Dari ketiga kelompok kajian pokok dalam bidang ilmu Tafsir Hadis, selain mengandalkan pemakaian paradigma keilmuan masing-masing secara mandiri, juag dimungkinkan untuk mengadakan penelitian ketiga bidang tersebut sekaligus melalui penelitian multi-disipliner.
Contohnya, jika seseorang melakukan penelitian terhadap karya tafsir bil ma’tsur, misalnya, maka ia selain diharuskan menguasai bidang kajian metode tafsir, maka ia juag diharapkan memiliki keahlian yang memadai di bidang hadis dan ilmu hadis sebagai bidang ilmu sekunder karena tolok ukur validitas corak penafsiran ini menggunakan parameter kajian hadis dan ilmu hadis.
Begitu juga jika seseorang hendak melakukan penelitian tentang karya-karya tafsir bil ra’yi, maka bidang-bidang keahlian sekunder dalam ilmu-ilmu keislaman yang secara khusus menandai jenis corak tafsir yang diteliti: tasawuf, fiqih, filsafat Islam, sastra, atau tafsir ilmiah secara umum perlu dikuasai secara mumpuni guna dapat menghasilkan analisis yang optimal.
Jika kemudian bidang ilmu sekunder yang harus dikuasai itu berada di luar bidang kajian keislaman, maka yang terjadi adalah penelitian yang bersifat inter-disipliner.
Mahasiswa memahami urgensi penelitian melalui pendekatan interdisipliner mengingat keterkaitan antara bidang kajian ilmu hadis dengan bidang-bidang kajian serta pisau bedah analisis yang berasal dari luaur bidang ilmu Tafsir Hadis secara mandiri dalam iklim pengkajian Islam di era modern dewasa ini.
Pendekatan Filologis
Dalam kajian linguistik, filologi sering dirujuk sebagai ilmu untuk memahami teks dan bahasa kuno.
Atas dasar anggapan lingusitik itulah dalam tradisi akademik istilah filologi dijelaskan sebagai kajian terhadap sebuah bahasa tertentu bersamaan dengan aspek kesusasteraan dan konteks historis, serta aspek kulturalnya.
Arti penting kajian ini adalah guna dapat memahami sebuah karya sastra dan teks-teks lain yang memiliki signifikansi secara kultural.
Dalam hal ini dapat pula dijelaskan di sini bahwa lingkup kajian filologis meliputi:
tradisi kritikal yang dikaitkan dengan bahasa yang disampaikan.
Penerapan pendekatan filologis dalam penelitian Tafsir Hadis dapat dilakukan dalam beberapa cabang ilmu ini:
Penerapan pendekatan filologis dalam penelitian Tafsir Hadis dapat dilakukan dalam beberapa cabang ilmu ini:
Filologi Komparatif (Comparative Philology), dalam filologi klasik, misalnya dapat diterapkan dalam studi tentang al-Qur’an atau hadis dalam membantu menemukan pengaruh bahasa-bahasa asing non-Arab apa saja yang dikandung oleh al-Qur’an dan teks-teka hadis yang pada gilirannya penemuan ini dapat memberi ruang bagi analisis tentang ketinggian I’jâz al-Qur’ân, maupun kemungkinan kaitan antara sajian teks al-Qur’an atau hadis dengan sumber-sumber pra-Islam.
Contoh kajian ini dapat dilihat dalam dua artikel al-Suyuti di dalam al-Itqân:
Pertama kajian tentang kata-kata asing al-Qur’an yang berasal dari dialek non-Quraisy
Kedua tentang kata-kata di dalam al-Qur’an yang bukan berasal dari dialek Hijaz dan bahkan bahasa asing non-Arab yang diarabkan (mu‘arrab)
Rekonstruksi teks (text reconstruction), dalam filologi modern, atau disebut pula dengan istilah higher criticism menekankan upaya rekonstruksi sebuah naskah asli hasil karya pengarang lama berdasarkan varian salinan manuskripnya. Ini bisa dilakukan terhadap naskah karya tafsir dan hadis. Unsur-unsur utama yang dicari dalam kritisisme teks ini mencakup:
status kepengarangan (authorship),
penanggalan, dan
keaslian naskah.
Literatur yang bersifat manual metodologis yang berfungsi memandu secara teknis pola-pola yang harus dilakukan dalam penelitian yang memakai pendekatan filologis dalam lingkup kajian terhadap literatur yang lebih menekankan aspek keindonesiaan dapat dilihat pada karya Stuart Robson Principles of Indonesian Philology yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Prinsip-prinsip Filologi Indonesia terbitan Universitas Leiden tahun 1994. Karya ini merupakan buku panduan yang cukup penting mengingat masih banyak literatur bidang tafsir dan literatur-literatur tentang kajian Islam pada umumnya yang ditulis oleh ulama Indonesia yang hingga kini masih tertulis dalam bentuk salinan manuskrip dan belum memiliki edisi cetak yang bisa dibaca secara luas.
Literatur yang bersifat manual metodologis yang berfungsi memandu secara teknis pola-pola yang harus dilakukan dalam penelitian yang memakai pendekatan filologis dalam lingkup kajian terhadap literatur yang lebih menekankan aspek keindonesiaan dapat dilihat pada karya Stuart Robson Principles of Indonesian Philology yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Prinsip-prinsip Filologi Indonesia terbitan Universitas Leiden tahun 1994. Karya ini merupakan buku panduan yang cukup penting mengingat masih banyak literatur bidang tafsir dan literatur-literatur tentang kajian Islam pada umumnya yang ditulis oleh ulama Indonesia yang hingga kini masih tertulis dalam bentuk salinan manuskrip dan belum memiliki edisi cetak yang bisa dibaca secara luas.