Kiblat papat lima pancer, dan babahan hawa sanga Hal 72



Yüklə 0,62 Mb.
səhifə5/9
tarix27.10.2017
ölçüsü0,62 Mb.
#16149
1   2   3   4   5   6   7   8   9

15. Wadon, Putri, Wanita


Ajaran yang di dakwahkan dalam nama jenis kelamin orang itu adalah agar wanita mau menjaga diri sesuai dengan tertib wanita yang serba rahasia sebab kemuliaannya.

Wadon, artinya wadi: rahasia—sesuai dengan aturan agama Islam, tertib wanita yang serba tertutup rahasia. Bahkan dikatakan bahwa wanita itu adalah aurot yang harus ditututupi (almaratun ‘aurotun masturotun), sehingga dalam kancah rumah tangga wanita atau istri itu disebut dengan istilah kanca wingking, artinya teman belakang—bukan maksudnya untuk merendahkan derajat wanita tersebut, tetapi justru sebaliknya untuk memuliakan wanita. Bahkan dalam predika lain sebagai hak wanita yang harus dilindungi, maka istilahnya suwarga unut neraka katut.

Putri: pupune di pepetri: pupunya dipelihara (di openi)—jangan sampai kelihatan terbuka, sebab pupu adalah bagian dari aurot wanita yang sangat sensitif bagi laki-laki. Oleh karena itu sering orng tua kita mengingatkan wanita itu jangan duduk di pintu—apa lagi menghadap ke jalan besar istilahnya ora ilok. Terhadap larangan itu orang susah menerima maksudnya, tetapi jika dipikir maka wanita itu tidak boleh duduk di pintu ora ilok, sebab kalau duduk di pintu nanti pupunya bahkan lebih dari itu “yang lain” akan kelihatan.

Wanita, artinya wani ditata: berani diatur—sesuai dengan kedudukan wanita yang serba berwali, maka harus berani di atur (mau diatur) oleh bapaknya, atau suaminya apabila sudah punya suami. Itulah maka, wanita harus legawa (rela) menjadi kanca wingking yang geraknya sebatas kasur, dapur dan sumur. Sekali lagi bukan maksudnya untuk merendahkan wanita, tetapi justru untuk memuliakan wanita sesuai dengan fitrahnya.

Wanita pula harus legawa dengan pekerjaannya tiga “m”—macak, manak, dan masak.



Macak: dandan—untuk suami, bukan untuk orang lain. Sekarang terbalik, macak untuk orang lain bukan untuk suami. Buktinya macak hanya dilakukan oleh istri ketika hendak keluar rumah, dan tidak pernah dilakukan di rumah ketika bersama suaminya.

Manak: melayani suami—betapa pentingnya hal ini, sebab dengan demikian seluruh hasrat suaminya bisa ditumpahkan kepada istri. Kalaulah seorang istri itu tidak mengutamakan manak, maka sudah bisa dipastikan suami akan dluya—selingkuh dengan wanita lain yang sesungguhnya tidak dikehendaki istri itu dendiri.

Manak ini juga diartikan mendidik anak. Memang demikian kelengkapan rumah tangga, bapak keluar mencari anafkah, istri di rumah mendidik anak. Kalau ini bisa ditunaikan, betapa indahnya seperti burung terbang dengan dua sayap—kiri dan kanan—seimbang sehingga bisa mencapai langit yang setinggi-tingginya. Tetapi kalau ini tidak bisa ditunaikan, ibarat burung terbang satu sayap–bagaimanapun usahanya tetap kandas. Hal ini bisa dibayangkan bagaimana pendidikan anaknya kalau suami istri mencari nafkah di luar. Atau bagaimana nafkah keluargaya kalau suami istri di rumah.

Masak: berhidmad pada suami—dan anak-anaknya di rumah. Betapa penting masak untuk melayani suami dan anak-anaknya di rumah—mencucikan baju dan celana suami dan anak-anaknya di rumah, memasakkan makan dan minum suami dan anak-anaknya di rumah. Kalau ini bisa ditunaikan maka suami dan anak-anaknya akan sangat bahagia, sehingga semakin penuh suami dalam memuliakannya, dan semakin taat anak-anak kepada ibunya.

Wanita pula harus legawa menerima prinsip wong lanang: menghormati orang laki-laki (suaminya) dimana bagaimanapun keadaan wong lanang (suaminya) ala-ala harus menang (jelek-jelek harus menang—hurus diakui sebagai pimpinannya). Sekali lagi bukan semua itu untuk merendahkan wanita, tetapi justru sebaliknya meninggikan derajat wanita sesuai dengan fitrahnya—logikanya wong Jawa ki yen dipangku mati: orang Jawa itu kalau di muliakan mati, artinya akalau suami itu dimuliakan sesuai dengan fitrahnya, maka pasti akan memberikan pengorbanan kepada wanita—istrinya lebih dari semestinya.


Catatan Penting Tentang Berbagai Hal Dakwah

Catatan penting tentang berbagai hal dakwah para Wali di atas seperti: lole-lole, lae-lae dan sebagainya, sesungguhnya belum tentu seluruhnya benar dari para Wali. Tetapi karena muaranya dari sana (dari dakwahnya para Wali, karena memang para Walilah yang pertama kali dakwah), maka bagaimanapun sesuai dengan hukum nasabiah atau hukum keturunan atau bibit sekawit (bahasa Jawa ) berbagai hal tersebut bisa dikatakan dari para Wali.



Kiblat Papat Lima Pancer


Ajaran yang disampaikan dalam ungkapan kalimat tersebut, agar manusia—orang Islam senantiasa menegakkan lima rukun Islam—syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji.

Kiblat papat lima pancer itu bisa dilihat dalam tari bedaya, serimpi, dan rumah dengan empat tiyang sekaligus penghuninya. Kerterangan lebih lanjut adalah demikian—pada umumnya, tari bedaya dan serimpi itu jumlah penarinya lima orang. Lima orang ini merupakan simbolisme yang pada umumnya orang menyebut dengan istilah kiblat papat lima pancer, artinya empat arah satu pusat—barat, timur, selatan, dan tengah

Agak berbeda dengan tari bedaya atau serimpi yang jumlah penarinya lima orang—mudah ditangkap sebagai simbolisme kiblat papat lima pancer, sebuah rumah sekaligus dengan penghuninya, yang sebuah rumah itu tiangnya empat, penghuninya satu kadang dua, tiga atau bahkan lebih—sulit ditangkap sebagai simbolisme kiblat papat lima pancer, tetapi demikian kenyataannya rumah serta penghuninya itu juga merupakan simbolisme kiblat papat lima pancer. Tiang empat itu simbolisme kiblat papat, sedang penghuninya berapapun sebagai simbolisme lima pancer.

Apa maksud kiblat papat lima pancer sebagai simbolisme jumlah tari bedaya dan serimpi, juga tiang dalam sebuah rumah dan penghuninya itu ?, kiblat papat lima pancer adalah simbolisme dari lima rukun Islam—syahadat, sholat, zakat, pasa dan haji.

Jelasnya untuk keterangan itu demikian: empat rukun Islam sholat, zakat, pasa, dan haji itu akan tegak, jika lima pancer atau syahadat—imannya kepada Allah itu juga tegak. Iman kepada Allah itu, menurut mereka orang-orang yang paham agama ujutnya adalah dakwah. Ujudnya dakwah, sebab hakikat dakwah itu adalah tarbiyah imaniyah—pembangun atau penegak iman.

Selain itu, maka menurut orang-orang yang paham agama ujut syahadat itu dakwah dan bukan sekedar keyakinan yang tidak bisa dilihat, sebab menyesuaikan empat rukun Islam lainnya—sholat, zakat, puasa, dan haji yang bisa dilihat.


Yüklə 0,62 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin