Lingkup ilmu pengetahuan alam


Keseragaman dan Kebetulan



Yüklə 396,21 Kb.
səhifə2/11
tarix07.01.2019
ölçüsü396,21 Kb.
#91059
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11

Keseragaman dan Kebetulan

Walaupun permukaan planet yang tampak maupun lapisan angkasanya berbeda satu sama lainnya. tetapi dinamika planet mempunyai kesamaan dan keseragaman yang khas, sehingga sukar di duga bahwa hal itu terjadi karena sesuatu kebetulan. Pergerakan planet dalam tata surya mempunyai beberapa ciri:



  1. Arah gerak baik rotasi maupun revolusinya searah. Semua ke arah yang berlawanan dengan gerakan jarum jam, kalau dilihat dari kutub utara. Aturan ini hampir tiada kecualinya diikuti dengan patuh, kecuali oleh beberapa satelit.

  2. Bentuk lapisan planet mengelilingi matahari. ataupun satelit mengelilingi planet hampir menyerupai lingkaran. Yang mengingkari hukum ini ialah Merkurius dan Pluto, yang masing-masing mempunyai keeksentrikan 0,206 dan 0,247.

  3. Selain lintasannya yang sepusat (konsentris) semua lintasan tersebut terdapat pada bidang edar yang satu dengan lainnya hampir berhimpitan.

Dari beberapa keseragaman di atas telah timbul beberapa alur pemikiran yang menunjukkan status permulaan tata surya kita. Dalam garis besarnya berbagai pemikiran tersebut dapat digolongkan jadi dua hal utama:

  1. Teori yang mengemukakan asal dan pembentukan planet dalam hubungannya langsung dengan kelahiran matahari. Proses pembentukan itu dapat terjadi sekaligus maupun berurutan.

  2. Teori yang mengemukakan kehadiran planet di sekeliling matahari baru terjadi setelah matahari jadi bintang biasa (normal) dan mantap. Kedalam golongan ini termasuk aliran yang mengatakan bahwa:

  1. Materi pembentuk planet berasal dari terlemparnya matel matahari sendiri atau materi bintang tersebut. Tumbukan di sini tidak perlu berarti tumbukan antara dua buah bintang melainkan berarti matahari dan bintang tersebut hanya bersimpang jalan.

  2. Materi dasar pembentuk planet terkumpulkan dari materi antar bintang yang terseret oleh matahari dalam perjalan an hidupnya mengelilingi pusat galaktika.



KEGIATAN BELAJAR 2.

BUMI
a. Hipotesis Kejadian Bumi

diketahui bahwa kejadian bumi merupakan hal yang menakjubkan, sehingga hingga kini masih menjadi polemic. Untuk membahasnya hanya menelusuri cara terjadinya bukan siapa yang menjadikannya. Masalah yang terbesar yang mengganggu para ahli pikir adalah bagaimana sebenarnya bumi ini tercipta. Banyak dugaan dikemukakan sesuai dengan tingkat kemajuan ilmu dan pengetahuan. Pada permulaan abad ke-18 di daerah sebelah timur Mesopotamia, yang kini dikenal sebagai Negara Irak, para ahli Archeologi menemukan sisa tulisan pada tanah liat. Ternyata tulisan itu memuat, antara lain tentang kejadian bumi. Cerita tentang adanya banjir besar zaman Nabi Nuh, juga terdapat dalam tulisan itu. Hal itu sangat sesuai dengan cerita-cerita dalam kitab suci. Pada masa kejayaan gereja di Eropa, buku Genesis adalah satu-satunya yang harus dipercaya. Pelopor perubahan ke zaman penelitian, Copernicus Keppler, Galileo dan Newton, membawa pandangan baru dalam meninjau sistem tata surya. Teori Newton tentang gravitasi, mendorong. para ahli untuk mengajukan hipotesis kejadian bumi dengan dasar ilmiah.




  1. Hipotesis Kabut dari Kant dan Laplace

Immanuel Kant (1755) dari Jerman, dalam bukunya “Al gemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels nach newtonisehen Grundsatzen behandelt”, mencoba mengemukakan pikiran tentang kejadian bumi. Berdasarkan teori Newton tentang gravitasi, Kant mengatakan bahwa, asal segalanya ini adalah dari gas yang bermacam-macam, yang tarik menarik membentuk kabut besar. Terjadinya benturan masing-masing gas, menimbulkan panas. Pijarlah, dan itulah asal daripada matahari. Matahari berputar kencang, dan di khatulistiwanya memiliki kecepatan linear paling besar sehingga terlepaslah fragmen-fragmen.

Fragmen-fragmen inilah yang tadinya pijar, melepaskan banyak panas, dan mengembun. Kemudian cair dan bagian luar makin padat. Demikianlah terjadi planet-planet, termasuk bumi kita ini ( Fessenden ,R.J and Fessenden J.S (2001).

Piere de Laplace (1796) sarjana Perancis, seorang filosof dan ahli matematika, mengemukakan pula adanya kabut, meskipun sama sekali tidak kenal dengan Kant, ia beranggapan bahwa kabut asal itu telah berputar dan pijar. Di khatulistiwa terjadi penumpukan awan. Jika massa ini mendingin maka terlepaslah sedikit material dari induknya. Fragment tadi jadi dingin dan mengembun, berputar mengelilingi induknya. Kemudian menyusul terlepasnya fragmen yang kedua, dan ketiga. Sembilan buah planet yang kini beredar dianggap terjadi dengan cara yang sama. Induknya adalah matahari.

Massa asal matahari itu disebut nebula, sehingga hipotesis ini disebut hipotesis nebula. Karena Kant dan Laplace serupa dalam mengemukakan hipotesisnya, maka disebutlah hipotesis nebula dari Kant Laplace.




  1. Hipotesis Planetesimal

Chamberlain dan Moulton masing-masing ahli Geologi dan ahli Astronomi, kira-kira seratus tahun setelah Kant dan Laplace, mengejutkan hipotesa Planetesimal. Maka beranggapan adanya matahari asal yang didekati oleh suatu bin tang besar yang sedang beredar, maka terjadilah tarik menarik sesuai dengan hukum Newton. Peledakan di matahari melepaskan sebagian materialnya dan tertarik oleh adanya bintang yang mendekat tadi. Material matahari itu akan sedikit menjauh dan kemudian mendingin sementara bintang besar itu terus berlalu. Selanjutnya terjadi pengembunan dan terbentuk sembilan planet dan planetoida.

  1. Hipotesis Pasang surut Gas

Dikemukakan oleh Jeans dan Jeffries (1930) sebagian menyokong hipotesis planetesimal, sambil memperbaiki keberatan-keberatannya. Mereka berpikir adanya bintang besar yang mendekat, kira-kira seperti bulan dengan bumi, yaitu bulan menyebabkan adanya pasang dan surut lautan. Bulan tak cukup kuat menarik air menjulur jauh. Akan tetapi matahari yang didekati bintang besar itu menjauh, lidah api dari matahari asal itu putus dari induknya; pecah berkeping-keping seraya mengembun dan membeku menjadi planet-planet serta planetoida.
b. Susunan Lapisan Bumi

Bahwa bumi berlapis-lapis telah banyak disebut orang. Sesuai dengan hipotesis Kant-Laplace, bahwa bumi kemudian mendingin di sebelah luar sedang di dalam masih panas. Di dekat permukaan menjadi beku dan disebut kerak bumi. Untuk meneliti kedalaman bumi, cara yang terbaik adalah dengan pengeboran, Akan tetapi “pengeboran yang terdalam hanya mampu sampai 5.000 meter, sedangkan jari-jari bumi 6.000.000 meter. Maka pemboran sedalam 5.000 meter hampir tiada berarti.

Dengan majunya penelitian gempa (Seismologi) oleh alat yang disebut seismograf, dapatlah diteliti lapisan bumi secara tidak langsung. Prinsip penelitian adalah anggapan bahwa getaran yang merambat melalui kedalaman bumi, hasil grafnya tergantung kepada material yang dilaluinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang bagian dalam ini tidaklah homogen, akan tetapi terdapat lapisan-lapisan. Dalam ilmu Geologi, lapisan batas itu disebut bidang diskontinyu.

Bidang diskontinyu yang pertama pada kedalaman 60 Km, disebut bidang diskontinyu dari Mohorovicik, nama penemunya, kemudian pada kedalaman 1.200 Km dan 2.900 Km. Pada bagian paling dalam terdapat bola dengan jari-jari 3.500 Km, yang disebut inti bumi (Barysfer). Belum diketahui dengan pasti apakah inti bumi ini padat ataukah gas. Yang diketahui dari penelitian seismograf, bahwa inti bumi tidaklah cair seperti hipotesis Kant-Laplace.Suess dan Wiechert (1919), membagi lapisan bumi sebagai berikut:



  1. Kerak bumi, tebalnya 30-70 Km, terdiri batuan basal dan acid (basa atau pH tinggi, dan acid atau asam pH rendah).

Massa jenisnya (massa jenis air = 1) kira-kira 2,7 mengandung banyak Silikat dan Aluminium. Semua butan yang ada di ke-rak bumi paling atas, sedalam lautan terdalam (+10 Km) dianggap berasal dari sedimentasi. Berbagai endapan mineral organik, yaitu berasal dari organisme, misalnya batubara, minyak bumi, kapur, mungkin berada di tempat tinggi karena kerjaan gaya-dalam daripada bumi. Batubara terjadi di rawa-rawa pada periode karbon, maka daerah batubara disebut facies rawa. Kapur terjadi di pantai tropis pada periode Kapur, 150 juta tahun yang lalu, maka daerah kapur disebut facies neritis. Sedangkan daerah minyak disebut facies lautan, karena minyak dianggap berasal dari organisme lautan. Endapan batuan yang biasa dibuat porselen, berasal dari cangkang Diatomae (gangang Kersik), yang mengendap di lautan dalam. Daratan yang kini dianggap stabil kulit buminya, misalnya daratan Cina, Eropa dan Amerika, banyak mengandung kersik dalam tanahnya, sehingga bila dibakar akan menjadi porselen. Di Indonesia dan daerah labil lainnya, kerjaan vulkanis menyebabkan tanahnya mengandung banyak senyawa besi, warnanya lebih merah, sehingga bila dibakar tetap merah dan jadilah tembikar.

  1. Selubung bumi, atau sisik silikat (Si), tebalnya 2.200 Km, massa jenisnya 3,6-4. Selubung bumi bersama Kerak bumi disebut Lithosfera.

  2. Lapisan Chalkosfera, tebalnya 1.700 km, massa jenisnya 6,4 terdiri dari oksida besi dan sulfida besi.

  3. Inti bumi, atau Barisfera, merupakan bola dengan jari-jari 3.500 Km, massa jenisnya 9,6 terdiri dari besi dan nikel.

Kuhn dan Pittman (1940) mengemukakan bahwa sesungguhnya bumi berasal dari matahari, maka inti bumi seharusnya juga seperti material matahari. Yaitu terdiri sebagian besar dari Hidrogen. Karena tekanan dalam inti bumi sangat besar, maka atom-atom Hidrogen bersifat padat. Holmes (1936), membagi kerak bumi sebagai berikut:

  1. Bagian atas setebal 15 Km, massa jenisnya 2,7 dan disebut magma-granit.

  2. Lebih ke dalam tebalnya 25 Km, massa jenisnya 3,5 dan disebut magma-basal.

  3. Bagian terbawah kerak bumi, setebal 20 Km, massa jenisnya 3,5 dan disebut magma-peridotit dan eklogit.

Wiechert (1910), mengemukakan bahwa pada pokoknya bagian Lithosfera terdiri dari Silikat dan Aluminium (SiAl atau Sial) lebih ringan dan terutama menempati kontinen. Di sebelah bawah, terutama di lautan terdapat lapisan berat yang terdiri dari Silikat dan Magnesium (Sima). Dari penelitian terbukti bahwa dasar samudera Pasifik, terdiri dari Sima. Kedua lapisan tersebut berupa kristal, sedangkan di bawahnya terdapat substratum yang bersifat amorf. Selanjutnya terdapat teori adanya gerakan kontinen, yang disebabkan oleh karena Sial terapung di atas Sima. Wegner (1930) mengajukan hipotesis Continental drift (perkisar benua). Permukaan bumi terdiri beberapa lempeng besar berukuran benua, masing-masing terdiri dari bagian oceanis dan kontinental yang bergerak relatif yang satu terhadap yang lain. Tebal tiap lempeng kerak bumi ini adalah kira-kira 80 Km.

Kecepatan gerak relatif lempeng-lempeng ini berkisar antara 1 cm sampai 13 cm setahun. Meskipun menurut ukuran manusia kecepatan ini sangat kecil, namun dilihat dari kacamata Geologi, ini sangat berarti, karena gerak 5 cm setahun misalnya dalam satu juta tahun dapat menghanyutkan suatu benua sejauh 50 Km ke arah jurusan tertentu. Lempeng yang membawa benua Australia misalkan dengan kecepatan 6 cm per tahun sedang bergerak ke arah Utara yang dalam beberapa juta tahun, kalau proses ini berlangsung tanpa gangguan, dapat menjepit kepulauan Nusantara antara benua Australia dan Asia. Lempeng-lempeng kerak bumi ini dipisahkan yang satu dengan yang lain oleh batas lempeng yang geraknya dapat bersifat divergensi, konvergensi atau shear (gesekan). Batas lempeng ini adalah sangat labil dan ditandai oleh gunung api yang aktif serta kegempaan yang tinggi.


c. Atmosfer, Hidrosfer dan Lithosfer

Atmosfer

Bumi dikelilingi oleh selimut gas yang disebut udara atau atmosfer. Tebal lapisan udara secara pasti belum dapat diketahui. Tetapi para ahli berpendapat, pada jarak 100 Km di atas permukaan bumi masih terdapat udara. Kalau dibandingkan dengan jari-jari bumi yang 60.000 Km, maka tinggi lapisan udara yang 100 Km tersebut, hanya 1/600 jari-jari bumi. Ada lapisan dalam atmosfer.



  1. Yang dekat dengan permukaan bumi setebal ±. 10 Km disebut troposfer.

  2. Lapisan di atas troposfer disebut Stratosfer.

Batas antara 2 lapisan udara tersebut tidak sama di semua tempat. Di daerah sekitar khatulistiwa batas itu kadang-kadang dapat mencapai 19 Km, tetapi dikutub hanya 6 Km. Presentase tiap gas dalam atmosfer pada beberapa ketinggian (HUMPHREY). Hal tersebut disebabkan karena adanya angin vertikal yang disebabkan pemanasan matahari. Troposfer mempunyai susunan gas yang seragam, hal ini disebabkan karena adanya angin yang vertikal, maupun horizontal.

Susunan gas dalam troposfer:



  • 78% zat lemas

  • 1% gas oksigen

  • 0,0% asam arang.

Selanjutnya masih ada, Ozon, Argon, Helium, di samping itu juga terdapat zat air. Sebaliknya di stratosfer susunannya tidak homogen. Di sini terdapat lapisan-lapisan udara yang B.D-nya berbeda-beda. B.D. udara yang besar terletak dekat dengan troposfer, sedangkan lapisan udara yang B.D. kecil cenderung bergerak di atas jauh dari troposfer. Lapisan udara tersebut terbentuk di stratosfer, karena adanya angin yang horizontal saja. Selain gas yang terdapat di troposfer tersebut terdapat juga:

  1. Uap air yang % nya tidak tetap, jumlah tersebut tergantung pada tempat dan waktu.

  2. Benda bukan gas yaitu debu berfungsi sebagai inti kondensasi. Sebab uap air di udara tidak akan mengalami kondensasi menjadi titik-titik air yang berupa awan, kalau tidak ada inti kondensasi. Sehingga awan adalah kumpulan tetes-tetes air yang telah berkondensasi. Debu berasal dari muka bumi (dari gunung api) tetapi dapat juga dari angkasa luar yang berasal dari meteor.

Bumi menerima panas dari matahari, dari bumi itu sendiri dan dari bulan. Di pusat bumi terdapat temperatur yang sangat tinggi, hal ini dapat dibuktikan: Dengan jalan menggali tanah secara vertikal ke bawah maka terjadi kenaikan temperatur, setiap turun 35 m, temperatur naik 1°C. Dan adanya benda-benda yang keluar dari gunung api yang mempunyai temperatur sangat tinggi seperti: lava abu, awan panas, dan sebagainya. Sebenarnya panas yang dikirim matahari ke bumi relatif tidak berubah; tetapi yang berubah adalah penerimaan panas tersebut oleh bumi. Penerima-an yang berubah-ubah ini disebabkan kondisi awan yang ada di udara.

Apabila udara kerawan, panas matahari yang diterima bumi hanya berkisar 40%, sedangkan apabila udara bersih dari awan, panas matahari yang diterima bumi dapat mencapai sekitar 64%-69%. Menurut penelitian makin besar sudut penyinaran matahari, makin berat pula panas yang diterima dan sebaliknya. Di lapisan bawah (0 sampai 4 Km) dekat dengan permukaan bumi, temperaturnya sangat dipengaruhi bumi, pada lapisan ini masih berlaku ketentuan bahwa setiap naik ke atas 100 Km, temperatur akan turun 1°C. Lapisan 1 ini masih banyak terdapat uap air. Dalam troposfer terdapat uap air yang jumlahnya tidak tetap. Uap air adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Uap air yang mencair merupakan titik-titik air yang disebut awan. Jumlah uap air di udara tidak tetap, makin tinggi temperaturnya makin banyak kandungan uap air di udara. Ada dua cara untuk menyatakan uap air di udara, yaitu:



  1. Basah absolut

Yaitu banyaknya uap air (dalam garam) yang terdapat dalam 1 m3 udara.

  1. Basah relatif

Yaitu perbandingan antara banyaknya uap air di udara (terhitung gram 1 m3 udara) dengan banyaknya uap air apabila udara tersebut pada temperatur yang bersangkutan jenuh dengan uap air.

Apabila awan yang terdiri dari titik-titik air berkumpul sehingga titik-titik air tersebut menjadi satu dan merupakan tetesan-tetesan air yang lebih besar dan lebih berat, dan kemudian jatuh ke bumi, maka peristiwa di atas disebut hujan. Jadi hujan adalah peristiwa jatuhnya tetesan-tetesan air sampai ke permukaan bumi. Selain hujan seperti pengertian di atas, kita mengenal juga hujan salju dan hujan es. Hujan salju terjadi apabila uap di udara terus naik ke atas sehingga mencapai temperatur lebih kecil dari 0°C, maka uap air tersebut akan mengkristal. Dan apabila kelompokan kristal tersebut jatuh ke bumi akan terjadi hujan salju (Darmodjo, 2000:12).


Hujan es berbeda dengan hujan salju.

Hujan salju yang jatuh adalah kristal-kristal es, tetapi hujan es yang jatuh ke bumi memang butiran-butiran es yang cukup keras dan sering menimbulkan kerusakan. Secara garis besar dapat diterapkan sebagai berikut: Awan yang karena letaknya sangat tinggi, temperaturnya dapat jauh di bawah 0°C, maka sebagian awan tersebut membeku dan terus dibawa angin naik ke atas lagi sehingga temperatur turun lebih rendah lagi jauh ke bawah 0°C, dengan demikian keseluruhan awan menjadi gumpalan es. Panas yang dikeluarkan dalam pembekuan tidak mampu untuk mencairkan bagian awan yang lain karena rendahnya temperatur.

Bila udara dianggap terdiri dari beberapa lapisan udara horizontal, dan setiap lapisan udara mempunyai berat, maka lapisan di bawah menerima tekanan lapisan udara di atasnya. Karena makin dekat dengan permukaan bumi tekanan udara makin besar, dan makin ke atas tekanan udara makin kecil/berkurang. Tempat-tempat di mana temperaturnya rendah akan terjadi tekanan udara yang rendah. Perbedaan tekanan udara antara tempat akan mengakibatkan terjadinya pemindahan udara dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Perpindahan udara karena perbedaan tekanan udara ini disebut angin. Angin mempunyai arah dan kecepatan.

Pada siang hari di daratan mencapai temperatur lebih panas dari di lautan. Akibatnya di daratan akan terjadi tekanan udara yang lebih rendah dari di lautan, sehingga pada siang hari bergeraklah angin dari laut ke darat. Pada malam hari keadaannya terbalik, yaitu di laut panas yang diterima pada siang hari masih cukup tinggi. Di darat lebih cepat mengalami pendinginan temperatur udara di laut lebih besar dari daratan. Akibatnya tekanan udara di darat lebih besar dari di laut sehingga bertiup angin dari darat ke laut. Kecepatan angin sangat ditentukan oleh besar kecilnya perbedaan tekanan antara 2 tempat. Makin besar perbedaan tekanan udara, makin cepat gerak angin (Kastama, E (2003 :25). Uap air, temperatur udara, tekanan udara dan hujan, apakah hujan es maupun salju; semuanya merupakan peristiwa-peristiwa/kejadian-kejadian di atmosfer. Hal tersebut akan menimbulkan adanya iklim serta cuaca di suatu daerah. Iklim: adalah peristiwa-peristiwa dalam atmosfer di suatu daerah untuk periode waktu yang panjang. Disebut juga, merupakan rata-rata cuaca periode panjang. Ilmu yang mempelajari iklim, disebut Klimatologi. Cuaca: adalah perubahan keadaan udara di suatu tempat pada suatu saat. Ilmu yang mempelajari cuaca disebut Meteorologi.


Hidrosfer

Yang termasuk hidrosfer adalah semua bentuk air yang ada di atas muka bumi. Yang terbesar adalah samudera dan lautan. Dikatakan bahwa perbandingan antara samudera dan daratan berkisar antara 72% dan 28%. Artinya 72% muka bumi berupa air sedangkan 28% berupa daratan. Kita semua tahu bahwa di daratan masih terdapat: danau, sungai dan rawa-rawa. Dasar laut dan samudera tak ubahnya seperti relief di muka bumi, dengan bagian sebagai berikut:



  • Shelf: Dasar samudera di sepanjang pantai yang di dalamnya rata-rata 200 m. Daerah ini merupakan daerah yang kaya ikan.

  • Plat: seperti Shelf tetapi daerahnya meluas dan kedalaman rata-ratanya 200 m. Daerah ini juga kaya akan ikan.

  • Trog: adalah lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut.

Daerah-daerah tersebut di atas selain kaya akan ikan juga merupakan daerah minyak bumi. Sehingga dewasa ini banyak dilakukan pemboran minyak di lepas pantai (off shore) sebagai perhiasan pemboran minyak di daratan (on shore).

Makin ke bawah dan makin ke arah kutub, temperatur air laut makin rendah. Apabila temperatur air laut di daerah khatulistiwa ±28° C, temperatur laut di dekat kutub dapat mencapai 2° C sampai 0°C. Temperatur laut sangat mempengaruhi kehidupan di laut. Dengan demikian ikan banyak diketemukan di laut dangkal karena sinar matahari masih mampu menembus laut sampai dasar; di mana sinar matahari sampai dibutuhkan bagi setiap makhluk hidup, seperti ikan, plankton, maupun tumbuh-tumbuhan laut yang lain. Samudera maupun laut akan bergerak menimbulkan arus laut baik terjadi dipermukaan maupun di bagian bawah (Maskoeri, Y .2005:24).

Gerakan laut disebabkan oleh berbagai faktor:


    1. Adanya angin yang bertiup

    2. Adanya perbedaan kadar garam

    3. Adanya perbedaan berat jenis air laut

    4. Adanya perbedaan pasang naik dan pasang surut.

Arus laut mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam menentukan keadaan iklim di suatu tempat. Hal ini disebabkan karena adanya arus panas dan arus dingin. Dengan demikian arus panas dapat membuat musim dingin tidak terlalu dingin, dan laut tidak akan mengalami pembekuan sepanjang tahun. Sebaliknya arus dingin, menyebabkan temperatur di atas laut tersebut rendah sehingga tidak ada penguapan. Maka ke daratan merupakan angin yang kering akibatnya di daratan tidak pernah jatuh hujan. Tetapi dalam suatu periode yang sangat panjang daratan tersebut dapat berubah menjadi padang pasir yang gersang.

Pertemuan arus panas dan arus dingin merupakan tempat yang ideal bagi kehidupan ikan; karena pada tempat-tempat seperti itu banyak dijumpai plankton dan zat-zat makanan yang lain. Namun udara dingin di atas arus dingin, dan udara panas di atas arus panas, apabila bertemu akan menimbulkan suatu kabut tebal di atas laut yang sangat membahayakan pelayaran kapal-kapal di laut. Arus laut mempunyai arti ekonomi yang penting, karena para pedagang berlayar mengikuti arus. Bangsa-bangsa yang tahu dan dapat memperhitungkan dari mana dan kemana arah arus laut, dapat menjadi bangsa yang jaya.


Litosfer

Berdasarkan cara terjadinya batuan dapat dibedakan 3 jenis batuan:



  1. Batuan Beku

Batuan ini terjadi secara langsung dari pembekuan magma yang terdiri dari mineral yang belum menunjukkan struktur tertentu.

Misalnya: Batuan Andesit yang banyak digunakan untuk pengerasan jalan.



  1. Batuan Sedimen

Batuan sedimen dapat terjadi karena pengendapan bahan organis, seperti tumbuh-tumbuhan.

Misalnya: Batuan kapur.



  1. Batuan Metamorf

Batuan ini merupakan perubahan batuan beku dikarenakan perubahan temperatur atau tekanan.

Misalnya: Batubara, Marmer.

Bertitik tolak dari suatu pengertian bahwa mineral-mineral yang terdapat dalam magma (cairan bahan) mempunyai B.D. yang berbeda-beda. Mineral yang B.D-nya tinggi akan tenggelam berada di bawah, sedangkan mineral yang B.D-nya rendah naik ke atas. Mineral yang B.D-nya tinggi umumnya mengandung Fe, Mg, Ca sedangkan mineral yang B.D-nya kecil, umumnya mengandung Al, Si. Seperti diketahui bahwa makin masuk ke dalam perut bumi akan terjadi kenaikan temperatur. Thermigradient untuk Indonesia 30 m, artinya setiap masuk ke dalam tanah sedalam 30 m, temperatur akan naik 1° C. Selain temperatur cukup tinggi, tekanan juga besar, maka mineral-mineral tersebut berada dalam keadaan padat latent (latent plastic). Oleh karena itu apa-bila terjadi gerakan tektonik, bahan yang padat latent tersebut akan mencair. Hal ini disebabkan karena adanya pengurangan tekanan; disebabkan tekanan sebagian digunakan untuk menggerakkan bumi (gerakan tektonik). Bahan yang mencair tersebut kemudian lewat retakan kulit bumi yang mungkin ada bergerak keluar. Berdasarkan tempat terjadinya maka batuan penyusun litosfer dapat dibedakan atas:


    1. batuan intrusif: terjadi di bagian dalam, jauh dari permukaan bumi.

    2. batuan ekstrusif: terjadi di dekat permukaan bumi, atau diluar permukaan bumi.

    3. batuan hypoobisis: terjadi dalam gang atau saluran-saluran kulit bumi.

Bagian luar dari bumi lapisan batuan yang disebut lithosfer. Karena adanya peristiwa diferensiasi, terbentuklah lapisan SIAL dan lapisan SMA. SIAL merupakan bagian teratas dari kerak bumi yang terdiri dari Silica dan Aluminium (SI-AL). Sedangkan SIMA merupakan bagian bawah dari SIAL, yang terdiri dari Silica dan magnesium (SI-MA). Kedua lapisan di atas merupakan lithosfer.


Yüklə 396,21 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin