“Fly to England” seluruh burung itu menghilang, dan akupun menghilang, seiring rontoknya bulu merpati.
~*SangKyung PoV*~
“Ayah bilang aku tidak boleh menceritakan ini pada siapapun, kenapa ayah malah menyuruhku cerita pada Kai?” gerutuku di telpon. Ayahku yang sekarang berada di Paris ini memang aneh.
“tak apa ‘kan?” ucapnya santai. “lagipula, dia orang yang baik. Aku yakin dia tak akan membeberkan berita ini pada siapapun….”
“iya sih….”
“Eh iya…. Sekali-sekali, cubit pipinya….”
“Kenapa?” Aku terkejut. Menyuruhku mencubit pipinya? Apa itu tak aneh?
“kau tahu, The Phantom Thief itu bisa menyamar jadi siapapun kan? Aku takut, dia malah menyamar menjadi Kai, dan malah menculikmu dari pelukan Kai….”
“Ayah ini bilang apa?” bentakku. Ayah sering sekali membuatku tersipu malu. Dan semua berkaitan dengan Kai a.k.a Kim Jong In.
“Hahaha!! Sepertinya ayah sudah berhasil membuat anak ayah malu….”
“Sudahlah….” Aku berusaha mengalihkan perhatian. “Lalu, apakah The Phantom Thief sudah terpancing?”
“Hahaha…. Putriku mengalihkan pembicaraan….”
“Ayah!!!!!”
“Iya iya….” Ayahku tertawa. Puas sekali. “sudah…. Sudah…. Dia sekarang tengah mencari patung Victoria, lalu mengembalikan Sapphire Blue itu ke genggaman patung itu.”
“Sebenarnya dia baik ya yah? Aku merasa bersalah telah salah sangka padanya….”
“titipkan saja rasa maafmu pada Kai. Dia bilang, dia temannya kan?”
“i~”
Ting Tong!!!
“SangKyung…. Ini aku Kai….”
“sudah ya ‘yah? Ada tamu….” Ucapku mendengar suara barusan.
“iya…. Tak baik mengacuhkan Kai….”
“Ayah!!!!”
CKLEK!!
Ayah menutup telponnya.
Aku segera membuka pintu ruang tamu.
“Masuklah….” Ucapku padanya sambil tersenyum.
Ia masuk. Entah mengapa, senyumnya tidak menghiasi wajahnya. Ia malah terlihat gugup.
“Kau kenapa?”
Sekarang, ia baru tersenyum. Walau tersenyum tipis.
“tak apa….” Jawabnya singkat.
Eh, iya. Aku teringatkan kata-kata ayah.
“kau tahu, The Phantom Thief itu bisa menyamar jadi siapapun kan? Aku takut, dia malah menyamar menjadi Kai, dan malah menculikmu dari pelukan Kai….”
Aku segera mencubit pipinya. Mungkin dia gugup karena berhasil menyamar menjadi Kai dan harus berhadapan denganku, orang yang belum pernah ia temui.
“AAAA!!!!” ia berteriak sangat kencang. Ah, iya. Powernya memang kuat kan? Saat bernyanyi juga langsung terdengar.
“kenapa kau mencubitku?” ia membentakku sambil mengelus pipinya yang baru kucubit.
“Maaf….” Ucapku sambil tersenyum kecut padanya. “Ayahku bilang, aku harus waspada. Bisa saja Th Phantom Thief menyamar menjadi kau dan akhirnya menculikku….”
~*Kai PoV*~
Orang tua itu!! Sialan!! Dia kan sudah tahu, aku adalah phanthom Thief? Mana mungkin diriku sendiri menyamar menjadi aku?? Bodoh!!
“Jadi, kau bermaksud membuka topeng dari Phantom Thief?” tebakku. Ia mengangguk.
“Sakit?”
“Tentu saja!!”
“Maaf….” Aku hanya mengangguk pelan. Dasar.
“Aku…. Ingin bilang….”
Ia menatapku lekat.
“Begini, kalau misalkan aku bilang, aku adalah Phantom Thief, bagaimana reaksimu?”
“Hahaha…. Jangan bodoh!!” ia tertawa lepas. Sialan!! Malah mengataiku bodoh pula.
“Kenapa?”
“Kau itu cool, sementara Phantom Thief itu ‘sok’ cool…. Kalian itu beda….”
“Hey…. Yang membangun kesan ‘sok’ cool itu kan dirimu sendiri, yang membenci Phantom Thief…. Bukan karena Phantom Thief itu ‘sok’ cool….”
“Iya sih….” Kali ini, dia berhasil menangkap keseriusan di wajahku. “Jadi benar, kau Phantom Thief?”
Aku mengangguk pelan.
“kenapa kau tidak mau mengakuinya?”
“aku tahu rasa bencimu pada Phantom Thief, mana mungkin aku mengakui hal itu dan membuatmu menjauh dariku?”
Ia masih tak percaya. Aku benar-benar Jengkel.
“Kalau tak percaya, tanya saja ayahmu….”
“tapi, kenapa ayah bilang~”
Aku tahu maksudnya. “dia memancingku untuk membuat pengakuan padamu. Supaya saat bertemu kau tak mencubit pipiku lagi….”
“Hahaha….”
Kali ini kubiarkan ia tertawa diatas penderitaanku. Pipinya sampai merah, memegangi perutnya, dan disela-sela tawanya ia berkata, “aduh…. Aduh….”
Dia benar-benar tertawa mendengar ucapanku tadi, dan mungkin melihat wajahku yang sekarang memerah karena menahan rasa malu.
Tak lama kemudian, ia berhenti tertawa.
“Puas?” tanyaku.
Ia mengangguk. Masih ada sisa-sisa tawa dibibirnya itu.
“Aku minta maaf….” Ucapnya kemudian.
“Karena telah menertawakanku?”
“Bukan….” Sergahnya. “karena aku sudah salah paham atas apa yang kau lakukan selama ini….”
Aku tersenyum. “baguslah, akhirnya kau mengerti….”
Ia mengangguk.
“Ehm….” Aku berdehem. “Hari ini, aku mengakui itu semua, supaya aku bisa mengatakan ini dengan tenang….”
“mengatakan….” Ia terlihat gugup saat aku menggenggam kedua tangannya dan menatap matanya sedalam mungkin. “apa?”
“Bahwa aku mencintaimu….” Ucapku lugas. “begini, aku sudah lama ingin mengatakannya. Tapi, karena kau belum tahu jati diriku yang sebenarnya, aku mengurungkan niatku. Apalagi, kau terus-terusan menyalahkan Phantom Thief, tanpa tahu yang sebenarnya.”
Ia terpaku menatapku, setelah mendengar penuturanku tadi.
“berkali-kali, aku berusaha meyakinkanmu, bahwa Phantom Thief melakukan semuanya dem sebuah kebenaran, tapi kau malah membantahnya dengan segudang argumentasi….”
Aku menghela nafas. “Dan, akhirnya, hari ini datang juga. Hari dimana kau tahu yang sebenarnya tentang Phantom Thief, membuat aku merasa tenang untuk mengakui kenyataan bahwa akulah Phantom Thief. Kau sudah tahu jati diriku yang sebenarnya….”
“Lalu?”
“Kau mau, menjadi kekasihku?”
Lama-kelamaan, tersungging senyuman yang indah di bibirnya, lalu bibir itu bergerak, “ya…. The Truth Prince”
~*END*~
[EXO in Love] Suho – Save You
Save You
Author : Sasphire
Main cast : Kim Joon Myun EXO, Jung Eun Ja (OC)
Ratting : Teen, General
Genre : Romance
Length : Oneshoot
Contact : FB | Twitter | Wallpaper Gallery
BaekYoung | HunRin | NaYeol | JoonJa
~*Suho PoV*~
“Enak ya…. Baekhyun, Sehun, ChanYeol…” desis KyungSoo yang saat itu tengah bermain catur denganku, di waktu senggangnya.
“Kenapa mereka?” Aku masih fokus dengan permainanku.
“Punya pacar… sementara kita?” terdengar helaan nafasnya. Aku hanya tersenyum tipis.
“Skak mate!!” ucapku sambil mengambil pion kudanya.
“Ah… kau curang Hyung!! Bermain saat aku lengah!!”
“Aku tidak curang.. aku hanya memanfaatkan kesempatan yang ada…” ucapku santai.
“Tapi…” ia melangkahkan pionnya lagi. “Hyung sudah punya calon pacar ‘kan?”
“Tidak….” Ucapku cuek.
“Lalu…. Bagaimana dengan Eun Ja?”
Kali ini, aku menatapnya. Aku yang akan menjalankan kudaku jadi tak berminat lagi bermain catur setelah mendengar desakannya. Aku melemparkan pion kudaku ke papan permainan dan berdiri meninggalkannya.
“Hey… Hyung… aku ‘kan hanya bertanya…. Kalau tak mau menjawab ya tak apa… “
Aku berjalan keluar rumah, lalu duduk di tangga teras, tak menggubris kata-kata KyungSoo.
Aku malah jadi kepikiran Eun Ja. Dia pernah bilang kalau dia menyukaiku. Aku senang dia bilang begitu, karena akupun menyukainya. Tapi dia tidak boleh menjadi kekasihku.
Dia bisa celaka.
~***~
“Hyung…” Sehun menghampiriku yang tengah membaca buku sambil tiduran di kamarku.
“Apa?”
“Ada yang mencarimu…”
Aku melangkah gontai keluar kamarku sambil membawa bukuku. Aku keluar ke teras, dan…
“JoonMyun…”
Gadis ini. Sudah kubilang jangan mendekati aku lagi.
“Apa?”
“hari ini ulang tahunmu kan?” ucapnya. “Selamat ulang tahun…”
Aku mengangguk. “terimakasih kau mengingatnya… sekarang pulanglah…”
Aku membalikkan tubuhku dan bergegas masuk ke rumah. Sebenarnya, aku tak tega harus melakukan sikap yang kasar seperti ini padanya. Tapi dia memang harus jauh dariku. Dia tak boleh menjadi kekasihku. Dia benar-benar bisa mati kalau jadi pacarku.
“Joon Myun…” Panggilnya lagi. Tiba-tiba, ia berlari menghampiriku dan memelukku dari belakang.
“Hey… apa-apaan ini??!!” aku membentaknya. “lepaskan!!”
Ia malah semakin memelukku erat. Bahkan ia sengaja memegang dadaku.
“Hey!!!!” Aku membentaknya lagi.
“Jantungmu berdetak sangat kencang…” ucapnya lirih. “Kau pasti mencintaiku ‘kan? Kalau kau tidak mencintaiku… mana mungkin jantungmu berdetak cepat saat ku peluk?”
Aku melepaskan buku di tangan kananku, lalu dengan sekuat tenaga melepaskan tangannya dari pelukannya. Aku segera membalikkan tubuhku dan menatapnya tajam.
“Dari pandangan matamu padaku… aku juga tahu kalau perasaan yang ada di hatimu untukku itu adalah cinta….”
“HAAHH!!!” Aku berteriak sekuat tenaga, menatapnya penuh amarah. Dia sudah mengaduk-aduk perasaanku saat ini. “Ya!! Benar!! Aku mencintaimu!! Dan aku senang ketika kau bilang kau cinta aku!! Puas??!!”
Ia tersenyum puas. “Ya….”
“tapi aku tak mau menjadi kekasihmu!! Dan aku tak mau kau terus berada di sisiku!!”
Ia terlihat terkejut.
“Kau sudah paham?” bentakku lagi. “sekarang, pergi dari sini!!”
“Kenapa?? Kenapa tidak boleh??” ucapnya. Air matanya sudah menggenangi matanya yang bening. Tinggal menunggu waktu untuk air itu mengalir di pipinya. “Apa karena aku tidak cantik?”
“Bukan!!”
“Aku tidak sempurna?”
“Bukan!!”
“Aku tak baik untukmu??”
“Bukan, Bukan dan bukan!!”
“lalu apa?”
“kau tak perlu tahu!!” nafasku tersengal-sengal. Sungguh, aku ingin memeluknya saat melihatnya menangis seperti itu. Tapi aku benar-benar tak mau ia ada di sampingku.
Aku bergegas membalikkan badanku, mengambil bukuku yang jatuh, lalu memasuki rumah dan membanting pintu dengan keras.
“Hyung…” ucap Sehun yang menatapku nanar.
“Wae?” aku membentaknya. “Mau membelanya lagi?? Ada urusan apa kau dengannya?”
“Bukannya begitu.. tapi~”
“Ini bukan urusanmu, jadi jangan ikut campur!!” Aku kembali membanting pintu kamarku dengan keras.
~*Eun Ja PoV*~
Aku tak tahu, kenapa dia bisa kasar seperti itu. Padahal aku tahu pasti kalau dia menyukaiku. Dari cara menatapku, cara ia memperlakukanku dengan baik, sebelum aku mengungkapkan perasaanku, semuanya terasa indah.
Aku harus mencari tahu alasannya.
Untungnya, aku tahu apa hobinya. Apa yang ia lakukan saat ia sedang marah, dan apa yang ia lakukan untuk menenangkan dirinya.
Mengendarai motor super blackbird-nya, di tengah malam.
Aku tadi hanya memancingnya untuk marah, supaya ia bisa melakukan hobinya itu. Aku ingin membuntutinya dengan motor Honda-ku. Ya, memang tak sehebat motor yang di miliki Joon Myun. Tapi aku yakin, kalau hanya sekedar membuntuti, tak masalah.
Aku sudah menunggunya di gerbang. Aku memakai helm dan jaket kulit warna hitam. Ia tak akan mengenaliku.
Benar dugaanku. Ia sekarang pergi dari rumahnya. Entah kemana.
Aku terus membuntutinya. Sial!! Semakin jauh!! Kemampuannya memang tak tertandingi sih. Aku tahu itu.
Ah… dia belok ke sebuah gedung. Untunglah, berarti dia berhenti di sana. Akupun belok ke pekarangan gedung itu. Ku lihat, ia tengah parkir tepat di depan pintu gerbang. Aku memilih untuk memarkir motorku di samping mobil yang agak jauh dari tempatnya parkir. Bahaya kalau sampai ketahuan.
~*Suho PoV*~
“duduklah….”
Mr. Choi menyuruhku duduk di depannya, di ruang pribadinya sebagai direktur perusahaan itu.
“bagaimana?” Ucapnya.
Aku hanya duduk diam, menatap matanya sedalam mungkin.
Dia musuh ayahku. Perusahaannya bisa di bilang sukses di bidang farmatika, dan ayahku adalah seorang pesaingnya. Ayahku berusaha bersaing dengan Mr.Choi dengan cara sehat, karena prinsipnya yang kuat sebagai seorang polisi.
Ayahku seorang pengusaha farmatika, sekaligus polisi.
Dan ternyata, Mr.Choi melakukan penyelundupan obat-obatan terlarang di perusahaanya, dan ayahku berhasil menguaknya, hingga akhirnya perusahaannya rugi besar dan ditutup.
Seluruh karyawannya berhasil di bekuk, namun ada beberapa karyawan yang berhasil melarikan diri, termasuk Mr.Choi. Mereka menggunakan identitas baru sekarang.
“Apa kau setuju dengan tawaran kami?” ucapnya lagi.
Dia memberikan penawaran padaku, apakah aku mau menjadi driver perusahaannya yang istimewa. Katanya, di setiap tugas aku akan di bayar dengan gaji yang besar, 5 kali lipat dari gaji yang diberikan ayahku untukku, saat aku menjadi driver perusahaan ayahku.
Aku hanya tersenyum sinis. “Bodoh!!”
“Apa?” dahinya berkerut. Wajahnya yang penuh kesinisan tadi mendadak berubah.
“Mana mungkin aku mengkhianati ayahku sendiri, hanya demi penjahat kelas teri sepertimu??”
“Apa??”
Aku menyeringai. “Bye…”
Aku berdiri membalikkan tubuhku.
“Kurang ajar!!”
DORRR!!!
Aku berhasil melumpuhkannya dengan pistol yang dibekalkan ayahku untuknya. Aku hanya menembak lengan kanannya yang hendak menembakku saat aku membalikkan tubuhku tadi. Aku bisa merasakannya, maka dari itu, dengan cepat kubalikkan tubuhku dan menembaknya, lalu memasukkan lagi pistolku ke saku jaketku.
Aku berjalan menghampirinya. Ia tengah merintih kesakitan karena timah panas yang menembus tangan lengan kanannya. Ku ambil pistol yang ada di tangan kanannya.
“Tsk…” aku berdecak. “Warga sipil tidak boleh memilik senjata api….” Aku tersenyum padanya. “Kau tak punya surat izin memilikinya ‘kan? Kalau punya, bisa perlihatkan padaku?”
“Brengsek!!” ucapnya.
“Aku anggap itu jawaban yang berarti ‘tidak mempunyai’,” Aku berdiri. “Kalau begitu, ku sita ya?”
Aku melangkah santai sambil memutar-mutarkan pistol yang baru saja ku sita, lalu memasukkannya ke saku jaket kulitku.
Aku berjalan keluar menghampiri motorku yang telah terparkir rapi. Aku memakai helm.
Keselamatan adalah yang utama.
Sekarang, tahu ‘kan, apa alasannya Eun Ja tak boleh menjadi kekasihku?
Selain jadi penyanyi, aku adalah asisten polisi. Oh, lebih tepatnya agen rahasia. Kalau saja yang kami tangkap semuanya adalah orang yang berhati baik, maka kami aman.
Tapi jika mereka adalah orang pendendam? Suatu saat, mereka akan mengincar nyawa kami. Dan aku tak mau Eun Ja terluka karena menjadi kekasihku.
“AAAAA!!!!”
Aku berhenti sejenak, tak jauh dari gedung itu setelah aku meninggalkan gedung itu. Itu tadi teriakan wanita??
Ah, bukan. Mungkin seseorang ketakutan karena melihat ada hantu.
Tapi…
Perasaanku tak enak.
~*Eun Ja PoV*~
Mulutku sudah dibekap. Tanganku juga sudah diikatkan ke belakang. Mereka mengetahuiku yang bersembunyi di belakang mobil.
“Dasar… polisi itu mengirimkan mata-mata untuk kita…” Ucap salah satu pria bertubuk kekar itu.
“Ya…”
“Aku bukan mata-mata….” Batinku dalam hati. “Ayah… Ibu… maaf… gara-gara menguntit orang… aku jadi celaka…”
“Sekarang tinggal menghabisi JoonMyun… setelah menghabisinya… kita habisi gadis mata-mata ini…”
Apa? Ya Tuhan!!! Aku tak mau!!
“Tapi… dia terlalu cantik.. kasihan kalau di bunuh begitu saja….”
“bodoh…. Kalau kita bermain-main, Mr.Choi bisa marah…..”
JoonMyun bodoh!! Tuli!! Masa’ dia tak dengar teriakanku tadi??!!
BRRMM!!!!
Eh, JoonMyun??
“Hah??!! Kenapa dia kembali?” kulihat 2 kecoa itu kepanikan melihat JoonMyun yang dengan gagahnya mengendarai super blackbirdnya. “Apa dia menyadari perangkap kita di jalan?”
“jangan diam saja!! Langsung tembak!!”
DORR!!
Hebat!! Dia langsung sigap menunduk. Ia menginjak gas, dan langsung menabrakkan motornya ke orang yang menenbaknya tadi hingga terpelanting.
“Dasar cecurut!!” Seseorang yang belum tumbang bergegas menembaknya. Belum sempat ia melakukannya, JoonMyun melakukan Jackknife turn1)!! Roda belakangnya mengenai wajah orang tersebut. Semuanya telah tumbang. Ia pun melepaskan helmnya, dan bergegas mengikat mereka dengan tali yang ia ambil dari bagasi motornya.
Eh?
Kenapa dia membawa tali di motornya.
“Dasar pengganggu!!” gerutunya sambil mengikat kuat sekelompok orang itu. “merugikan!!”
Ia lalu menghampiriku dan melepas ikatan di tanganku, dan kain yang membekap mulutku.
“Kau tak….”
Ia terkejut melihatku. “Eun Ja?”
“Aku takut….” Aku menangis, lalu menggenggam erat jaketnya. “Gara-gara kau…. Semua gara-gara kau….”
~*Suho PoV*~
“jadi begitu….” Ucapnya, setelah mendengar penuturanku tentang ayahku, dan penuturan tentang kejadian-kejadian yang sudah kami –aku dan ayah—lakukan untuk membereskan mereka.
Aku mengangguk. “Makanya…. Jangan jadi kekasihku…. Kalau kau jadi kekasihku…. Semua akan berakhir buruk….”
Ia menatapku. Aku memandang kearah lain, menghindari kilatan matanya yang sejuk. “Aku tak mau kehilangan wanita yang kucintali lagi…. Seperti aku kehilangan ibuku karena kelalaianku sendiri….”
“Baiklah….” Aku berdiri. “Sepertinya mereka sudah tahu kalau aku kembali…. Sudah terdengar kan, gerombolan mobil yang kesini?”
“Iya…. Tapi bagaimana ini?” ucapnya panik. “tak ada jalan lain…. Kita benar-benar akan terperangkap disini….”
Aku melhat sekitarku. Oh, bagus sekali. Di bawah sana ada hutan.
Aku berjalan menghampiri Eun Ja, lalu memakaikan helm-ku padanya. “Karena kau sudah terlanjur masuk dalam kasus ini, maka aku akan menjagamu.”
“Eh?”
“Kita tidak boleh mati begitu saja disini…. Untuk apa kita dilahirkan kalau kita harus mati dibawah kejahatan?”
Aku menghampiri motorku, dan menyuruhnya menaiki motorku.
“bagaimana dengan motorku?” ucapnya.
“pegangan yang erat…. Rapatkan kakimu….” Ucapku, tak menghiraukan ucapannya.
“K..kita… mau…. Kemana?”
“Kalau tak ada jalan…. Maka kita ambil jalan keluar yang bukan jalan…..”
“Aaaaa!!!”
Dasar cewek! Kalau takut selalu teriak!! Ia berteriak saat aku melaju ke hutan yang ada di bawah gedung.
“Ini kan motor on road?? Kok kamu bawa ke jalanan yang seperti ini sih?” ucapnya ketakutan. Aku tersenyum.
“mudah kalau kita tahu triknya….” Aku menjelaskan. “kalau pakai tenaga putaran kecepatan rendah dengan lancar dan memperhatikan Miu2)…. Ini tidak sulit…. Aku sering melakukannya….”
“Oh… jalan rayanya kelihatan, Eun Ja….” Aku tersenyum kegirangan. “Lucky….”
Aku berbicara lagi, “pegangan lebih erat lagi, kita akan terbang….” Aku masih kegirangan. Hobiku memang trial bike.
“Ah!!” ia berteriak lagi.
Yak!! Mendarat dengan sempurna di jalan raya. Selamat, selamat.
“Horeeee…. Kita sudah lepas dari mulut singa….” Aku menoleh ke Eun Ja. “Kau tak apa kan?”
“aku? Jelas apa-apa….” Jawabnya, masih berpegangan erat pada tubuhku. “rasa-rasanya umurku makin pendek….”
“Hahahaha….”
“Malah tertawa!!”
“Lho… aku ‘kan sudah sering bilang, jangan dekati aku…. Kau saja yang terlalu memaksa, dan akhirnya jadi begini….”
“Iya sih….” Ucapnya. “Sepertinya, aku yang terlalu memaksakan diri….”
Aku hanya tersenyum. Namun senyum itu hilang seketika saat akan melewati jembatan.
Di jembatan itu sudah banyak gerombolan Mr. Choi yang akan menjebak kami.
Ya, kami harus memasuki mulut buaya.
Aku melihat mereka dengan seksama. Benar-benar tak ada celah. Bahkan mereka sudah menyediakan 2 orang yang juga memakai motor besar sepertiku.
“apa kita akan mati di sini?” ucap Eun Ja lemas.
Dibawah ada tebing curam sekitar 30 Meter. Aku memang suka yang menantang adrenalin, tapi aku tak mau mengorbankan diriku sendiri hanya untuk lari.
Eh, ada.
Masih ada jalan.
Tiang jembatan besi.
“Kita masih bisa kabur kok….” Aku menoleh sambil tersenyum ke Eun Ja.
“Kabur lewat mana? Di belakang sudah banyak yang mengejar kita….”
“Lewat depan….” Ucapku santai. Akupun melakukan max turn3).
Yak, segini cukup…. Batinku, setelah memutarkan sepedaku kurang lebih 10 kali.
“Tutup matamu dengan erat, pegangan yang kuat, dan rapatkan kakimu….” Ucapku pada Eun Ja.
“Kenapa?”
“Kalau kau teriak…. Bagaimana jadinya nanti??” aku menghela nafas. “Kau mengerti?”
Aku merasakan anggukannya. Baik.
“Ayo… Super Blackbird….” Batinku. “Tunjukkan kemampuanmu!!!”
Aku mengendarai motorku dengan cepat, bergerak keluar jembatan.
“Mau kemana dia??” ucap salah satu dari mereka yang sudah berusaha menembakku.
“Mana mungkin ke bawah?? Ada tebing yang curam di bawah sana!!”
Mereka salah sangka.
Aku mengendarai motor itu ke tiang jembatan.
Aku melakukan max turn hanya untuk memanaskan roda sepedaku, demi memperkuat daya cengkeram roda saat melewati jembatan.
“AAAAA!!!!”
“Bodoh!! Jangan malah teriak ketakutan!!” bentakku. Nakal sekali gadis ini.
“jatuhkan dia ke jurang!!” teriak Mr. Choi yang lengan kanannya di perban. Padahal dalam keadaan lemah, masih berani-beraninya memimpin penyerangan. Keras kepala.
Anak buahnya langsung menembaki kami. Untungnya, meleset semua. Tsk!! Mereka bukan tandingan calon polisi seperti aku!! Mereka terlalu meremehkanku.
Untungnya, sekarang saatnya turun dari jembatan. Aku segera mempercepat motorku. Para kawanan motor yang kulihat tadi sudah mengejarku.
Sekarang, saatnya memperlihatkan kemampuanku yang lain. Ngebut.
Aku melakukannya sama persis dengan Casey Stoner. Menikungnya kecepatan, dan menggesekkan lututku ke aspal. Untung aku sudah memakai pengaman tadi, kecuali helm.
Tapi, sial!! Tak bisa secepat biasa. Terlalu berat.
Oh iya, kan aku membonceng Eun Ja, jadi berat. Mana sekawanan itu berhasil menyusul.
“kita harus gimana??” tanya Eun Ja.
Aku juga masih berpikir. Ah, pemukiman warga yang tingginya lebih rendah dari jalanan sudah terlihat. Berarti sekarang, saatnya untuk terbang lagi.
“Rapatkan kakimu….”
“Kau sudah sering bilang gitu….”
“Ah…. Iya…. Maaf….” Aku tersenyum gembira. “Saatnya terbang…..”
Aku melandaskan rodaku tepat diatas atap rumah para penduduk, lalu meloncat setinggi mungkin dan mendarat ke tanah. Wah, padahal rumah tadi cukup tinggi, tapi masih bisa mendarat ke tanah dengan selamat.
“Wah…. Victory…. Victory….” Ucapku gembira.
Aku melihat pemilik rumah yang sedang menyapu halaman. Wah, sudah pagi. Aku lihat matahari yang terbit. Indah.
“Hey…. Eun Ja…. Lihat matahari terbit itu….”
“Ah…. i…. iya….” Ia menempelkan kepalanya yang masih memakai helm-ku. Aku merasakan nafasnya yang tersengal-sengal. “Menegangkan….”
“Makanya…. Lain kali….”
“Lain kali ajak aku lagi ya….”
“Hah??” Aku terperanjat kaget, lalu menatapnya. “Kau bilang apa tadi?”
Ia menaikkan kaca helm-ku, sambil tersenyum. “Seru…. Ajak aku lagi….”
“Hey… aku berkali-kali menolakmu, padahal aku menyukaimu, karena aku tahu pekerjaanku berbahaya bagimu…. Sekarang kau malah minta aku mengajakmu dalam keadaan genting semacam ini??” aku benar-benar memelototkan mataku padanya. Gadis aneh. “lagipula, dengan aku memboncengmu seperti tadi, aku jadi tak leluasa bergerak…. Apalagi saat kau berteriak, malah membuat konsentrasiku buyar…. Kau tak ingat saat di atas tiang jembatan tadi? Awalnya mereka kagum melihat aksiku menaiki tiang, gara-gara kau berteriak, mereka jadi menembaki kita!! Untung tak ada yang kena!!”
Ia malah tersenyum, lalu kembali memeluk erat tubuhku. “Karena aku yakin, kau bisa menjagaku dan melindungiku seperti tadi….”
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang seperti tadi. Aduh. Susah. Memang iya sih, aku pasti akan menjaganya, dan melindunginya, sekuat tenagaku, karena aku tak mau ia terluka.
Dostları ilə paylaş: |