 Mb.
#47417
1   ...   17   18   19   20   21   22   23   24   ...   31

Perjalanan menuju sekolah…

“Ngapain ngikutin aku?” protes Hanna.

“Siapa yang ngikutin? Aku kan mau nyari apartement!”

Hanna mendelik sebal. Aneh sekali kenapa bisa ada makhluk secuek dia. Sepanjang perjalanan, Hanna berjalan sangat hati-hati sekali karena becek dimana-mana. Ingin sekali rasanya cepat-cepat berganti musim. Musim penghujan adalah musim yang paling dibencinya.

“Memang boleh ya ke sekolah pakai sepatu boot super duper tinggi gitu?” tunjuk Henry.

Hanna melirik sepatu bootnya, “Aku bawa dua sepatu, kok.”

Henry mengangguk-angguk dan melirik Hanna, “Habiskan susunya! Bukan cuma dipelototin seperti itu!”

“Aku…aku nggak bisa minum susu. Biasanya suka sakit perut. Ini terpaksa bawa karena eomma pasti ngomel kalau aku nggak minum susu,” keluh Hanna seraya meneguk sekali susu kotaknya.

Henry menyambar susu kotak itu dan meneguknya sampai habis.

Hiyaaa~ Jorok… Minum bekas orang lain!!! Apa di Kanada memang biasa seperti itu? Tapi, tadi itu… Bisa dibilang ciuman nggak langsung kan ?

BYURRR!


Henry mendorong Hanna ke sebuah becekan. “Kyaaaa~ Henry-ah, kau sengaja mendorongku!”

“Haha~ Langsung ngamuk. Kan biar terbiasa. Siapa tahu proses kesembuhannya lebih cepat.”



Aishhh~ Kubunuh kau!!!

“Sudah sampai di sekolahmu. Masuk sana !” perintah Henry.

“Ne, arasseo!” teriak Hanna kesal.

__________

Sepulang sekolah, Hanna mendapati Henry tak ada di rumah. Lantas diam-diam ia masuk ke kamar cowok tengil itu. Dia membuka-buka buku yang dipakai Henry belajar semalam dengan perasaan ngeri.

Hanna menemukan sikat giginya yang tadi pagi digunakan Henry dan berusaha menyentuhnya. “Hiyaa… Sedikit lagi… Hiyaa… Aish susahnya. Ah, eomma ini jijiiiiikkkk!!!”

“Lagi apa kamu di kamarku?” tanya Henry.

Hanna spontan berbalik, “Ani… Aku hanya mencarimu.”

“Nih,” Henry menyodorkan kotak kue ke wajah Hanna.

“Gomawo,” ucap Hanna senang dan segera memakan kuenya.

“Kau tahu kan toko kue ‘Wonder Bakery’ yang ada di ujung jalan sana , yang memperbolehkan pelanggannya membuat kue sendiri?” tanyanya dan Hanna mengangguk, “Kue itu buatanku… dan aku lupa nggak cuci tangan pas buatnya. Hehe, mianhae.”

Hanna tersedak tapi tak ada niat memuntahkannya, “Gwaenchana, enak kuenya. Kamsahamnida, Henry-ah.”

“Oya? Ah syukurlah, ini pertama kalinya aku memasak. Kau mencariku ada apa?”

“Mmm… Aku hanya minta kau membantuku menyembuhkan penyakitku ini.”

“Oh, okay. Tapi besok ya. Hari ini aku mau belajar. Nggak apa-apa ‘ kan ?”

Hanna mengangguk semangat dan pamit keluar kamar.

“Hya, Hanna!” panggil Henry, “Kue itu kubuatkan khusus untukmu. Habiskan ya!”

Seketika wajah Hanna memerah, “Ne, kamsahamnida.”

__________

Sore Keesokan Harinya…

Henry mengajak Hanna ke pinggiran sungai Han. “KENAPA HARUS KE SINI???” teriak Hanna murka.

“Bukankah kau memintaku untuk membantu menyembuhkan phobiamu?”

“Iya, tapi kenapa harus ke sini?” teriaknya seraya melihat ngeri sekeliling daerah itu. Ingatannya terlempar ke kejadian beberapa tahun lalu.

Henry melihat tubuh Hanna yang gemetar ketakutan, lantas ia berjalan menghampirinya dan menutup mata gadis itu dengan sehelai kain. “Dengan begini kau takkan bisa melihat sungai. Cukup dengarkan suara biola yang kumainkan.”

Henry segera mendemonstrasikan kepiawaiannya memainkan biola.

“Waaawww… Hebaaattt!!!” Hanna berdecak kagum. “Kupikir makhluk asing sepertimu itu nggak becus ngapa-ngapain. Ternyata…”

Henry tidak menghiraukan ejekan Hanna. Dia malah terus asyik menggesek biolanya yang mengeluarkan nada-nada harmoni.

“Aku kebelet,” celetuk Henry, “Aku cari toilet dulu, ya!”

Hanna mengangguk, “Awas nyasar!”

Hanna memegang lehernya yang agak hangat. Badannya terasa tak enak. Kemudian dengan perlahan ia melepas ikatan matanya. Dia tetap tak ingin melihat sungai, makanya dia tetap menunduk. Tak sengaja pandangannya jatuh ke biola cokelat yang diletakkan sembarangan oleh empunya. Dulu ia pernah berniat belajar biola, tapi karena guru privatnya brewokan menyeramkan, mengerikan, dan mencurigakan, ia tolak mentah-mentah tawaran eommanya.

Ia mencoba meraih biola itu.

“Waw kemajuan pesat, nih!”

Hanna tersentak dan menoleh ke belakang, “Aku hanya…hanya…”

“Ayo pegang lagi!” Hanna menurut, dia menyentuh biolanya lagi. “Waw, Hanna hebat! Sekarang coba sentuh telapak tanganku!”

Hanna menurut lagi, tapi kali ini seribu kali lipat lebih sulit. Pikiran phobianya masih berpikir kalau Henry adalah orang asing. “Henry-ah, setelah pipis kamu sudah cuci tangan kan ?”

Henry tertawa, dan ini membuat Hanna silau. Wajahnya memerah dan jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini dia sadar kalau Henry itu sebenarnya ganteng. Hanya saja image cueknya menutupi itu semua.

“Udah dong! Aku nggak secuek yang kamu pikirkan tahu!”

Telunjuk Hanna semakin dekat ke telapak tangan Henry. Keringat dingin mulai muncul dari pelipisnya. Sedikit lagi, sedikit lagi… Batinnya berperang.

TUK… Telunjuk Hanna berhasil mendarat di telapak tangan Henry dan GREP… Henry menggenggam telunjuk itu.

“Kyaaa~ Lepaskan!!!” Hanna menarik telunjuknya lantas mengeluarkan spray pengharum ruangan dari tasnya. Namun ia kalah cepat karena Henry sudah memegang benda itu duluan.

“Ini buat apa?” selidik Henry ngeri.

“Untuk jaga-jaga dari orang asing! Kalau mereka berulah, kusemprotkan spray itu ke matanya.”

“Jadi selama denganku kau juga selalu membawa ini?”

Hanna mengangguk perlahan.

“Kapan sembuhnya kalau kau ketergantungan dengan benda ini?!” Henry melempar spray itu ke sungai. “Beres. Kau pasti sembuh. Percaya padaku!”

“Kau ini… Aish~”

“Aku mau pamer lagi nih. Sekarang aku bakalan maen biola sambil break dance. Lihat, ya! Pusatkan pandanganmu padaku, maka kau takkan melihat sungai.”

Hanna mengangguk semangat, tapi… BUK!!!

Badan biola itu membentur kepala Hanna saat Henry hendak mengambilnya. Hanna limpung, penglihatannya kurang jelas. “Henry-ah,” panggilnya lemas.

“Hanna,” teriak Henry berusaha menyadarkan gadis itu. “Hanna, mianhae! Hanna bangun!”

Hanna tak menjawab, matanya makin lama makin menutup. Henry lantas menggendong Hanna dan berlari pulang.

Sesampainya di rumah, Henry berteriak histeris meminta tolong, “Yun Eun ahjumma, Ji Oh ahjussi… Ahjumma, Ahjussi!!!” Tak ada yang menyahut.

Henry melihat ada kertas kecil tertempel di kulkas: Eomma dan appa pergi nonton namhansangsung. Pulang agak larut \(^o^)/

“Ya ampuuuuunnnnn…,” teriak Henry putus asa.

Dia berjalan mondar-mandir dengan Hanna di punggungnya. “Hanna, bertahanlah!” Dia memasukkan Hanna ke kamar dan menidurkannya. Setelah itu ia mengambil handuk kecil dan membasahinya dengan air hangat untuk mengompres.

“Hanna, mianhae. Kumohon sadarlah! Gara-gara aku kau jadi begini. Mianhae, Hanna! Mianhae…”

__________

Hanna tersentak bangun dari tidurnya. Eomma dan appa menghambur memeluknya. Tapi dia tak peduli, dia mencari sosok yang lain.

“Hannaaa~~ Kau sudah tidur seharian tanpa gerak karena demam tinggi. Kupikir kau mati! Huweee~~~”

“Yun Eun, jangan seperti anak kecil!” protes appa.

“Mana Henry?”

“Beberapa menit yang lalu baru saja dia pergi. Katanya mau tes dan pulangnya langsung ke apartement barunya. Semalaman dia di sini menemanimu sambil belajar. Dia tak henti-hentinya meminta maaf pada kami. Dia pikir kau sakit gara-gara dia yang telah memaksamu untuk sembuh dan katanya kepalamu kepentok biolanya. Apa itu benar, Hanna?”

Hanna tak menjawab pertanyaan appanya, dia malah menyibakkan selimut dari tubuhnya dan menyambar mantel. Lantas ia pergi keluar menerobos hujan tanpa peralatan perangnya.

“Hanna!” teriak eomma. “Kau masih sakit.”

Hanna berlari menuju stasiun subway. Tak peduli akan ketakutannya pada hujan, ia terus berlari. Setelah sampai di stasiun, ia hampir saja limpung saat berdesakan dengan puluhan orang asing. Tapi itu tak membuatnya menyerah.



Ini bukan salahnya. Tubuhkulah yang manja karena terbiasa di rumah, makanya demam. Mana boleh dia mengikuti tes dengan perasaan penuh penyesalan dan rasa bersalah. Juga mana boleh dia pergi tanpa pamit padaku. Henry-ah, kalau kau pergi tanpa pamit denganku, kubunuh kau!!!

“Henry!” panggilnya saat melihat cowok itu tengah memainkan biolanya.

Henry meletakkan biola itu dan berdiri. “Hanna, kau masih sakit, kan ?”

Hanna berlari menghampiri Henry bermaksud memeluknya, namun Henry mundur menjauh. “Wae?!” protes Hanna berang.

“Kalau menyentuhku, kau bisa tambah sakit. Aku kan orang asing.”

“Aku tak peduli!” teriak Hanna seraya menghambur ke pelukan Henry. “ Nan gwaenchana. Cheongmal gwaenchana!”

Henry membalas pelukan Hanna.

“Aku ingin selalu bersentuhan denganmu! Maka dari itu, aku pasti takkan apa-apa. Kau bukan orang asing lagi bagiku. Kau orang terpenting dalam hidupku.”

Hati Henry mencelos, ia membelai lembut rambut Hanna dan mengecup keningnya. “Kupikir aku bertepuk sebelah tangan. Ternyata tidak.”

Hanna melepaskan pelukannya dan alisnya bertaut pertanda meminta penjelasan.

“Pertama kali bertemu, kau terlihat sangat kuat. Tapi dengan kedatanganku, kau malah semakin rapuh. Aku terlalu memaksakanmu. Mianhae…”

“Kau tak salah. Sudah kubilang kau tak salah! Sekali lagi kau menyalahkan dirimu sendiri, kutonjok lagi kau seperti saat kita pertama kali bertemu!”

“Hahaha… Hanna, kau memang beda dari gadis lainnya. Ya, mulai saat ini kita akan selalu bersama. Kau boleh menyentuhku sesukamu!”

“Gomawo…,” Hanna memeluknya lagi. “Pergilah, kau harus tes, kan ?”

Henry mengangguk.

“Kembalilah lagi dengan predikat mahasiswa Kyuhee University . Janji?”

“Dua minggu lagi dong?”

Hanna mengerutkan dahinya, “Apanya?”

“Kita ketemunya dua minggu lagi dong? Pengumumannya kan baru dibuka dua minggu setelah tes masuk!”

“Hah?” Hanna melongo, “Nggak jadi kalau begitu! Temui aku di rumah setelah pulang tes! Arasseo?!”

Henry membungkuk, “Ne, araseumnida. Aku pamit pergi. Annyeong haseyo.”

Hanna mengangguk. Henry mengambil biola dan tasnya lantas menaiki subway. Hanna terus memperhatikan punggung Henry.

“Jagiya~~~,” teriak Hanna.

Henry menoleh, “Wae?”

“Ani imnida. Hanya mengetes! Hati-hati!”

Henry tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Dadah, Hanna, saranghaeyo.” Henry melingkarkan tangannya di atas kepala membentuk “love”.

Hanna tersenyum girang dan membalikkan badannya untuk pulang. Dia tak takut lagi dengan puluhan orang asing yang siap menghadangnya untuk berdesakan lagi. Dia juga tak takut lagi dengan hujan. Sekarang dia sudah terbiasa. Ketakutan yang belum sembuh hanya satu: SUNGAI HAN. Tapi tak apa-apa, karena Henry akan selalu berada di sisinya untuk membantu. Henry bukanlah orang asing lagi. Kini baginya, Henry adalah malaikat penolong.

“Gomawoyo, Henry-ah!”



The End

By: diya.wonnie^^

Find The Soul



Author : Sasphire

Main cast : All EXO member n All pairing on EIL

Ratting : Teen, General

Genre : Romance

Length : Oneshoot

Contact : FB | Twitter | Wallpaper Gallery | Blog

Finally… My utang is Lunas #apapulaini#

BAEKHYUN & JUNG SU

“Pagi…. Baby….” baekHyun datang kerumah Jung Su. Ia tak menemukan siapapun di ruang tamu. Ia pun bergegas melangkahkan kakinya ke dapur. Benar dugaannya, Jung Su tengah asyik memasak hingga tak mendengar teriakan BaekHyun yang cukup keras.

“Ada disini rupanya….” BaekHyun memegang kedua pundak Jung Su cukup mesra. Jung Su menoleh sambil tersenyum.

“Masak apa?” tanya Baek Hyun.

“Sup rumput laut….” Jawabnya singkat.

BaekHyun menatap Jung Su sendu. “tidak bisakah kau memsak yang lain?”

Sejenak, Jung Su menatap BaekHyun heran, lalu mengalihkan pandangannya ke sup rumput laut yang ada di panci putih bermotif bunganya, lalu memindahkan ke rantang susun yang ia siapkan sedari tadi.

“Hey…. Baby…. Kau belum menjawab pertanyaanku?”

Jung Su kembali menatap BaekHyun dengan wajah innocent. “bukankah kau suka sup rumput laut buatanku?”

“iya…. Aku suka sup rumput laut buatanmu yang itu…. Tapi, bisakah kali ini jangan memasak sup rumput laut?”

Setelah selesai menyusun rantangnya, Jung Su melepas celemeknya dan bertanya lagi, “kenapa?”

“Sup rumput laut buatanmu itu enak…. Makanya yang boleh memakannya hanya aku, orang lain tidak boleh….”

“Dasar egois….” Desis Jung Su.

“Aku mohon…. Jangan memasak sup rumput laut dalam acara ini…. Nanti aku…. Aku….”

“Apa?”

Baekhyun mencengkeram kuat perut bagian kirinya sambil membelalakkan matanya, seolah menahan rasa sakit yang kuat.



“Jangan bercanda!!” ucap Jung Su panik.

Melihat BaekHyun jatuh ke lantai, Jung Su semakin panik.

“Oppa…. Oppa….” Jung Su mengangkat kepala BaekHyun ke pangkuannya. “Bangun Oppa…. Bangun….” Ucapnya sambil menepuk pelan pipi BaekHyun.

Setelahnya, BaekHyun membuka matanya sambil tersenyum menggoda. “lama tak melihatmu khawatir seperti ini….”

Seketika itu juga, Jung Su tahu kalau ia sedang di kerjai. “dasar!!” desisnya sambil mendorong pelan kepala BaekHyun hingga terantuk ke lantai.

Jung Su mengangkat rantang yang ada di meja makannya, menahan rasa malu karena mendengar tawa BaekHyun yang semakin menjadi-jadi.

“Ayo berangkat….” Ucap Jung Su lagi.

“Iya…. Iya….” Ucap BaekHyun di sela-sela tawanya.



SEHUN & SELINA

“Kenapa sih, kau memaksaku membuat Chicken Soup segala?” desis Selina. “ini kan, bukan acara yang penting….”

“Bagimu bukan acara yang penting, tapi bagiku penting….” Ucap Sehun sambil memasukkan rantang yang berisi Chicken Soup ke bagasi mobilnya.

“Sepenting itukah?”

Sehun mengangguk sambil tersenyum. “kami semua terlalu penat dengan kesibukan kami sebagai anggota EXO. Maka dari itu, kami merencanakan acara ini, untuk bersantai…. Melepas kepenatan… biar tidak stress….”

“Ah…. Begitu….”

“Iya….” Sehun mengalihkan tatapannya ke Selina. “memang kau mau punya pacar yang stress, atau gila?”

Dengan cepat, Selina menggeleng. “tentu saja tidak….”

“makanya, acara ini penting….” Sehun kembali tersenyum, lalu bergegas membukakan pintu mobil untuk Selina. “silahkan masuk… tuan putri….”

Selina hanya tersenyum, lalu memasuki mobil itu dengan santainya. Setelahnya, Sehun menutup pintu mobil, bergegas menduduki bangku sopir, dan menjalankan mobilnya di aspal jalan raya.



LUHAN & NAHYUN

“Kita sampai di tempat ini terlebih dahulu….” Ucap Luhan sambil tersenyum senang. “sini…. Duduk di sampingku….”

Na Hyun menuruti kata-kata Luhan. Ia pun duduk di samping Luhan, beralaskan tikar di atas rerumputan hijau yang masih sedikit basah oleh embun.

“Pagi yang sempurna ya….” Ucap Luhan sambil menatap langit yang berwarna biru bersemburat kuning karena cahaya matahari.

“Iya….” Ucap Nahyun. “tapi, kenapa kita datang ke tempat ini lebih dahulu?” tanya Nahyun.

“supaya kita bisa berduaan lebih lama….”

Nahyun hanya tersenyum, lalu berbaring di paha Luhan. Luhan tersenyum, lalu membelai pelan rambut hitam panjang yang tergerai milik tuan putri.

“Kau tahu? Pertama kali tahu namamu…. Aku menahan tawa….”

“Kenapa?”

“namamu seperti nama ikan….”

“Hey…. Itu Lohan….” Desis Luhan. “pengucapan dan cara penulisannya juga beda kan?”

“Iya…. Tapi bagiku kau tetap ikan….”

“Hah?”

“Ikan Luhan…. Yang berenang bebas di lautan hatiku….”



“Dasar!!”

Dengan gemas, Luhan mencubit pipi Na Hyun. “Ah!!”



XIUMIN & CHANRIN

“Haha…. Mereka bodoh…. Apa Luhan bilang? Datang lebih dulu? Agar bisa berduaan? Hey…. Kita sudah datang mendahului mereka…. Sayangnya kita tidak menempati tempat semestinya…. Hanya itu bedanya….”

Chan Rin hanya berdecak kecil melihat ulah Xiu Min.

Ya, mereka bersembunyi di balik pohon yang sedikit jauh dari tempat Luhan dan Nahyun. Mereka mengintip semua yang di lakukan Luhan dan Nahyun.

“Kau licik….” Ucap Chan Rin sambil tersenyum nakal.

“Itu aku? Tidak…. Tidak….” Ucap Xiumin sambil menggerakkan jari telunjuk kanannya. “aku pria yang baik….”

Chan Rin tertawa kecil mendengar penuturan Xiu Min.

“Lalu, apa rencanamu selanjutnya?” ucap Chan Rin.

“Kita tunggu yang lain datang, lalu melihat kejadian lucu diantara mereka….” Ucap Xiumin sambil tertawa.

CHANYEOL & HYERIN

“Apa yang bisa kau masak hanya hamburger? Membuatku malu saja….” Desis Chan Yeol sambil menata rantang yang berisi hamburger buatan Hye Rin di atas tikar, di bantu Luhan dan Na Hyun. Hye Rin hanya tersenyum.

“bisa sih…. Tapi, tidak seenak hamburger….” Ucap Hye Rin sambil tersenyum kecut. Setelahnya, ia menggaruk kepalanya, “lagipula, jika aku memasak yang lain, jadinya selalu…. Seperti Kai….”

Luhan dan Chan Yeol berhenti menata makanan, lalu menatap Hye Rin heran. “seperti Kai?” tanya mereka hampir bersamaan.

Hye Rin mengangguk. “bagaimana bilangnya ya?”

“Gosong?”tanya ChanYeol.

“Ah… ya…. Itu….” Pekik Hye Rin gembira, setelahnya, ia menunduk karena Chan Yeol menatap tajam dirinya. “apa ada yang salah dari ucapanku?”

“tidak…. Kau benar….” Ucapan Chan Yeol barusan membuat Hye Rin berani mengangkat kepalanya sambil tersenyum.

“tapi jangan bilang seperti itu lagi di depan orangnya….” Ucap Chan Yeol lagi.

“Beres….”



SUHO & SEUNG AH

“kita mau ke acara santai…. Di tengah jalan malah di hadang penjahat seperti ini….” Desis Seung Ah pasrah saat melihat jalan di depan mereka di penuhi oleh penjahat bersenjata api laras panjang.

“Tenang saja….” Ucap Suho sambil tersenyum. “kau percaya padaku bahwa aku bisa melindungimu kan?”

Seung Ah mengangguk pelan. Tanpa menunggu perintah Suho, ia memeluk erat pinggang Suho.

Sekali lagi, Suho menabrakkan bagian depan motornya ke perut mereka, lalu memutarkan roda belakang ke wajah mereka dengan kasarnya.

Selain itu, saat ada seseorang yang menyerangnya, dengan sigap, Suho menabrakkan bagian belakang motornya ke parka jalan hingga penyerangnya terpelanting jauh ke aspal jalan, membuat bagian belakang motornya sedikit rusak.

“Sudah kubilang…. Tenang saja….” Ucap Suho sambil tersenyum. Iapun mengambil handphone di saku jaketnya, lalu menelpon ayahnya.

“Ayah…. Ada penjahat yang berhasil kuringkus…. Dekat jembatan utama, dekat restoran mi china…. Sisanya, ayah yang pegang ya….”

Tanpa menunggu jawaban Ayahnya, ia langsung menutup panggilan.

“Sekarang, saatnya bersenang-senang, kan?” tanya Seung Ah, masih memeluk erat pinggang Suho.

“Iya…. Tenang saja….”

“Tapi…. Aku senang dengan dirimu yang sekarang….” Ucap Seung Ah. “dulu, kau bersikeras menjauhiku…. Sekarang, kau selalu menjagaku….”

“Ya….” Ucap Suho. “Cara terbaik untuk melindungi orang yang kita suka bukanlah menjauhinya,… tapi selalu berada di dekatnya….”

KRIS & MIN HA

“kenapa kita harus menaiki sepeda?” tanya Min Ha pada kekasihnya.

“tak apa ‘kan? Biar lebih romantis….” Ucap Kris santai.

“Sambil mengenang masa lalu?” tanya Min Ha sekali lagi.

Kris mengangguk.

“Ya…. Baiklah….” Ucap Min Ha, lalu menghirup angin segar bercampur hangatnya matahari. “lagipula, bersepeda juga tak buruk….”

Kris hanya tersenyum menanggapi ucapan Min Ha, lalu terus mengayuh sepedanya.

LAY & NA RA

Lay dan Na Ra berdiri sejenak di samping tempat acara mereka.

“Aku sudah bilang, suatu hari nanti, aku akan menerima cintamu kan?” tanya Na Ra.

Lay mengangguk, lalu menatap dalam mata Na Ra yang berdiri di sampingnya. “sekarangkah?”

Na Ra tersenyum. “Ya….”

Lay tersenyum senang, lalu menatap rerumputan yang terhampar luas di depannya. Setelahnya, menatap langit di atas yang bersih tanpa awan. “Pagi yang indah….”



KAI & SANG KYUNG

“Wah….” Ucap Kai saat membaca Koran pagi. “ada….”

“Ya…. Jam tangan buatan desainer terkenal ternyata terbuat dari berlian terkutuk…. Iya?” tanya Sang Kyung. Kai menanggapinya dengan senyuman.

“Itu lain kali saja kau urusi…. Sekarang, ayo kita berangkat….” Ucap Sang Kyung kesal menaggapi kekasihnya yang selalu bernafsu mengembalikan barang yang seharusnya berada di tempat yang semestinya. “Kita hampir terlambat….”

“Tenang….” Kai tersenyum penuh arti. “Kita berangkat agak siang saja?”

Sang Kyung mengernyit. “Wae?”

“Kita ‘kan, bisa berangkat dengan burung merpati? Seperti caraku pergi ke Inggris untuk mengembalikan permata terkutuk itu….”

“Heh!!!” Sang Kyung membentak Kai, membuat Kai sangat terkejut. “Kau ini benar-benar pesulap maniak burung!! Kita naik mobil saja!! Aku alergi bulu burung!!”

“Ya…. Baiklah….” Kai pun melangkahkan kakinya ke bagasi rumahnya untuk mengeluarkan mobil.

D.O & CHIN MAE

“Ayah….” Ucap Kyung Soo pelan. “aku sudah berhasil menyatakan cintaku pada Chin Mae dengan gagah berani….”

Chin Mae menatap kekasihnya yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum, lalu kembali menatap gundukan jerami yang menjadi makam ayah Kyung Soo.

“Ayah senang ‘kan, kalau aku senang?”

Kyung Soo menghela nafas. “Kalau Ayah, apakah bahagia disana, bersama ibu?”

“terima kasih Yah…. Sudah memberitahuku apa itu cinta yang sebenarnya, di saat-saat terakhir hidupmu….”

Setelah itu, Chin Mae dan Kyung Soo memberi hormat di depan makam ayahnya.

“ayo…. Yang lain pasti sudah menunggu….”

Kyung Soo tersenyum, lalu menggandeng erat tangan Chin Mae

CHEN & HYORA

“kau mau membawa cheese cake?” tanya Chen sekali lagi.

Hyo Ra mengangguk. “tak apa ‘kan? Biar beda sendiri….”

Chen hanya diam.

“Kau tidak setuju….”

“Bukan…. Ternyata kau masih ingat caranya membuat cheese cake…. Sudah lama sekali kau tidak membuatkanku cheese cake karena kau terlalu focus dengan toko bunga milik kakakmu…. Ternyata….”

“Maaf deh….” Ucap Hyo Ra sambil memeluk erat lengan Chen. “lain kali, jika kau mau, aku akan membuatkannya khusus untukmu….”

Chen hanya tersenyum, lalu mengecup kening Hyo Ra. “Ayo berangkat….”



TAO & XUE RUI LI

“Akhirnya…. Musim semi datang juga….” Ucap Xue Rui sambil menghirup angin musim semi yang khas, sembari menutup mata.

“Iya….” Jawab Tao.

“Cuek sekali kau menanggapinya? Aku kira, kau menantikan musim semi…. Mengingat kau sangat suka musim semi….”

“Kan, aku tak perlu menunggu musim semi….”

Ucapan Tao membuat Xue Rui heran, lalu menatap Tao. Tao pun menatap balik Xue Rui, lalu tersenyum.

“Sudah kubilang kan, kau musim semiku….”

Xue Rui hanya tersenyum.

“Pertanyaanku sekarang adalah, sudahkah kau menganggapku sebagai musim semimu?”

Xue Rui menggenggam erat tangan kanan Tao. “sudah….”

Senyum di bibr Tao mengembang. Tangan kirinya pun bergerak seketika untuk menggenggam kedua tangan Xue Rui.

ALL MEMBER – FIND THE SOUL

“Heh!!” teriak BaekHyun. “Mau sampai kapan kalian berdiri sambil berpuitis tentang Musim semi?”

Tao dan Xue Rui hanya tersenyum sambil menahan malu.

“Ya!! Cepat bergabunglah dengan kami!!” lanjut Luhan.

“Kalau tidak…. Kalian bisa kehabisan makanan di sini!!” kali ini Xiu min yang berbicara.

PAKKK!!


“Aww!! Hyung!! Jangan asal pukul kepala!!” Xiu min mengelus pelan kepalanya yang baru saja di pukul Kris.

“yang kau pikirkan makanan saja….” Ucap Kris.

Tao dan Xue Rui pun bergabung dengan mereka diatas 4 tikar putih yang sangat luas untuk menampung 24 orang sekaligus.

“Khusus untuk hari indah ini…. Minumannya juga harus special….” Ucap Kai.

“Iya…. Champagne (bacanya sampanye)….” Ucap Lay.

“Hah? Sampanye?” ucap Xiumin. “Sampanye kan, yang biasa dilakukan orang untuk mempromosikan dirinya?”

“KAMPANYE!!!!”

Xiumin langsung mengorek telinga dengan jari kelingkingnya begitu semua orang di sekitarnya meneriakinya.

“Huh!! Dasar!! Penampilan sudah keren, tapi orang masih saja culun!!” gerutu Chan Rin. “membuatku malu saja!!”

“Hehe….” Xiumin nyengir. “meski begini, kau menyukaiku kan?”

“Iya iya….”

Di piknik bersama hari itu, mereka menikmati hangatnya musim semi sambil bersenda gurau dengan sahabat satu sama lain. Hari yang indah.

~***~


Yüklə 2,58 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   17   18   19   20   21   22   23   24   ...   31




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin