FIN~
Mask
Author : Kang Hye Won-Adryani
Tokoh:
-
Kim Hyung Ah
-
Choi Yoon Yang
-
Kim Kyu Jong
-
Kim Hyung Joon
^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^-^
“Gaun pengantin yang sungguh indah.”ucapku terpana melihat sebuah gaun pengantin yang terpajang di sebuah toko. Warnanya putih dan taburan manik-manik hampir di seluruh bagian. Pasti wanita yang akan memakainya nanti akan terlihat sangat cantik. Begitulah yang ku katakan di dalam hatiku. Wajahku mengerut dan senyumku pudar. Seharusnya aku memakainya besok.
”Oppa, ayo kita pulang!”aku tarik tangan seorang lelaki yang sedari tadi menemaniku jalan-jalan dimalam yang gelap ini.
”Ayo.”jawab lelaki itu singkat dan menarik tanganku. Tapi, aku tak beranjak sedikit pun walau tangannya menarik tanganku kencang. ”Mengapa kau diam saja? Ayo kita pulang! Appa dan Eomma pasti mengkhawatirkan kita.”
”Aku ingin oppa menggendongku pulang.”ucapku memohon padanya. Senyuman memikatku, ku keluarkan.
”Tidak! Kau sudah besar bukan anak kecil lagi. Lagipula, pasti kau berat sekali.”ucapnya menolak.
”Oppa, kau pasti kuat menggendongku. Aku tidak terlalu berat seperti apa yang kau bayangkan. Aku mohon Kim Hyung Joon oppa. Kau akan celaka jika tidak menurutiku.”rayuku.
”Baik. Naiklah ke punggungku.”dia berlutut membelakangiku dan perlahan ku naik ke atas punggungnya. Ku lingkarkan kedua tanganku di lehernya. Dia mulai melangkah dengan pelan. ”Bagaimana? Apa kau senang?”
”Sangat senang! Terima kasih oppa.”ucapku girang. Semakin lama, langkahnya semakin cepat dan tibalah kami di sebuah rumah. Saat memasuki rumah, dia masih menggendongku. Dia baru menurunkanku di atas tempat tidurku. Ia selimutiku dengan selimut tebal kesayanganku.
”Tidurlah, Hyung-Ah.”ucapnya pelan seraya membelai rambut hitamku.
”Oppa juga harus tidur, karena oppa harus menemaniku datang ke pesta pernikahannya Yoon Yang dan Kyu Jong, besok.”ucapku.
”Apa kau harus datang? Lebih baik kau tak usah datang. Apa kau akan sanggup melihat mereka bersama?”ucap Hyung Joon.
”Aku sanggup oppa.”ku tunjukkan senyum manisku untuk menyakinkannya.
”Yang penting sekarang kau tidur.”ucapnya dan beranjak meninggalkanku. Ku peluk gulingku erat. Pandanganku teralihkan oleh sebuah benda yang mengeluarkan cahaya disamping bantalku. Ku ambil benda itu dan ku buka. Tertulis dilayarnya ’1 new messege from Choi Yoon Yang’
From : Choi Yoon Yang [+828545789xxx]
Hyung-Ah!! L
Ku ketik beberapa kalimat untuk membalas pesannya.
To : Choi Yoon Yang [+828545789xxx]
From : Kim Hyung-Ah [+82854112xxx]
Ada apa? Aku marah padamu. Mengapa kau tidak memeberiku undangan pernikahannmu?
To : Kim Hyung-Ah [+82854112xxx]
From : Choi Yoon Yang [+828545789xxx]
Kau ini! Mana mungkin aku membuat sahabatku sedih. Aku hanya ingin mengatakan kau tidak usah datang besok.
To : Choi Yoon Yang [+828545789xxx]
From : Kim Hyung-Ah [+82854112xxx]
Ini yang membuatku sedih. Seorang sahabat tidak mau berbagi kegembiraannya. Aku pasti akan datang! J
To : Kim Hyung-Ah [+82854112xxx]
From : Choi Yoon Yang [+828545789xxx]
Jangan berbohong kepadaku! Aku tau kalau kau sedih. Aku juga tau kalau kau kecewa kepadaku. Karena aku telah merebut orang yang sangat kau cintai. Iyakan? Jujurlah kepadaku.
To : Choi Yoon Yang [+828545789xxx]
From : Kim Hyung-Ah [+82854112xxx]
Aku tidak mungkin berkata jujur kepadamu. Sudahlah! Dan kau tidurlah! Selamat tidur!
Setelah mengirim pesan diatas, ku matikan handphoneku dan mencoba untuk tidur. Tapi, peristiwa itu masih terlihat jelas di pikiranku.
—FLASH BACK—
”Mengapa semua barang-barang pemberianku kau berikan kepada Yoon Yang?”ucap seorang laki-laki geram.
”Aku hanya merasa tidak nyaman kepada Yoon Yang. Aku memiliki banyak barang-barang pemberian darimu sedangkan dia tidak. Dia itu adalah tunanganmu dan kalian sebentar lagi akan menikah.”ucapku pelan.
”Apa kau tidak bisa menyimpannya?”ucapnya.
”Aku bukan siapa-siapamu lagi.”ucapku tertunduk di membelakangi lak-laki itu. Setitik air mata mengalir lembut di atas pipiku.
”Hyung-Ah…”ucapnya lemas.
”Cintailah Yoon Yang sama seperti kau mencintaiku. Bukankah Yoon Yang itu cinta pertamamu?”ucapku sembari merapikan barang-barang yang ada di atas tempat tidurku.
”Hyung-Ah, hentikan perkataanmu itu!”seru laki-laki itu. Aku merasakan amarahnya.
”Sejak pertama, orang tuamu tidak pernah menyetujui hubungan kita. Untuk apa aku mengenang saat-saat kita bersama. Hal itu hanya membuatku menderita. Apa yang dikatakan orang tuamu juga benar. Mereka tidak mau anaknya menikah dengan seorang gadis yang cacat. Aku mohon, Kyu Jong. Pergilah, tinggalkan aku!”ucapku dengan linangan air mata. Kyu Jong melangkah meninggalkanku tanpa mengeluarkan sedikit pun suara. Ku banting pintu kamarku sekencang-kencangnya hingga beberapa benda yang tergantung di kamarku bergoyang. Tubuhku terbaring di atas tempat tidur ditutupi selimut tebal. Didalam sana aku menangis terisak-isak.
——
Air mataku tak bisa ku tahan lagi. Mereka mengalir lembut membasahi pipi dan bantalku. Mungkin inilah hidupku dan seperti inilah kisah cintaku. Apa harus seperti ini hidup seorang gadis cacat? Tangisanku semakin keras. Semakin erat guling ini ini ku peluk. Perlahan tangisanku mulai reda.
][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][-][
Seberkas cahaya menerpa wajahku. Ku buka mataku perlahan dan menatap seseorang yang duduk disampingku. Dia tersenyum padaku. Dari gerakan mulutnya, sepertinya ia mengatakan sesuatu kepadaku. Tapi, aku tidak mendengarnya. Tangan kananku mulai meraba-raba di sekitar tempat tidurku. Akhirnya ku temukan sebuah benda yang sangat berharga di hidupku. Ku pasang benda itu di telinga kananku. Mulailah terdengar suara orang itu. ”Hyung-Ah, bangunlah. Appa dan Eomma telah siap untuk pergi.”ucapnya.
”Iya, oppa.”ucapku seraya bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi.
”Oppa telah menyiapkan pakaian untukmu.”ucap Hyung Joon.
”Terima kasih oppa!”seruku dari dalam kamar mandi. 20 menit berlalu dan semuanya sudah siap. Aku mengenakan gaun berwarna putih dan hitam yang oppa siapkan untukku. Rambut hitamku terurai hingga punggung tambah cantik dengan pita hitam diatasnya.
][-][-][-][-][-][-][-][
Ruangan yang begitu luas telah dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menyaksikan diucapnya ikrar suci oleh sepasang pangeran dan putri. Di wajah mereka tampak kegembiraan menyambut sang mempelai. Tak lama, keluarlah seorang gadis dengan gaun pengantin yang menjuntai lembut. Di kedua tangannya terdapat rangkaian bunga yang indah. ”Yoon Yang, kau sungguh cantik mengenakan gaun itu.”ucapku didalam hatiku. Yoon Yang melangkah menuju seseorang yang telah menunggunya. Di wajah mereka tampak kebahagiaan. Tanganku ku kepalkan di dadaku. Mengapa hatiku begitu sakit melihat mereka bersama? Air mataku ingin keluar dari mataku, tapi ku coba untuk menahannya dan tersenyum.
Ikrar suci itu pun mulai diucapkan oleh mempelai laki-laki. Tanganku masih ku kepalkan di dadaku. Setetes air mata telah keluar dari pelupuk mataku yang segera ku hapus. Aku tatap Hyung Joon oppa yang juga menatapku. Di matanya terlukis kekhawatiran. Aku tersenyum kepadanya sebelum memalingkan pandanganku ke arah kedua mempelai yang telah menyelesaikan pengucapan ikrar. Dan tiba saatnya untuk kedua mempelai. Ku eratkan kepalan tanganku. Sungguh aku tidak bisa menahan air mata. ”Hyung-Ah, janganlah kau menangis!”seruku dalam hati.
Tanganku ditarik oleh seseorang yang ada disampingku. Ia membawaku keluar gedung dan memasukkan aku ke dalam mobilnya. Ia mengemudi dengan cepatnya dan menghentikan mobilnya di suatu tempat. Aku masih dalam posisi kepala tentunduk menahan air mata. Tangannya menegakkan kepalaku menghadapnya. Dan tangannya pula ia hempaskan ke pipi kananku. Dengan sontak aku pun merintih kesakitan.
”Hyung-Ah! Sampai kapan kau akan menyembunyikan kesedihanmu itu? Begitu banyak beban di hatimu tapi kau malah masih bisa tersenyum. Kau sungguh munafik, Hyung-Ah!”amarahnya sungguh besar, membuat kata-katanya itu sungguh menusuk.
”Oppa! Maafkan aku. Aku hanya tidak ingin terlihat semakin lemah dimata kalian. Jika aku menangis di hadapan kalian maka hanya membuat harga diriku semakin rendah. Kim Hyung-Ah adalah seorang gadis penyandang cacat tuna rungu. Yang akan selalu menderita. Inilah takdirku, oppa!”ucapku. Tangan kananku menutupi pipi kananku yang sedikir memar. Kali ini, pertahananku rapuh. Air mataku mengalir deras. ”Dari kecil, aku tak mempunyai teman. Mereka menjauhiku karena aku cacat. Dan sekarang, orang yang sangat aku cintai telah menjadi milik orang lain. Hidup ini tidak berpihak kepada orang yang sepertiku. Benarkan, oppa?”
Tangan kanannya melingkari punggungku dan tangan kirinya menyandarkan kepalaku di atas dadanya. Di belainya rambutku perlahan. ”Itu tidak benar, Hyung-Ah. Ada oppa disini yang menjagamu dan menyayangimu. Begitupula appa dan eomma. Kami adalah keluargamu yang slalu ada disampingmu.”ucapnya menenangkanku.
”Oppa… maafkan aku…”ucapku lirih dalam pelukannya, Kim Hyung Joon oppa.
”Sudahlah. Jika kau ingin menangis, menangislah. Oppa tak akan menghapus air matamu. Menangislah yang keras karena itu akan membuatmu lebih baik.” Ia melepaskan pelukannya dan menegakkan wajahku. Sehingga, mataku tepat menatap matanya. ”Dan ingat! Jika kau ada masalah, ceritakanlah kepada oppa. Jangan kau pendam di dalam hatimu. Karna, oppa tidak mau melihat adikku ini sakit. Mengerti?”ucapnya. Aku mengangguk pelan. Kembali ia peluk tubuhku lebih erat.
”Terima kasih, oppa! Aku akan selalu menyayangimu.”
==THE END==
Because I’m A Girl
Title : Because I’m A Girl
Author : Park Yoo An
Length : Oneshoot
Rating : T
Genre : Romance, Angst, Sad
Main Cast : Taeyeon
Baekhyun
Supporting Cast : Chanyeol
FF ini terinspirasi dari video klip Kiss – Because I’m A Girl
***
Baekhyun PoV
Aku menapakkan kakiku di Seoul. Akhirnya, setelah tinggal 4 tahun di Jepang, aku bisa menghirup udara di kota kelahiranku ini.
Namaku, Byun Baekhyun. Aku adalah orang Seoul yang sebelumnya pindah ke Jepang. Namun, karena kematian kedua orangtuaku, aku memutuskan untuk pindah ke Seoul, kampung halamanku.
Aku memegang kameraku yang biasa kugunakan untuk memotret pemandangan-pemandangan indah, yang biasanya akan terpasang di gallery album milikku. Namun, kali ini lain lagi rencananya. Hasil photoku ini nanti akan menjadi sampul majalah.
Ya, setelah kepindahanku ini, aku memutuskan untuk menjadi seorang photograper untuk majalah. Itu semua atas saran sahabatku, Chanyeol.
KCAK
Aku memotret seorang ayah dan anak.
KCAK
Aku memotret kendaraan yang lalu lalang. Hmmm, mungkin saja ini bisa dijadikan objek untuk majalah.
KCAK
Aku memotret sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan.
KCAK
Aku terdiam.
”Mianhaeyo…” ujar seorang yeoja meminta maaf kepadaku. Aku tertegun melihatnya. Wajahnya sangat cantik.
Yeoja berperawakan kecil itu. Manis sekali.
”Mianhae, aku tidak tahu kau sedang memoto.” ucap yeoja itu sekali lagi.
”Ah, gwenchana.” kataku. Aku masih terpesona dengan kecantikan yeoja itu.
Yeoja itu tersenyum kepadaku. Dan akhirnya, dia berlalu dari hadapanku.
Baekhyun PoV END
Taeyeon PoV
Aku berlalu pergi dari namja itu. Aku merasakan sesuatu yang sedang melandaku sekarang. Apa aku…….mulai jatuh cinta?
Entahlah aku tidak begitu yakin dengan perasaanku ini. Karena aku belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Tapi, jujur saja, aku merasa bahagia. Jika benar yang kurasakan ini, apa mungkin, dia cinta pertamaku?
2 Days Later…
Aku memulai pekerjaanku seperi biasa. Sebagai pekerja di salon.
KRING… Bel berbunyi. Tanda seorang pelanggan sedang masuk. Aku segera berbalik dan menghentikkan aktifitasku menyapu sisa-sisa rambut pelanggan yang telah dipotong tadi.
”Annyeong haseyo.” sapaku. Dan saat pelanggan itu bertatapan denganku. Aku kembali beku…
”Kau yang waktu itu kan?” tanya namja itu.
”Ah ne… Ada yang bisa saya bantu?” aku mendapati diriku bertanya padanya. Jujur, aku sangat gugup sekarang. Namun, sebisa mungkin aku memendam kegugupan ini.
”Ne. Aku ingin memotong rambutku yang sudah sedikit panjang ini.” ujarnya.
”Silahkan.” kataku. Lalu mempersilahkannya duduk di kursi, tempat bagi pelanggan yang ingin dipotong rambutnya.
***
Aku bahagia saat ini. Aku membasuh rambutnya dengan air selembut dan sepelan mungkin. Lalu kusampokan rambutnya yang halus itu perlahan pula. Kuusap-usap hingga kupastikan semua rata. Namun, tanpa kusadari, tanganku yang berlumuran busa-busa shampoo itu mengenai matanya yang tengah terpejam.
”Argg..” erangnya pelan.
”Ooo… Mianhae. Jeongmal mianhae…” kataku meminta maaf. Aku panik mencari handuk. Setelah aku menemukannya, aku menyerahkannya kepada namja itu.
”KIM TAEYEON! KENAPA KAU TIDAK HATI-HATI? LIHAT! PASTI DIA SEDANG KESAKITAN SEKARANG!” pekik Sunye. Bossku disini.
Habislah aku dimarahi bossku. Sementara itu, namja tadi sibuk mengelap matanya.
Taeyeon PoV END
Baekhyun PoV
Aku mendengar yeoja itu dibentaki oleh bossnya. Aku sendiri tidak tega. Walau hanya dengan mendengarnya saja. Akhirnya, aku bicara.
”Gwenchana agassi. Saya tidak apa-apa. Dan ini bukan salah nona itu sebenarnya.” ujarku. Berusaha menghentikkan bentakkan boss yeoja itu yang terus dihujankan padanya.
Boss itu berhenti membentakki karyawannya. Yeoja itu menatapku heran.
***
Aku keluar dari salon itu. Sebenarnya, tujuanku tadi memang hanya untuk bertemu yeoja yang kutemui 2 hari yang lalu.
”Tuan!” panggil seseorang. Kedengarannya seperti seorang yeoja yang memanggilku.
Aku membalikkan badanku. Dan, Bingo! Yeoja itu memanggilku.
Yeoja itu lari terbirit-birit ke arahku. Dan tangannya seperti sedang membawa sesuatu.
”Tuan, kau meninggalkan kameramu.” kata yeoja itu seraya mengulurkan kameraku.
”Oh, kamsahamnidah.” ucapku lalu mengambil kameraku.
”Ne. Cheomaseumnida.” balasnya. Lalu membalikkan badannya.
Tiba-tiba sebuah pertanyaan terbesit ke otakku.
”Nona!” panggilanku membuat yeoja itu membalikkan badannya.
”Ada apa?” tanyanya.
”Siapa namamu?” tanyaku.
”Taeyeon. Kim Taeyeon-imnida.” balasnya. Taeyeon, nama yang cantik, bahkan pemiliknya juga sangat cantik, batinku.
”Naneun Baekhyun. Byun Baekhyun-imnida.” kataku memperkenalkan diri.
Baekhyun PoV END
Keduanya sudah sangat jelas sedang jatuh cinta. Mulai dari cara mereka saling bicara, melihat, dan bersikap.
Dan sejak perkenalan itu, Baekhyun sering datang ke salon tempat Taeyeon bekerja. Kadang dia membeli shampoo yang sebenarnya, tidak terlalu dibutuhkannya. Atau sekedar mengajaknya berbincang-bincang disela-sela istirahat Taeyeon.
Keduanya juga sering sekali menghabiskan waktu bersama.
Hari ini, tepat 3 bulan setelah perkenalan mereka, Baekhyun mengikuti balap motor. Itulah yang biasa dilakukannya sejak masih di Jepang. Dan, kebiasaan itu masih tetap saja dibawanya (?) di Korea.
Sudah berkali-kali Taeyeon mengingatkannya agar tidak mengikuti balapan konyol itu. See, sikap yeoja itu sudah menunjukkan sekali kalau ia tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan menimpa Baekhyun. Artinya, yeoja itu mencintai Baekhyun.
”Tenanglah, aku sudah terbiasa dengan ini. Bahkan ketika di Jepang aku selalu pulang dari balapan dengan selamat.” ujar Baekhyun membanggakan diri.
”Oppa, kumohon. Aku……….” Taeyeon menghentikan ucapannya. ”Aku tidak ingin sesuatu hal yang buruk menimpamu.” akhirnya Taeyeon melanjutkan ucapannya.
”Tenanglah Taeng. Oppa yakin, Oppa akan baik-baik saja.”
***
Taeyeon menutup telinganya ditengah-tengah penonton yang berteriak histeris. Apalagi teriakan para penonton sangatlah tidak terdengar merdu di telinganya.
Kadang yeoja itu juga memejamkan matanya rapat-rapat sambil meletakkan kedua tangannya di dada, ketika Baekhyun mengendarai motornya melewati tikungan tajam. Kemudian membuka matanya lebar-lebar dan menutup telinganya dengan jari-jari kecilnya guna menghindari gendang telinganya yang mungkin saja akan pecah ketika mendengar teriakan para penonton, saat Baekhyun sedang melewati jalanan yang lurus (?).
Sudah hampir 10 menit jantung Taeyeon yang terus berdebar kencang dan serasa ingin copot. Dan mungkin, sebentar lagi, jantung Taeyeon sudah tidak akan ada pada tempatnya (?) lagi.
”YE!!!” pekik sebagian penonton yang juga supporter dari Baekhyun.
”Omo, Baekkie Oppa menang?” tanya Taeyeon pada dirinya sendiri.
Taeyeon melompat-lompat layaknya anak kecil saat ini. Karena begitu banyak penonton yang menghalangi pandangannya. Yang dilakukan yeoja itu saat ini adalah guna melihat Baekhyun. Apa benar namja itu menang.
Namun, saat yeoja itu melompat-lompat, tali sepatunya ternyata lepas dan yeoja itu terjatuh. Parahnya, kakinya tak sengaja terinjak oleh para supporter yang berlari menuju arah Baekhyun.
”Ahh ah ah…” erang Taeyeon. Yeoja itu mengerang kesakitan di pasir tempatnya jatuh itu. Sementara itu semua supporter sedang mengangkat-angkat tubuh Baekhyun.
Saat Baekhyun melihat Taeyeon yang tengah tersungkur di jauh sana, Baekhyun berusaha turun dari umbulan (?) para supporter.
”Taeng, kau tak apa?” tanya Baekhyun panik. Namja itu berjongkok di hadapannya dan membersihkan pasir-pasir yang menempel di sekitar lukanya.
”Aniyo Oppa.. Sh, hanya sa..shh…ja, aku susah menggerakan kakiku.” desis Taeyeon.
”Ayo!” Baekhyun mengangkat tubuh kecil Taeyeon. Sementara itu Taeyeon terkejut.
***
Sesampainya di apartment Baekhyun, namja itu mengobati kaki Taeyeon yang luka akibat injakan para supporter.
”Ashhh sakit babo!” desis Taeyeon saat obat merah memoles (?) dagingnya yang terbuka (?).
”Mianhae.” kata Baekhyun sambil terus meneteskan obat merah itu di luka Taeyeon.
”Oppa…” panggil Taeyeon.
”Hnnn…”
”Apa kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama?” tanya Taeyeon. Sebetulnya, yeoja itu malu dengan pertanyaannya.
”Eum,” Baekhyun membalut luka Taeyeon dengan perban. Namja itu menatap dalam mata Taeyeon. ”Tentu saja.” lanjut Baekhyun.
”Oohhh…” Taeyeon memilih berkata demikian daripada dia terus bertanya tentang cinta pada pandangan pertama. Karena yeoja itu takut kalau-kalau nanti Baekhyun menyadari perasaannya.
Taeyeon mengedarkan pandangannya. Begitu banyak foto hasil jepretan Baekhyun yang dipasang disana.
”Bagaimana dengan pekerjaanmu Oppa?” tanya Taeyeon, masih terus melihat-lihat hasil foto Baekhyun.
”Bagaimana apanya?” tanya Baekhyun heran.
Taeyeon mengalihkan pandangannya pada Baekhyun. Wajahnya langsung merona saat ditemukannya Baekhyun duduk dekat disampingnya.
”Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti tomat sekarang?” tanya Baekhyun bercanda.
”Mwo? Apa maksudmu?” tanya Taeyeon meminta penjelasan.
”Hahaha maksudku. Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Kau seperti tomat tau!” Baekhyun tertawa.
”Aish! Apa maksudmu!” yeoja itu memukul perut Baekhyun.
”Ahhh! Sakit tau!” ujar Baekhyun.
”Biarin!” Taeyeon menjulurkan lidahnya kearah Baekhyun.
”Ya! Dasar kau ini!” Baekhyun menggelitik tubuh Taeyeon.
”Ahhh geli Oppa!”
”Hahaha rasakan!”
Karena Baekhyun terus menggelitik Taeyeon, tangan Taeyeon berusaha untuk membalas gelitikan Baekhyun. Hingga akhirnya, Baekhyun yang terlalu geli melepaskan gelitikkannya pada Taeyeon…
BRUK…
Tanpa disengaja dan tanpa direncana, tubuh Baekhyun menindih tubuh kecil Taeyeon. Untung saja mereka sedang ada di ranjang sekarang. O.o
”Oppa, badanmu berat.” komentar Taeyeon.
”Ah mianhae…” kata Baekhyun lalu cepat-cepat berdiri di samping ranjangnya. Taeyeon menarik nafasnya dan mendudukkan dirinya di ranjang Baekhyun.
”Nado. Nado mianhae Oppa.” ucap Taeyeon. Taeyeon berusaha berdiri walau kakinya masih sakit.
”Ya! Taeyeon-ah,” Baekhyun memegang tangan Taeyeon. Membantunya berdiri.
”Tak apa Oppa.”
Dengan terseok-seok, Taeyeon melangkahkan kakinya mendekati foto-foto pemandangan yang berhasil diabadikan Baekhyun.
Baekhyun mengikutinya dari belakang.
”Hasil fotomu bagus sekali Oppa.” puji Taeyeon.
”Kelihatannya kau sangat berbakat dalam bidang ini.”
Taeyeon membalikkan badannya setelah sesuatu ide terlintas di benaknya.
”Oppa, bolehkah aku mencoba memoto?” tanya Taeyeon. Berharap Baekhyun mau menurutinya.
”Buat apa?” tanya Baekhyun.
”Ayolah. Jebal!” pinta Taeyeon.
”Baiklah.” Baekhyun melangkahkan kakinya dengan cepat mendekati mejanya. Disitu terletak kamera Kodak yang biasa ia gunakan untuk memotret objek indah.
Taeyeon tersenyum. Dengan langkah terseok-seok, yeoja itu mendekati Baekhyun. Walau yang dirasakannya tiap langkah adalah rasa sakit di kakinya.
Sementara itu Baekhyun mulai mencoba-coba kameranya.
KCAK
KCAK
Baekhyun memotret Taeyeon yang sedang berjalan terseok ke arahnya. Beruntung Taeyeon sedang melihat kebawah.
Kurasa foto ini akan bagus jika dijadikan cover untuk majalah, batin Baekhyun. Seraya melihat 2 foto hasil jepretan diam-diamnya itu. Di foto itu tampak Taeyeon sedang berjalan kearahnya sambil memandang ke bawah. Tubuhnya tampak manis dibalutkan dengan sweeter besar warna abu-abu. Serta celana warna cokelat dan sepatu. Juga perban yang membalut luka di kaki kirinya.
”Mana Oppa!” Taeyeon meminta kamera yang dipegang Baekhyun.
”Ini.” kata Baekhyun sambil mengulurkan kameranya kepada Taeyeon.
”Gomawo!” kata Taeyeon. Hanya 4 detik saat Taeyeon memegang kamera itu, yeoja itu cemberut.
”Oppa, kenapa kacanya buram?” tanya Taeyeon.
”Mwo? Benarkah?” tanya Baekhyun. Baekhyun meraih kamera itu dan mengeceknya. Benar, kacanya agak buram.
”Kau sih! Kau salah memegangnya. Harusnya hati-hati.” ucap Baekhyun.
”Ah mianhae Oppa.”
”Gwenchana. Sebentar ya, aku akan mengambil pembersihnya dulu.” sebelum Baekhyun hendak pergi untuk mencari pembersih kacanya, Taeyeon menahannya.
”Biar aku saja yang mengambilkannya.” kata Taeyeon.
”Tidak usah. Aku saja. Lagipula kakimu masih sakit.”
Taeyeon cemberut. ”Ayolah.” bujuk Taeyeon.
”Lagipula kuletakkan pembersih itu di tempat yang tinggi. Kau pasti akan kesulitan mengambilnya.”
”Ya! Jadi kau pikir seberapa pendeknya aku?” tanya Taeyeon.
”Bukan begitu.”
”Lalu apa? Kalau kau seperti itu berarti kau menganggapku pendek. Yaya aku tahu. Aku memang pendek.” cibir Taeyeon.
”Aish! Baiklah!” akhirnya Baekhyun menyetujui bujukan Taeyeon.
Taeyeon tersenyum dan berkata, ”Terimakasih Oppa!”
***
Taeyeon mencari pembersihnya di ruang kerja Baekhyun.
”Dimana ya? Kata Baekhyun di dekat meja komputer.” gumam Taeyeon. ”Dan katanya dia meletakkannya di tempat yang tinggi?”
Taeyeon mendongakkan kepalanya. Matanya menangkap sebuah botol putih bertuliskan Lens Cleaner.
”Ah pasti yang itu!” gumam Taeyeon.
”Tinggi sekali! Kalau aku menaiki meja komputer, itu tidak mungkin. Jaraknya lumayan jauh walau aku menaiki meja komputernya. Bisa-bisa nanti aku jatuh.” gumam Taeyeon. Yeoja itu memikirkan cara agar bisa mengambil pembersih itu.
Akhirnya, Taeyeon memutuskan mengambil pembersih itu dengan berjinjit. Tapi tetap saja sia-sia, walau yeoja itu berjinjit, pasti yeoja itu tidak akan bisa mengambilnya.
”Aish! Susah sekali.” gerutu Taeyeon.
Taeyeon berusaha sekali lagi. Kali ini, yeoja itu berjinjit dengan berdiri di tumpukan beberapa buku paket.
”Ya sebentar lagi! Sebentar lagi!”
Hampir. Dan Taeyeon sudah bisa menyentuh botol itu. Dengan jari-jarinya, Taeyeon berusaha meraihnya namun….
Botol pembersih itu terjatuh. Celakanya, botol pembersih itu tidak tertutup. Hingga isinya tumpah. Lebih celaka lagi, isi pembersih itu tumpah. Mengenai wajah Taeyeon.
Oh tidak! Itu bahan keras!
Taeyeon memegang matanya yang sakit. Ya itulah yang dirasakan Taeyeon. Sakit pada matanya. Yeoja itu terpeleset.
”OPPA!!” teriak Taeyeon.
Baekhyun yang mendengarnya langsung berlari ke ruang kerjanya. Betapa terkejutnya namja itu mendapati Taeyeon saat ini.
***
Dengan beberapa suster, Baekhyun ikut mendorong ranjang dorong yang sedang ditempati Taeyeon saat ini.
”Taeyeon! Kumohon. Bertahanlah.” kata Baekhyun. Namja itu, sudah menitihkan matanya sedari tadi.
***
”BODOH! KAU BODOH BYUN BAEKHYUN! KENAPA KAU TETAP MEMBIARKAN TAEYEON MENGAMBIL PEMBERSIH KACAMU! KENAPA? KAU BABO BAEKHYUN! KAU BABO!” Baekhyun merutuki dirinya di apartmentnya saat ini.
Namja itu sangat terpukul. Lebih terpukul lagi saat namja itu mengetahui… Bahwa saat ini, Taeyeon tidak bisa menggunakan matanya.
BUTA.
***
Sudah 1 minggu sejak kejadian yang membuat Taeyeon harus segera membutuhkan donor mata.
Baekhyun takut mengunjungi Taeyeon.
Baekhyun merasa bersalah akan Taeyeon saat ini.
”Siwon Uisa…” Baekhyun berbicara dengan seseorang di telepon. Dia Siwon. Dokter yang menangani Taeyeon.
”Apakah Taeyeon sudah mendapatkan pendonor?”
Baekhyun menitihkan air matanya.
”Baiklah. Saya akan segera kesana.”
***
Baekhyun melangkahkan kakinya ke taman. Dimana sekarang dia menemukan Taeyeon. Dengan tongkatnya sedang memandang kosong ke arah depan. Pandangannya tidak jelas karena matanya sudah tidak bisa berfungsi lagi.
Baekhyun ingin menangis.
”Maafkan aku Kim Taeyeon.” gumam Baekhyun.
***
Dokter itu, Siwon Uisa memasuki kamar inap Taeyeon.
”Nona Taeyeon.” panggil Siwon Uisa.
”Ne. Uisa.”
”Kau sudah mendapatkan pendonor mata.”
”Ne? Jeongmal?”
”Ne aku bersungguh-sungguh.”
”Kamsahamnidah Tuhan. Eum, kalau boleh saya tahu, siapa yang mendonorkan matanya untukku?” pertanyaan Taeyeon dijawab lama oleh Siwon.
Siwon sendiri beku di dekatnya. Namja itu teringat dengan perkataan namja yang mendonorkan matanya untuk pasiennya itu.
”Kumohon Siwon Uisa. Jangan katakan pada Taeyeon kalau saya yang mendonorkan matanya.”
”Eum, hanya seorang namja yang dengan berbaik hati mendonorkan matanya untukmu.” jawab Siwon Uisa.
***
”Chanyeol-ah…” panggil Baekhyun kepada Chanyeol, sahabatnya.
”Kau yakin dengan keputusanmu Baekki?” tanya Chanyeol.
”Ne. Aku yakin.”
”berarti, kau sudah tidak bekerja sebagai photograper lagi?”
”Ne.”
”Oiya, Yeol-ah, ini.” Baekhyun menyodorkan satu berkas. Dimana disana terdapat dua foto seorang yeoja. Yeoja yang membuat hati namja itu berdebar. Kim Taeyeon.
”Jadikan salah satu foto ini sebagai sampul untuk majalah edisi selanjutnya. Dan ini.” Baekhyun menyodorkan sejilid hvs kepada Chanyeol.
”Ini artikelku. Kumohon, muatlah artikel ini di majalah. Setelah itu, berikan majalah ini kepada Kim Taeyeon.”
***
Kedua insan itu berbaring di ranjang yang bersampingan.
Efek bius Taeyeon sudah bekerja. Yeoja itu sudah kehilangan kesadarannya. Sementara itu, Baekhyun masih sadar. Namja itu memegang tangan Taeyeon sebelum akhirnya para suster menarik ranjangnya menjauh dari ranjang Taeyeon.
Baekhyun menitihkan air matanya. Ia yakin keputusannya benar. Ia yakin inilah yang akan membuat Taeyeon bahagia. Ia yakin inilah yang bisa menebus kesalahannya. Ia hanya ingin, Taeyeon bisa melihat kembali.
***
Keduanya berpapasan di lorong rumah sakit. Sayangnya, keduanya tidak menyadarinya. Mereka hanya lewat dalam mata yang diperban.
***
Siwon Uisa melepas perban yang menutupi mata Taeyeon itu. Perlahan sekali. Hingga akhirnya perban itu terlepas dari mata Taeyeon. Taeyeon mengikuti instruksi Siwon Uisa : membuka matanya dengan perlahan.
***
”Baekhyun Oppa!” berkali-kali, Taeyeon memanggil Baekhyun dan mengetuk pintu apartmentnya. Namun nihil tak ada jawaban sama sekali.
”Taeyeon-ssi!” panggil suara berat.
Taeyeon menolehkan kepalanya untuk mencari siapa yang memanggilnya. Pencariannya berhenti saat yeoja itu melihat namja tinggi berjalan kearahnya. Park Chanyeol, dia sahabat Baekhyun, setahu Taeyeon.
”Chanyeol-ssi.”
”Ini…” Chanyeol menyodorkan sebuah majalah kepada Taeyeon.
”Baekhyun yang menyuruhku memberikannya padamu.” ujar Chanyeol.
Taeyeon terkejut mendapati sampul majalah itu adalah foto dirinya. Tapi, sejak kapan ini diambil?
***
Taeyeon melangkahkan kakinya gontai di taman. Bulan ini sudah memasuki awal musim salju.
Taeyeon duduk di salah satu kursi di taman. Yeoja itu merapatkan jaketnya. Guna, menahan hawa dingin yang menerpanya.
Taeyeon membuka lembar demi lembar majalah bersampul dirinya itu. Tangannya berhenti membuka lembaran berikutnya saat yeoja itu menemukan artikel berjudul ”Apakah kau percaya cinta pada pandangan pertama?”
Disampingnya, terdapat foto Baekhyun dan Taeyeon yang menjadi background halaman itu.
Taeyeon membacanya.
”Cinta pada pandangan pertama? Awalnya aku menganggapnya hanya sebuah cerita di televisi. Namun, suatu hari saat aku mengalami cinta itu. Aku percaya bahwa peristiwa yang hanya kuanggap cerita bohong itu menjadi kenyataan. Aku bertemu dengan seorang yeoja. Dia adalah karyawam di salon. Aku jatuh cinta dengannya sejak pandangan pertama. Sejak perkenalan kami, kami menjadi semakin dekat. Aku menyadari sikapnya yang selalu mengkhawatirkanku. Dia melarangku mengikuti balap motor. Tapi aku berjanji akan pulang dengan selamat. Dan saat aku menang, aku mendapati yeoja itu mengerang kesakitan sambil memegangi kakinya yang sakit. Aku langsung membawanya ke apartementku. Dan saat itulah, dia bertanya padaku ”Apa kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama?” Ya aku percaya. Karena aku sendiri sudah mengalaminya. Mulai saat itu, aku ingin melindunginya. Tidak akan kubiarkan apapun menyakitinya. Bahkan tidak akan kubiarkan sebutir debu memasuki matanya dan membuatnya kelilipan. Namun, janjiku itu sirna saat kudapati yeoja itu mengalami kecelakaan kedua pada hari itu. Kecelakaan yang membuatnya harus segera mendapatkan donor mata. Tak ada yang mendonorkan mata untuknya. Hingga kuputuskan, untuk mendonorkan mataku untuknya…” Taeyeon berhenti membaca. Yeoja itu sudah berhujankan air mata.
Taeyeon menutup kembali halaman itu. Yeoja itu menangis sejadi-jadinya disana.
”Agassi. Kenapa kau menangis?” tanya seorang namja.
Taeyeon menengadahkan kepalanya. Melihat siapa yang sedang bertanya kepadanya.
Baekhyun? Namja itu menggunakan tongkat?
”Agassi?” tanya Baekhyun sekali lagi.
”Siapa yang membuatmu menangis?” tanya Baekhyun.
”Kau.” jawab Taeyeon.
”Maksud Agassi?” tanya Baekhyun.
Sungguh, mungkin Baekhyun tidak menyadari yang didepannya saat ini adalah Taeyeon.
”Oppa!” Taeyeon menghambur langsung memeluk Baekhyun.
”Taeyeon-ah?” tanya Baekhyun.
Dostları ilə paylaş: |