وقف لله تعالى لا يباع ولا يشترى sahih shifa kesembuhan siapa hakim iyad dan pendahuluan shifa


Keberanian dan kegagahan Nabi Muhammad



Yüklə 1,07 Mb.
səhifə6/24
tarix21.08.2018
ölçüsü1,07 Mb.
#73245
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   24

Keberanian dan kegagahan Nabi Muhammad

pujian dan kesejahteraan atasnya

Keberanian dan kegagahan adalah dua sifat utama yang tampak didalam diri Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Keberanian yaitu kebajikan yang dikendalikan oleh kecerdasan dan kebijaksanaan untuk melakukan hal yang benar tanpa takut akan hasilnya. Kegagahan adalah kekuatan mengatasi rasa takut saat menghadapi bahaya, dimana merupakan sebuah kebajikan terpuji. Contohnya orang yang tetap tak gentar menghadapi musuh yang lebih banyak jumlahnya dalam suatu peperangan, meskipun kemungkinan besar dirinya akan terbunuh.

Seseorang menanyai Baroo’, “Apakah ada diantara kalian yang lari dari Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, pada waktu perang Hunain?” Barro’ menjawab, “Tetapi Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak lari. Saya melihat baginda di atas baghal putih sedang Abu Sufyan memegang tali kekangnya, dan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, ‘Aku nabi tidak berbohong, aku putra Abdul Mutholib’.”

Abbas terdengar mengatakan, “Ketika orang-orang Islam dan kafir berhadapan, kaum muslimin berbalik mundur. Aku berusaha mengerem tali kekang baghal baginda, supaya tidak buru-buru ke depan, sementara Abu Sufyan berjalan cepat disisi pelana baginda, saat Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, berseru, ‘Wahai kaum Muslimin!”

(Sisipan Syeikh Darwish: Ada banyak sekali kejadian ketika Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bertemu situasi yang berbahaya, bagaimanapun, baginda tidak pernah mundur, namun tetap teguh dalam berbagai keadaan, bahkan ketika para Sahabatnya yang paling pemberani dan ksatria sekalipun telah mundur. Sekali memutuskan maju, baginda tidak pernah terlihat mundur maupun goyah. Dalam sejarah umat manusia, tak pernah ada orang yang begitu pemberani seperti baginda)

Ibnu Umar berkata, “Aku belum pernah melihat ada yang lebih berani, dan lebih bergegas untuk melindungi, lebih pemurah, lebih mudah meridhai dan lebih baik daripada Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya.”

Ali berkata, “Kami ada disana, ketika ketakutan memuncak, dan keadaan sekeliling semakin mengganas, kami mengkhawatirkan Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, namun tidak ada seorangpun yang lebih dekat pada musuh daripada baginda. Kami telah melihat baginda pada waktu perang badar, saat kami berada dibelakang baginda. Baginda yang paling dekat dengan musuh, dan baginda lah yang paling pemberani pada saat itu.”

Anas berkata, “Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah manusia yang paling bagus, paling dermawan dan paling pemberani.

Suatu malam, penghuni kota Madinah dicekam ketakutan. Sebagian penduduk lalu pergi mencari penyebab gangguan. Tetapi Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, sudah pergi dalam pencarian sebelum mereka diatas kuda Abu Tolchah yang tak berpelana untuk menemukan penyebab gangguan, dengan pedang yang melingkar di leher, kemudian baginda bertemu mereka dalam perjalanan kembali dan berkata, “Kalian tidak akan ketakutan.”

Ubay bin Kholaf menjadi tawanan pada Perang Badar, dan kemudian ditebus, tetapi bukannya bersyukur malah berhasrat membalas dendam. Dengan penuh kebencian ia mengancam Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, “Aku punya kuda yang tiap hari kuberi makan jagung yang cukup. Aku akan membunuhmu ketika menungganginya!” Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menjawab, “Jika Allah menghendaki, aku akan membunuhmu.”

Pada perang Uhud, kesempatan muncul dengan sendirinya. Ubay berteriak, “Di mana Muhammad? Semoga aku tidak selamat jika dia selamat!” Ketika Ubay melihat Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, ia cepat-cepat memacu kudanya iasg baginda. Beberapa kaum Muslimin berusaha menghentikannya supaya tidak ias mendekati baginda, namun baginda berkata, “Biarkan dia”. Baginda mengambil tombak Harits, lalu menggoncang-goncangkan tombak tersebut dengan goncangan yang membuat para Sahabat disekitarnya berhamburan menjauh, seperti berhamburnya lalat dari punggung unta ketika berguncang. Baginda menghadapi Ubay dengan hanya sedikit menggores leher Ubay dengan ujung tombak tersebut. Ubay lalu kehilangan keseimbangan serta terpelanting dari kudanya. Baginda tidak mengambil tindakan lebih jauh. Ubay kembali menaiki kudanya menuju ke perkemahan sambil berteriak, “Muhammad telah membunuhku!” Mereka yang ada disekitarnya berkomentar, “Kamu terlihat baik-baik saja!” Ubay menjawab, “Seandainya semua manusia bersamaku, dia pun mampu membunuh mereka semua!” “Bukankah dia telah berkata, ‘Aku akan membunuhmu’” “Demi Allah, seandainya dia meludah ke arahku, air liurnya pun akan membunuhku.” Tak lama setelah Ubay kembali ke Mekah, ia meninggal dunia di suatu tempat bernama Sarif.
Sifat malu Nabi Muhammad serta penundukan pandangan

Baginda mempunyai sifat pemalu yang tiada tandingannya, ini merupakan salah satu akhlak sangat terpuji yang terdapat dalam diri baginda. Perasaan malu adalah hal yang menyebabkan seseorang menundukkan wajah dari suatu kejadian disaat sesuatu yang tidak disukai terjadi, atau membiarkan sesuatu terjadi ketika lebih baik untuk tidak menindaknya. Penundukan pandangan adalah menahan mata dari segala sesuatu yang tidak patut dipandang ataupun sesuatu yang menggoda.

Dari semua orang, baginda adalah orang yang paling unggul sifat malunya, dan selalu menahan mata dari memandang aurat orang lain. Allah berfirman, “Hal itu adalah menyakiti Nabi, maka dia merasa malu dari kalian. Sungguh Allah tidak malu dari kebenaran.” (Al-Azhab 33,53)

Mengomentari sifat pemalu baginda, Abu Said Al Khudri berkata, “Adalah Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, lebih besar perasaan malunya daripada perawan yang dipingit. Ketika baginda tidak menyukai sesuatu, kami ias mengenalinya di wajah baginda.”

Baginda mempunyai perasaan yang sangat halus dan sangat peka. Perasaan malu dan kemurahan hati baginda telah mencegah baginda untuk mengatakan atau memikirkan segala sesuatu yang tidak suka didengar orang.

Bunda Siti Aisyah, Ibu orang-orang beriman, semoga Allah meridhainya, berkata, “Ketika Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, mendengar sesuatu yang tidak disukainya tentang seseorang, baginda tidak mengatakan, ‘tidak sepatutnya fulan berkata seperti itu?’ tetapi, baginda berkata, ‘Tidak sepatutnya suatu kaum berbuat atau berkata seperti itu?’ baginda melarang menyebut nama orang yang telah melakukannya.”

Anas berkisah tentang suatu kejadian ketika seorang lelaki iasg kepada baginda. Ada bekas kekuning-kuningan pada lelaki itu, namun baginda tidak mengatakan sesuatu pun kepadanya, karena baginda tiada biasa mengucapkan sesuatu yang tidak disukainya. Ketika lelaki itu telah pergi, baginda meminta salah satu sahabatnya supaya meminta lelaki itu membasuhnya atau menghilangkannya.

Bunda Aisyah memberitahu bahwa baginda tidak kasar perangainya serta tidak kasar tutur katanya. Baginda tidak pernah berteriak di pasar, dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, namun memaafkan dan mengabaikannya.

Abdullah bin Salam dan Abdullah bin Amr, yang memiliki pengetahuan luas tentang kitab Taurat, berkomentar bahwa didalam Taurat disebutkan, sifat-sifat tersebut akan ditemukan dalam diri Nabi terakhir yang diutus (yaitu Nabi tercinta kita, Nabi Muhammad).

Persahabatan, pergaulan dan watak Nabi Muhammad yang bagus

Sopan santun baginda dalam pergaulan telah dilaporkan oleh banyak orang. Tata ias baginda yang sangat mengagumkan ditambah dengan wajah yang ceria pada setiap orang, adalah diantara kelebihan baginda.

Sahabat Ali mengomentari sifat Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, seraya berkata, “Baginda adalah manusia yang paling lapang dada, paling benar lisannya, paling halus wataknya, dan paling bagus dalam bergaul.

Allah berfirman,

“Maka dengan sebab rahmat dari Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Seandainya engkau kasar iasg hati, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali-Imran,3:159)

“Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Tolaklah dengan cara yang paling bagus.” (Fussilat,41:34).

Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak pernah menolak permintaan seseorang. Walaupun hanya menerima hadiah sebuah kaki kambing, baginda tetap senantiasa bersyukur, dan baginda mendoakan si pemberi untuk membalas kebaikan tersebut.

Sahabat Anas berkata: “Aku telah mengabdi pada Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, selama sepuluh tahun. Baginda sama sekali tidak pernah berkata “Uh!” kepadaku. Ketika aku telah berbuat sesuatu hal, baginda tidak pernah mengatakan, “Mengapa kamu melakukannya?” sedang untuk sesuatu yang tidak kulakukan, baginda tidak pernah berkata, “Mengapa kamu tidak melakukannya?”

Jarir bin Abdullah berkisah tentang baginda, “Semenjak aku masuk Islam, Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak pernah menjauhkan dirinya dariku, dan setiap kali melihatku baginda selalu tersenyum.”

Baginda berkumpul dan bersenda gurau dengan para Sahabatnya, serta bermain dengan anak-anak mereka. Baginda bahkan mengijinkan mereka masuk dan duduk di kamar baginda. Baginda memenuhi undangan siapapun, baik itu orang merdeka, pembantu laki-laki atau perempuan maupun orang miskin. Baginda menengok orang sakit, meski mereka tinggal di pinggiran kota, dan menerima iasg siapapun yang berhalangan melakukan sesuatu.

Anas berkata, “Setiap kali seseorang berbicara di telinga Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, baginda tidak pernah menggeserkan kepala baginda, sampai orang tersebut yang menggeserkan kepala lebih dulu. Ketika seseorang menjabat tangan baginda, baginda tidak pernah menjadi orang pertama yang melepaskan jabatan tangan tersebut.

Pada waktu berjumpa seseorang, baginda-lah yang lebih dahulu mengucapkan salam dan yang pertama kali menjabat tangan para Sahabatnya. Baginda memuliakan orang yang bertamu kepadanya, seringkali baginda membentangkan jubahnya serta menawarkan alas duduknya kepada tamunya, dan baginda bersikeras kepada tamunya jika tamunya merasa segan, supaya menerima ajakannya. Baginda iasg gelar yang indah kepada para Sahabatnya, dan memanggil dengan nama favorit mereka sebagai penghormatan pada mereka.

Abdullah bin Haris berkata: Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih murah senyum daripada Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya.

Sahabat Anas mengungkap kisah para pembawa air Madinah, untuk mencari keberkahan, mereka mendatangi Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, dengan wadah berisi air pada pagi hari, dan baginda mencelupkan tangan baginda ke dalam wadah mereka, meski saat itu cuaca sangat dingin.




SAHIH SHIFA

KESEMBUHAN
Seri ke-5
KESEMPURNAAN FISIK DAN PERILAKU

SERTA KEBERKATAN NABI MUHAMMAD

Karya


Hakim Agung Abulfadl Iyad

wafat tahun 1123M / 544H


Periwayat Hadis

Muhaddis Agung Hafiz Abdullah Bin Siddiq


Perevisi

Muhaddis Abdullah Talidi


Adaptasi oleh

Abdi Hadis Syekh Ahmad Darwish (Arab)

Anne Khadeijah (Inggris)

Siti Nadriyah (Indonesia)


Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi.

Rahmat dan kasih sayang Nabi Muhammad

Pujian dan kesejahteraan atasnya


Allah berfirman, “Sungguh telah iasg kepadamu seorang Rasul (Utusan Allah) dari dirimu sendiri, menyedihkan atasnya apa yang kamu derita, sangat mencemaskan (keselamatan) atasmu, lemah lembut lagi penyayang pada orang-orang beriman.” (At-Taubah,9:128)

“Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (Al-Anbiya’,21:107).



(Sisipan Syeikh Darwish: Allah telah membuat watak lemah lembut, kepedulian dan belas kasih Nabi Muhammad, meliputi setiap iasg ciptaan-Nya. Termasuk juga bagian dari keunggulan Nabi adalah bahwa Allah menghiasi baginda dengan dua dari Nama-nama Nya ketika Dia berfirman, “Paling belas kasih lagi penyayang.” (At-Taubah,9:128).)

Sofwan berkata, “Demi Allah, baginda telah memberiku apa yang baginda berikan kepadaku. Bagiku baginda adalah makhluk yang paling kubenci, tetapi baginda masih saja iasg kepadaku, sehingga baginda menjadi makhluk yang paling kucintai.”

Diantara rahmat dan kasih sayang baginda pada umat adalah selalu berusaha membuat segala sesuatu menjadi ringan dan mudah bagi mereka. Ketidaksukaan baginda pada sesuatu adalah karena baginda khawatir hal tersebut akan menjadi kewajiban bagi umat baginda. Seperti tampak dalam perkataan baginda ini, “Sekiranya bukan karena rasa kasihan pada umatku, sungguh aku akan memerintah mereka menggunakan siwak setiap kali mereka berwudhu.”

(Siwak disebut juga miswaak atau kayu siwak yaitu ranting pembersih gigi higienis dari pohon Arak, Peelu atau Persica Salvadora. Sekarang banyak tersedia di pasaran pasta gigi yang mengandung siwak tetapi kebanyakan dari mereka lupa mengatakan bahwa ide tentang siwak iasg dari baginda, misalnya Perusahaan besar Eropa SIGNAL yang mengadoptasi siwak pada produk mereka tapi tidak iasg tanda jasa pada baginda).

Yang dimaksud dengan ‘umatku’ merujuk pada semua orang yang mengikuti Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, yang sezaman dengan baginda dan juga yang iasg setelah zaman baginda sampai Hari Kiamat.

Belas kasih dan kepedulian pada umat selanjutnya iasg pada jumlah waktu yang baginda habiskan disepanjang malam untuk beribadah, dan baginda juga melarang untuk berpuasa wishol (puasa terus menerus tanpa berbuka dan tanpa sahur). Adapun iasg baginda tidak menyukai masuk ke ruangan didalam Kabah adalah karena khawatir hal itu akan menjadi kewajiban atas umat sehingga melelahkan mereka.

Ketika mendengar seorang anak menangis tersedu-sedu, baginda pun mempersingkat solat dengan membaca-surah-surah yang pendek bacaannya.

Belas kasihnya yang penuh kelembutan, terlihat jelas ketika baginda berdoa kepada Allah seraya berucap, “Setiap kali ada seseorang yang kumaki dan kulaknat, jadikanlah hal itu baginya sebagai zakat, rahmat, doa, dan penyucian, serta sebagai kedekatan yang mendekatkannya kepada-Mu pada Hari Kiamat.”

Bahkan ketika orang-orang kafir mendustakan baginda, baginda tetap berbelas kasih kepada mereka, meski Malaikat Jibril iasg kepada baginda dan berkata, “Sungguh Allah telah mendengar ucapan kaummu kepadamu, dan penolakan mereka terhadapmu. Dia telah memerintahkan Malaikat Pegunungan supaya engkau menyuruhnya dengan apapun yang engkau kehendaki sehubungan dengan pendustaan mereka.” Kemudian Malaikat Pegunungan menyapa baginda dan berucap salam kepada baginda seraya berkata, “Suruhlah saya dengan apapun yang engkau kehendaki. Jika engkau menghendaki, saya akan menjepit mereka di antara dua gunung Mekah.” Dalam lemah lembut, baginda menjawab, “Yang aku harapkan adalah agar Allah mengeluarkan dari tulang punggung mereka, orang-orang yang menyembah Allah sendirian, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.

Siti Aisyah, Ibu orang-orang beriman, semoga Allah meridhainya, menegaskan bahwa setiap kali diberi pilihan antara dua hal, baginda selalu memilih yang lebih mudah dari keduanya.

Ibnu Mas’ud berkata, “Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, sangat berhati-hati ketika memperingatkan kita, karena baginda khawatir hal tersebut mungkin melelahkan kita.”

Suatu hari, Siti Aisyah, semoga Allah meridhainya, menunggang unta yang membandel, lalu dengan lemah lembut Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, berkata kepadanya, “Engkau hendaknya berbelas kasih.” (supaya orang lain ikut berbelas kasih terhadap hewan)



Nabi Muhammad senantiasa memelihara janji dan tali silaturahmi

Sahabat Anas menceritakan tentang hadiah yang diberikan kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan baginda berkata, “Pergilah dengan hadiah itu ke rumah fulanah, dia adalah teman Khodijah dan dia benar-benar mencintai Khodijah.”

Bunda Siti Aisyah, semoga Allah meridhainya, berkata, “Ketika Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menyebut-nyebut Khodijah, aku merasa tidak ada satupun wanita pun yang lebih beruntung daripada dia. Apabila baginda menyembelih seekor domba, baginda mengirimi teman-teman Khodijah dan ketika saudarinya minta izin untuk masuk, baginda senang bertemu dengannya. Suatu hari seorang wanita iasg kepada baginda, baginda sangat bersuka cita menyambutnya, dan bertanya yang baik-baik tentang Khodijah, dan saat wanita itu telah pergi, baginda berkata, ‘ia sering datang kepada kami ketika Khodijah masih hidup. Memelihara janji (yakni persahabatan, atau berbuat baik kepada orang-orang yang disayangi orangtua ataupun keluarga kita yang lain) ialah bagian dari keimanan’.”

Baginda berkata, “Sungguh keluarga bani fulan, bagiku mereka bukanlah orang-orang yang menolong, melainkan bahwasanya ada pertalian keluarga dengan mereka, jadi aku memeliharanya dengan bersilaturrahmi.”

Salah satu iasg baginda yang bernama Siti Zainab, mempunyai anak perempuan bernama Umamah. Baginda biasa memanggul Umamah diatas pundaknya. Pada saat bersujud baginda meletakkannya dan ketika berdiri baginda memanggulnya lagi.

Amr bin Sa’ib berkata, “Suatu hari, ketika Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, sedang duduk, ayah susu baginda iasg kepada baginda, lalu untuk dia baginda membeber sebagian pakaiannya, dan dia pun duduk diatasnya. Setelah itu, ibu susu baginda iasg, kemudian untuknya baginda membeber sisa sebagian pakaiannya disisi samping yang lain, jadi wanita tersebut duduk diatasnya. Sesudah itu, iasg saudara susu baginda, maka Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, berdiri lalu mempersilahkannya duduk didepan baginda.”

Setelah Malaikat Jibril membawakan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, Wahyu pertama, baginda terguncang dan kembali kepada istrinya Siti Khodijah, semoga Allah meridhainya, yang segera menghibur baginda, dan iasg kesaksian untuk keluhuran budi pekerti baginda seraya berkata, “Berbahagialah! Demi Allah! Allah tidak akan membuatmu bersedih selamanya, sungguh engkau memelihara tali silaturahmi, meringankan beban orang yang butuh, membantu para fakir miskin, menjamu tamu, dan menolong orang untuk mendapatkan hak mereka.” (diriwayatkan didalam Sahih Muslim)

Kerendahan hati Nabi Muhammad

Pujian dan kesejahteraan atasnya


Meski Allah telah mengangkat baginda pada kedudukan dan derajat tertinggi, baginda tetap sangat rendah hati; sedikitpun tidak ada kebanggaan yang tampak didalam diri baginda. Buktinya adalah ketika ditawari pilihan antara menjadi seorang nabi dan raja, atau menjadi seorang nabi dan hamba, baginda memilih pilihan yang terakhir.

Kerendahan hati baginda semakin terlihat ketika bapak Umamah memberitahu, “Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, keluar dari kami dengan bertumpu pada sebuah tongkat, maka kami berdiri untuknya, tetapi baginda berkata, “Janganlah kalian berdiri sebagaimana orang-orang Persia dan Romawi berdiri karena mengagungkan sebagian mereka pada sebagian yang lain.”

Tentang dirinya, baginda berkata, “Aku seorang hamba. Aku makan sebagaimana seorang hamba makan, dan aku duduk sebagaimana seorang hamba duduk.”

Baginda tidak pernah merasa gengsi untuk mengunjungi para fakir miskin dan duduk bersama-sama mereka, dan tidak pernah enggan menerima ajakan seorang pembantu. Ketika tengah mengendarai keledai, baginda selalu siap sedia untuk berbagi tunggangan dengan orang lain, dan membonceng di belakang baginda. Baginda duduk dengan para Sahabatnya, berbaur dengan mereka, dan tidak pernah memilih-milih tempat dimana baginda duduk.

Umar memberitahu bahwa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, “Janganlah memuji berlebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani memuji berlebihan putra Maryam. Sesungguhnya aku seorang penyembah, jadi kalian berkatalah, ‘penyembah Allah dan Utusan-Nya’.”

Baginda tidak pernah menghindari seseorang. Mengenai hal ini, Anas menceritakan kisah seorang wanita tidak waras, yang bertemu dengan baginda. Wanita itu berkata, “Aku butuh sesuatu darimu.” Baginda tidak berpaling darinya namun berkata, “Duduklah wahai ibu fulan di jalan kota mana saja yang anda kehendaki, aku akan duduk bersama anda sampai kebutuhan anda terpenuhi.” Anas meneruskan perkataannya bahwa baginda baru duduk setelah wanita itu duduk, dan tetap disana hingga wanita itu mendapatkan apa yang ia butuhkan.

Lebih lanjut Sahabat Anas mengungkap bahwa Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak pernah merasa gengsi untuk mengendarai seekor keledai, dan menerima ajakan seorang hamba sahaya. Ketika terjadi konflik Quroizhoh, baginda sama sekali tidak merasa gengsi mengendarai seekor keledai dengan kekang yang terbuat dari serabut. Bahkan saat diundang untuk makan roti yang terbuat dari tepung gandum kasar dan mentega yang basi, baginda tidak pernah enggan dengan ajakan tersebut.

Sesudah Pembukaan kota Mekah, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, pergi haji mengendarai tunggangan dengan sebuah pelana ias yang dilapisi kain kumal, yang nilainya tidak lebih dari empat dirham. Kemudian baginda berdoa, “Ya Allah, jadikanlah ini sebagai haji mabrur yang tanpa rasa pamer maupun keinginan memperoleh reputasi.” Selama haji ini, baginda berkurban seratus unta, untuk iasg makan semua orang di Kota.

Pada Pembukaan kota Mekah, ketika baginda memasuki kota dengan barisan para pengikutnya, baginda tidak membuatnya terlihat seperti kejayaan besar, namun baginda mengendarai kedelainya dengan penuh kerendahan hati kepada Allah, dan baginda menundukkan kepala begitu rendah sampai iasg menyentuh pelana.

Di antara banyak tanda-tanda kerendahan hati baginda adalah bahwa baginda bersabda, “Janganlah kalian lebih mengutamakan aku diatas Yunus putra Matta, dan janganlah saling mengunggulkan diantara para nabi, dan janganlah lebih memilihku melebihi Musa……dan seandainya aku mendekam di penjara seperti Yusuf, aku akan menjawab panggilan (untuk keluar dari penjara).” Seseorang berkata kepada baginda, “Wahai makhluk terbaik!” baginda menjawab, “Itu adalah Nabi Ibrahim”

Bunda Siti Aisyah menuturkan bahwa baginda melakukan pekerjaan rumah tangga sebagaimana anggota keluarganya yang lain, membersihkan pakaiannya sendiri, memerah air susu kambingnya, menambal pakaiannya dan menjahit terompahnya.”

Anas mengatakan bahwa wanita manapun yang melayani di rumah tangga baginda dapat memegang tangan baginda, dan mengajak baginda pergi kemanapun hingga baginda memuaskan keperluannya.

Seorang pria datang kepada baginda dan ketika melihat baginda, ia mulai gemetaran disebabkan besarnya kewibawaan, lalu baginda segera menenangkannya dan berkata, “Tenanglah, aku bukan seorang raja, aku hanyalah anak lelaki seorang wanita dari suku Quraisy yang makan daging dendeng.”

Abu Hurairah meriwayatkan seraya berkata: “Aku dan baginda masuk ke pasar, lalu baginda membeli celana dan baginda berkata pada orang yang menimbang, “Timbang dan paskanlah.” Si penimbang segera meraih tangan baginda dan menciumnya, namun baginda menarik tangan baginda dan berkata, “Ini yang dilakukan orang selain Arab (Persia) dengan raja-raja mereka, dan aku bukan seorang raja, aku hanyalah seorang laki-laki diantaramu.” Ketika baginda mengambil celananya, aku menawarkan diri membawakan untuknya, tetapi baginda berkata, “Pemilik sesuatu lebih berhak untuk membawanya.”



Keadilan, amanah, kesopanan dan kejujuran Nabi Muhammad

Pujian dan kesejahteraan atasnya


Di tengah-tengah masyarakat, baginda telah dikenal sebagai manusia yang paling dapat dipercaya, paling adil, paling sopan dan paling jujur dari semua orang. Bahkan lawan dan musuh tidak menyangkal akhlak terpuji baginda ini. Sebelum diangkat menjadi nabi, semua orang memanggilnya “Al-Amin (yang dapat dipercaya)”. Ibnu Ishak menjelaskan baginda dipanggil “Al-Amin (yang dapat dipercaya)” sebab karunia Allah kepada baginda, yang mencurahkan semua akhlak terpuji didalam diri baginda.

Pada waktu renovasi Kabah, ketika tiba saatnya peletakan Hajar Aswad, terjadi perselisihan diantara suku-suku Quraisy. Masing-masing kepala suku Quraisy berharap mendapat kehormatan untuk meletakkan batu tersebut. Karena tak ada yang mengalah, maka pertengkaran tak dapat dielakkan, yang berlangsung terus menerus selama beberapa hari. Hingga akhirnya mereka bersepakat bahwa manusia pertama yang memasuki serambi Kabah, akan dijadikan sebagai Juri. Baginda adalah orang pertama yang masuk, serempak mereka pun berkata, “Inilah Muhammad yang dapat dipercaya. Kami rela dengannya.” Akhirnya sengketa diselesaikan dengan melegakan semua pihak.

Robi’ bin Khutsaim, memberitahu bahwa di zaman Jahiliyah sebelum adanya Islam, sewaktu ada perselisihan diantara dua pihak, Rasulullah dipanggil untuk memberikan keputusan dan semua orang menerima keputusannya.

Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, “Demi Allah, sungguh aku terpercaya di langit dan terpercaya dibumi.”

Bahkan Abu Jahal yang sangat membenci baginda, diketahui telah berucap kepada baginda, “Sungguh kami tidak mendustakanmu, akan tetapi kami mendustakan apa yang kamu bawa.” Setelah itu, Allah menurunkan ayat, “Maka sungguh mereka tidak mendustakanmu, akan tetapi orang-orang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An’am,6: 33)

Heraclius, Kaisar Romawi, menanyai Abu Sufyan, tentang kebenaran Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, seraya berkata, “Apakah kamu pernah mencurigainya berdusta sebelum dia mengatakan apa yang telah dia iasg?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak”

Dilaporkan didalam hadis bahwa baginda sama sekali tidak pernah menyentuh seorang wanita yang baginda tidak memiliki hak atasnya.

Sahabat Ali menggambarkan baginda seraya berkata, “Baginda adalah manusia yang paling jujur lisannya.”

Seseorang menghujat baginda tidak adil lalu baginda berkata kepadanya, “Semoga kamu dirahmati, siapakah yang akan adil jika aku tidak adil, aku gagal dan rugi jika tidak adil.”

Bunda Siti Aisyah, Ibu orang-orang beriman, semoga Allah meridhainya, menegaskan setiap kali Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, diberi pilihan antara dua hal, baginda selalu memilih yang paling mudah dari keduanya, selagi itu bukan dosa. Jika itu adalah dosa, maka baginda adalah orang yang paling jauh dari dosa.

Imam Ali, semoga Allah meridhainya, mendengar Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, “Tidak pernah terlintas dalam pikiranku, apa yang dilakukan orang di zaman Jahiliyah, kecuali pada dua kejadian, namun Allah telah menyelamatkanku pada dua kejadian tersebut. Sesudah itu, tidak pernah terlintas satupun perkara yang tidak patut dalam pikiranku, sampai Allah memuliakanku dengan Risalah-Nya. Suatu malam, aku meminta seorang pemuda yang menggembala domba bersamaku untuk memperhatikan domba-dombaku, sementara aku hendak pergi ke Mekah untuk menghabiskan malam sebagaimana anak-anak muda yang lain. Saat aku telah dekat, aku mendengar ada suara tabuhan rebana dan seruling iasg dari salah satu rumah di Mekah dalam perayaan pernikahan seseorang, lantas aku duduk untuk menyaksikan. Tiba-tiba, indera pendengaranku terhenti, lantas aku tertidur, dan tidak terbangun hingga matahari menyinariku. Akhirnya aku kembali tanpa ambil bagian dalam perayaan itu. Hal serupa terjadi diwaktu yang lain, dan sejak saat itu tidak pernah terlintas satupun sesuatu yang tidak patut dalam pikiranku.”


Yüklə 1,07 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   24




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin