Pendahuluan
Secara umum, kelas kata bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi: (1) kata benda (nomina), (2) kata kerja (verba), (3) kata sifat (adjektiva), (4) kata bilangan (numeralia), (5) kata keterangan (adverbia), dan (6) kata tugas (kata fungsional). Kelas kata benda, kata kerja, kata sifat, dankata bilangan, dalam teori semantik, dikenal sebagai kata yang memiliki rujukan atau acuan. Artinya, setiap kata dari kelas kata ini mempunyai wujud atau yang dianggap wujud yang dilambangkan dengan huruf dalam tulisan, dan fonem dalam ujaran.
Kelas kata tugas memiliki ciri yang berbeda dengan kelas kata (1)—(4). Kelas kata tugas tidak memiliki arti leksikal atau arti kata. Dia hanya memiliki arti gramatikal atau arti tata bahasa. Artinya, kata tugas tidak mempunyai makna lepas, tetapi senantiasa terkait dengan makna kata lain dalam frase, klausa atau kalimat. Kata ke, dari, dan, untuk misalnya, walaupun kata ini sangat produktif dalam kalimat bahasa Indonesia, namun kata-kata itu tidak dapat digunakan secara lepas. Kata-kata itu barulah dapat diperkirakan maknanya jika sekurang-kurangnya mendampingi kata yang memiliki rujukan dalam frase seperti: ke kota, dari sekolah, untuk bekal. Demikianlah sifat umum kata-kata fungsional.
-
Klasifikasi Kata Fungsional
Berdasarkan peranannya dalam frase atau kalimat, kata tugas (fungsional) dibagi menjadi: (1) kata depan (preposisi), (2) kata hubung (konjungsi), (3) kata seru (interjeksi), (4) artikel , dan (5) partikel (Alwi, 1999: 323).
-
Kata Depan (Preposisi)
-
Kata depan monomorfemis
Contoh:
-
menandai hubungan peruntukan:
b. menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat: dari
c. menandai hubungan arah menuju suatu tempat: ke
d. menandai hubungan tempat berada: di
e. menandai hubungan sebab: karena, sebab
-
menandai hubungan kesertaan atau cara: dengan
-
menandai hubungan pelaku atau dianggap pelaku: oleh
-
menandai hubungan tempat atau waktu: pada
-
menandai hubungan ikhwal peristiwa: tentang
-
menandai hubungan waktu yang bejalan terus: sejak
-
Kata depan polimorfemis dengan afiks
Contoh:
bersama, beserta : menandai kesertaan
menjelang : menandai waktu sesaat sebelum
menuju : menandai hubungan arah
menurut : menandai hubungan sumber
sekitar : menandai hubungan geografis
mengenai : menandai hubungan sasaran atau objek
terhadap : menandai hubungan arah
bagaikan : menandai hubungan kemiripan
-
Kata depan polimorfemis gabungan kata
Contoh:
daripada : menandai hubungan perbandingan
kepada : menandai hubungan arah objek
oleh karena, oleh sebab : menandai hubungan penyebab
sampai ke, sampai dengan : menandai hubungan batas waktu
selain dari : menandai hubungan perkecualian
-
Polimorfemis gabungan kata depan dan yang bukan kata depan
Contoh:
di atas, di bawah, di muka, di belakang : menandai hubungan tempat
ke dekat, ke depan, ke dalam, ke luar, ke tengah : menandai hubungan arah
dari balik, dari samping, dari dalam, dari luar, dari tengah : menandai hubungan
sumber
2. Kata Huhubung (Konjungsi)
2.1 Kata hubung koordinatif
Contoh:
dan : menandai hubungan penambahan
atau : menandai hubungan pemilihan atau penambahan
tetapi : nenandai hubungan perlawanan
2.2 Kata hubung subordinatif
Kata hubung jenis ini terdiri atas 10 kelompok.
-
Subordinatif waktu : sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala,
sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
-
Subordinsatif syarat : jika, kalau, jikalau, asalkan (asal), bila, manakala
-
Subordinatif pengandaian : andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya
-
Subordinatif tujuan :agar, supaya, agar supaya, biar
-
Subornatif konsesif : biarpun, meski(pun), sekalipun, walau(pun), sungguhpun kendati(pun), padahal.
-
Subordinatif kemiripan : seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana.
-
Subordinatif penyebaban : sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
-
Subordinatif pengakibatan : (se)hingga, sampai(-sampai), maka(nya).
-
Subordinatif penjelasan : bahwa
-
Subordinatif cara : dengan, tanpa
2.3 Konjungtor korelatif
Contoh :
Baik..., maupun….
Tidak hanya…, tetapi juga…
Bukan hanya…, malainkan juga…..
Demikian … sehingga….
Sedemikian rupa sehingga….
Apa(kah)…, atau….
Entah…., entah….
Jangankan…., … pun…..
2.4 Konjungtor kalimat
Contoh :
-
biarpun demikian/begitu
sekalipun demikian/begitu
sungguhpun demikian/begitu
walapun demikian/begitu
meskipun demikian/begitu
-
kemudian
sesudah itu
setelah itu
selanjutnya
-
tambahan pula, lagi pula, selain itu
-
sebaliknya
-
sesungguhnya, bahwasanya
-
malah(an), bahkan
-
(akan) tetapi, namun
-
kecuali itu
-
dengan demikian
-
oleh karena itu, oleh sebab itu
-
sebelum itu
2.5 Konjungtor antarparagraf
Contoh :
-
adapun b. alkisah
akan hal arkian
mengenai sebermula
dalam pada itu syahdan
3. Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.
Contoh:
a. Benda negatif b. Bernada positif
cih aduhai
cis amboi
bah alhamdulillah
ih insya Allah
idih syukur
c. Bernada kebenaran d. Bernada netral atau campuran
ai ayo nah
lo hai ah
astagfirullah halo eh
masyaallah he oh
duilah ya
astaga aduh
wah hem
4. Artikel
4.1 Artikel yang mengacu ke makna tunggal
Contoh :
sang : untuk manusia atau benda unik dengan maksud untuk meniggikan martabat dan sering pula dipakai sebagai gurauan atau sindiran.
sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan
hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakainnya terbatas pada nama tokoh dalam cecrita sastra lama
dang : untuk wanita yang dihormati dan pemakaiannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita lama
-
Artikel yang mengacu ke makna kelompok: para
Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para. Karena artikel ini mengisyaratkan keunggulan, makna nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk dipakai adalah para guru dan bukan *para gu-guru.
4.3 Artikel yang bermakna netral: si
Di samping artikel yang menyatakan makna tunggal dan kelompok, ada pula artikel yang sifatnya netral. Artikel si dapat mengacu ke makna tunggal atau generic, bergantung pada konteks kalimat.
Contoh:
tunggal : sang, sri hang, hang
Artikel : kelompok : para
netral/general : si
5. Partikel: -kah, -lah, pun, -tah
5.1 Partikel -kah
-
Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat introgatif.
Contoh:
Diakah yang akan datang?
(Bandingkan: Dia yang akan datang.)
Hari inikah pekerjaan itu harus selesai?
(Bandingkan: Hari ini pekerjaan itu harus selesai)
-
Jika dalam kalimat tanya sudah ada kata tanya seperti apa, di mana, dan bagaimana, maka –kah bersifat mansuka. Pemakian –kah menjadikan kalilmatnya lebih formal dan sedikit lebih halus.
Contoh :
-
Apa ayahmu sudah dating?
-
Apakah ayahmu sudah dating?
a. Bagaimana penyelesaian soal ini?
b. Bagaimanakah penyelesaian soal ini?
-
Ke mana anak-anak itu pergi?
-
Ke manakah anak-anak itu pergi?
-
Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah akan memperjelas bahwa kalimat itu adalah kalimat tanya. Kadang-kadang urutan katanya dibalik.
Contoh:
-
Dia akan datang nanti malam?
-
Akan datangkah dia nanti malam?
-
Harus aku yang mulai dahulu?
-
Haruskah aku yang mulai dahulu?
-
Dia tidak dapat mengurus soal sekecil itu?
-
Tidak dapatkah di mngurus soal sekecil itu?
5.2 Partikel –lah
1. Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit mengahluskan nada perintahnya.
Contoh:
-
Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
-
Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi!
-
Kalau Anda mau, ambillah satu atau dua buah!
-
Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras.
Contoh:
-
Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
-
Ambil berapa sajalah yang kamu perlukan.
-
Cara seperti itu tidaklah pantas.
-
Dialah yang menggugat soal itu.
5.3 Partikel pun
1. Pun dipaki untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh:
-
Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
-
Yang tidak perlu pun dibelinya juga.
-
Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.
2. Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama –lah.
Contoh:
-
Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
-
Para dedmonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
-
Para anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi.
5.4 Partikel –tah
Partikel –tah dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya-tanay pada diri sendiri tentang hal yang dikemukakannya. Partikel –lah banyak dipakai dalam sastra lama, tetapi tidak banyak dipakai lagi sekarang.
Contoh:
-
Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
- Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku.
Dostları ilə paylaş: |