Tragisnya generasi negeri tercinta ini, bukannya prestasi mereka yang terdengar riuh dipemberitaan media media, akan tetapi TAWURAN ANTAR PELAJAR, pelajar SMA, SMP, bahakan siswa SD, yang lebih memalukan banyak juga tawuran yang terjadi antar mahasiswa [PARAH], antar fakultas satu almamater.
Saya bisa bilang ada sedikit kata wajar seandainya pertikaian [bahasa lain dari tawuran] terjadi antar desa, dusun, atau antar SUKU, seperti yang juga tidak kalah marak di berbagai stasiun tv saat ini, karna saya yakin sebagian besar dari mereka adalah [mohon maaf] orang awam dan tidak berpendidikan dan lebih mudah terpropokasi. Sedangkan kita....
Di sekolah, di kampus, kita diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan etah itu ilmu agama, pancasila, dan beberapa mata pelajaran sosial lainnya yang saya rasa jika kita amalkan, tidak akan pernah ada istilah yang namanya TAWURAN PELAJAR.
Terus,,apa yang salah dengan pola pendidikan kita? Apa yang salah dengan linkungan kita, Apa yang salah dengan negeri ini, bangsa ini, sehingga seakan semua ilmu yang kita timba di sekolah sekolah seperti hilang tak berbekas atau Apakah guru-guru yang menjadi panutan kita dulu doyan tawuran juga? entahlah....
Saya memang bukan seorang guru atau dosen[walaupun dalam beberapa bidang saya juga seorang pengajar], dan saya juga bukan seorang pengamat sosial, tapi berikut adalah 9 Cara Efektif Mencegah Tawuran antar Pelajar, yang saya karang-karang sendiri, tentunya berdasarkan pengalaman hidup, karna saya juga pernah merasakan ego-nya jiwa masa masa SMA/SMU dan solidnya persatuan ketika menjadi seorang mahasiswa, dan Alhamdulillah saya tidak pernah ikut tawuran pelajar, ataupun tawuran mahasiswa, bukan karna saya seorang pengecut atau karna tidak pintar berkelahi.
Berikut adalah tips terhindar dari tawuran pelajar, terutama siswa SMA, SMP/sederajat
-
Bekali diri dengan pengetahuan agama sebanyak-banyaknya. Di sekolah memang kita diajarkan juga pelajaran Agama, tapi spaling lama 2 jam seminggu, belum dibarengdi dengan maen-maen, dan juga pelajaran Agama disekolah lebih terfokus ke Nilai akhir ketika ujian (ahlak mah jauh), mungkin karna faktor inilah (kurangnya kesadaran beragama para siswa ) yang membuat para pelajar tidak punya pegangan untuk bisa menahan diri dalam pergaulan antar siswa. Ini juga bisa menjadi pesan serius untuk para orang Tua, untuk jangan hanya mengarahkan anak anak mereka untuk berprestasi dalam pelajaran-pelajaran dunia saja, akan tetapi harus diimbangi dengan prestasi ahlak dan budi pekerti dengan mengarahkan anak anak mereka untuk belajar agama di luar waktu sekolah
-
Pengawasan orang Tua. Tidak perlu menyewa intelegen khusus untuk melakukan tugas ini. Dengan menjalin komonikasi yang baik dengan anak, saya yakin sudah cukup membentengi anak dari pengaruh negatif lingkungannya.
-
Mengikuti kegiatan tambahan di sekolah. Mengikuti kegiatan kegiatan luar sekolah saya kira sangat ampuh untuk menyalurkan energi berlebih pada diri siswa. Jika boleh kasih saran sama orang tua [jika ada yang kebetulan baca] masukkan anak-anak anda ke kegiatan luar sekolah seperti Bela Diri, bukan untuk mengajar mereka berkelahi (walaupun sebenarnya wajib diajarkan), akan tetapi menurut pengalaman saya pribadi, semakin pinter seseorang berkelahi, semakin ingin mereka menjauhi perkelahian tersebut. Cerita dikit, saya belajar bela diri sudah hampir 10 tahun lamanya, tepatnya beladiri kung fu, tapi semakin lama saya belajar, saya semakin takut untuk terlibat dalam perkelahian, terutama perkelahian fisik, begitupun juga dengan sifu sifu saya, mereka nyaris tidak pernah ikut perkelahian, walaupun ada beberapa tapi sebatas pembelaan diri saja. Dan saya kira jika anda sudah pernah belajar beladiri (bukan yang setengah setengah, karna biasanya yang belajar setengah setengah sering membuat ulah) anda sudah faham akan hal tersebut, karna ILMU PADI berlaku juga di sini.
-
Jangan mudah terprovokasi. teliti, cermati dan gali setiap informasi yang kita dengar, dan kita lihat, sebelum mengambil tindakan terhadap permasalahan tersebut.
-
Pengawasan sekolah. Sekolah bisa saja membuat aturan aturan khusus kepada siswanya untuk bisa meminimalisir terjadinya ketegangan siswa antar sekolah, Terutama buat sekolah sekolah yang jaraknya berdekatan.
-
Hindari nongkrong habis pulang sekolah. Nongkrong habis pulang sekolah sering menjadi pemicu awal terjadinya pertikaian antar sekolah. Jika suatu kelompok siswa bertemu dengan kelompok siswa dari sekolah lainnya, rentan sekali terjadi gesekan gesekan yang bisa memicu tawuran antar pelajar.
-
Jalin silaturrahmi antar sekolah, bisa dengan cara mengadakan pertandingan pertandingan olah raga antar sekolah. TAPI..........Perlu menjadi catatan, sangat tidak di anjurkan melakukan pertandingan antar sekolah untuk oleh raga yang bersentuhan langsung dengan para pemainnya, seperti sepak bola contohnya, karna menurut pengalaman, berawal dari cidera pemain yang tersenggol pemain lawan, timbul ap-api dendam dalam diri siswa untuk melanjutkan pertandingan tersebut ke arena tawuran.
-
Pesan untuk pemerintah daerah. Pembangungan sekolah sekolah jangan sampe terlalu berdekatan lah, supaya tidak mudah terjadi gesekan antar pelajar nantinya.
-
Awasi kendaraan yang digunakan Siswa. Pengalaman kenalpot motor siwa banyak yang suaranya membludak memekakkan telinga (maklum jiwa alay masih sangat kuat ) dan ketika yang mpunya motor melewati kawanan siswa dari sekolah lain, sering ada yang tersinggu (padahal cuman lewat doang) dan dari sana juga sering timbul pertikain.
Demikian 9 Cara Mencegah Tawuran Antar pelajar dari saya, semoga bermanfaat. dan berdampak pada berkurangnya kasus tawuran antar pelajar di negeri indonesia tercinta ini.
Wassalam....
Keberadaan Allah menurut Syaikh Abdul Qadir jaelani.......Cpa gk s7 ?
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany berkata dalam kitabnya Al-Ghun-yah yang masyhur: [Allah berada di bagian atas langit, bersemayam di atas Arsy, menguasai kerajaan, ilmu-Nya meliputi ...tampikan lainnya
Update : Wah gawaat !!! .... ternyata Syaikh Abdul Qodir Jaelany kena virus wahaby ...tampikan lainnya
Update 2: Tertulis tuh dikitab beliau .............cikidot.
Jawaban TerbaikPilihan Penanya
Keterangan bahwa Allah SWT ada di atas Arsy adalah firman Allah SWT sendiri yang ditetapkan di dalam Al-Quran.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS. Al-Araf : 54)
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia.Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Yunus : 3)
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan , menjelaskan tanda-tanda , supaya kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu. (QS. Ar-Ra’d : 2)
Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy .(QS. Thaha : 5)
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah kepada yang lebih mengetahui tentang Dia. (QS. Al-Furqan : 59)
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?(QS. As-Sajdah : 4)
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya . Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Hadid : 4)
Penilaian & komentar penanya
Yupz.....
Terkadang orang susah mau menerima kebenaran dengan cara menakwil makna al Qur'an menurut dirinya sendiri. Kita sampaikan ayat2, hadist2 shohih, dan perkataan imam2 madzabpun masih dibantah dengan pemahaman akalnya ... dan stlh itu mengatakan dusta, hmm ... siapa yg berdusta sih ?
Jawaban Lainnya (3)
Berperingkat Tertinggi
ishak Dijawab 3 tahun yang lalu
Jangan melabelkan ma'rifatullah Syaikh Abdul Qadir jaelani untuk memberikan pengertian atau pemahaman terhadap wahabi. Apa engkau sudah mendalami pemahaman ma'rifat syekh Abd Qadir Djalani?
-- Coba posting bagaimana pemahaman ma'rifat Wahabi sehingga bisa membandingkan dengan pemahaman Syekh Abd Qadir Djalani. --
Rabu, 27 Juni 2012 tanya kesohihan hadis dalam kitab durotun nasihin
لسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ana baca di kitab Durratun Nashihin terjemahan hal 866 ada sebuah hadits riwayat Abu Hurairah yang artinya sbb : Ketika orang mukmin meninggal dunia maka ruhnya berkeliling di sekitar rumahnya sebulan, ia amati keluarga yg ditinggalkan bagaimana cara membagi harta pusaka & membayarkan hutangnya.Dan apabila sudah sebulan penuh dikembalikanlah ia ke liangnya. Kemudian ia berkeliling di sekitar makamnya selama setahun. Ia mengamati siapakah yang mau berziarah & berdoa serta belasungkawa kepadanya. Dan apabila sdh setahun penuh iapun diangkat ke tempat ruh2 berhimpun sampai tiba saatnya saatnya terompet ditiup. (Bahjatul Anwar).
Pertanyaan ana apakah hadis ini shoheh?
Syukron, جَزَاك اللهُ خَيْرًا
atas jawabannya.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Abu Farid.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Dikirim: Kamis, 20 Oktober 2011 1:57
Judul: Re: [assunnah]>>Tanya kesohihan hadits<<
و عليكم السلام ورحمة الله وبركاته
ada sedikit info mengenai kitab tersebut. Bahwa kitab tersebut tdk dpt dijadikan rujukan krn banyak memuat hadist palsu.
Bisa di buka pada link ini :
alQiyamah – Moslem Weblog
————————
http://alqiyamah.wordpress.com/2011/03/24/kedudukan-kitab-durratun-nashihin/
Pertanyaan:
Bagaimana kedudukan kitab Durratun Nashihin? Apakah dapat dijadikan rujukan untuk diamalkan? Jazakumullah khair
Jawab:
Di masyarakat kita, kitab ini cukup populer, menjadi pegangan dalam pengutipan hadits dalam ceramah-ceramah. Lengkapnya, berjudul Durratun Nashihin Fil Wa’zhi wal Irsyad karya Syaikh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khubari seorang Ulama yang hidup di abad ke sembilan hijriyah.
Tentang kitab ini, kami kutipkan pernyataan Syaikh bin Baz rahimahullah dalam Fatawa Nur ‘ala ad-Darb (1/80-81), dengan ringkas sebagai berikut:
“Kitab ini tidak bisa dijadikan pegangan. (Sebab) berisi hadits-hadits maudhu (palsu) dan lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran, sehingga tidak sepatutunya buku ini dijadikan sandaran dan kitab-kitab serupa lainnya yang berisi hadits palsu dan lemah. Hal ini karena hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian penuh dari para imam-imam (ahli) Sunnah. Mereka telah menjelaskan dan memilah hadits-hadits shahih dan yang tidak shahih. Maka, sudah seharusnya seorang mukmin memiliki kitab-kitab yang baik dan bermanfaat (saja), seperti Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Sunan Arba’ah [1], Mumtaqa al-Akhbar karya Majdudin Ibnu Taimiyah rahimahullah dan kitab Riyadhus Shalihin karya Iman an Nawawi rahimahullah, Bulughul Marom, dan ‘Umdatul Hadits. Kitab-kitab (hadits) ini bermanfaat bagi seorang Mukmin. Kitab-kitab ini jauh dari hadits-hadits palsu dan dusta. Tentang hadits-hadits lemah yang ada di kitab Sunan, Riyadhus Shalihin atau Bulughul Marom, para penulisnya telah menjelaskan dan menyampaikan hukumnya. Hadits-hadits yang lemah yang belum dijelaskan penulis kitab-kitab tersebut, telah dipaparkan dan ditunjukkan oleh para ulama lainnya dalam kitab-kitab syarag yang menjelaskan kitab-kitab tersebut. Demikian juga dijelaskan oleh para ulama dalam karya mereka (secara khusus) tentang hadits-hadits palsu dan lemah.” [2]
Note:
[1] Empat kitab Sunan; Sunan Abu Dawud, at-Tirmidzi, an Nasa’i dan Ibnu Majah, pent.)
[2] Sebagian ulama telah membukukan hadits-hadits palsu dan lemah dalam kitab-kitab tersendiri. Misal, al-Maudhu’at karya Imam Ibnul Jauzi, al-Fawaid al-Majmu’ah karya Imam Syaukani, Silsilah al-aHadits adh-Dhai’ifa wal Maudhu’ah karya Syaikh al Albani dan lain-lain. Buku-buku ini ditulis dalam rangka memperingatkan umat dari hadits-hadits palsu dan lemah agar tidak diamalkan. Pent.
Sumber: Disalin ulang dari Majalah as Sunnah Vol.7 Edisi 11/Thn XIV/Rabiul Tsani 1432H/Maret 2011M Hal.7
Ruh Orang Mati Berkeliling di Seputar Rumah dan Makamnya
FATWA NO. 2/SM/MTT/I/2010
Tentang
Hadis Mengenai Ruh Orang Mati Berkeliling di Seputar Rumah dan Makamnya
Penanya: Sugianto, Guru SMPN 3 Turi, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Pertanyaan:
Saya beberapa kali ditanya oleh rekan sejawat sesama pengurus takmir sebuah mesjid tentang hadis yang menyatakan bahwa ruh orang Islam yang meninggal akan berputar-putar di sekitar rumahnya selama satu bulan sejak meninggalnya dan setelah itu berputar-putar di sekitar makamnya selama setahun.
Hadis itu oleh sebagian orang dijadikan dasar bagi diadakannya kegiatan tahlil. Hadis tersebut dinyatakan bersumber dari Abu Hurairah r.a. dan terdapat dalam kitab Durratun-Nashihin dengan terjemahan bahasa Jawa pada halaman 2195-2196. Matan hadis dimaksud sebagaimana dikutip dalam kitab Durratun-Nasihin dengan terjemahan bahasa Jawa itu adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا مَاتَ اْلمُؤْمِنُ حَامَ رُوْحُهُ حَوْلَ دَارِهِ شَهْراً فَيَنْظُرُ إِلَى مَنْ خَلَفَ مِنْ عِياَلِهِ كَيْفَ يَقْسِمُ مَالَهُ وَكَيْفَ يُؤَدِّيْ دُيُوْنَهُ فَإِذاَ أَتَمَّ شَهْراً رُدَّ إِلَى حَفْرَتِهِ فَيَحُوْمُ حَوْلَ قَبْرِهِ وَيَنْظُرُ مَنْ يَأْتِيْهِ وَيَدْعُوْ لَهُ وَيَحْزِنُ عَلَيْهِ فَإِذَا أَتَمَّ سَنَةً رُفِعَ رُوْحُهُ إِلَى حَيْثُ يَجْتَمِعُ فِيْهِ اْلأَرْوَاحُ إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِيْ الصُّوْرِ
Pertanyaannya: Apakah hadis ini sahih dan siapa rawi yang meriwayatkannya? Mohon penjelasan.
Jawaban:
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Sugianto atas pertanyaannya. Agar para pembaca yang tidak memahami bahasa Arab dapat mengetahui isi matan dari teks di atas, maka terlebih dahulu kami perlu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahannya adalah sebagai berikut:
(Diriwayatkan) dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw bahwa apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka arwahnya berkeliling-keliling di seputar rumahnya selama satu bulan. Ia memperhatikan keluarga yang ditinggalkannya bagaimana mereka membagi hartanya dan membayarkan hutangnya. Apabila telah sampai satu bulan, maka arwahnya itu dikembalikan ke makamnya dan ia berkeliling-keling di seputar kuburannya selama satu tahun, sambil memperhatikan orang yang mendatanginya dan mendoakannya serta orang yang bersedih atasnya. Apabila telah sampai satu tahun, maka arwahnya dinaikkan ke tempat di mana para arwah berkumpul menanti hari ditiupnya sangkakala.
Sebelum lebih lanjut menjelaskan asal-usul teks di atas yang diklaim sebagai hadis Nabi saw, perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dan unsur-unsur hadis. Secara singkat hadis pada pokoknya adalah suatu matan yang dinisbatkan kepada Nabi saw melalui suatu rangkaian sanad yang menghubungkan mukharrij (penghimpun matan) kepada sumber matan, yaitu Nabi saw.
Pengertian ini menjelaskan kepada kita bahwa hadis terdiri dari dua unsur pokok (rukun), yaitu sanad dan matan. Sanad adalah jalur yang terdiri atas satu rangkaian rawi yang sambung-menyambung hingga sampai kepada Nabi saw dan yang menghubungkan mukharrij (penghimpun hadis) kepada Nabi saw yang merupakan sumber matan.
Matan adalah materi yang bersumber kepada Nabi saw yang diriwayatkan melalui jalur sanad yang menghubungkan penghimpun hadis kepada Nabi saw. Oleh karena itu setiap matan hadis haruslah ada sanadnya. Apabila ada hadis tanpa sanad, maka itu sama sekali bukan hadis yang sah. Sanad dalam pandangan orang-orang Muslim merupakan sarana untuk membuktikan bahwa suatu materi adalah hadis yang berasal dari Nabi saw. Berikut ini adalah contoh sanad dan matan:
مَالِك : عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ [رواه مالك]
Artinya: Malik (berkata): Dari ‘Amar Ibn Yahya al-Mazini, dari ayahnya (Yahya al-Mazini) diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidak ada perbuatan merugikan diri sendiri dan perbuatan merugikan orang lain
[HR Malik, al-Muwatta’, Beirut: Dar al-Fikr, 2005, h.454, hadis no. 1461].
Hadis ini dikutip dari kitab al-Muwatta’ karya Imam Malik (w. 179 H / 795 M). Dalam kitab ini Malik menyatakan bahwa ia menerima hadis la darara wa la dirar dari gurunya ‘Amr Ibn Yahya al-Mazini, dan ‘Amr Ibn Yahya al-Mazini sendiri menerima hadis itu dari gurunya, yaitu ayahnya sendiri, yaitu Yahya al-Mazini yang menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda: tidak ada perbuatan merugikan diri sendiri dan perbuatan merugikan orang lain. Jadi rangkaian orang (rawi) yang menghubungkan Malik sebagai penghimpun hadis kepada Nabi saw, dalam hal ini ialah ‘Amr dan ayahnya Yahya, adalah sanad dari hadis riwayat Malik tidak ada perbuatan merugikan diri sendiri dan perbuatan merugikan orang lain. Sedangkan isi hadis berupa sabda Nabi saw tidak ada perbuatan merugikan diri sendiri dan perbuatan merugikan orang lain adalah matan.
Perlu juga diketahui bahwa hadis harus ditemukan dalam sumber orisinal hadis. Sumber orisinal hadis adalah semua kitab yang penyusunnya memiliki sanad yang menghubungkannya kepada Nabi saw. Jadi kitab al-Muwatta’ karya Malik dan kitab fikih al-Umm karya Imam asy-Syafi’i (w. 204 H / 820 M) adalah sumber orisinal hadis, karena masing-masing penyusun kitab itu mempunyai sanad tersendiri yang menghubungkannya kepada Nabi saw. Sedangkan kitab al-Muntaqa karya Ibn Taimiyyah (w. 728 H / 1328 M), dan kitab Nailul-Autar karya asy-Syaukani (w. 1255 H / 1839 M), misalnya, bukanlah sumber orisinal hadis karena penyusunnya tidak memiliki sanad yang menghubungkan mereka kepada Nabi saw. Mereka mengutip hadis-hadis dalam kitab mereka itu dari kitab lain. Jadi kitab-kitab tersebut, meskipun adalah kitab-kitab hadis, namun bukan sumber orisinal hadis.
Sekarang marilah kita meneliti di mana sumber hadis tentang arwah yang berkeliling di seputar rumahnya yang ditanyakan di atas. Untuk melakukan penelitian kita dapat menggunakan tiga metode. Pertama menggunakan Program al-Maktabah asy-Syamilah (edisi 2), kedua menggunakan Program al-Jami’ al-Akbar (edisi 2), dan ketiga menggunakan Program al-Jami’ al-Kabir (edisi 4, 2007-2008). Penelusuran dengan menggunakan al-Maktabah asy-Syamilah tidak menemukan adanya hadis yang ditanyakan di atas. Ini berarti bahwa teks di atas tidak tercatat dalam satu pun dari 5505 kitab yang dirujuk dalam al-Maktabah asy-Syamilah. Dan karena itu juga dapat dinyatakan bahwa hadis yang sedang kita selidiki ini tidak tercantum dalam satu pun dari sumber-sumber orisinal hadis yang ada.
Sekarang mari kita lakukan penelusuran dengan menggunakan Program al-Jami’ al-Akbar. Hasil penelusuran dengan menggunakan program ini juga nihil, artinya hadis yang ditanyakan di atas tidak tercantum dalam kitab-kitab hadis yang ada. Terakhir mari kita gunakan program al-Jami’ al-Kabir (edisi 4, 2007/2008). Program ini menunjukkan juga tidak ada hadis seperti yang ditanyakan di atas yang tercantum dalam sumber orisinal hadis mana pun. Namun program ini menemukan ada matan lain yang mirip dengan hadis yang ditanyakan di muka. Matan lain dimaksud adalah sebagai berikut:
اَلْمَيِّتُ إِذاَ مَاتَ دِيْرَ بِهِ دَارُهُ شَهْرًا يَعْنِيْ بِرُوْحِهِ وَحَوْلَ قَبْرِهِ سَنَةً ثُمَّ تُرْفَعُ إِلَى السَّبَبِ الَّذِيْ تَلْتَقِيْ فِيْهِ أَرْواَحُ اْلأَحْياَءِ وَاْلأَمْواَتِ
Artinya: Seseorang apabila meninggal, maka ruhnya dibawa berputar-putar di sekeliling rumahnya selama satu bulan, dan di sekeliling makamnya selama satu tahun, kemudian ruh itu dinaikkan ke suatu tempat di mana ruh orang hidup bertemu dengan arwah orang mati.
Matan ini direkam oleh ad-Dailami (w. 509 H / 1115 M) dalam kitabnya al-Firdaus fi Ma’tsur al-Khithab [(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1417/1996), IV: 240, nomor 6722], dari Abu ad-Darda’ tanpa menyebutkan sanadnya. Selain itu matan ini juga dicatat oleh as-Sayuthi (w. 911 H / 1505 M) dalam dua kitabnya, yaitu Busyra al-Ka’ib bi Liqa’ al-Habib (h. 11) dan Syarh ash-Shudur bi Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur (h. 262). Namun as-Sayuthi dalam kedua kitab ini hanya mengutip dari ad-Dailami, dan ia menyatakan bahwa ad-Dailami tidak menyebutkan sanadnya. Dengan demikian matan ini pun juga tidak terdapat dalam sumber-sumber orisinal hadis.
Dari apa yang dikemukakan di atas dapat dilihat bahwa matan yang ditanyakan di atas dan matan lain yang mirip yang disebutkan oleh ad-Dailami tidak ada diriwayatkan dalam satu pun dari sumber-sumber orisinal hadis dan matan-matan tersebut tidak memiliki sanad. Atas dasar itu, maka disimpulkan bahwa matan tersebut sama sekali bukan hadis Nabi saw.
Dostları ilə paylaş: |