Remember me!
Length : oneshoot
Genre : romance
Rating : G
Cast :
-
Park Yonae
-
Kim jong woon a.k.a. yesung
-
Park jun soo a.k.a. leeteuk
-
Kang hye ri
-
Kim ryeowook
Disclaimer : all of the casts are not mine, but they belong to their selves, except the plot and the story. It’s based on my imagination and some inspiration.
AUTHOR POV
“yonae kau sudah sadar?” Tanya leeteuk pada seorang gadis yang sedang berusaha membuka matanya. Gadis itu mengerjapkan matanya perlahan dan mengedarkan pandangannya pada ruangan yang serba putih itu.
”kau siapa?” tanya gadis itu pada leeteuk.
”aku leeteuk. Oppa-mu. Kau tak bisa mengingatnya?” tanya leeteuk dengan wajah yang penuh kekecewaan. Gadis itu hanya menggeleng. Ia tampak sangat bingung. Mengapa ia bisa berada disini? Di rumah sakit ini? dengan selang pernafasan yang menggantung di hidungnya dan juga jarum infus yang menancap di pergelangan tangan kirinya. Gadis itu sama sekali tak bisa mengingat kejadian yang menimpanya. Sama sekali tak bisa. Bahkan untuk sekedar mengingat namanya saja ia tak sanggup.
Leeteuk menundukkan kepalanya. Ia jatuh. Ia menangis mengetahui keadaan adiknya yang sama sekali tak bisa mengingat apa-apa. Sedangkan gadis itu hanya menatap bingung pada lelaki yang mengaku sebagai kakaknya itu. Ia sangat bingung siapa ia sebenarnya. Mengapa ia bisa disini. Dan mengapa lelaki itu menangis.
*flashback.
”ia mengalami benturan keras dikepalanya saat kecelakaan itu. Sekarang ia koma dan kemungkinan besar ia akan mengalami amnesia.” ujar seorang dokter kepada leeteuk dan juga ayahnya.
”mwo? Dokter, geotjimal. Ini tidak mungkin! Geotjimal!” sulut leeteuk yang tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dokter. Leeteuk mulai menangis. Ia tak bisa menerima jika Yonae, adik yang sangat ia sayangi harus mengalami semua ini.
”sudahlah, leeteuk. Mungkin memang sudah takdirnya seperti ini.” ujar appanya berusaha menenangkan leeteuk. Namun leeteuk tak menghiraukan appanya. Ia tetap saja tak bisa menerima kenyataan jika adik kesayangannya akan melupakan dirinya. Melupakan setiap memori-memori tentang dirinya.
”ini semua karena anak itu.” leeteuk berkata lirih. Ia beranjak dari tempatnya. Ia melangkah keluar dari ruangan dokter itu meninggalkan appanya.
Ia berjalan dengan terburu-buru. Menuju ruangan dimana adiknya sedang terbaring lemah menjalani masa kritisnya.
Sesampainya diruangan itu. Ia menemukan seorang namja yang sedang duduk di kursi tunggu sambil tertunduk. Lelaki itu menangis. Leeteuk yang melihatnya menjadi tersulut emosi. Ia menghampiri namja yang sedang tertunduk itu dengan perasaan yang kalut. Leeteuk tak berbasa-basi lagi. Ia langsung saja menarik kerah baju namja itu dan menghajarnya dengan satu pukulan keras dan berhasil membuat namja itu jatuh tersungkur.
”leeteuk-hyung? Apa yang kau lakukan?” tanya namja itu sambil menyeka ujung bibirnya yangsobek akibat pukulan leeteuk.
”huh! Tak usah pura-pura tak tahu kau!” leeteuk meninggikan suaranya.”semua ini karena kau! Karena kau yonae menjadi seperti ini. kau tahu? Dia koma dan semua ini salahmu!” teriak leeteuk yang benar-benar sudah emosi dengan semua kenyataan ini. leeteuk terus saja enyalahkan namja itu sambil menuding-nuding wajah namja yang sedang kebingungan itu.
”apa? Dia koma? Bagaimana bisa?” tanya namja itu tanpa mempedulikan amarah leeteuk yang sangat kalut itu.
”kau tak usah sok peduli! Semua ini gara-gara kau! Kau tahu? Dia itu mencintaimu. Dan sekarang, ia terbaring tak berdaya memperjuangkan hidupkan karena kau! Semua karena kau KIM JONG WOON!!” bentak leeteuk yang semakin kalap emosinya.
”jeongmal?”
*end of flashback
***
”mianhae…. mianhae.. ini semua salahku… jeongmal mianhae!” ujar kim jong woon atau yang sering disebut yesung sambil menangis. Ia duduk dipojokan kamarnya. Memangku kepalanya diatas lutut yang terlipat didepan dadanya. Ia menunduk menangis. Menangisi semua kejadian yang sebenarnya tak ia inginkan. Kejadian yang tiba-tiba terjadi tanpa sepengetahuannya.
”yonae-ah… jika saja aku tahu akan menjadi seperti ini. aku tak akan memintamu untuk pergi ketempat itu.” ujar yesung yang masih saja menyalahkan dirinya atas perbuatan yang sama sekali bukan salahnya. Ia kembali menunduk.
”yonae-ah… bogoshipo! Kau tahu aku disini merindukanmu. Dan sudah satu bulan ini kau koma, dan kau tahu? Oppamu tak mengijinkanku untuk menjengukmu! Apa kau mendengar ucapanku yonae-ah?” ia mengambil sebuah foto. Foto dimana dirinya dan yonae sedang berdiri berdua dibawah sebuah pohon yang snagat rindang. Yesung tersenyum sambil memandang foto itu.
”seharusnya aku langsung saja mengatakannya padamu. Dan… kau pasti akan baik-baik saja sekarang.”
*flashback
Yonae dan yesung, mereka duduk disebuah bangku panjang berwarna putih yang menghadap ke sebuah bangunan. Bangunan yang tampaknya sangat berarti bagi mereka. ya.. bangunan sekolah. Sekolah dasar tepatnya.
”yesung-ah.. kenapa kau membawaku kemari?” tanya yonae sambil tersenyum. Yesung tidak menjawabnya. Ia justru hanya menengadahkan kepalanya menatap langit cerah yang berada diatas kepalanya.
Yesung dan yonae. Mereka memang sangat dekat. Jika orang yang tak mengenal mereka pasti akan menganggap mereka adalah sepasang kekasih. Padahal bukan. Mereka hanyalah sepasang sahabat. Dari kecil mereka sudah bersama, hingga sekarang mereka tak bisa dipisahkan.
”aku ingin mengatakan sesuatu.” ujar yesung sambil menatap yonae lekat. Karena tatapan itu, muka yonae menjadi bersemu merah. Ya… yonae memang merasa bahwa ia mencintai sahabatnya. Kim jong woon atau yesung. Namun ia tak mau mengungkapkannya. Ia takut, jika perasaannya ini justru akan menghancurkan persahabatan mereka ini.
”aku mencintai seseorang.” ujar yesung singkat. Yonae yang mendengarnya lantas menatap yesung. Hatinya serasa remuk setelah mendengarnya.
”jeongmal? Nugu?” tanya yonae kemudian. Namun dari pancaran mata yonae terlihat bahwa ia sedih. Namun ia berusaha ceria.
”gadis itu sangat cantik. Kau tahu? Senyumannya sangat manis. Dia juga ceroboh.” ujar yesung dengan matanya yang berbinar. Yonae hanya tersenyum pahit mendengarnya.
”aku ingin mengenalkannya padamu. Mm… temui aku ditempat ini ya? Jam 4 sore nanti. Oke?” yesung beranjak meninggalkan yonae yang masih terpuruk.
Yonae hanya menundukkan kepalanya. Ia pun mulai menangis. Kini ia bisa menangis setelah yesung pergi dihadapannya. ”benarkah yesung-ah? Apa aku harus menemui gadis itu? Apa itu akan membuatmu senang jika aku menemui gadis itu?” ujar yonae yang sambil terisak.
Pukul 3.30 KST
YONAE POV
Aku menatap diriku. Kulihat pantulan diriku dicermin. Mengenakan dress putih pemberian oppaku dan mengenakan hingheels. Sejujurnya aku sangat tak suka mengenaka higheels ini. tapi tak apalah. Huh.. apa benar aku harus kesana? Tapi jika aku melihat gadis itu, bukankah akan membuatku semakin sakit hati? Kupikir kau memiliki perasaan sama sepertiku, namun ternyata tidak. Kau mencintai gadis lain. Apa kau akan senang jika aku datang dan berkenalan dengannya? Apa itu akan membuatmu senang yesung-ah? Aku hanya ingin kau senang. Selama ini aku tak mengutarakan perasaanku karena aku takut persahabatan kita akan hancur. Namun jika kau senang dengan begitu aku akan melakukannya. Aku akan berusaha ceria, karena kau masih ada disisiku bukan? Walaupun hanya sebagai sahabatku.
”yonae-ah? Kau mau kemana?” tanya leeteuk oppa yang ternyata sudah berdiri diambang pintu. ”kau menangis, sengie?” tanya leeteuk oppa yang kini mulai menghampiriku.
Mwo? Aku menangis? Ah ya benar. Kulihat pipiku sudah basah. Kuusap air mataku ini dan mencoba tersenyum pada leeteuk oppa.
”kau kenapa?”
”Aniyo oppa. Gwencana!” jawabku singkat. ”aku mau menemui yesung oppa dulu ya oppa?” aku menggelayut manja dan menggamit tangan leeteuk oppa.
”mau apa? Mau berkencan?” leeteuk oppa menyindirku. Aku hanya menunduk. Berkencan? Tak mungkin. Kali ini dia memang akan berkencan, namun bukan denganku.
”ani oppa. Yesung akan mengenalkan seseorang padaku.” ujarku.
”nugu?”
”mmm….” aku terdiam. Apa aku harus menceritakannya pada leeteuk oppa. Apa harus? ”mm… ia.. akan mengenalka….gadis… gadis yang… yang dicintainya.” aku pun tertunduk. Kurasa mataku kembali memanas. Air mata sudah berlinang dipelupuk mataku.
”mwo? Tapi kau kan…..”leeteuk oppa sudah tahu semuanya. Ia tahu bahwa aku mencintai yesung.
”gwencana oppa. Aku pergi dulu ya! Nanti yesung oppa kelamaan menungguku!” ujarku sambil mengusap air mata yang mulai mengalir dan menyunggingkan senyumku. ”annyeong oppa.” ujarku dan lekas keluar dari kamar.
Apa benar aku harus kesana? Ahh.. aku masih bingung. Apa aku akan sanggup melihatnya dengan gadis itu. Apa aku sanggup untuk tidak menangis dihadapannya saat ia memperkenalkan gadis itu padaku?
Yesung oppa. Apa kau sama sekali tak menyadari perasaanku?
ajikggaji mothaejun geumal
moki meyeo sikeunhan geumal
nuguboda saranghae
ojik neowa na nannana nannana nanna
i sungani haengbokhae jeongmal
naege waseo gomawo jeongmal
nareul da julhan saram
ojik neowa na nannana nannana baro neo
handphoneku berdering. Siapa ya? Ahh yesung oppa?
”yoboseyo, yesung oppa? Ahh ne aku sebentar lagi sampai. Kau dimana? Arah jam 10?” aku mengedarkan pandanganku dan mencari-cari dimana yesung berada. Ahh.. itu dia. Sekitar 5 meter dari tempatku berdiri. Kulihat ia melambaikan tangannya padaku. ”aku kesana oppa!” lalu aku memutus hubungan telpon itu dan segera menghampirinya.
Aku melangkahkan kakiku dengan ragu. Ia masih berdiri menungguku disana. Tapi kenapa ia sendirian? Mana gadis itu? Ahh sudahlah. Kini aku hanya ingin melihat yesung oppa senang. Yonae, kuatkan dirimu ya. Jangan menangis dihadapannya nanti. Ara?
”yonae AWAS!!!!!!!!” kudengar yesung berteriak dan mencoba berlari menghampiriku. Aku terhenti dan menatapnya bingung. Ia masih saja berlari dan meneriakiku untuk menghindar. Akupun menatap kekanan. Kulihat sebuah truk besar tengah berjalan cepat kearahku. Kudengar sopir truk itu tengah sibuk menekan klakson untuk memperingatiku. Yesung oppa juga kulihat masih berlari menghampiriku. Namun jaraknya masih terlalu jauh untuk menggapaiku. Aku ingin menghindar. Namun kakiku tak bisa kugerakkan. Oppa.. tolong aku. Ottokae? Ottokaji?
Aku memejamkan mataku ini. dan kurasa sebuah benda menabrak tubuhku dan aku terpental. Semula aku berada ditengah jalan, dan kini aku sudah berada di pinggiran jalan. Aku yang masih sanggup membuka mataku melihat darah segar mengucur deras dikepala, tangan, kaki, dan tubuhku. Aku melihat yesung oppa yang mendekat kearahku dengan wajah cemasnya.
”yonae!” ia menyerukan namaku. Dan aku tak bisa merasakan apa-apa lagi. Semuanya gelap.
*end of flasback
***
LEETEUK POV
”yesung…. yesung…” aku mendengar yonae sedang mengigau. Ahh ia kembali mengigaukan nama namja tak bertanggung jawa itu lagi. Selama ia koma, ia juga sering mengigau dan menyebut-nyebut nama namja itu. Aku mendekati adikku itu. Keringat mengucur di dahinya. Ah.. apa ia bermimpi buruk. Kuusap dahi yonae dan yonaepun terbangun.
”hmmmm…” ia bergumam. Ia menyeka matanya dan menatapku.
”mmm…?” ia menatapku bingung. ”leeteuk oppa?” panggilnya ragu-ragu. Ahh aku senang ia mengingat namaku, walau aku yakin belum satu memoripun tentang ku diingatnya.
”kau sudah merasa baikan?” tanyaku sambil menggenggam tangannya. Ia hanya mengangguk dan tersenyum. Senyum yang selama ini kurindukan saat ia koma.
”baguslah. Kata dokter jika kau sudah baikan, kau bisa pulang besok!” ujarku sambil mengecup keningnya. Aku hendak melangkahkan kakiku untuk membereskan barang-baranya sebelum ia menggamit lenganku secara tiba-tiba.
”oppa? Kapan aku bisa mengingat semuanya lagi?” tanyanya.
”sebentar lagi. Sebentar lagi kau pasti menginatnya.” jawabku. Huh.. sebenarnya akuppun tak tau kapan ia bisa mengingat semua memorinya kembali. Kata dokter benturannya sangatlah keras. Dan ada kemungkinan ia akan mengingat memorinya lagi memakan waktu bertahun-tahun. Kuharap itu tak benar. Kuharap yonae bisa secepatnya mengingat lagi.
”oppa?” panggilnya ragu-ragu. Aku menoleh dan menatapnya dengan tatapan ’ada apa?’
”yesung-ah nuguseyo?” tanyanya. Ahh ia menanyakannya pasti karena sedari tadi ia menyebut-nyebut namanya. Apa yang harus kukatakan? Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya? Dan apakah aku harus mengatakan bahwa yesung adalah orang yang mencintainya sekaligus membuatnya seperti itu? Ahh tidak-tidak. Aku tak akan mengatakannya.
”mm… aku ke ruang dokter dulu. menanyakan apa kau boleh pulang besok.”aku mencoba mengalihkan perhatiannya. Ia hanya mengangguk tanpa meminta jawaban atas pertanyaannya tadi. Aku pun melangkahkan kakiku keluar dari kamar.
Kubuka pintu kamar itu dan kudapati seorang yeoja yang tengah berdiri dihadapanku. Ia tertunduk. Aku menatap wajahnya lekat. Ahh ternyata hye ri. Ia teman sekelasnya yonae.
”hye ri-ah? Sejak kapan kau berdiri disana?” tanyaku sambil menutup pintu kamar itu.
”jeongmal? Igo jeongmal? Yonae amnesia?” tanyanya dengan tangisnya yang mulai pecah. Aku merangkulnya. Dan menyuruhnya duduk di bangku tunggu yang berada tepat di depan kamar.
”ne, benar.” ujarku lirih. Ia semakin tertunduk. Tangisnya juga semakin histeris. Aku memegang bahunya. Kucoba untuk tenangkan dia.
”uljima. Nanti yonae dengar. Kau masuklah. Dan jangan lupa perkenalkan dirimu dulu.” ujarku dan memaksakan senyumku padanya.
***
YONAE POV
Esoknya….
Akhirnya. Aku bisa keluar dari bangunan itu. Bangunan yang berbau obat-obatan itu. Aku juga sudah bebas dari alat bantu pernafasan dan infus itu. Ahh hal itu sangat menyiksaku.
Saat ini. aku berada di sebuah mobil. Bersama seorang pria yang mengaku sebagai kakakku. Leeteuk. Aku sendiri masih tidak tahu, aku belum bisa mengingat apa-apa. Aku hanya mengikutinya saja. Kurasa ia orang yang sangat baik dan pengertian. Ia sangat menjagaku saat di rumah sakit.
”kita sudah sampai!” ujar leeteuk sambil tersenyum bahagia menatapku. Akupun memabalas senyumnya dan keluar dari mobil sembari menatap rumah itu. Rumah yang sangat besar. Rumah dengan teras berbentuk setengah lingkaran, taman bunga dihalaman depannya, dan cat putih yang menambah kesan mewah rumah itu. Aku yang melihatnya hanya bisa melongo. Aku tak percaya rumahku sebesar itu.
”igo uri jib (ini rumah kita)?” tanyaku sambil menatap leeteuk oppa yang tengah mengeluarkan tas yang berisi barangku dari bagasi. Ia hanya tersenyum padaku. Kurasa aku sangat beruntung. Hidup ditengah keluarga yang berkecukupan dan memiliki oppa yang sangat perhatian.
”ayo kita masuk. Kajja!” ajaknya sambil menggandeng tanganku. Aku hanya menurut dan mengikuti setiap langkahnya. Kami pun memasuki sebuah ruangan yang cukup besar. Sepertinya ini ruang tamu.
”kau bisa melihat-lihat untuk kembali mengingat memorimu. Aku mau menaruh tas ini.” ujarnya yang masih saja tersenyum hangat padaku. Aku hanya mengangguk. Akupun melangkahkan kakiku kesebuah figura besar yang terpajang di rungan itu. Aku menatapnya lekat, aku juga berusaha untuk mengingatnya.
Jika dilihat itu pasti sebuah foto keluarga. Aku bisa melihat diriku difoto itu. Yah.. itu aku. Kini aku yakin bahwa aku berada di tempat yang tepat sekarang. mengingat aku sedang amnesia dan tak mengingat apa-apa. Disamping fotoku berdiri seorang namja. Memakai setelan jas. Ialah leeteuk oppa. Dan terdapat sepasang kekasih duduk dengan mesranya. Apakah mereka orang tuaku? Ah.. aku tak bisa mengingat apa-apa. Bahkan namaku saja aku tak ingat. Ah.. iya aku lupa. Leeteuk oppa sering memanggilku dengan sebutan yonae. Namaku pasti yonae. Kapan aku bisa kembali mengingat semua ini?
Akupun tertunduk lemas setelah aku melihat-lihat foto-foto yang terpajang diruang tamu itu. Aku sama sekali tak bisa mengingat satupun memori tentang keluarga ini. ahh… kenapa aku sebodoh itu? Sampai keluargaku saja aku tak bisa mengingatnya.
Akupun menjambak rambutku saking kesalnya.
”hya! Hya! Apa yang kau lakukan?” leeteuk oppa yang terkejut melihat apa yang kulakukan lantas menghampiriku. Ia menarik tanganku dan membuat tubuhku menghadapnya. Aku tertunduk. Aku masih menyesali kenapa aku tak juga bisa mengingat apa-apa. Ia meletakkan tangannya di kedua pipiku. Aku menatapnya lekat.
”kau tak usah memaksakannya. Perlahan kau pasti akan mengingat semuanya kembali.” katanya mencoba menenangkanku. Aku menganggukkan kepalaku. Iapun mengacak-acak rambutku lembut dan memelukku. aku menenggelamkan wajahku didadanya dan membalas pelukannya.
”bantu aku, bantu aku mengingat semuanya oppa!” ujarku padanya.
”ne. Aku akan selalu membantu dongsaengku.” aku memeluknya semakin erat. Aku harus bisa. Aku pasti bisa mengingat semuanya dengan cepat.
”ahh… yonae-ah igo bwa!” leeteuk oppa melepaskan pelukannya dan menyuruhku duduk disofa terdekat. Ia mengambil sebuah foto dan menunjukkannya padaku.
”foto ini diambil 3 tahun yang lalu. ini kau. Dan ini aku. Ini appa, dan ini… omma. Appa sedang berada diluar negeri dan ia akan pulang beberapa hari lagi untuk menjenguk anak perempuan kesayangannya.” ujarnya sambil mengacak-acak rambutku dan tersenyum. Aku membalas senyumannya. Tapi tunggu. Kenapa ia sama sekali tak mengungkit wanita itu? Wanita yang ia sebut omma. Akupun menunjuk foto itu dengan jariku.
”omma, odi eso?”
”amm.. omma…geurom, omma meninggal beberapa hari setelah foto ini diambil. Ia mengalami kecelakaan. Ia tertabrak mobil, sama sepertimu. Bedanya kau selamat sedangkan omma……….” kulihat leeteuk oppa menundukkan kepalanya. Wajahnya tampak sangat sedih.
”aa… mian…mianhae oppa. Nega….”
”gwenchana. Kau memang sudah seharusnya tahu.” ujarnya sambil menyunggingkan kembali senyumnya.
”aku ingin bertemu dengannya, boleh?” tanyaku ragu.
”geureomyon. Tentu saja boleh. Kau kan anaknya. Kita kesana setelah ini. Otte?” aku mengangguk setuju. Lalu ia kembali memperlihatkan semua foto dari yang belum dan sudah ku lihat. Leeteuk oppa juga menjelaskan tentang semua foto itu diambil. Aku pun mendengarkannya dengan senang hati. Lalu aku kembali teringat sebuah nama. Yesung.
”eung…. oppa! Yesung-ah nuguseyo?” kembali kutanyakan pertanyaan yang belum dijawab oleh leeteuk oppa kemarin. Seketika ia berhenti berbicara akan foto-foto yang ia penggang. Aku menunggunya. Menunggu ia mengatakan siapa yesung itu.
”ahh…. igo igo!! Lihat foto ini. kau selalu mengelak saat foto ini diambil…………*blablabla” ia tiba-tiba berbicara setelah beberapa detik ia terdiam sambil menunjukkan foto masa kecilku. Ia lagi-lagi tak menjawabnya. Ia lagi-lagi mengalihkan pembicaraan. Aku jadi semakin penasaran. Siapa yesung itu? Kenapa setiap aku menanyakannya pada leeteuk oppa ia selalu tak pernah menjelaskannya?
***
Di rumah sakit.
YESUNG POV
Aku melangkah kakiku dengan ragu. Aku menggenggam erat seikat bunga yang kubeli untuknya.
Yonae-ah, bogoshipoyo. Mianhae. Aku baru menjengukmu sekarang. oppamu sangat melarangku. Tapi benar, ini semua memang salahku. Karena aku kau jadi seperti ini. yonae-ah. Apa kau sudah sadar dari koma-mu? Apa kau baik-baik saja sekarang? apa kau merindukanku seperti aku merindukanmu?
Kubuka kamar bernomur 118 kamar dimana yonae dirawat. Aku menarik tanganku lagi. Aku ragu, apa kau akan marah padaku? Aku menghela nafas panjang. Kubuka pintu itu.
”yonae-ah?” panggilku pelan. Tak ada jawaban.
”yonae-ah. Ini aku, yesung.” kuulang lagi panggilanku. Namun masih saja tak ada jawaban. Kulangkahkan kakiku memasuki kamar itu.
Namun apa yang kulihat? Kamar ini kosong. Tak ada seorangpun disini. Bahkan kamar ini snagat rapi seperti tak ada yang menghuninya. Ada apa ini? apa yonae sudah keluar dari rumah sakit? Akupun berinisiatif menanyakan hal ini pada perawat yang lewat.
”mianhae. Apa orang yang dirawat di ruangan ini sudah chek out?” tanyaku ada perawat itu.
”apa pasien bernama park yonae?” tanyanya memastikan. Aku mengangguk. ”ahh ia sudah keluar tadi pagi.” jelasnya.
”mwo? Jeongmal? Ahh gomawo!” ujarku dan perawat itupun pergi meninggalkanku.
Aku menatap bunga yang kubawa. Seikat bunga lily. Bunga yang ia sukai. Kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kau sudah keluar dari rumah sakit? Ahh benar. Leeteuk hyung pasti melarangmu. Tapi, apa kau marah padaku? Apa kau sudah meluppakanku?
Akupun kembali kedalam mobilku. Aku meletakkan bunga lily itu disampingku. Ehmm.. apa aku kerumahmu saja? Aniyo.. itu akan memperkeruh suasana. Kau istirahatlah. Aku akan menemuimu jika saatnya sudah tepat.
***
AUTHOR POV
*flashback
”ahh… oppa! Aku capek sekali.” ujar yonae yang terengah-engah mengikuti setiap langkah yesung. Yesung menoleh dan tersenyum tanpa sedikitpun memperlambat langkahnya. Yesung memperkuat genggamannya pada tangan yonae.
”hah… kita sampai! Ottokhe? Joahe?” tanyanya dengan nafas tersengal-sengal. Yonae masih memenggangi lututnya karena lelah sedari tadi berlari. Ia mengatur nafasnya. Iapun mencoba menegakkan tubuhnya.
”mworago…” ucapan yonae terhenti saat ia melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. sebuah padang lily yang indah. Lily dengan berbagai warna tumbuh dengan indahnya. Semilir angin yang menerpa membuat lily-lily itu bergoyang mengikuti arus angin. Yonae yang melihatnya terharu. Kini matanya berair, namun ia menahan agar air matanya tidak tumpah.
”bukankah dulu waktu kecil kau pernah bilang kau sangat menyukai lily? Saat itu aku mencoba mencari bibit lily dan menanamnya dilahan kosong ini. tak kusangka juga menjadi sangat indah.” ujar yesung yang masih tersenyum sambil melihat hamparan lily dihadapannya. Yonae menoleh, menatap lekat pria yang ada disampingnya. Ia tersenyum. Kini air mata sudah mengalir dipipinya. Ia melangkah mendekat dan menghamburkan tubuhnya ke pelukan yesung.
”gomawo. Jeongmal gomawoyo yesung-oppa. Na joahe. Joaheyo!” ujar yonae.
*end of flash back
***
YONAE POV
“gomawo…gomawo yesung-oppa…” ku buka mataku ini perlahan. Kuamati sekitarku. Ahh..ternyata hanya mimpi. Kutegakkan tubuhku dan kuseka mataku dengan punggung tanganku.
Sudah tiga hari semenjak aku keluar dari rumah sakit itu. Dan hingga saat ini aku masih belum bisa mengingat apapun. Leeteuk oppa terus menyuruhku untuk istirahat. Tapi aku sangat jenuh jika terus-terusan dirumah. Aku tak tahu harus pergi kemana untuk menyegarkan pikiranku yang jenuh. Pasca aku keluar dari rumah sakit, aku hanya dirumah kecuali saat ke makan omma 2 hari yang lalu itu. Dan akhirnya aku meminta leeteuk oppa untuk memperbolehkanku kembali sekolah. Dan inilah hari aku akan bersekolah. Entah mengapa aku sangat senang sekali. Mungkin dengan kembali bersekolah aku bisa kembali mengingat sedikit memoriku.
Aku pun bergegas kekamar mandi. Membersihkan badanku, lalu mengenakan seragam sekolahku. aku rasa aku sudah koma bertahun-tahun. Lihatlah, seragam ini agak kekecilan. Tapi tak apa, aku pun segera berlari keluar kamarku. Menuruni tangga dengan langkah cepat.
”yonae-ah kenapa kau berlari-lari seperti itu? Bagaimana jika kau jatuh?” ujar leeteuk oppa yang kutemui saat aku telah berada di bawah. Aku menarik ujung-ujung bibirku membentuk senyuman.
”aku tak sabar ingin kesekolah.” ujarku singkat. Ia hanya tersenyum mendengar jawabanku dan mengusap puncak kepalaku.
”aku sudah memasak makanan kesukaanmu. Cepatlah makan.” leeteuk oppa kembali kedapur dan meletakkan masakan yang ia masak diatas meja. Aku menghampiri meja makan itu. Aroma makan itupun lantas tercium oleh hidungku. Hmmm wanginya sangat enak. Kulihat diatas meja itu terdapat, ayam, bbulgogi, jajangmyon dan kimchi.
”oppa… ini semua makanan favoritku? Jeongmal?” ujarku sambil duduk dikursi kosong yang terdekat. Kulihat leeteuk oppa menjawab dengan menganggukan kepalanya.
”banyak sekali. Tapi aku tak mungkin menghabiskan semua ini.” ujarku manja sambil mengginggit sedok yang kupenggang.
Namun tiba-tiba aku terhenyak. Aku melihat seperti sebuah flash video yang memutar cepat sebuah peristiwa yang bertempat sama. Yaitu dimeja makan ini. aku diam. Aku melihat sebuah keluarga kecil sedang makan bersama. Seorang lelaki dan wanita paruh baya yang kuyakin adalah orang tuaku. Aku sedang berada ditengah antara orang tuaku. Dan dua sosok lelaki. Aku yakin salah satu dari mereka itu adalah oppaku. Tapi yang satu lagi??
”yonae kau melamun?” leeteuk oppa menepuk punggungku dan menyadarkanku.
”eh? Ani..aniyo oppa.”ujarku dan langsung menyendok jajangmyon ke dalam piring dihadapanku.
Siapa lelaki itu? Ahh… tak usah dipikirkan, toh aku pasti juga akan ingat. Tapi aku senang aku sudah sedikit bisa mengingat.
***
Di sekolah………..
”oppa… aku ke kelasku sekarang ya?” pintaku sambil menggoyak-goyakkan lengan leeteuk oppa yang ada disampingku. Namun lagi-lagi ia menolak. Dari tadi ia berkata sedang menunggu seseorang. Tapi siapa? Kenapa orang itu lama sekali? Ahh… aku kan sudah tidak sabar ingin bertemu teman-temanku dan ’kembali’ mengenal mereka.
”ahh itu dia!!” ujar leeteuk oppa sambil melambai kearah seseorang yang sedari tadi kami tunggu. Aku menoleh menatap siapa orang itu. Itukan hye ri? Ia gadis yang menjengukku dan memperkenalkan dirinya sebagai temanku.
”hye ri? Jadi orang yang kita tunggu adalah hye ri?’ tanyaku pada leeteuk oppa. Ia hanya mengangguk. Hye ri mulai berlari kecil menghampiri kami.
”annyeong! Mianhae. Tadi jalanan macet.” ujarnya sambil membungkukkan tubuhnya dihadapan kami.
”ahh.. gwencana hye ri-ah! Yonae-ah.. kau sudah mengenalnya kan? Ia kan sekelas denganmu jadi aku memintanya untuk menjagamu selama ingatanmu belum pulih. Araseo?” terang leeteuk oppa panjang lebar terhadapnku. Aku hanya mengangguk mengerti. Aku dan hye ri pun lekas pergi menuju kelas kami meninggalkan leeteuk oppa. Yah.. wajar saja leeteuk oppa menyuruh hye ri menemaniku, aku sama sekali tak ingat apa-apa. Bagaimana jika aku tersesat disekolah sendiri? Lagipula untung aku mempunya sahabat yang baik seperti hye ri. Karena tak mungkin juga leeteuk oppa menjagaku terus. Selain leeteuk oppa ada di kelas yang 2 tahun diatasnya juga leeteuk oppa pasti punya kehidupan sendiri. Betul?
***
Akhirnya.. bel istirahatpun berbunyi. Aigo.. pelajaran sejarah yang sangat membuatku pusing. Aku harus mengingat semua kejadian masa lalu tentang negara korea ini. padahal masa laluku saja aku belum mengingatnya secara utuh. Hanya sebagian kecil. Kecilllll sekali.
Ah ya. Aku juga sangat senang. Ditengah pelajaran tadi aku kembali melihat sebuah ingatan yang terjadi dikelas itu. Aku sedang bersama seorang namja saat itu. Tapi aku lupa wajah namja itu. Ahh. Babo!! Dan karena hal itu juga, sebuah kapur berhasil mendarat dikepalaku karena aku jadi melamun. Ughh.. sakit sekali.
”yonae kita kekantin yuk. Aku lapar!” ujar hye ri sambil mengusap-usap perutnya. Aku hanya terkekeh melihat tingkahnya. Dan kamipun lekas kekantin walau sejujurnya aku tidak lapar.
***
Di kantin……….
Aku menemani hye ri makan dikantin. Wuahh.. kantin ini sangat ramai sekali. Kulihat sekeliling, diujung barat ada sekumpulan yeoja yang tampaknya sedang bergosip ria. Sedangkan diujung barat terdapat kumpulan namja yang juga sedang berbincang. Namun pastinya bukan bergosip seperti para yeoja. Aku mendengar suara sendok dan mangkuk yang beradu keras. Aku menatap chingu-ku yang ada dihadapanku ini. OMONA… makannya banyak sekali? Apa dia sangat lapar hingga makan selahap itu?
”hya!! Hye ri-ah.. kau itu makan rakus sekali!” ujarku sedikit berteriak padanya karena suasana ricuh kantin ini.
”aku sangat lapar. Kau tidak makan?” tanyanya dengan mulut yang penuh dengan makanan. Aku hanya menggeleng. Aku kembali menyedot (author gak ngerti bahasa lainnya) minuman yang ada di hadapanku dan kembali mengerdarkan pandanganku ke sekeliling.
”dimana leeteuk oppa?” gumamku. Saat aku tengah menatap sekeliling kantin, mataku terpaku pada seorang namja. Namja yang berdiri dipojokan kantin. Rambutnya kecoklatan dengan poni yang menutupi sedikit mata sipitnya. Ia sedang bersama seorang namja yang memiliki rambut berwarna hitam. Kurasa aku sangat familiar dengan namja itu. Bukan namja berambut hitam itu. Tapi namja dengan rambut kecoklatan. Aku menatapnya lekat.
”yonae-ah, kau sedang lihat apa?” tanya hye ri padaku.
”ah? A.. itu. Kau lihat namja yang ada dipojokan itu? Apa dia kakak kelas? Nuguseya?” tanyaku bertubi-tubi padanya yang masih sibuk dengan makanan dimulutnya. Ia menelan makanannya dengan sudah payah.
”ahh.. itu. Dia kakak kelas. Sama seperti kakakmu, kelas akhir. Namanya yesung. Ahh… tapi kau kan sangat dekat dengannya. Kau tak ingat?” ujarnya dan disambung dengan pernyataan yang mengagetkanku. Yesung? Itu kan.. nama yang sering kusebut tanpa sadar. Apa? Dia sangat dekat dengan ku? Lantas kenapa ia tak pernah menjengukku?
”jeongmal? Dia sangat dekat denganku?” tanyaku yang masih tak percaya.
”huum… kalian bahkan tampak seperti kakak adik. Ah.. ani. Bahkan tampak seperti sepasang kekasih. Masa kau tak ingat? Ahh.. padahal kalian serasi sekali!” ujarnya sambil melambai-lambaikan tangannya disamping kepalanya.
***
Sepulang sekolah…..
Ahh… akhirnya pelajaran telah usai. Tapi sialnya, karena aku melamun ditengah jam pelajaran, aku jadi harus mengembalikan buku-buku ini keperpustakaan. Ugh.. berat sekali. Tak adakah seseorang yang mau membantuku? Ahh…. perpustakaan itu dimana ya?? Ah aku tak ingat, mana tak ada orang disini. Aigo… ottokhae??
***
YESUNG POV
Ah.. akhirnya pelajaran usai. Entah mengapa hari ini sangat melelahkan. Fiuhh. Sudah berapa hari ini? yonae tak juga masuk sekolah? Aku tak melihatnya akhir-akhir ini. apa ia baik-baik saja? Kenapa ia tak pernah menghubungiku? Apa ia marah padaku?
”hya!! Yesung-ah, kudengar yeojachingu-mu sudah masuk lagi ke sekolah?” ujar ryeowook, sahabatku. Ia sahabatku yang sangat baik. Selalu ada untukku.
”yeoja…yeojachingu?” tanyaku heran padanya. Sejak kapan aku memiliki yeojachingu? Aku tak pernah. Siapa yang ia maksud?
”kau ini. yonae! Park yonae. Dia kan seperti yeojachingu-mu. Kalian selalu bersama kan. Kau senang? Ia kembali. Aku melihatnya tadi.” ujar ryeowook dengan semangat. Saat aku mendengar nama yonae, entah mengapa jantungku berdegup kencang. Apa aku masih mencintainya? Apa aku masih pantas mencintainya? Tapi aku sangat senang saat mendengar ia telah kembali. Bogoshipoyo yonae-ah.
”jinjja?” ujarku antusias. Ryeowook hanya terkekeh melihatku yang tiba-tiba menjadi semangat seperti ini.
BUKKK!!!!!
Auch… aigo.. sakit sekali. Siapa sih yang menabrakku? Kenapa jalan tak liat-liat?
”ah..mianhae. jeongmal mianhae sunbae! Aku tak sengaja, aku tak bisa melihat jalan karena buku yang bertumpuk ini. mianhaeyo!” ujar seorang yeoja yang menabrakku tadi. Suara itu? Aku sangat mengenal suara itu. Apa itu yonae?
”yonae-ah?” kudengar ryeowook memanggil yeoja itu dengan sebutan yonae. Aku yang sedari tadi sibuk dengan lenganku yang sakit inipun langsung menoleh menatap gadis itu. Gadis itu menegakkan kepalanya yang dari tadi menunduk. Kulihat gadis itu lekat.
”yonae-ah!” gumamku. Gadis itu hanya heran karena sedari tadi namanya disebut-sebut. Dan aku, hanya bisa menatap wajah yonae yang selama ini kurindukan.
”neo! Yesung sunbae?” ujar gadis dihadapanku ini dengan setengah berteriak. aku pun sadar dari lamunan ku. Aku heran dengan sikapnya yang aneh. Ia tak biasanya seformal ini denganku. Bahkan ia juga tak pernah menyebut namaku dengan embel-embel ’sunbae’ melainkan ’oppa’. Ia seakan tak mengenalku. Seakan aku orang asing baginya.
”ah.. mian. Aku harus mengembalikan buku ini. mm… perpustakaan disebelah sana kan?” ujarnya. Aku semakin bingung. Bukankah ia sudah lama bersekolah disini? Kenapa masih menanyakan dimana letak perpustakaan? Ada apa ini.
Ryeowook mengiyakan pertanyaan yonae tadi, sedangkan aku masih diam terpaku bingung dengan apa yang terjadi. Kulihat ia mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kami. Ia lewat disampingku begitu saja.
”yesung-ah.. neol moreuchi (kau tak tahu)? Chogi …..”
”wae irae? Ada apa dengannya?” tanyaku memotong perkataannya. Aku berbalik. Melihat sesosok yonae yang berjalan perlahan membelakangiku.
”sebenarnya… yonae mengalami amnesia.”
DEGG… mwo? Amnesia? Jeongmal? Apakah ini sebabnya ia tak pernah menghubungiku? Apa ini sebabnya leeteuk hyung jadi sangat marah padaku? Dan inikah sebabnya mengapa yonae seakan tak mengenalku? Ia tak mengingatku?
Aku mengepalkan tanganku. Lalu aku mulai berlari meninggalkan ryeowook. Berlari menyusul yonae yang jauh berada didepanku.
”yesung-ah odi ega?” teriak ryeowook.
“kau pulang saja duluan!” ujarku sambil melambaikan tanganku padanya.
Aku mempercepat lariku. Kulihat ia sangat kesusahan membawa buku-buku itu. Dan kemudian buku itu jatuh dari tangannya. Ia mengumpat. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya.
”kalau butuh bantuan bilang saja!” ujarku yang sudah ada dibelakangnya. Ia menoleh seketika. Kurasa aku mengagetkannya. Aku menyunggingkan senyumku padanya. Ia juuga balas tersenyum. Aku berjongkok, dan memunguti buku-buku yang jatuh itu.
”ah.. sunbae, aniyo. Kau tak usah membantuku!” ujarnya sambil menahan lenganku. Aku menatapnya. Pandangan kami bertemu. Lalu seketika ia memalingkan wajahnya.
”mana mungkin kau membawa buku ini seorang diri?” ujarku diiringi tawa renyah dan senyumnya. Aku tersenyum melihatnya tersenyum. Kamipun berjalan berdampingan menuju perpustakaan.
”yesung sunbae?” panggilnya. Aku menoleh dan menyautnya dengan gumaman.
”neo.. yesung imnika?” tanyanya yang membuatku bingung. Aku hanya menatapnya lalu ia mulai tertawa kecil. ”arayo! Aku tahu aku mengenalmu. Geurojiman……..”
”gwencana. Gwencana!” potongku. ”kau amnesia. Kau tak mengingatku. Araseo. Geundae.. aku sedikit kecewa. Sama sekali tak ada yang memberiku kabar tentangmu.”
”dan juga, oppaku tak mengijinkanmu menjengukku? Huh? Mian.” ujarnya dengan nada kekecewaan. Bagaimana ia bisa tahu bahwa oppa-nya tak mengijinkanku menjenguknya? Apa oppa-nya benar-benar melarangnya bertemu denganku?
”setiap aku bertanya ’yesung-ah nuguseyo?’ ia pasti tak menjawab atau mengalihkan pembicaraan. Aku tak mengerti alasannya. Neol ara?” jelasnya. Aku mengerti sekarang mengapa yonae sama sekali tak mengetahui namaku. Aku juga mengerti sekarang yonae tak marah denganku. Lalu apa aku harus menceritakan kejadian yang sebenarnya sekarang? apa ia akan marah saat aku menjelaskan semuanya?
”ahh sudah sampai.” pekikku ketika menyadari ternyata kami sudah sampai di depan perpustakaan itu. Kamipun memasuki perpustakan. Sungguh tenang didalam sana. Aku membantunya mengurus pengembalian buku itu. Kami menghitung jumlah buku itu bersama. Sesekali kulihat ia tersenyum padaku.
”kelas berapa?” tanya penjaga perpustakaan itu. Kulihat yonae yang sedang berpikir. OMO.. apa iya sudah lupa kelas yang baru saja ia singgahi tadi? Benarkah ingatannya menjadi sangat buruk seperti ini.?
”kelas IPS-1B” ujarku kemudian. Ia menatapku dan tersenyum. Aku hanya membalas senyumnya dan kuusap puncak kepalanya.
***
Tak lama setelah selesai mengurus pengembalian buku itu. Kamipun keluar dari ruangan yang sangat tenang tersebut. Kami berjalan dalam diam. Aku tak tahu harus berbicara apa padanya mengingat ia sama sekali tak mengingat apapun tentangku.
”kya!!! Gawat….!!!” pekiknya yang membuatku kaget.
”waeyo?” tanyaku padanya yang mulai cemas.
”ahh… sudah jam segini. Leeteuk oppa pasti menungguku lama sekali.” jelasnya padaku dengan sangat gelisah. Aku terkekeh melihat tingkahnya yang tak berubah. Aku mencubit pipinyadan sukses membuatnya merintih kesakitan.
”susul oppa-mu sebelum ia marah!” ujarku. Iapun mengangguk dan berlari meninggalkanku. Beberapa meter ia melangkah ia kembali menatapku.
”aku ingin bertanya… apa benar kita sangat dekat? Apa boleh aku memanggilmu ’oppa’?” tanyanya dengan berteriak kencang. Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku. Satu jawaban untuk dua pertanyaan. Kita memang dekat, dan kau boleh memanggilku oppa sesuka hatimu yonae.
”kalau begitu besok temui aku ya! Aku pasti akan segera mengingatmu. Nareul midoyo!! (percayalah padaku!)” ujarnya kemudian ia melanjutkan larinya.
Ne. Aku akan mempercayaimu. Kau pasti akan mengingatku kembali. Kau harus mengingatku. Mungkin kau tak mengingatnya saat ini, namun aku yakin ingatan itu sebenarnya masih tersimpan rapi dihatimu. Yonae-ah.. kau harus memngingatku. Kau pasti bisa! Aku mencintaimu yonae-ah.
”kau harus mengingatku!! Ingat itu yonae-ah!!” teriakku namun tak terdengar olehnya yang sudah jauh didepan.
Remember Me!
Dostları ilə paylaş: |