Bonus :: My Favorite Quotes in EXO in Love
-
Yang pasti, aku mulai mengenal cinta.. ketika aku berada di dekatmu, dan aku bahagia… itulah pemikiran sederhanaku tentang cinta… - BaekHyun
-
Aku ingin mendengar jantung ini berdetak lebih kencang lagi… Aku Ingin jantung ini terus menemaniku… Apapun situasinya - Jung Su
-
Sang waktu… berjalanlah dengan cepat, sampai ke waktu dimana aku dan dia bisa bertemu lagi… - Shin Bi
-
Jangan pernah merasa bersalah lagi akan masa lalu.. Sekarang, hadapilah masa sekarang dan masa depan lebih baik lagi… ya? – Sehun
-
Kita akan berpisah sebentar…. Lalu hatiku akan menjadi kuat…. – Hye Rin
-
Kehidupan baru antara aku dan Hyerin baru saja dimulai…. – Chan Yeol
-
Kau sudah menyelamatkanku tadi – Seung Ah
-
Cara terbaik untuk melindungi orang yang kita suka bukanlah menjauhinya,… tapi selalu berada di dekatnya… - Suho
-
Ayah orang yang baik… - Kyung Soo
-
Nyatakanlah cintamu, dengan gagah berani…. – Kyung Soo’s Father
-
aku, tak akan membiarkan orang lain terluka hanya karena sebuah batu permata kecil seperti ini…. – Kai
-
kau tahu, The Phantom Thief itu bisa menyamar jadi siapapun kan? Aku takut, dia malah menyamar menjadi Kai, dan malah menculikmu dari pelukan Kai…. – Sang Kyung’s Father
-
Sebenarnya dia baik ya yah? Aku merasa bersalah telah salah sangka padanya… – Sang Kyung.
-
Yang penting sekarang, aku berhasil menemukanmu, dan aku akan membawamu ke kerajaan, untuk menemui orang tuaku, karena satu-satunya yang berhasil memikatku hanya kau…. – Nahyun
-
Aku merasa nyaman berada di dekatnya. – Luhan
-
menjadi dewasa itu harus melakukan sebuah perubahan… - Xiumin
-
Dewasa itu tidak tergantung dengan penampilan, tapi dengan cara pemikirannya… -Chan Rin
-
untuk mendapatkan cinta, kita harus melakukan sebuah pengorbanan – Xiumin
-
Dia kan memasak ini untukku, bukan untukmu… - Kris
-
Aku ingin mendengar satu kalimat dari oppa…. – Min Hea
-
Kalau boleh jujur sih, sebenarnya aku lebih tua 3 tahun darimu…. –Na Ra
-
I Love You…. Noona… - Lay
-
bukankah hidup itu berawal dari alam bawah sadar? – Chen
-
Benar-benar mimpi jadi kenyataan –Hyo Ra
-
Akhirnya, aku bisa menemukan musim semiku… -Tao
-
Gara-gara Tao, Aku jadi suka musim semi…. –Xue Rui
Haru Haru [Songfic]
Author: Cho Sunghee a.k.a Summer
Casts: G-Dragon Big Bang (Kwon Jiyong), Park Minyoung, and other Big Bang member
Genre: Romantic, friendship, tears
Length: Oneshoot
“Selalu terHARU kalo lihat mv HARU HARU. Sedihdihdih …HIKS! Makanya aku mau bikin ff tentang ini. Special for my birthday, hadiah untuk diriku sendiri, hahaha! Aku ultah lho *pamer! Park Minyoung itu bukan bikinan, emang dari mvnya sendiri nama ceweknya tu Park Minyoung. So, cekidot!”
-------------------------------------------
G-Dragon POV
Cuma Minyoung dihatiku. Dia yeoja pertama yang dapat meluluhkan hatiku, Park Minyoung, yeojachigu-ku yang paling aku cintai.
“Jiyong-ah! Ayo cepat!” ia berlari menjauhiku, aku menyusul lalu memeluknya dari belakang.
“Ya, kena kau! Kau tidak bisa lari dariku, jagi!” Minyoung berusaha lepas dariku. Saat keseimbanganku tidak pas, kami terjatuh dalam posisi Youngi di atasku. Dan wajah kami berhadapan.
Setelah beberapa saat kami saling pandang, Minyoung menyikir dariku. “Ah, mianhae, Jiyong-ah!” serunya sambil menepuk-nepuk kaosku yang kotor.
“Aku yang salah.” ujarku sambil tersenyum. Aku menariknya ke sebuah tangga, lalu kami duduk disana. Minyoung tampak sedang menepuk-nepuk lengannya yang juga kotor. Lalu dia menoleh padaku.
“Jiyong-ah, aku bawa kamera.” ia tersenyum bangga padaku. Memang jarang bagi seorang Minyoung membawa kamera, biasanya aku. Ia mengeluarkan kameranya yang persis seperti milikku. Tunggu, itu kan……
“Ya! Itu milikku!” aku berusaha merebut kamera itu dari Minyoung, ia hanya menghindar sambil tertawa-tawa. Setelah asyik rebutan kamera (GD menang!!), kami duduk lagi.
“Aku juga membawa sesuatu. Untukmu.” seruku tak mau kalah. Aku merogoh saku celana jeansku lalu mengeluarkannya. Namun aku mengepalkan tangan sehingga Minyoung tidak bisa melihat apa yang aku genggam. “Coba tebak!” tantangku.
Minyoung berusaha membuka genggaman tanganku. Aku tertawa melihat kelakuannya. Berkali-kali ia menyuruhku untuk membukanya. “Buka!! Jagi, buka!”
“Baiklah.” perlahan aku membuka tanganku. Dan…TARAAA tidak ada apa-apa disitu!
“YA! KWON JIYONG!!!!” teriak Minyoung tepat didepan telingaku. Otomatis, aku langsung menutup telinga.
“Ya ya ya, yang ini beneran.” aku merogoh sakuku sekali lagi dan melakukan hal yang sama seperti tadi. Bedanya, sekarang aku benar-benar menggenggam sesuatu.
“Buka…” pinta Minyoung lemas. Aku membukanya perlahan, dua buah cincin muncul. Minyoung terlihat senang saat melihat cincin itu. Lalu kami saling memakaikan cincin itu.
“Ayo foto!” kami berpose terus-menerus. Memperlihatkan cincin atau pose lainnya. Mimik wajah cute-ku selalu kuperlihatkan. Foto-foto berlanjut hingga kami menyebrangi danau lewat batu-batu yang disediakan untuk dipijaki.
+ + +
1 Tahun Kemudian …
Hubungan kami menjadi tidak terurus. Setiap Minyoung kuajak jalan-jalan selalu saja ada alasan untuk menolaknya. Sampai pada akhirnya aku mendapat pesan singkat dari Minyoung yang membuatku berubah.
From: Park Minyoung ♥
Kita berpisah saja
Kau bukan namja yang pantas untukku
Mianhae
Aku tidak membalasnya atau langsung menemuinya. Aku menangis saat itu juga. Aku tau namja tidak boleh menangis, namun hati ini sakit sekali saat membaca 3 kalimat yang menyakitkan itu.
Yeah
Finally I realized
That I’m nothing without you
I was so wrong
Forgive me
Semenjak itu pula aku tidak pernah bertemu dengan Minyoung lagi. Aku menghabiskan waktuku dengan sahabat-sahabatku saja dan berusaha untuk tidak mengingat Minyoung lagi. Namun, semakin ingin aku melupakannya semakin besar rasa cintaku.
“Mana Seungri dan Seunghyun?” Daesung yang duduk disebelahku mengangkat bahu sambil menatap Yongbae atau aku lebih senang memanggilnya Taeyang.
“Ayo kita cari mereka.” ajak Taeyang sambil menarikku. Aku bangkit dengan terpaksa. Saat kami keluar dari gang. Aku mendapatkan pemandangan yang menyiksaku. Seunghyun dan MINYOUNG!
Namja itu menyentuh rambut Minyoung lalu meraih jemarinya. Emosiku bergejolak. Amarahku sudah tidak bisa ditahan lagi. Namun, aku berusaha untuk tidak membuat keributan. Hingga Minyoung memberikan sesuatu pada Seunghyun dan pergi. Aku langsung menghampiri Seunghyun.
“Apa maksudmu, HAH!?” bentakku sambil menghadangnya.
“Dia tidak mencintaimu lagi.” ujar Seunghyun datar.
“Kau sahabatku apa bukan?”
“Kau kan tau aku juga mencintainya.”
“Kau menghianatiku!”
“Kau bukan siapa-siapanya lagi.” (kok depannya ‘KAU’ semua yahh ??) amarahku memuncak, tanpa ragu-ragu aku melayangkan kepalan tanganku ke pipinya. Ia membalasnya, sama kerasnya. Taeyang, Daesung, dan Seungri (yang sudah turun dari mobil) mencoba menghentikan kami. Aku diseret ke pintu ruko yang tertutup. Sambil menendang tong sampah, aku pergi meninggalkan mereka semua.
Padocheoreom buswojin nae mam
Baramcheoreom heundeullineun nae mam
Yeongicheoreom sarajin nae sarang
Munshincheoreom jiwojiji anha
Hansumman ttangi kkeojira shwijyo
Nae gaseumsogen meonjiman ssahijyo (say goodbye)
+ + +
PRAAKKK!!!
Cermin didepanku retak karena kupukuli. Cermin kamar mandi yang suram itu menambah efek kesedihanku. Mengalun lagu Haru Haru yang kusetel diruangan tengah. Volumenya kukeraskan, rasa sakit ini benar-benar tidak bisa disembuhkan. Aku memang namja yang payah, namja yang tak pantas untuk Minyoung. Dia lebih menyukai Seunghyun yang memang lebih baik dariku. Tampan, tinggi, pintar, hebat… Seunghyun memang pantas untuk Minyoung, bukan aku.
Yeah
Nega eopshineun dan harudo mot sal geotman gatatdeon na
Saengakgwaneun dareugedo geureokjeoreok honja jal sara
Bogo shipdago bulleobwado neon amu daedap eopjanha
Heotdwen gidae georeobwado ijen soyong eopjanha
Ne yeope itneun geu sarami mwonji hoksi neol ullijin anheunji
Geudae naega boigin haneunji beolsseo ssak da ijeotneunji
Geokjeongdwae dagagagi jocha mareul geol su jocha eopseo ae taeugo
Na hollo bameul jisaeujyo subaekbeon jiwonaejyo
+ + +
Hari ini Seungri mengajakku untuk melepas penat yang menyiksaku. Mereka, Seungri, Taeyang, dan Daesung, mengajakku kesebuah pusat perbelanjaan. Mungkin mereka ingin membeli sesuatu.
Di tempat parkir, tepatnya di basement. Taeyang mendadak berhenti dan pandangannya mengarah keluar. Ia terlihat kaget. Saat aku menoleh kearah tatapan matanya, kudapati sebuah mobil yang didalamnya terdapat Minyoung dan Seunghyun.
Gireul geotda neowana uri majuchinde haedo
Mot bon cheok hagoseo geudaero dadeon gil dajwo
Jakkuman yet saenggagi tteooreumyeon amado
Nado mollae geudael chajagaljido molla
Neon neul geu saramgwa haengbokhage
Neon neul naega dareun maeum an meokge
Neon neul jageun miryeondo an namge kkeum jal jinaejwo na boran deushi
Neon neul jo haeulgati hayahge tteun gureumgwado gati saeparahge
Neon neul geurae geureohge useojwo amuil eoptdeushi
Aku membuka pintu mobil dengan kasar. Setan telah merasukiku, aku ingin memperingatkan Seunghyun, ingin menghajarnya sekali lagi. Namun, Taeyang dan Seungri keburu menahanku. Akhirnya aku pergi meninggalkan mereka yang nampak puas.
“Jiyong-ah, kendalikan dirimu!” tegur Daesung saat aku memasuki menutup pintu mobil dari dalam.
“Diam kau.” ucapku datar. Setelah itu tidak ada yang berkata-kata lagi.
+ + +
Daesung POV
“AARRRRGGGGHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Kursi melayang dan menabrak cermin sehingga cermin itu pecah. Vas bunga dipecah dengan stik baseball. Buku-buku beserta raknya dia jatuhkan. Bantal-bantal melayang dan sebagian bulu-bulunya terbang kemana-mana.
Aku dan Seungri prihatin sekali melihat Jiyong yang mengamuk dirumahnya. Seungri yang hendak menghentikan aksi Jiyong kutahan. “Biarlah, biar dia puas.” ujarku yang memegang bahunya.
“Jiyong-ah, aku benar-benar sakit melihatnya. Tega benar Seunghyun.” kami menatap Jiyong yang meraung dan mengacak-ngacak seisi ruangan.
“Kita harus minta penjelasan Seunghyun sekarang. Jiak tidak, Jiyong mungkin akan bunuh diri nantinya.” Seungri mengangguk lalu mengikutiku pergi mencari Seunghyun.
+ + +
Minyoung POV
Jiyong-ah, hanya ini yang bisa aku lakukan. Mian, jika aku menyakitimu. Aku memang sangat kejam, membiarkanmu sakit hati karena aku. Tapi aku memang tidak bisa memberitahu yang sebenarnya padamu.
Aku sakit. Hidupku mungkin tidak lama lagi dan aku tidak ingin Jiyong mengetahuinya. Aku tidak ingin ia menangis untukku. Aku tidak ingin ia memintaku untuk tetap hidup. Aku tidak ingin melihatnya sedih. Tapi aku baru sadar, tindakanku sekarang malah membuatnya sedih juga. Ditambah sakit hati yang membuatku merasa bersalah.
Aku menatap cermin. Cermin itu menampilkan wajahku yang pucat dan penuh air mata. Aku menyesali semuanya. Aku ingin hidup, ingin hidup bersamamu, Jiyong-ah. Aku tidak bisa melupakan G-Dragon ku.
Saat aku menyentuh rambutku, beberapa helai rambutku terbawa oleh tanganku. Oh, tidak. Rambutku rontok. Perlahan-lahan aku merosot ke bawah dan menangis sejadi-jadinya. Aku menghubungi Seunghyun dan memintanya untuk datang. Setelah itu, pandanganku gelap.
+ + +
Seungri POV
Saat kami menemukan Seunghyun dirumahnya, ia nampak terburu-buru. “Seunghyun-ah…” panggilku lirih. Ia menoleh lalu diam.
“Mau apa kalian kesini?” Seunhyun langsung kembali pada aktivitasnya.
“Kami ingin meminta penjelasanmu, mengapa kamu menyakiti Jiyong?” tanya Daesung sambil melipat tangan.
“Tidak ada waktu! Ayo ikut aku!” Seunghyun menarik kami dan membawa mobilnya melesat meninggalkan rumahnya.
“Kita mau kemana?” tanyaku setelah membenarkan sabuk pengaman.
“Rumah Minyoung.”
“Untuk?” tanyaku lagi.
“Ia memintaku untuk kesana.” jawabnya datar. Ia benar-benar konsentrasi pada jalanan.
“Untuk apa kau mengajak kami? Kalau mau pacaran, jangan ajak-ajak kami.” protes Daesung sambil mendorong bahu Seunghyun.
“Tidak. Minyoung, kita harus menolongnya.”
“Mwo?” tanyaku dan Daesung serempak. Seunghyun membawa mobilnya ke rumah Minyoung. Sesampainya disana, kami mendapati Minyoung yang tergeletak di lantai.
“MINYOUNG-SSI!” teriak Seunghyun lalu menghampirinya. Walaupun kita dekat dengan Minyoung, hanya Jiyong yang tidak memanggilnya dengan embel-embel ssi.
“Bantu aku membawanya ke mobil.” kami menggotongnya masuk ke mobil. Lalu aku menyetir mobil menuju rumah sakit.
Nareul tteonaseo mam pyeonhaejigil
Nareul itgoseo saragajwo
Geu nunmureun da mareulteni yeah
Haruharu jinamyeon
Charari manaji anhatdeoramyeon deol apeultende um
Yeongwonhi hamkkehajadeon geu yaksok ijen
Chueoge mudeodugil barae baby neol wihae gidohae
+ + +
T.O.P POV
Minyoung sudah siuman. Dan Taeyang menyusul kami ke rumah sakit. Hingga sekarang, aku maupun Minyoung belum memberitahu Jiyong bahwa Minyoung sakit.
“Daesung-ah, waeyo?” tanyanya pada Daesung dengan suara manisnya.
“Ah, anni. Apakah Jiyong belum tahu tentang ini?” tanya Daesung sambil melirikku. Aku menggeleng pelan.
“Kalian harus memberitahunya.” ucap Seungri tegas. “Poor Jiyong. Dia harus tahu!” lanjutnya.
“Jangan!” kami menoleh ke sumber suara. Minyoung menatap kami satu persatu lalu menggeleng. “Jangan beritahu dia, aku tidak ingin dia sedih.”
Aku membelai rambutnya lalu tersenyum. Senyum pahit ini, aku benar-benar takut jika Minyoung akan mati.
Taeyang POV
Aku tak tahan dengan suasana ini. Akupun keluar ruang perawatan tempat Minyoung dan yang lain berada. Sepertinya Jiyong benar-benar harus mengetahui ini. Aku pun langsung menghubunginya.
“Yeoboseyo.”
“Jiyong-ah, cepat kemari.”
“Waeyo, Taeyang-ah?”
“Minyoung….”
“Wae?!”
“Cepat kemari. Minyoung, dirumah sakit.” setelah itu yang kudengar hanya nada yang menandakan panggilan sudah diputus. Aku memasukkan ponselku ke saku sambil menatap jalan didepan rumah sakit lewat jendela.
Minyoung POV
Aku tersenyum melihat Daesung yang nyengir padaku. Aku tau, itu terpaksa. Mereka semua pasti sedang bingung, sedih, dan marah. Bingung karena harus memberitahu Jiyong atau tidak, sedih karena aku yang mungkin sebentar lagi akan pergi meninggalkan mereka, dan marah karena aku tidak ingin sahabat mereka tahu keadaanku sekarang.
Seunghyun menatapku penuh sayang. Dia sudah kuanggap oppa-ku sendiri. Dia selalu perhatian padaku dan yang pertama mengetahui aku sakit adalah Seunghyun. Yang berusaha menutupi hal ini dari Jiyong, dan yang berkorban demi kebahagiaan aku dan Jiyong.
Seungri tidak berani menatapku. Sepertinya ia marah karena aku sudah berbohong kepadanya juga pada sahabatnya yang paling dia sayangi. Wajahnya terlihat sedih. Mianhae Seungri-ah, aku sudah mengecewakanmu.
Daesung yang tampak ceria dihadapanku namun terlihat lesu jika sedang tidak menatapku. Daesung selalu membuatku tersenyum atau tertawa disaat seperti ini. Gomawo, Daesung-ah.
Taeyang keluar dari ruangan. Terdengar dari luar ia memukul dinding. Sepertinya ia juga kesal padaku karena aku tidak memberitahu Jiyong. Namun ia masuk lagi ke ruangan dan mendekatiku.
“Jiyong…,” ia menunduk, “ia akan kesini sebentar lagi.” aku tersentak. Taeyang memberitahunya?! Aku hendak memaki Taeyang yang tampak amat bersalah saat ini, namun kubatalkan niatku.
G-Dragon POV
Aku berlari menyusuri jalanan yang luas ini. Saat aku sampai ke rumah sakit, aku menaiki tangga sambil tengok kanan-kiri. Dalam hati, perasaanku campur aduk tidak keruan. Antara kecewa, sedih, dan marah.
Disebuah lorong, aku berpapasan dengan Seunghyun. Aku menunduk sambil terus berjalan. Saat melewatinya, ia menarik lenganku. Lalu ia merogoh sakunya dan meletakkan sesuatu ditelapak tanganku.
“Geojitmalhaeseo mianhanda (Maaf aku salah).” cincin yang harusnya ada di jari Minyoung, kini ada ditelapak tanganku. “Minyoungi, neomanhi saranghadeora (Minyoungi, sangat mencintaimu).”
Seunghyun meninggalkanku yang menggenggam cincin itu. Hatiku benar-benar terluka. Minyoung berbohong padaku demi aku sendiri. Babo, kenapa kau melakukannya, Minyoung-ah?
Daesung, Seungri, dan Taeyang menghampiriku ketika aku melangkah menuju pintu ruang operasi. Mereka memelukku dan membisikkan kata-kata untuk menenangkanku. Aku hanya bisa menangis tanpa suara. Hingga akhirnya pintu ruang operasi terbuka dan aku melihat Minyoung yang memejamkan mata.
“Minyoung-ah….” panggilku sambil mendekatinya. Aku menunduk disebelahnya. Minyoung-ah…neomu saranghae…..
Minyoung POV
Jiyong-ah, aku benar-benar bersyukur bisa hidup bersamamu. Mungkin ini memang akhir hidupku. Aku akan selalu berada disisimu kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun. Jangan taku Jiyong-ah, aku akan selalu ada disampingmu. Jiyong-ah…neomu saranghae…..
Doraboji malgo tteonagara
Tto nareul chatji malgo saragara
Neoreul saranghaetgie huhwe eopgie
Johatdeon gieokman gajyeogara
Geureokjeoreok chama bolmanhae
Geureokjeoreok gyeondyeo naelmanhae
Neon geureolsurok haengbokhaeyadwae
Haruharu Mudyeojyeogane
Oh girl
I cry cry
You’re my all
Say goodbye bye
Oh my love
Don’t lie lie
You’re my heart
Say goodbye
I Love You, Sexy Man
Title : I Love You, Sexy Man
Author : Summer Cho
Main Casts : YOU as the girl, Kim Jonghyun SHINee
Other Casts : other SHINee member, Kim Joongwoon a.k.a Yesung Super Junior, Kim Junsu JYJ, Kim Taeyeon Girls Generation, Kim Jaejoong JYJ
Genre : romantic, school live, AU
Rating : PG14~
Length : Oneshoot
Disclaimer : yang penting FF plus ojong punya saya (?)
Ini sekuel dari You Look So Sexy, bagi yang minta dilanjutin ini lanjutannyaaaa
Be good readers, jangan kayak aku, oce ? ^^
♥ ♥ ♥ ♥
“Hey girl…”
Tubuhku tidak bisa bergerak. Kini tangannya mulai memainkan rambutku.
“Ya! Menyingkir!” aku mendorongnya kuat, hampir saja ia jatuh dari kursi kalau tidak ditahan Kibum.
“Yaa, kenapa kau malah mendorongku?” tanyanya santai. Ia bangkit lalu mengulurkan tangannya. Aku mengulurkan tanganku perlahan. Tapi ia malah menarik tanganku sehingga aku kini dalam pelukannya. Wajah kami berjarak 10 senti lagi, mungkin.
“Cieeeeeeee!” riuh, murid-murid lain mulai menggoda kami.
“Apa yang kau lakukan?” tanyaku gugup. Aku tidak bisa menyembunyikan detak jantungku sekarang.
“Senang berkenalan denganmu, miss!” serunya sambil tersenyum manis.
♥ ♥ ♥ ♥
“Miss!” saat aku melewati lapangan basket, Jonghyun memanggilku.
“Wae?” tanyaku gugup. Didekat namja ini membuat jantungku hampir copot.
“Ayo ke kantin!” ia merangkulku tanpa malu sedikit pun. Hampir setiap siswa melirik kami. Itu karena Jonghyun terkenal dengan ke brandalannya.
Aku memberi ttukbogi sedangkan Jonghyun membeli jajangmyeon. Kami semeja berdua, cukup membuat semua pasang mata melirik kami. “Miss,” aku menoleh padanya. Ia menyodorkan sumpitnya padaku. “Suapi aku.”
“Mwo? Shirreo.” Jonghyun bangkit lalu duduk disampingku, merangkulku.
“Kalau kau tidak mau, aku akan menciummu disini.” ancam Jonghyun sambil memamerkan seringai mesumnya. Omo, gawat!
Makin lama wajah Jonghyun makin dekat denganku, eotteokhae? Aroma parfumnya yang lembut membuatku memejamkan mata. Tinggal sedikit lagi, dan…
“Ya! Jangan umbar kemesraan disini, babo! Banyak yang melihat kalian!” aku membuka mataku kaget, Kibum menyeringai lebar dihadapan kami. Dibelakangnya sudah ada salah satu sahabat yeojaku. Ia langsung menyeretku keluar kantin.
“Kau jadian dengan Jonghyun?” tanyanya dengan tatapan tajam.
“Wae?” tanyaku bingung.
“Kuperingatkan, dia itu bukan namja baik-baik! Ia tidak pantas disebelahmu! Kau terlalu suci untuknya!” ocehnya kesal. Akupun ikut kesal.
“Jadi menurutmu Jonghyun tidak suci, begitu? Gomawo atas nasihatnya.”
♥ ♥ ♥ ♥
Aku melangkah ke gerbang sekolah. Sekolah sudah sepi, karena bel pulang sudah berbunyi sejak 1 jam yang lalu. “Kenapa kau lama sekali?” aku dikagetkan oleh suara yang sangat familiar ditelingaku. Siapa lagi kalau bukan suara Kim Jonghyun.
“Kau menungguku?”
“Or course. Aku ingin mengajakmu ke apartemenku, kau mau kan?” aku hanya bisa mengangguk. Jika aku menolak, entah apa yang akan terjadi denganku nanti.
Tidak lama kemudian, aku dan Jonghyun sampai di apartemen yang minimalis dan rapi. Aku melongo melihatnya. “Rapi,” gumamku, sepertinya Jonghyun mendengarnya.
“Kalau apartemenku berantakan, aku tidak akan mengajakmu kemari.” balas Jonghyun seraya mengacak rambutku kasar.
“Tapi, aku tidak mengerti, dirimu yang seperti punya apartemen ayng serapi ini…”
“Diriku yang seperti ini? Apa maksudmu?” tanyanya dengan jurus tatapan mautnya. Aku diam ditempat. “Oke. Akan kutunjukkan diriku seperti yang kau katakan.” perlahan namun pasti Jonghyun membuka jaketnya, dasinya, dan kini ia membuka satu persatu kancing kemeja seragamnya.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanyaku takut. Ia tidak menjawabku, dan ia melempar kemejanya ke sembarang tempat. Abs-nya, kini aku bisa melihatnya dari jarak dekat.
“Ini yang kau mau kan?” bisiknya didekat telingaku. Aku menggeleng cepat. “Jangan berbohong padaku, miss.” ia meemgang wajahku dengan kedua tangannya. Jarak wajahnya semakin dekat. Kumohon, siapapun, tolong aku!
Ting Tong
Jonghyun mendengus kesal sedangkan aku menghembuskan nafas lega. Gomawo, tuhan, kau sudah mengirim utusan untuk menyelamatkanku.
Jonghyun menyambar kemejanya dan berjalan kearah pintu. Aku memilih duduk disofa sebelahku. Kira-kira siapa yang datang ya?
“Hyung?” aku menoleh ke asal suara. Dibalik pintu ada seorang namja yang menurutku, wajahnya lebih suram dari wajah Jonghyun. Namja itu masuk lalu melihat kesetiap sudut apartemen. Pandangannya terhenti ke arahku.
“Rapi juga. Biasanya apartemen ini selalu berantakan jika aku kemari. Dan, siapa dia?” tanyanya sambil terus memandangku.
“Em, just friend. Perkenalkan, ini hyungku, Yesung.” aku membungkuk pada namja itu. Wajahnya lumayan mirip dengan Jonghyun (?).
“Call me, oppa.”
“Ne, oppa.” balasku sesopan mungkin.
“Tumben kau membawa yeoja kesini? Baru kali ini aku melihatmu membawa yeoja ke apartemen. Kau tidak mengapa-apakannya kan?” selidik Yesung oppa membuat tubuhku menegang.
“Anniyo. Aku ini namja baik-baik, hyung.”
“Lalu kenapa kau berpakaian seperti itu!?” tanya Yesung oppa lalu memukul kepala Jonghyun dengan buku ditangannya. Ugh, pasti sakit. “Kancingkan.” perintahnya disambut anggukan oleh Jonghyun. Mwo? Jonghyun menurut? Hebaat!
Jonghyun pun mengancingkan kemejanya disaksikan oleh Yesung oppa dan aku. Setelah selesai, Yesung oppa memukul kepala Jonghyun lagi. “Yaa, appo, hyung!” protes Jonghyun lirih.
“Itu pantas untuk namja sepertimu.” balas Yesung oppa santai. Ia berjalan ke dapur dan kembali dengan sekaleng beer ditangannya.
Kami pun mengobrol banyak. Ternyata kamar apartemen Yesung oppa berada di lantai 4, sedangkan Jonghyun di lantai 3. Jonghyun yang meminta apartemen sendiri. Agar dia bisa bebas dari hyungnya itu.
Yesung oppa bekerja sebagai bartender disebuah cafe yang cukup terkenal. Hebat juga. Ia bahkan memiliki sebuah kedai es krim kecil yang ia percayakan pada dongsaeng keduanya, atau hyung kedua Jonghyun, namanya Kim Junsu.
Cukup penjelasannya, kini aku harus pulang. “Em, Jonghyun-ah. Aku harus pulang.” seruku pada Jonghyun yang sedang asyik memainkan gitarnya.
“Aku antar?”
“Tidak usah. Aku pulang sendiri saja.”
♥ ♥ ♥ ♥
“Ige mwoya?” tanyaku pada seorang ahjumma penjual aksesori.
“Itu kalung untuk namja, agasshi.” aku membayarnya lalu menggenggamnya erat. Ini sepertinya cocok untuk Jonghyun.
♥ ♥ ♥ ♥
“Mencari siapa?” tanya Kibum saat aku sedang mencari sosok Jonghyun.
“Jjong.” jawabku jujur.
“entahlah. Aku juga tidak melihatnya hari ini. Masuk yuk!” Kibum mengajakku masuk ke kelas. Kamipun duduk.
“Hyung-nya Jjong ada berapa sih? Kemarin ada satu yang datang ke apartemennya, satu lagi cerita.” tanyaku penasaran. Sebenarnya aku ingin bertanya pada Jonghyun.
“Kau ke apartemennya?” aku mengangguk polos. “Dia itu punya tiga hyung 1 noona. Kalau diurutkan, Yesung hyung, Jaejoong hyung, Junsu hyung, Taeyeon noona. Dia bungsu, makanya nakal.” jelas Kibum sambil cekikikan. “Yesung hyung itu bartender, Jaejoong hyung pengusaha di Amrik, Junsu hyung jadi manager kedai es krim milik Yesung hyung, dan Taeyeon noona masih kuliah. Ia juga sedang menjalani trainee di SMent.” jelas Kibum panjang lebar. Ia tau benar keluarga sahabatnya itu.
“Appa dan eommanya tinggal dimana?” tanyaku lagi. Raut wajah Kibum langsung berubah, apa aku salah bicara?
“Eommanya pergi meninggalkan rumah. Kini hanya ada appanya yang selalu ada untuk mereka. Appanya tinggal dengan Junsu hyung dan Taeyeon noona dirumah Jonghyun yang dulu.” jelas Kibum datar. Aku jadi merasa tidak enak pada Kibum.
Tiba-tiba Kwon songsaenim, wali kelas kami, masuk. Padahal ini bukan jam pelajarannya. “Saya kemari hanya ingin menyampaikan sebuah informasi. Kerabat kalian, Kim Jonghyun, hari ini akan pindah ke Amerika karena permintaan appanya.”
DEG
Apa yang baru saja Kwon songsaenim katakan?
Jonghyun pindah?
Amerika?
Tanpa sadar aku mengemasi barang-barangku lalu membawa tasku keluar kelas tanpa mempedulikan teriakan Kwon songsaenim. Baru saja sampai digerbang sekolah, sebuah tangan menahanku.
Kibum.
“Kita berangkat sama-sama.”
♥ ♥ ♥ ♥
“Yeoboseyo?” teriakku karena jalanan sedang ramai sekarang.
“Miss, bisakah kau melupakanku?”
“J..Jjong…”
“Aku menitipkan Kibum untukmu. Aku harus pergi, dan asal kau tau, aku mencintaimu, miss.”
“Jjong! Kau dimana!?” tanyaku dengan nada tinggi. Setelah mengetahui keberadaannya akupun menyuruh Kibum menuju bandara.
♥ ♥ ♥ ♥
“Kim Jonghyun!” namja itu menoleh pada kami lalu tersenyum. Aku berlari menghampirinya lalu memeluknya.
“Miss?”
“Saranghae.” seruku tanpa melepas pelukanku. “Jeongmal saranghae.” lanjutku dengan suara bergetar. Ya, aku menangis.
Jonghyun melepaskan pelukanku lalu memegang wajahku dengan kedua tangannya. “Jeongmal? Kau mencintaiku?” aku mengangguk sambil tersenyum. Padahal airmata sudah membanjiri pipiku.
Ia mengusap pipiku menghilangkan airmataku. Ia mengangkat daguku lalu mendekatkan wajahnya. Akupun memejamkan mata.
“EHEM.” deheman yang kuyakini milik Yesung oppa membuat kami menjauhkan diri.
“Kenapa selalu ada yang menggangguku?” protes Jonghyun kesal. Aku hanya tertawa kecil. “Sudah berapa kali kita tidak jadi berciuman?” tanya Jonghyun sambil menyeringai.
“1..2..3..3 kali Jo…” aku memejamkan mata menikmati perlakuan Jonghyun. Kini ia benar-benar menciumku.
Jonghyun tersenyum saat mengakhiri ciumannya. Aku menunduk. “Tunggu aku ya, aku janji akan kembali.”
“Janji?”
“Janji, Saranghae, miss.” ia memelukku. Aku tersenyum dan membalas senyumannya.
“Jjongie, kkaja!” seru seorang yeoja berparas imut, sepertinya itu Taeyeon eonni. Dibelakangnya berdiri Yesung oppa, Junsu oppa, dan appa Jonghyun.
“Aku pergi dulu…”
“Annyeong, Kim Jonghyun.”
♥ ♥ ♥ ♥
4 years later…
Kubuka mataku perlahan. Suasana serba putih kamarku langsung terlihat jelas. Kusadari ada beban ditubuhku. Ada sebuah lengan kekar yang memelukku, siapa ini?
Aku berbalik dan… “KYAAAAAAAAAAA!”
Namja itu langsung bangun. “Ada apa?! Maling?! Kebarakan?! Gempa?! Tikus?!”
“Siapa kau!?” seruku takut. Namja itu hanya memakai celana jeans putihnya. Ia bertelanjang dada. Abs-nya mengingatkanku pada seseorang. Tapi aku lupa.
“Kau lupa padaku, huh?” tanyanya bingung. Ia merapatkan tubuhnya ke tubuhku. “Akan kubuat kau mengingatku lagi..” ia menciumku tanpa izin. Namun aku tidak menolaknya. Ciuman ini mengingatkanku pada seseorang, tapi siapa? “Masih belum ingat?” ia menciumku lagi. Kali ini lebih lembut. Dia, my sexy man, Kim Jonghyun…
Aku mendorong tubuhnya. “Jjong!?”
“Akhirnya kau ingat juga.” ia langsung menarikku ke pelukannya.
“Kenapa baru kembali sekarang?”
“Aku sudah kembali sejak 3 bulan lalu, tapi kau tidak menyadarinya. Padahal aku tinggal di kamar apartemen yang tidak jauh dari sini.”
“Lalu kenapa kau bisa masuk?”
“Aku menanyakannya pada Kibum…” kami terdiam cukup lama. Ia masih dalam posisi memelukku.
“Jjong…”
“Hmm?”
“Waktu itu ada yang kelupaan.”
“Apa?” aku melepas kalung yang aku pakai lalu memakaikannya pada leher Jonghyun.
“Cocok!” seruku riang. Ia tersenyum lalu menempelkan dahinya di dahiku.
Saranghae, miss…”
“Nado, Kim Jonghyun..”
+ THE END +
ICE PRINCE
Author : Rhima CassiElflawells Hankyung
Main Cast :
• Shim Changmin (DBSK)
• Han Heerin (Dian “Heerin Changmin” CassiElf)
Other Cast :
• Jung Yulin (Lindha’saferdnaplusshapleycn )
• Park Ni Gi (Dewi “eunhaelf” Kania)
• Min Ri Rin (Fitriia-Primcassielf Saferblackjack D’Akbids)
• Han Chae Rin (Frysiany CassiElf ChaeJoong)
• Bae Re Min (Rhima CassiEflawells Hankyung)
*****
“aigooo…..lihat! di majalah ini, Changmin terlihat sangat Cute!”, teriak Yulin saat Ni Gi mengeluarkan majalah yang baru saja di belinya. Majalah itu berisi tentang berita terbaru dari Boy band yang tengah terkenal di Korea bernama DBSK dan bonus Poster salah satu member yang bernama Shim Changmin.
“nggak bisa di percaya ya! Dia satu sekolah dengan kita”, ucap Re Min kagum
“ne! tapi sayang ya, ia jarang masuk sekolah”, tambah Min Ri Rin.
“Ya! Heerin ah! Kau kenapa? Tumben-tumbennya pasang muka cemberut seperti itu saat melihat poster Changmin!”, ujar Ni Gi yang sedari tadi merasa aneh dengan gadis bernama Heerin yang memasang wajah cemberut. Dan Heerin itu aku!. Aku cemberut karena sedang kesal.
“Ne! biasanya kau akan langsung melompat untuk melihatnya”, timpal Yulin
“nih ku kasih lihat! Oppa tercinta mu!”, ucap Ni Gil lalu menyodorkan majalah itu pada ku.
UhgH!
“nggak perlu!aku nggak mau lihat tampang sok manis dari orang menyebalkan seperti dia!” ucapku kemudian merampas majalah itu dari tangan Ni Gi. Saat ku lihat wajahnya, wajahku memanas dan sepertinya mulai memerah. Uhgh sial! Nyebelin banget!!!
“menyebalkan? Apa maksudnya”, Tanya Chae Rin dengan tampang polos.
“kalian nggak tahu sih….. beberapa hari yang lalu………
FLASH BACK
3 hari yang lau….
Aku baru saja pulang membeli bahan untuk makan malam di sebuah minimarket dekat rumah ku. Tiba-tiba 2 orang laki-laki yang tak di kenal datang menodong ku. Salah seorang diantara mereka memegang paksa lengan ku dan seorang yang lain merampas belanjaan ku.
“lepaskan! Atau aku akan buat kalian menyesal pernah menyentuhku!”, teriakku pada mereka.
“he…he…he…he… apa yang kau lakukan pada kami dengan tubuh sekecil itu manis?”, ucap laki-laki yang memegang lenganku.
Baiklah, awas kalian! Berani-beraninya mencari masalah dengan pemegang sabuk cokelat kyu 1 Kempo yang siap menjadi pemegang sabuk Hitam Dan 1. baru saja aku akan melakukan perlawanan, seorang laki-laki dengan tinggi hampir 2 meter datang dari arah yang berlawanan.
“ Ya! Hentikan!”, teriak laki-laki itu. Wajahku mulai merah padam. I..itu…. Shim Changmin idola dan teman masa kecilku.
“apa maumu anak muda!”, ujar laki-laki yang memegang tas belanjaaku.
“suka-suka aku kan?, jawab Changmin dengan tatapan dingin, sedingin Es dan dengan hitungan detik sebuah bogem mentah mendarat di wajah laki-laki tadi. Melihat temannya di pukul, laki-laki yang memegang lengan ku melemahkan pegangannya dan ini merupakan kesempatan bagus untukku. Aku langsung melakukan penguncian dan secepat kilat melakukan Nange (dalam kempo yang artinya tekhnik membanting). Laki-laki yang di pukul Changmin tadi kembali bangun dan bersiap melakukan serangan balik.
Dengan santainya, Changmin merogoh isi sakunya dan menyodorkan uang kepada mereka.
“ 5 juta Won cukupkan? Lepaskan dia dengan ini’’, ucap Changmin sambil meyodorkan uang kepada kedua laki-laki itu. Dengan senang, mereka segera berlalu. Aku masih terdiam, melongo menatap apa yang baru saja di lakukan Si Idola terkenal itu.
END OF FLASH BACK
“wah kau beruntung Heerin-ah! Bisa di tolong oleh Changmin. Kalau seperti itu aku juga maau”, ujar Yulin dengan mata berbinar-binar
“apanya yang beruntung! Seandainya dia tidak datang aku juga bisa melepaskan diriku sendiri. Aku benar-benar tidak suka dengan caranya yang menggunakan uang itu. Belum lagi omelannya dengan mata yang seperti Es itu ‘bikin repot saja! Kenapa aku harus terlibat dalam urusan tidak penting seperti ini?’ ughhhhh….. sebel! Sebel! Sebel! Benar-benar MENYEBALKAN!!!!!!!”, omelku panjang lebar dengan sedikit teriak. Karena terlalu emosi majalah Ni Gi yang ku pegang ku sobek beserta dengan poster-posternya hingga terbagi menjadi 2.
“ANDWEEEEE!!!! Itukan majalah baruku!!!!!”, teriak Ni Gi histeris
‘Cara Merobek yang aneh’, pikir Ri Rin dan Re Min. T.T
“Tapi, hebat juga ya! Bisa di tolong memakai uang sebanyak 5 juta Won. Idola terkenal benar-benar hebat ya!”, timpal Chae Rin dengan polos lagi, seolah baru saja mengolah isi cerita ku dari kepalanya. *dudududududuhhh, Chae Rin! Dari tadi ke mana sih? Lola bgtz!!!… mian yah!^..<
“aku nggak sudi!” teriaku kemudian berlari menyebrangi jalan. Tanpa ku sadari, lampu lalulintas yangdari tadi berwarna merah berubah menjadi hijau. Kemudian dengan cepat tangan Changmin yang besar itu menarikku ke belakang sehinga aku terjatuh ke dalam tempat sampah.
“jangan berkeliaran di jalan yang nggak kamu tahu. Di sini kalau malam mobil suka ngebut”, ucapnya datar, lalu melihatku yang sedang terduduk lemas di tempat sampah.
“ngapain kamu di situ”, tanyanya dengan polos seolah ngga tahu apa-apa.
“Bukankah kau yang mendorongku ke sini?”, bentakku padanya.
“oh apa boleh buat, ih… kau bau sekali!”, ucapnya dingin.
Dasar orang itu benar-benar pangeran Es! Minta maaf saja tidak. Masih saja aku mendumel dalam hati, tiba-tiba dengan kedua tangannya Changmin mengangkatku dari tempat sampah. Wajahku merona lagi.
“selalu saja bikin repot”, omelnya padaku. “ kalau kau bau seperti ini, tidak bisa pulang naik kereta api”, lanjutnya.
“Aku pulang jalan kaki saja, kau pulang saja dengan kereta”, ucapku.
“ kau pikir butuh berapa jam sampai ke rumahmu?”, ucapnya kemudian menarik tanganku kemudian berlari. Ugh… sakit. Saat Ia sedang berusaha mencari Taxi.
‘kenapa? biarkan saja aku……’, ucapku dalam hati
Sekarang aku sedang berada dalam taxi bersama dengan Changmin dan untuk pertama kalinya aku naik taxi bersama seorang cowok di malam hari. Kota Seoul jadi terlihat indah dan menyilaukan. Tapi aku begini bau. Aku baru menyadari sesuatu. Tanganku, sejak tadi terus di genggamnya padahal aku ini kan bau.
‘Aku tidak suka kalau kau melakukannya karena terpaksa. Sama sekali tidak suka’ pikirku saat kulihat tatapannya yang kosong ke luar kaca.
Saat taxi berhenti di depan partemennya, ia melepaskan genggamanku dan mengucapkan selamat tingal. Syukurlah mulai besok, aku tidak perlu berurusan dengannya lagi. Tapi…..
Changmin’s POV
‘Dia benar-benar merepotkan’ pikir Changmin setelah tiba di dalam apartementnya. Kemudian ia terduduk dan menatap tangannya, tangan yang sedari tadi menggenggam tangan sahabat masa kecilnya, walaupun dia bau. Tiba-tiba,,,,, BRRAAAKKK! Pintu apartemen Changmin yang tidak di kunci seperti di buka paksa dari luar, Changmin yang sedang dengan tatapan sedih memandang tangannya menjadi kaget melihat siapa yang saat ini sedang berdiri di depannya.
End of POV
“Ya! Changmin-ssi! Ini uangmu!”, ucapku sambil menyodorkan amplop putih.
“nggak perlu”, ucapnya datar dengan tatapan Es lagi.
“menyebalkan! Kau selalu saja membuatku bingung! Sejak orang tuamu bercerai kau tidak pernah memberiku kabar tapi langsung menghilang begitu saja. Sekarang kau kembali, tapi kau benar-benar berbeda. Aku benci mata itu, itu bukan mata Minnie yang ku kenal dulu!. Ini ambil!!!”, ucapku sambil mencengkram kedua bahunya dan menyodorkan paksa amplop yang berusaha ku berikan padanya seharian ini.
“apa benar boleh ku ambil?!!” bentak Changmin padaku. Ku lihat wajahnya merona.
“Ekhh?”, ucapku kaget.
“makanya ku Tanya! Benar boleh aku mengambilnya?”, ucapnya kemudian menyambar amplop yang ada di tangan ku.
“sudahlah pulang sana, uang ini sudah ku ambil. Sudah tidak ada perlu lagi kan?” ucapnya lagi sambil memalingkan wajahnya dariku.
Ba..bagaimana kalau aku berharap suka?
Ya, Aku suka padanya, sejak kecil sampai sekarang. Rasa sukaku semakin besar , setelah bertemu lagi dengannya. Meskipun tatapannya itu seperti tidak membutuhkan sipappun, tapi aku yakin jauh di dalam sana ia sangat kesepian. Kenapa baru terpikirkan olehku?. Tanpa basa-basi aku memeluknya dan menagis di bahunya.
“ya!! Kenapa? Kenapa kau menolongku?, selama ini kau kesepian kan? Kenapa kau tidak mencari ku, kau pikir dengan pergi begitu saja membuatku melupakan mu?”, ucapku di sela-sela tangisku. Ia terdiam sebentar, lalu berucap.
“Mianata Heerin ah…. Selama ini aku pergi dan nggak memberitahumu. Aku sangat terpukul dengan perceraian kedua orang tuaku dan memutuskan hidup sendiri. beberapa bulan kemudian, aku di ajak Casting oleh temanku. Katanya, suaraku bagus. Dan ternyata aku lolos dan dengan perjuangan keras jadilah aku seperti ini. Lalu soal itu, apakah aku salah mencoba melindungi cewek yang ku sukai sejak kecil sampai saat ini? Cewek yang selama ini aku cari, dan ternyata satu sekolah dengan ku. Aku tidak ingin kau terluka”, jawabnya kemudian melepaskan pelukanku dan dengan lembut ia mengecup bibirku.
“Sarange Heerin ah!”, ucapnya lembut
“Nado Saranghae”, balasku. Aku benar-benar terharu dengan apa yang ia bicarakan.
“Kau bau sekali Heerin-ah”, canda Changmin pada ku
“ kau nggak suka?’, tanyaku
“suka kok, karena Kamu Heerin” jawabnya. Kami tersenyum senang dengan apa yang baru saja terjadi. Aku kembali mendapatkan sahabatku yang lama hilang, dan sekarang ia adalah kekasihku. Mata yang dingin bagai Es itu, kini telah mencair.
Sementara itu @ Heerin’s House…….
“Heerin ah perginya lama sekali, katanya setelah mendapatkan fotonya langsung pulang…. Aku sangat lapar sekarang! Mana di rumahnya tidak ada makanan lagi!” ucap Yulin memegang perutnya di ikuti anggukan lemas dari Ni Gi, Re min, Min Ririn dan Chae Rin tanda setuju.
Ice Prince/End*
MR. COLD
Seun Ri’s POV
Hari masih pagi, tapi aku sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Walaupun aku tahu, tetap saja aku akan terlambat..
******
“Yah! Min Ho-ah! Cepat sedikit dong! Masa kau mau terlambat lagi?” teriakku pada Min Ho yang sedang bersiap di dalam kamarnya. Seperti biasa, aku menungguinya di depan kamar.
“Iya.. Tunggu sebentar..” jawabnya dari dalam. Aku tidak bisa tenang karena terus-terusan melihat jam di handphoneku yang terus berjalan.
“Min Ho! Ayolah, aku bosan dihukum terus bersamamu!” teriakku lagi. Akhirnya Min Ho keluar juga. Aku diam sebentar menatapnya. Habis, dia tampan sekali sih.
“Ngapain bengong? Ayo berangkat.” dia menarik tanganku dan kami berjalan menuruni tangga rumah Min Ho.
“Eomma, aku pergi dulu ya..” kata Min Ho pada ibunya yang sedang memasak di dapur. Dia mengambil sepotong roti gandum dan sekotak susu cokelat dari lemari es lalu memakannya sambil jalan. Tangan kirinya masih menggandeng lenganku.
“Ahjumma, kami pergi ya..” kataku pada ibunya Min Ho.
“Iya.. Hati-hati ya..” jawab ibunya Min Ho. Kami pun berjalan keluar rumah dan menghampiri mobil sedan hitam yang terparkir di depannya.
“Hei, sampai kapan kau mau menggandeng tanganku?” kataku pada Min Ho. Dia melepas tanganku tanpa berkata apa-apa ataupun melihatku, lalu langsung masuk ke mobil. Dasar.. -_-
******
Keseharianku memang aneh. Anak tampan yang duduk di sebelahku ini adalah Min Ho, tetanggaku. Meskipun tampan, dia sangat menyebalkan. Kami satu sekolah. Ibunya memintaku untuk berangkat bersamanya naik mobil setiap hari ke sekolah. Kami juga terbiasa pulang bersama. Dan aku yang terbiasa datang pagi di sekolah, juga ‘terbiasa’ dihukum guru bersama Min Ho karena terlambat datang. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Min Ho setiap pagi, yang jelas dia selalu membuatku terlambat.
Min Ho hidupnya enak sekali. Berbeda denganku yang biasa-biasa saja. Pulang pergi sekolah pasti diantar supir dengan mobil sedan hitamnya yang mewah. Untuk ukuran anak SMA, itu kan enak sekali. Dia punya banyak koleksi mainan mahal. Mulai dari game console, replika pesawat dan helikopter, sampai robot-robotan. Dan untuk ukuran seorang anak cowok, koleksi kausnya lumayan banyak. Gaya berpakaiannya simpel. Aku suka itu. Walaupun anak orang kaya, dia tidak manja. Ayahnya yang seorang pejabat mendidiknya dengan agak keras. Tidak sampai kekerasan fisik sih, tapi Min Ho diajarkan untuk tidak berfoya-foya dengan uang. Dia baru boleh membeli sesuatu kalau mendapat nilai yang baik di sekolah. Dan Min Ho memang pintar (meskipun jarang belajar). Dia juga bukan tipe anak berandalan. Hanya saja dia sedikit dingin. Aku bersahabat dengannya sejak SMP dan kami menjadi sangat akrab sekarang. Meski akrab, aku tetap saja tidak bisa merubah sikap dinginnya Min Ho..
******
”Hei, ini sudah sampai. Mau sampai kapan duduk di situ terus?” Min Ho yang ternyata sudah turun dari mobil memanggilku. Aku menghampirinya dan langsung bergegas ke kelas.
Di kelas..
“Seun Ri-ah! Kau hampir terlambat.. lagi?” kata Soo Ra, teman sebangkuku saat aku duduk di tempat dudukku.
“Biasalah.. Gara-gara si tamp.. eh.. Si Min Ho itu. Hh..” aku mengatur napasku. Kalau bukan karena Min Ho, aku tidak akan perlu berlari menaiki tangga sampai lantai 4.
“Oh.. Eh, kau sudah tahu belum? Dia kan lolos ke babak final olimpiade sains yang tempo hari itu.” kata Soo Ra lagi.
“Ah, yang benar?” aku tidak percaya. Aku tahu sih kalau Miss Han memaksa Min Ho ikut olimpiade itu.
“Iya. Hebat juga ya dia. Shi Won yang ketua klub sains itu saja nilainya lebih rendah 1,00 dari dia. Tapi lolos juga sih..” aku masih kurang percaya. Masa iya anak seperti itu bisa mengalahkan Shi Won yang kepandainya sudah tidak perlu diragukan lagi? Kerjaan dia di rumah kan cuma main, tidur, makan dan menonton DVD.. -,-
Lalu aku belajar di kelas seperti biasa.
Saat pulang sekolah..
“Kau lolos ke babak final? Selamat ya..” kataku pada Min Ho di mobil saat pulang ke rumah.
“Eh? Apa?” dia bertanya.
“Itu.. Olimpiade sains.” kataku lagi.
“Ah.. iya. Terima kasih.” dia memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dasar.. -.-
“Lalu, finalnya kapan?” tanyaku.
“Minggu depan.” jawabnya dengan khas, yaitu singkat sekali. Aku hanya mengangguk pelan.
Setelah itu kami diam. Sesampainya di rumah Min Ho, aku mengucapkan salam dan langsung berjalan ke rumahku.
Min Ho memang keren. Dia bukan orang yang ramah, tapi tidak sombong juga. Dia bukan orang yang jenius, tapi tidak biasa juga. Aku semakin kagum padanya. Ah.. Tidak! Aku menepuk-nepuk pipiku. Dia kan orang yang membuatku melepas gelar ‘anak rajin yang selalu datang pagi ke sekolah tapi tidak untuk menyalin PR’! Dan kelihatannya dia tidak serius mengikuti olimpiade itu. >.<
******
Sehari sebelum babak final Olimpiade Sains..
Hari ini, seperti biasa, aku tiba di sekolah pas ketika bel masuk berbunyi. Tentu saja ini karena Min Ho. Huu~
Akhir-akhir ini dia terlihat serius belajar. Aku senang melihatnya seperti itu. Dia terlihat normal. Belajar dengan rajin dan mendapat nilai baik. Bukannya mendapat nilai baik hanya karena memang pintar saja. Dia jadi makin keren kalau berusaha seperti itu..
“Min Ho, besok babak finalnya ya? Berjuang ya!” tanyaku pada Min Ho saat kami dalam perjalanan pulang dari sekolah.
“Hm..” ia hanya mengangguk pelan sambil mengetikkan sesuatu di handphonenya. Melihat reaksinya seperti itu, aku memutuskan untuk tidak bertanya lagi.
Sesampainya di rumah Min Ho, aku baru saja mau berjalan ke rumahku, tapi Min Ho menahanku.
“Seun Ri-ah..” dia mengajakku bicara.
“Ada apa?” tanyaku.
“Setelah ujian kelulusan nanti.. Apa yang akan kau lakukan?” ujian kelulusan? Itu kan masih sebulan lagi..
“Eh? Tentu saja aku mau masuk universitas. Memangnya kenapa?” tanyaku lagi.
“Eh.. Ah, tidak. Ya sudah, aku belajar dulu ya. Annyeong..” dia melambaikan tangan dan masuk ke dalam rumahnya. Aku hanya mengangkat bahu dan berjalan ke rumahku.
Seminggu setelahnya, di sekolah..
“Seun Ri-ah, kau tahu tidak? Shi Won! Dia mendapatkan juara kedua di olimpiade itu. Dan kau tahu siapa juara pertamanya? Min Ho!” Soo Ra menghambur ke kelas saat bel tanda habisnya jam istirahat baru saja terdengar. Aku yang sedang melamun, sedikit kaget.
“Hah? Kau yakin tidak salah dengar?” tanyaku pada Soo Ra.
“Mana mungkin aku salah, tadi saja aku habis mengobrol dengan Shi Won. Kata Shi Won, Min Ho memang belajar dengan lebih sungguh-sungguh daripada dia.” Soo Ra memang selalu up to date dengan seluruh kejadian di seantero kota, dia kan anak klub jurnalistik. Tapi.. Benar nih Min Ho menang?
Sebelum kami berbicara lebih banyak lagi, guru sejarah sudah masuk kelas dan memberi tanda untuk kami agar segera bersiap untuk belajar. Jadilah kami melanjutkan belajar.
Saat pulang sekolah..
Aku menunggu Min Ho untuk segera pulang bersama. Tapi tiba-tiba dia mengirim sms padaku. Tidak usah menungguku, pulang saja duluan, begitu katanya. Jadi aku pulang sendiri dengan mobil Min Ho. Entah mengapa aku mengkhawatirkannya. Aku takut dia kenapa-kenapa..
Aku langsung masuk ke kamarku begitu sampai di rumah. Aku mandi dan setelah itu makan malam bersama ayah, ibu, dan kakak laki-lakiku. Saat kami sedang makan, tiba-tiba telepon berbunyi. Dan saat mengangkatnya…
“Yoboseoyeo.. Apakah ini Seun Ri?” suara panik ibu Min Ho terdengar.
“Iya, ini Seun Ri, Ahjumma. Ada apa?” tanyaku.
“Min Ho.. Sudah jam segini dia belum pulang juga. Apa kau tahu dia kemana tadi?” aku melirik jam dinding di ruangan tempat aku berada. Sudah jam setengah 8 malam. Tidak biasanya Min Ho belum pulang.
“Aku tidak tahu, tapi izinkan aku mencarinya.” aku buru-buru berkata padanya.
“Kalau kau mau mencarinya, kau bisa menggunakan mobil dan supir yang biasa. Aku akan mengabarkan ayahnya dulu. Terima kasih banyak, ya, Seun Ri-ah.” setelah menutup telepon dan minta izin kepada orangtuaku, aku langsung memakai sweaterku dan pergi menggunakan mobil dan supir yang biasa mengantarku dan Min Ho ke sekolah.
Ya ampun, Min Ho.. Kau ini kemana sih? Ada-ada saja..
Mobil menyusuri jalanan kota yang tidak begitu ramai. Aku tidak tahu harus mencari kemana, jadi aku terus berkeliling kota. Dan saat melewati sebuah pertokoan, aku melihat sesosok Min Ho yang sedang berjalan dengan santainya. Aku langsung meminta supir untuk memberhentikan mobilnya. Aku turun dari mobil dan mengejar Min Ho.
“YAH! CHOI MIN HO!” teriakku. Min Ho menoleh dan terlihat sedikit terkejut. Dia berjalan mendekatiku.
“Seun Ri.. Sedang apa kau di sini?” tanyanya santai.
“Maksudmu apa, hah, pergi keluyuran sampai jam segini? Kau tahu tidak ibumu mencemaskanmu?” aku memarahinya dan menariknya ke dalam mobil.
“Mianhe, aku tidak sempat memberitahu kalian. Aku ada urusan mendadak tadi.” kata Min Ho saat mobil mulai bergerak membawa kami ke rumah.
“Tapi kan harusnya kau tahu kalau kami bisa mati memikirkanmu yang belum pulang sampai semalam ini. Memang belum begitu malam sih untuk ukuran anak SMA, tapi kan kau tidak seharusnya pulang seterlambat ini.” tidak terasa air mataku pun ikut mengalir seiring dengan kata-kataku itu. Min Ho menunduk. Aku memalingkan wajahku ke arah jendela. Dia tidak tahu betapa aku mengkhawatirkan keadaannya.
Kami terus saling diam hingga tiba di rumah Min Ho.
“Mianhaeyo, Seun Ri-ah.. Aku janji, tidak akan terlambat lagi..” kata Min Ho sebelum turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Anak itu! >,<
Aku melirik bekas tempat duduk Min Ho tadi. Ada secarik kertas. Saat tangan kananku bergerak untuk mengambilnya, aku merasakan sesuatu di telapak tanganku itu. Aku melihatnya. Sebuah cincin. Aku menelan ludah dan mengambil kertas tadi. Aku membaca tulisan yang tertulis di atasnya. Tulisan Min Ho.
“Mianhaeyo, aku selalu membuatmu terlambat datang ke sekolah. Aku harap kali ini aku tidak terlambat untuk mengatakannya padamu. Seun Ri-ah, saranghaeyo..”
Aku mengucek-ngucek mataku, memastikan apa yang baru saja kulihat dan kubaca. Lalu aku menangis lagi. Sekarang bukan karena kesal, tapi karena sangat bahagia.
******
Min Ho’s POV
Aku menyukainya sejak kami satu sekolah dan pulang pergi ke sekolah bersama. Aku bersorak dalam hati ketika eomma menyuruhnya untuk pergi bersamaku setiap hari. Bayangkan saja, setiap hari aku akan duduk di sebelahnya! Dia hampir selalu mengajakku mengobrol setiap berangkat maupun pulang dari sekolah. Sebenarnya aku senang, tapi aku tidak tahu harus menjawab apa, jadi jawabanku selalu singkat. Aku pernah secara tidak sadar menggandeng lengannya saat kami mau berangkat sekolah. Aku harap dia tidak merasakan kegugupanku.
Aku sangat gembira ketika dia memberiku selamat saat aku lolos ke babak final olimpiade sains itu. Tadinya aku tidak begitu serius menghadapi olimpiade itu, tapi sepertinya Seun Ri akan memujiku lagi kalau aku menang. Apalagi, setelah tahu kalau hadiah untuk juara pertama berupa uang tunai. Sejak dulu aku ingin sekali memberikan sesuatu untuk Seun Ri dari hasil jerih payahku sendiri sekalian menyatakan perasaaanku. Apa salahnya kalau kulakukan? Toh aku sudah kelas 3 SMA. Tapi aku tahu kalau Seun Ri tidak suka terlambat. Aku takut jika aku memberitahunya setelah kami lulus nanti, dia sudah menyukai orang lain. Karena, selama ini yang aku tahu, dia tidak pernah menyukai seorang cowok pun kecuali Ki Bum yang pemain drama itu. Aku makin ingin sesegera mungkin menyatakannya pada Seun Ri, sebelum semuanya terlambat. Jadi kupikir, mungkin dengan memenangkan olimpiade ini, aku akan bisa mewujudkannya. Aku belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa menang. Sebenarnya, Shi Won adalah kandidat terkuat untuk menang. Dulu dia sudah pernah menang sekali. Tapi aku belajar dengan sungguh-sungguh untuk bisa mengalahkannya. Dan ternyata aku menang!
Aku sudah memikirkannya sejak awal, hadiah yang ingin kuberikan pada Seun Ri jika aku menang. Jadi begitu tahu bahwa aku menang, aku langsung pergi membelinya sendiri sepulang sekolah. Sebegitu senangnya aku sampai aku lupa mengabarkan eomma kalau aku akan pulang terlambat. Saat berjalan menuju halte bis, tiba-tiba Seun Ri memanggilku. Tak kusangka dia mencariku. Di mobil aku melihatnya menangis. Tapi aku tidak menghapus airmatanya. Aku memang bukan tipe cowok yang bisa melakukan hal manis seperti yang di dramanya si Ki Bum itu. Tapi aku hanya ingin memberikannya cincin ini dan perasaanku padanya. Jadi aku hanya meninggalkannya di mobil dan meletakkan cincinnya (pelan-pelan sekali supaya tidak ketahuan) di dalam genggaman tangan kanannya yang terbuka, juga meninggalkan selembar kecil kertas pesan di tempat dudukku. Semoga saja aku tidak terlambat.. : )
THE END
Mianhae, I’ll kiss you
Title: Mianhae, I’ll kiss you
Author: Fasya Fatina (@evileader)
Cast: Choi Minho, Shinee member, manager Jang, Park Hyunra (you), Park Minrin (Author coba ngeksis ._.v)
Genre: Romance,
Rating: PG15
Length: Oneshoot
Disclaimer: The casts are belonged to the GOD, and for the artists belonged to © SM Entertainment. but THE PLOT IS MINE.
warning: please no silent reader^^ thanks
dedicated for: ALL FLAMES! #BESTRONGFLAMES Jumat kemarin (26.11.2010) pada heboh tentang kissing scene Minho di drama ‘the pianist’ kan? oke, yang
Dostları ilə paylaş: |