Lhamdulillah, pembahasan hadits Shahih Bukhari beserta penjelasannya kini memasuki hadits ke-29, masih berada di bawah Kitab A



Yüklə 1,07 Mb.
səhifə19/31
tarix06.08.2018
ölçüsü1,07 Mb.
#67437
1   ...   15   16   17   18   19   20   21   22   ...   31

Ternyata, hamba Allah seperti Nabi Zakariya dan Siti Maryam pun tetap tidak meninggalkan aspek syari'at meskipun telah memiliki keajaiban.

Berkenaan dengan keajaiban, Abu Sa'id, sufi besar abad 10 dan 11 Hijriah, pernah bertemu orang yang menceritakan sejumlah keajaiban "wali".

Orang itu berkata, "dia bisa terbang… "

Abu Sa'id menjawab, "ah… tak aneh… burung saja bisa terbang"

Yang aneh justru adalah mereka yang mengaku-aku wali dan sufi sambil mendemonstrasikan "keajaibannya". Wali dan Sufi sejati tak butuh pengakuan orang lain akan ke-waliannya. Wali dan sufi sejati tak akan pernah meninggalkan aspek syari'at, meski telah mencapai maqam ma'rifat.

BAGAIMANA ANDA MEMPERLAKUKAN AL-QUR'AN?

Al-Qur'an memperkenalkan dirinya sebagai "Kitab yang tiada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa" (Qs 2: 2). Artinya, kitab suci Al-Qur'an merupakan petunjuk dan pegangan hidup kita. Persoalannya sekarang, bagaimana sebenarnya kita memperlakukan Al-Qur'an dalam hidup kita?

Buat sebagian kecil dari kita Al-Qur'an dipandang seolah-olah sebagai "jimat" yang kalau ayat tertentu dibaca maka akan menimbulkan hal yang luar biasa, buat sebagian dari kita Al-Qur'an hanyalah merupakan objek ilmiah yang pantas utk dikotak-katik ayatnya satu demi satu, buat sebagian lagi dari kita mungkin saja Al-Qur'an merupakan sumber "legitimasi", dalam arti kita gunakan akal pikiran kita utk memecahkan atau menjelaskan masalah lalu kita cari justifikasinya dalam ayat Qur'an.

Apakah cukup al-Qur'an kita perlakukan demikian? Bukankah ia merupakan kitab petunjuk? Sebagai kitab petunjuk berarti al-Qur'an merupakan sumber inspirasi dan sumber bagi hidup kita. Pernahkah kita bila menghadapi masalah kita pecahkan dengan membaca Qur'an? Sudikah kita disaat mendapat banyak rezeki kita syukuri rezeki itu dengan membaca al-Qur'an? Maukah kita disamping membaca koran dan email tiap hari juga mau membaca al-Qur'an setiap hari? Pernahkah kita introspeksi perjalanan hidup kita dengan melihat kandungan ayat suci al-Qur'an sebagai "hakim"nya? Pada umur berapa kita mulai tertarik dengan al-Qur'an dan bersedia menelaah ayat demi ayatnya?

Saya percaya karena Al-Qur'an merupakan kitab petunjuk bagi kita, maka siapapun kita dan apapun background pendidikan kita, maka kita memiliki hak yang sama utk mengakses kitab suci Al-Qur'an. Sudahkah kita gunakan hak kita itu dengan sebaik-baiknya?

Membaca Al-Qur'an merupakan syarat pertama untuk menjadikan kitab suci ini sebagai petunjuk hidup kita. Bisakah kita menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk, namun amat jarang kita membacanya?

Konon, Iqbal kecil dibisiki oleh Ayahnya, "Bacalah Qur'an seakan-akan ia diturunkan untukmu". "Sejak saat itu," kata Dr. Muhammad Iqbal—cendekiawan besar asal India, "setiap aku membaca al-Qur'an seakan-akan Al-Qur'an berbicara padaku!"

Maukah kita meningkatkan kedudukan kita, dari sekedar membaca al-Qur'an sampai "berbicara" dengan Al-Qur'an?

Maha Benar Allah dengan Segala Firman-Nya

BAGAIMANA DENGAN SHOLAT ANDA ?

Sewaktu pulang dari suatu peperangan, Nabi S.A.W telah bermalam disuatu tempat.Baginda bertanya:

"Siapa yang hendak menjaga kemahku malam ini?"

Ammar bin Yassir dari kaum Muhajirin dan Abbad bin Basyar dari kaum Ansar telah menawarkan diri masing-masing untuk mengawasi kemah Nabi S.A.W .Kedua-duanya telah ditugaskan berjaga-jaga di puncak sebuah bukit berdekatan dgn.tempat Nabi beristirahat. Abbad berkata kepada Ammar : "Marilah bertugas bergiliran setengah hari yang pertama, aku akan berjaga supaya engkau dapat melelapkan matamu.Kemudian engkau berjaga supaya aku dapat melelapkan mataku." Ammar setuju, dia pun merebahkan badannya lalu tidur dengan nyenyaknya. Sambil menjalankan tugasnya Abbad telah mendirikan sholat.

Seorang pengintai musuh telah melihatnya lalu melepaskan anak panahnya yang menembus badan Abbad. Melihat keadaan Abbad yang masih berdiri tegak itu, si pengintai tadi melepaskan lagi dua anak panahnya. Abbad kemudian mencabut ketiga anak panah tersebut lantas membangunkankan Ammar. Sementara itu, ketika melihat Ammar bersama-sama Abbad, laskar musuh tadi melarikan diri karena menyangka ada banyak lagi laskar-laskar Islam disitu. Melihat badan Abbad yang berdarah Ammar berkata:

"Subhanallah! Mengapa kamu lambat membangunkan aku?"

Jawab Abbad: "Di dalam Qiraatku, aku telah membaca surah al-Kahfi dan aku enggan memendekkannya.Tetapi ketika anak panah yang ketiga melekat dibadanku, aku merasa bimbang dengan keselamatan Rasulullah. Aku pun segera menamatkan sholatku lalu membangunkanmu. Kalau tidak, sudah tentu aku akan menamatkan pembacaan surah al-Kahfi sebelum ruku' meskipun aku terpaksa mati dipanah musuh itu."

Oleh karena asyik membaca al-Qur'an, Abbad tidak gentar dengan senjata musuh. Nikmat membaca al-Qur'an menyebabkan dia lupa terhadap badannya yang sakit dan berdarah itu.

Di zaman sekarang ini, gigitan nyamuk sudah bisa menganggu sholat kita.

Begitulah betapa lemahnya iman kita zaman sekarang ini.

DUSTA YANG MANA LAGI… ?

Pernahkah anda membaca surat Ar-Rahman? Surat ar-Rahman adalah surat ke 55 dalam urutan mushaf utsmany dan tergolong dalam surat Madaniyah serta berisikan 78 ayat. Satu hal yang menarik dari kandungan surat ar-Rahman adalah adanya pengulangan satu ayat yang berbunyi "fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban" (Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?). Kalimat ini diulang berkali-kali dalam surat ini. Apa gerangan makna kalimat tersebut?

Surat ar-Rahman bagi saya adalah surat yang memuat retorika yang amat tinggi dari Allah. Setelah Allah menguraikan beberapa ni'mat yang dianugerahkan kepada kita, Allah bertanya: "Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?".

Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "dusta"; bukan kata "ingkari", "tolak" dan kata sejenisnya. Seakan-akan Allah ingin menunjukkan bahwa ni'mat yang Allah berikan kepada manusia itu tidak bisa diingakri keberadaannya oleh manusia. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendustakannya.

Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi ni'mat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu; mereka mendustakannya!

Bukankah kalau kita mendapat uang yang banyak, kita katakan bahwa itu akibat kerja keras kita, kalau kita berhasil menggondol gelar Ph.D itu dikarenakan kemampuan otak kita yang cerdas, kalau kita mendapat proyek maka kita katakan bahwa itulah akibat kita pandai melakukan lobby. Pendek kata, semua ni'mat yang kita peroleh seakan-akan hanya karena usaha kita saja. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran Allah pada semua keberhasilan kita dan kita dustakan bahwa sesungguhnya ni'mat itu semuanya datang dari Allah.

Maka ni'mat Tuhan yang mana lagi yang kita dustakan! Anda telah bergelimang kenikmatan, telah penuh pundi-pundi uang anda, telah berderet gelar di kartu nama anda, telah berjejer mobil di garasi anda, ingatlah--baik anda dustakan atau tidak--semua ni'mat yang anda peroleh hari ini akan ditanya oleh Allah nanti di hari kiamat!

"Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan ni'mat yang kamu peroleh saat ini" (QS 102: 8)

Sudah siapkah anda menjawab serta mempertanggung jawabankannya ???

Allah berfirman : FAIN TAUDDU NI'MATALLAHI LA TUKHSUUHA

Apabila kamu menghitung nikmat Allah ( yang diberikan kepadamu ) maka engkau tidak akan mampu (karena terlalu banyak).

Tidak patutkah anda bersyukur kepadaNYA, Mari mengucap Al khamdulillah sebagai bagian dari rasa syukur kita

ABU BAKAR DENGAN TUKANG RAMAL

Abu Bakar mempunyai seorang hamba yang menyerahkan sebagian dari pendapatan hariannya. Pada suatu hari hambanya itu telah membawa makanan lalu dimakan sedikit oleh Abu Bakar. Hamba itu berkata: “Kamu selalu bertanya tentang sumber makanan yang aku bawa tetapi hari ini kamu tidak berbuat demikian.”

“Aku terlalu lapar sehingga aku lupa bertanya. Terangkan kepada ku dimana kamu mendapat makanan ini.”

Hamba: “Sebelum aku memeluk Islam aku menjadi tukang ramal. Orang-orang yang aku ramal nasibnya kadang-kadang tidak dapat bayar uang kepadaku. Mereka berjanji akan membayarnya apabila sudah memperoleh uang. Aku telah berjumpa dengan mereka hari ini. Merekalah yang memberikan aku makanan ini.”

Mendengar kata-kata hambanya Abu Bakar memekik : “Ah! Hampir saja kau bunuh aku.”

Kemudian dia coba mengeluarkan makanan yang telah ditelannya. Ada orang yang menyarankan supaya dia mengisi perutnya dengan air dan kemudian memuntahkan makanan yang ditelannya tadi. Saran ini diterima dan dilaksanakannya sehingga makanan itu dimuntah keluar.

Kata orang yang mengamati : “Semoga Allah memberikan rahmat atas mu. Kamu telah bersusah payah karena makanan yang sedikit.”

Kepada orang itu Abu Bakar menjawab: “Aku sudah pasti memaksanya keluar walaupun dengan berbuat demikian aku mungkin kehilangan nyawaku sendiri. Aku mendengar Nabi berkata : “Badan yang tumbuh subur dengan makanan haram akan merasakan api neraka.” Oleh karena itulah maka aku memaksa makanan itu keluar takut kalau-kalau ia menyuburkan badanku.”

Abu Bakar sangat teliti tentang haram halalnya makanan yang dimakannya.

Jangan mendapatkan harta melalui jalan yang haram, Jangan gunakan harta yang haram bagi diri sendiri apalagi untuk orang lain.

Kelak diyaumil akhir akan ditanya " Dari mana kamu peroleh hartamu dan kemana kau belanjakan "

ISTIGHFAR

Untuk melakukan ibadah terkadang kita merasa dibatasi sesuatu yang seharusnya tidaklah layak dikatakan sebagai pembatas namun kita lebih sering menggunakannya sebagai alasan untuk tidak dapatnya beribadah secara maksimal.

Mari kita tengok sekilas perjalanan kita, Pada Jam kerja, banyak dari kita yang tidak bisa Sholat Dhuha karena tidak semua kantor atau perusahaan menyediakan musholla dan mengizinkan waktu sholat dhuha. Pada Jam Istirahat, kita tidak bisa sholat Dhuhur dan berdzikir lama-lama karena waktunya terbagi untuk makan ( bagi yg tdk puasa ) atau kepentingan yang lain.

Sekilas, seakan ibadah selalu membutuhkan waktu dan tempat tertentu dan apabila kita tidak bisa menemukan salah satunya maka lepaslah kesempatan beribadah itu, Apakah selalu demikian ? Jawabnya TIDAK dan sekali lagi TIDAK.

Suatu usaha yang perlu kita kembangkan adalah memanfaatkan waktu untuk beribadah semaksimal mungkin dan kali ini pilihan saya adalah : selalu membaca ISTIGHFAR baik terucap ataupun dalam hati. Bacaan ini tidak bisa dibatasi oleh situasi kerja bahkan oleh tempat dan waktu. Mengapa Istighfar ?

Karena saya masih punya banyak dosa sekaligus ingat bahwa Junjungan kita Baginda Rosul S.A.W yang sudah Ma'sum dan dijamin oleh Allah diampuni dosa-dosanya membaca 70 kali istighfar dalam tiap harinya, apalagi saya yang tidak ada jaminan.

Bila membaca istighfar ini anda anggap baik dan sependapat dengan saya bahwa tidak bisa dibatasi oleh tempat dan waktu Mengapa tidak anda lakukan ?

Bagaimana kalau mulai besok kita bersama-sama selalu membaca ISTIGHFAR selama mata kita belum tidur pada setiap kesempatan.

Cukup kita lakukan 1 hari saja dan bila anda tahu manfaatnya, selanjutnya terserah anda.

BERSEDEKAH

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi S.A.W beliau bersabda: "Menguap itu dari Syaitan. Maka apabila seseorang di antara kamu menguap, hendaklah ditahannya sedapat mungkin. Sesungguhnya jika seseorang di antara kamu mengatakan "ha" lantaran menguap, tertawalah syaitan." [Bukhari].

Hadis dari Abu Hurairah r.a: Diriwayatkan daripada Nabi S.A.W katanya: Seorang lelaki berkata: Aku akan memberikan sedekah pada malam ini. Lalu dia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan seorang perempuan yang berzina yaitu pelacur. Keesokannya orang banyak memperbincangkan mengenai perempuan tersebut yang telah diberikan sedekah pada malam tadi. Lelaki itu berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian! Sedekahku telah aku berikan kepada wanita yang berzina. Aku akan bersedekah lagi, lalu dia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan orang kaya. Keesokan harinya orang banyak memperbincangkan mengenai seorang kaya yang telah diberikan sedekah. Lelaki itu berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian. Sedekahku telah aku berikan kepada seorang yang kaya. Aku akan bersedekah lagi, lantas dia keluar dengan membawa sedekah dan meletakkannya di tangan seorang pencuri. Esoknya orang banyak mulai bercakap-cakap mengenai seorang pencuri telah diberikan sedekah. Dia berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian! Sedekahku telah aku berikan kepada seorang perempuan zina, pada orang kaya dan pada pencuri. Lalu dia didatangi seseorang dan dikatakan kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi perempuan zina itu berhenti dari berzina karena sedekahmu. Orang kaya itu pula dapat mengambil pelajaran dan mau membelanjakan sebagian dari harta yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya dan mungkin juga pencuri itu akan berhenti dari mencuri karena sedekahmu itu. [Bukhari/Muslim]

Dalam sebuah hadits disebutkan, yang artinya : Janganlah kamu malu bersedekah walaupun setengah biji korma yang dapat kamu sedekahkan.

Akhirnya … .. Marilah kita memperbanyak Sedekah Meskipun sedikit namun ikhlas

UNTUK KITA RENUNGKAN

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih

Suci lahir dan didalam batin

Tengoklah kedalam sebelum bicara

Singkirkan debu yang masih melekat 2X

Kita mesti berjuang, memerangi diri

Bercermin dan banyaklah bercermin

Tuhan ada disini, didalam jiwa ini

Berusahala agar Dia tersenyum 2X

Masih kuingat bait syair sebuah lagu Ebiet yang terkadang masih aku senandungkan entah mengapa kali ini aku ingin merenungkan dan mencoba mengkaji makna yang tersirat ataupun tersurat dalam lagu tersebut dalam aktifitas keseharianku.

Kita mesti telanjang karena aku harus mandi setelah bangun tidur untuk melakukan sholat subuh yang tentunya harus benar2 bersih namun apa yang sering aku lakukan adalah hanya berwudhu untuk melakukan sholat Subuh adapun mandinya menjelang berangkat kerja dengan harapan badan lebih Fresh, jangankan untuk suci di dalam bathin sementara suci lahirpun belum bisa aku laksanakan belum lagi ketika aku angkat tanganku bertakbiratul ihram aku telah berniat untuk sholat dilanjutkan dengan do'a iftitah yang didalamnya kuucapkan INNA SHOLATI WANUSUKI… dan seterusnya LILLAHI ROBBIL "ALAMIIN yang bermakna Sholatku hanya karena Allah tidak lain itu hanyalah bagian dari gerakan mulutku namun hati dan pikiranku kemana-mana, aku ingat sarapanku belum tersedia, aku harus pergi kerja lebih awal agar tidak terlambat dan lain sebagainya.

Setelah salam aku berdo'a : Robbana atina fiddunya khahasa wafil akhiroti Khasanah… dan seterusnya yang tidak lain adalah do'a sapu jagat yang intinya meminta kebaikan dunia dan akhirat, cobalah anda pikir patutkah Aku memohon kepada Allah yang sedemikian besar sementara aku sholat tanpa mandi dan masih berpikir macam2 dalam sholatku.

Aku berangkat kerja seiring dengan do'a Bismillahi Tawakkaltualallah, ditengah perjalanan lalu lintas macet karena salah satu mobil menyerobot dan terjepit diantara mobil- mobil yang lain dalam hatiku bergumam betapa egoisnya supir mobil tersebut tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain seakan aku selalu mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentinganku sendiri.

Di kantor kulihat atasanku sedang kebingungan di depan computer dan selalu bertanya pada Clerknya Cara menjalankan Microsoft Office dalam hatiku berkata ah ternyata bener juga kata orang bahwa dia jadi atasanku karena ada KKN habisnya pakai Microsoft Office saja nggak bisa, tak lama kemudian anak buahku datang menyerahkan data untuk bahan presentasiku yang kutolak karena cara mendapatkan datanya salah, sekali lagi bergumam dalam hatiku apa saja yang dipelajari waktu sekolahnya toh dia lulusan dari sekolah terkenal dan nilai rata2 nya lebih tinggi dariku tapi kenapa sebodoh itu.

Sepintas terlihat ada pegawai wanita yang baru yang menarik perhatianku cantik, tinggi semampai tapi sayangnya kalau berjalan sedikit miring.Ah… . malu rasanya dengan lagu yang aku nyanyikan, selalunya kulihat kekurangan orang lain ada dimataku namun DEBU dihatiku tak pernah aku bersihkan.

Kita mesti berjuang memerangi diri bercermin dan banyaklah bercermin.Aku sepertinya lupa bahwa yang aku perangi selama ini adalah kemalasan untuk membaca buku2 ilmu pengetahuan yang bisa menghambat karirku dalam bekerja selain itu dengan penuh semangat aku perangi kemiskinan demi meningkatkan status sosial, memeras otak hanya untuk mencari jalan agar mendapat tambahan penghasilan padahal terkadang aku ingat sebuah kisah sahabat Rosulullah S.A.W yang bertanya sesaat setelah peperangan Badar, ya Rosulullah adakah perang yang lebih dahsyat dari perang badar ini, Jihaadun Nafs Jawab Rosulullah yaitu perang melawan hawa nafsu.

Beginilah aku yang lebih pandai berucap dan berkhotbah ketimbang melakukannya.

Kalau masalah bercermin aku tidak pernah lupa seharipun apalagi kalau akan keluar rumah, kulihat wajahku, dandananku tak lupa kusemprotkan parfum kebanggaanku dan dengan percaya diri aku keluar rumah. Aku juga bercermin kepada kawanku, tetanggaku, keluargaku tentang apa yang telah dia lakukan sehingga mereka berhasil menduduki jabatan yang tinggi, kekayaan yang berlimpah hingga tak perlu khawatir tentang anak keturunanya, jeleknya aku jarang kalau tidak boleh dikatakan tidak pernah bercermin kepada saudaraku yang senantiasa beribadah kepada Allah, yang selalu mensyukuri apa yang dia miliki, lebih miskin dariku namun bersedekah jauh melebihi aku padahal aku pernah mendengar bahwa lihatlah kebawah tentang harta dan lihatlah keatas mengenai ilmu demikian juga ketika aku mendengar Ayat Allah dibacakan " Lainsyakartum La azidannakum Walainkafartum Inna Adzaabi Lasadiid " dan ditutup dengan shodaqollohul adhim aku hafal tentang arti Ayat Allah yaitu barangsiapa yang bersyukur atas nikmatKU maka akan kutambah nikmat itu dan barangsiapa yang ingkar sesungguhnya siksaKU amatlah pedih kemudian ditutup dengan maha benar Allah dengan segala FirmanNya dan semua itu berlalu begitu saja di telingaku.

Ya Allah dimanakah tempatku setelah Engkau perhitungkan amal dan dosaku.

Allah ada didalam jiwa ini adalah kalimat puistis yang sering kudendangkan tatkala aku lagi menghadapi masalah atau menerima musibah tak lupa kusertakan kalimat selanjutnya Allah akan membantu hambaNya yang berusaha tidak lain hanyalah demi untuk memotivasi keyakinanku untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah, tidak demikian halnya tatkala aku lagi Happy seakan kalimat2 tersebut tak pernah aku mendengarnya bagaimana tidak, aku bisa berkata bohong untuk menolak permintaan shodaqoh untuk masjid, aku dengan leluasa membawa alat tulis kantor ke rumah untuk kepentingan pribadi semuanya seakan Allah tidak ada dalam jiwaku dan tiba2 ada ketika aku butuh pertolongannya.

Ya Allah berilah aku petunjuk karena hanya dariMUlah petunjuk itu datang. Dalam kebodohanku aku masih yakin bahwa Allah akan tersenyum kepadaku meski aku tak tahu kapan. Siapakah Aku ?

Aku bisa saja sang penulis, yang membaca atau siapa saja yang masih suka menonjolkan Akunya.

Untuk kita renungkan… … … …

BERCERMIN DIRI

Dalam keseharian kehidupan kita, begitu sangat sering dan nikmatnya ketika kita bercermin. Tidak pernah bosan barang sekalipun padahal wajah yang kita tatap itu-itu juga, aneh bukan?! Bahkan hampir pada setiap kesempatan yang memungkinkan kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Sebabnya kurang lebih karena kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin berpenampilan mengecewakan, apalagi kusut dan acak-acakan tak karuan.

Sebabnya penampilan kita adalah juga cermin pribadi kita. Orang yang necis, rapih, dan bersih maka pribadinya lebih memungkinkan untuk bersih dan rapih pula. Sebaliknya orang yang penampilannya kucel, kumal, dan acak-acakan maka kurang lebih seperti itulah pribadinya.

Tentu saja penampilan yang necis dan rapih itu menjadi kebaikan sepanjang niat dan caranya benar. Niat agar orang lain tidak terganggu dan terkecewakan, niat agar orang lain tidak berprasangka buruk, atau juga niat agar orang lain senang dan nyaman dengan penampilan kita.

Dan ALLOH suka dengan penampilan yang indah dan rapih sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A.W , "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal", "Sesungguhnya ALLOH itu indah dan menyukai keindahan". Yang harus dihindari adalah niat agar orang lain terpesona, tergiur, yang berujung orang lain menjadi terkecoh, bahkan kemudian menjadi tergelincir baik hati atau napsunya, naudzhubillah. Tapi harap diketahui, bahwa selama ini kita baru sibuk bercermin 'topeng' belaka. Topeng 'make up', seragam, jas, dasi, sorban, atau 'asesoris' lainnya,. Sungguh, kita baru sibuk dengan topeng, namun tanpa disadari kita sudah ditipu dan diperbudak oleh topeng buatan sendiri. Kita sangat ingin orang lain menganggap diri ini lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Ingin tampak lebih pandai, lebih gagah, lebih cantik, lebih kaya, lebih sholeh, lebih suci dan aneka kelebihan lainnya. Yang pada akhirnya selain harus bersusah payah agar 'topeng' ini tetap melekat, kita pun akan dilanda tegang dan was-was takut 'topeng' kita terbuka, yang berakibat orang tahu siapa kita yang 'aslinya'. Tentu saja tindakan tersebut, tidak sepenuhnya salah. Karena membeberkan aib diri yang telah ditutupi ALLOH selama ini, adalah perbuatan salah. Yang terpenting adalah diri kita jangan sampai terlena dan tertipu oleh topeng sendiri, sehingga kita tidak mengenal diri yang sebenarnya, terkecoh oleh penampilan luar. Oleh karena itu marilah kita jadikan saat bercermin tidak hanya 'topeng' yang kita amat-amati, tapi yang terpenting adalah bagaimana isinya, yaitu diri kita sendiri.

Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, "Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?"

Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, "Apakah mata ini yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap ALLOH Yang Mahaagung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih ALLOH kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?"

Lalu tataplah mulut ini, "Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thoyibah, 'laillahailallah', ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akherat akan memakan buah zakun yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!"

"Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Wahai mulut yang malang betapa banyak dusta yang engkau ucapkan.

Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak kata-kata manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama ALLOH dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar ALLOH mengampuni?" Lalu tataplah diri kita tanyalah, "Hai kamu ini anak sholeh atau anak durjana, apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya. Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk tiada tahu balas budi!

"Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam terasang tanpa ampun derita tiada akhir"

"Wahai tubuh, berapa banyak masiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau dzhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba-hamba ALLOH yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau napas?"


Yüklə 1,07 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   15   16   17   18   19   20   21   22   ...   31




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin