Kajian bahasa indonesia



Yüklə 490,84 Kb.
səhifə9/9
tarix22.08.2018
ölçüsü490,84 Kb.
#74144
1   2   3   4   5   6   7   8   9







VII. PEMAKAIAN KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA


  1. Syarat-syarat Kalimat Yang Baik

Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan gramatikal. Artinya, kalimat

tersebut disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, yaitu (1) unsur-unsur

penting yang harus ada dalam suatu kalimat, (2) aturan-aturan tentang ejaan yang

disempurnakan (EYD), dan (3) cara-cara memilih kata dalam kalimat (diksi)

Kelengkapan unsur kalimat menentukan kejelasannya, setidak-tidaknya

sebuah kalimat memiliki subyek dan predikat. Kalimat yang lengkap itu ditulis sesuai

dengan ejaan yang berlaku. Pilihan kata-katanya harus tepat

Kalimat yang jelas dan baik akan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian itu disebut kalimat efektif, yang secara tepat dapat mewakili pikiran dan keinginman penulisnya.

Beberapa persyaratan lain yang perlu diperhatikan untuk memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulisnya, ialah (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran, (3) penekanan, (4) kehematan, (5) kevariasian struktur kalimat.




  1. Subyek dan Predikat

Setiap kalimat harus mempunyai subyak dan predikat. Subyek adalah tentang sesuatu yang menjadi inti pembicaraan. Predikat adalah hal yang menceritakan atau menjelaskan inti pembicaraan.
Contoh : (1) Adik saya meminta buku tulis, pensil, serta tas sekolah.

  1. Kebudayaan Indonesia menjadi milik seluruh bangsa Indonesia.

Bagian yang tercetak miring disebut subjek, sedang bagian lainnya disebut predikat.




  1. Kesepadanan dan Kesatuan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah hubungan timbal balik antara subjek dengan predikat,antara predikat dengan obyek atau dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tersebut. Adapun yang maksud dengan kesatuan ialah adanya satu ide pokok atau kesatuan pikiran dalam satu kalimat. Jadi, kesepadanandan kesatuan dalam kalimat adalah kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat tersebut.

Ide pokok dalam suatu kalimat biasanya diletakkan pada bagian depan kalimat. Bila dua kalimat digabungkan menjadi satu, maka ide pokok terletak pada induk kalimat.


Contoh:

  1. Ia naik haji ketika masih jadi mahasiswa.

  2. Ia masih jadi mahasiswa ketika naik haji.

Pada kalimat (1) yang menjadi ide pokoknya adalah “ ia naik haji” (induk kalimat). Kalimat (1) berasal dari dua buah kalimat. Yaitu (a) ia naik haji. (2) ia masih menjadi mahasiswa .

Pada kalimat (2) yang menjadi ide pokoknya adalah “ia masih jadi

mahasiswa” (induk kalimat). Kalimat (2) berasal dari dua kalimat, yaitu (a) Ia masih jadi mahasiswa.

(b) berasal dari kalimat, yaitu (a) Ia masih jadi mahasiswa. (b) Ia naik haji.


  1. Kesejajaran

Sebuah kalimat harus memperhatikan unsur kesejajaran. Yang dimaksud kesejajaran ialah penggunaan bentuk- bentuk bahasa dalam penulisan dengan konstruksi yang sama dalam susunan serial. Kesejajaran bentuk-bentuk itu memberi kejelasan dalam kalimat secara keseluruhan.


Contoh: (1) Harga kertas meningkat, upah kerja naik, biaya cetak bertambah, terpaksa

harga buku itu dinaikkan pula.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang di pergunakannya (mengingat, bertambah, naik, dinaikkan), sehingga perlu diperbaiki lagi sebagai berikut:

(2). Harga kertas meningkat, upah kerja dinaikkan, biaya cetak meningkat, ter

paksa harga buku itu dinaikkan juga.


  1. Penekanan

Penekanan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara-cara (1) pengutamaan bagian kalimat (posisi dalam kalimat), (2) urutan yang logis, dan (3) pengulangan kata.




  1. Ibu guru memerintahkan murid-murid mengambar pemandangan.

  2. Murid-murid diperintahkan oleh ibu guru menggambar pemandangan.

Pada kalimat (1) dan (2) di atas terlihat bahwa ide yang dipentingkan “ibu guru dan murid-murid” diletakkan dibagian depan. Namun demikian kedua kalimat itu tetap sama artimya, sekalipun susunannya berbeda

Kejadian atau peristiwa hendaknya diurutkan dalam suatu kalimat sehingga tergambar secara logis, Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, urutan yang makin lama makin penting atau menggambarkan suatu proses.
Contoh: (3) Kehidupan di desa kadang-kadang sulit, susah, dan merana.

(4) Harga minyak tidak menentu, turun terus, bahkan murah sekali.


Selanjutnya, pengulangan kata dalam suatu kalimat kadang-kadang diperlukan untuk menegaskan bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian itu dapat memperjelas maksud kalimat.
Contoh: (5) Kenaikan SPP di perguruan Tinggi mengandung banyak demensi, tidak

hanya berdemensi administratif tetapi juga dimensi eduikatif, dimensi

sosial, agar mutu pendidikan tetap terbina.

(6) Dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya haruslah seimbang

antara pembangunan materiil dan spirituil, seimbang antara pembangunan

fisik dan non fisik




  1. Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif meliputi kehematan pemakaian kata,

kehematan frase atau bentuk lainnya. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata.

Salah satu kehematan di antaranya ialah menghindari pengulangan subjek kalimat. Karena pengulangan subjek, maka kalimat tidak menjadi jelas.


Contoh:

  1. Mahasisiwa itu segera mengubah rencananya setelah dia membayar SPP.

  2. Anak muda itu berlari-lari setelah dia dinyatakan luluis ujiannya.

Kalimat (1) dan (2) dapat diperbaiki sebagai berikut:



  1. Mahasiswa itu segera mengubah rencana setelah dinyatakan lulus ujian.

  2. Anak muda itu berlari-lari setelah dinyatakan lulus ujian.

Selanjutnya perlu juga diperhatikan faktor hiponimi dalam hal kehematan ini.

Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi (hiponim), misalnya kata merah sudah mengandung makna kelompok warna, Desember sudah bermakna bulan. Dalam kalimat efektif hendaknya menghindari penggunaan hiponim ini.
Contoh:


  1. Rektor IKIP Malang menghadiri rapat Sipenmaru di Jakarta hari Jumat lalu.

  2. Rambutnya berwarna kemerah-merahan ditimpa sinar matahari.

  3. Bapak Dekan turun ke bawah melaluai tangga samping.

  4. Rumah-rumah penduduk diterangi cahaya lampu neon.

Kalimat (5),(6),(7), dan (8) dapat diperbaiki dengan menghilangkan kata hari, berwarna, ke bawah, lampu. Dengan demikian kalimat-kalimat di atas dapat berubah menjadi:

  1. Rektor IKIP Malang menghadiri rapat Sipenmaru di Jakarta Jumat lalu.

(10) Rambutnya kemerah-merahan ditimpa sinar matahari.

(11) Bapak Dekan turun melalui tangga samping.

(12) Rumah-rumah penduduk diterangi cahaya neon.
Kemudian mengenai penggunaan kata depan “dari” dan “daripada” sering disalahgunakan dengan pemakaian sehari-hari. Kedua kata itu sesungguhnya merupakan kata depan seperti halnya di dan ke. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia untuk menunjukkan arah (tempat) asal (asal usul).
Contoh:

(13) Sekjen Depdikbud berangkat dari Jakarta menuju Malang pagi ini.

(14) Cicin kawinnya terbuat dari emas 23 karat.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.

Kata dari pada kalimat berikut ini tidak diperlukan.

(15) Dosen dari Kopertis itu sudah diangkat pegawai negeri.

(16) Adik dari teman saya sudah diwisuda bulan lalu.


Adapun mengenai penggunaan kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya.
Contoh:

(17) Sumarni lebih cantik daripada Sumarmi.

(18) Harga solar lebih murah daripada premium.
Penggunaan kata daripada yang tidak benar seperti berikut ini:

(19) Presiden menjelaskan bahwa kepentingan daripada rakyat harus diutamakan.

(20) Alamat daripada mahasiswa yang pandai harus dicatat.
Perbaiki kalimat (19) dan kalimat (20) di atas !


  1. Kevariasian

Variasi kalimat diperlukan untuk menghindarkan pembaca dari suasana monoton dan kebosanan. Variasi kalimat dapat dilakukan dengan cara (1) variasi pembukaan kalimat, (2) variasi pola kalimat, dan (3) variasi jenis kalimat.

Dalam variasi pembukaan kalimat dapat dibuka dengan cara (a) frase keterangan tempat atau waktu, (b) frase verbum atau (c) partikel penghubung.
Contoh:


  1. Pulau Jawa termasuk paling padat penduduknya.

  2. Sutradara memberi isyarat untuk menghentikan pementasan.

  3. Dengan segala susah payah akhirnya ia lulis juga.

Variasi pola kalimat dari pola S-P-O dapat diubah menjadi pola P-O-S untuk menghindari suasana monoton, atau dapat menghindari kebosanan pembacanya.


Contoh:

  1. Dikatakan oleh Rektor bahwa ia lulus dengan memuaskan.

  2. Rektor mengatakan bahwa ia lulus dengan memuaskan.

  3. Ia lulus dengan memuaskan, kata Rektor.

Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita atau pernyataan dapat dinyatakan dengan kalimat tanya atau perintah.


Contoh:

  1. Mampukah kita menyelesaikan studi tepat pada waktunya ?

  2. Mahasiswa harus tenang di perpustakaan !



VIII. PARAGRAF


  1. Batasan Paragraf

Kita sering mendengar istilah paragraf, bahkan sering pula kita

menggunakannya. Namun, bila ditanya apakah paragraf itu, kita akan sulit juga untuk

memberikan jawaban yang paling tepat. Atau, kalau kita dipaksa untuk memberikan jawaban, kemungkinan jawaban yang muncul akan bervariasi. Kevariasian itu terjadi, sebab kemungkinan jawaban yang muncul itu bertolak dari suatu tinjauan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada beberapa batasan yang diberikan oleh beberapa ahli berikut ini.




  1. W.J.S. Poerwodarminto

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa paragraf ialah bagian dari bab dalam buku.




  1. The Liang Gie dan A. Widyamartaya

Dalam Kamus Seni Mengarang dikatakan bahwa paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab.




  1. Harimurti Kridalaksana

Dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa paragraf ialah :



  1. satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya.

  2. Bagian wacana yang mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana, dapat terjadi dari satu kalimat atau kelompok kalimat yang berkaitan.




  1. Soedjito dan Mansur Hasan

Dalam buku Seni Membina Paragraf diuraikan bahwa paragraf ialah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.




  1. Gorys Keraf

Dalam Buku Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa dipaparkan bahwa alinea (baca : paragraf) bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri atas kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam makna dari kesatuan kalimat saja. Alinia tidak lain dari kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat, ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian yang membentuk sebuah gagasan.

Batasan-batasan di atas merupakan jawaban terhadap pertanyaan apakah

paragraf itu. Bertolak dari batasan-batasan tersebut berikut ini dikemukakan batasan tentang paragraf yang relatif lebih lengkap. Paragraf ialah bagian dari bab dalam karangan atau buku yang terdiri atas seperangkat kalimat tersusun logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karang atau buku.



Adapun kalau batasan secara singkat, paragraf adalah himpunan kalimat yang saling bertalian dan mengungkapkan sebuah ide pokok.


  1. Posisi Paragraf

Suatu buku atau karangan biasanya terdiri atas beberapa bab. Setiap bab

karangan atau buku itu membahas sebuah pokok persoalan yang merupakan suatu kebulatan. Pokok persoalan dalam pembahasannya perlu dipecah-pecah lagi dalam uraian yang lebih kecil, yaitu berupa anak bab, Setiap anak bab berisi pokok pikiran-pokok pikiran yang penuangannya diwujudkan dalam bentuk paragraf.

Jika diperhatikan uraian di atas dapat dikatakan bahwa sebuah karangan atau buku dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun oleh beberapa paragraf. Jadi kedudukan paragraf dalam karangan adalah sebagai unsur pembangun anak bab, atau secara tidak langsung sebagai pembangun karangan itu sendiri.

Secara sederhana, uraian di atas itu dapat diwujudkan dalam gambar berikut ini:

Karangan






Bab-bab


Anak bab




Paragraf

Hubungan antara paragraf dengan karangan dapat diumpamakan dengan hubunhan antara kotak besar dengan kotak-kotak kecil yang ada di dalamnya. Hubungan itu dapat digambarkan sebagai berikut.


4
333

H333 3

2

1


Kotak yang paling besar menggambarkan sebuah karangan atau buku (4). Di dalamnya berisi kotak yang lebih kecil yang menggambarkan bab (3). Di dalam bab berisi bagian yang lebih kecil lagi yaitu anak bab, yang digambarkan dengan kotak (2). Di dalam kotak nomor (2) terdapat kotak yang lebih kecil lagi, yaitu menggambarkan paragraf (1). Dari gambar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa paragraf merupakan satuan terkecil dari karangan. Dikatakan demikian sebab di bawah paragraf tidak ada lagi satuan yang lebih kecil yang mampu mengungkapkan gagasan secara utuh dan lengkap. Kalimat bukanlah satuan terkecil karangan, karena satu kalimat belum dapat atau kurang sempurna memaparkan bagian-bagian gagasan pokok yang terdapat dalam karangan itu. Bagian-bagian gagasan pokok itu akan lebih terinci dan jelas pengertiannya apabila dipaparkan dengan seperangkat kalimat atau paragraf.

Paragraf dalam strata kebahasaan dikenal pula sebagai salah satu satuan dari beberapa satuan yang lain. Posisi paragraf dalam strata kebahasaan itu dapat dilihat pada ikhtisar berikut ini.



  1. Wacana

Tatawacana

  1. Paragraf




  1. Kalimat




  1. Klausa Sintaksis




  1. Frasa




  1. Kata

Morfologi

  1. Morfem


  1. Fonem

Fonologi

  1. Fon

Dari ikhtisar di atas dapat diketahui bahwa posisi tertinggi dari urutan itu adalah wacana. Satu tingkat di bawah wacana ialah paragraf. Jadi posisi paragraf dalam strata kebahasaan berada satu tingkat di bawah wacana.





  1. Kegunaan Paragraf

Beberapa kegunaan paragraf antara lain:



  1. Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan karangan.

  2. Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran penulisnya.

  3. Penanda bahwa pikiran baru dimulai

  4. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis

  5. Pengantar, transisi dan penutup dalam keseluruhan karangan.




  1. Unsur-Unsur Paragraf

Unsur-unsur paragraf itu ada 4 (empat) macam:



  1. Transisi

  2. Kalimat topik

  3. Kalimat pengembang

  4. Kalimat penjelas

Keempat unsur tersebut kadang-kadang tampil secara bersama-sama,

kadang-kadang hanya sebagian. Karena itu, kadang-kadang paragraf itu hanya mengandung dua unsur, tiga unsur, dan kemungkinan empat unsur. Masing-masing unsur tersebut akan dijelaskan di bawah ini.


  1. Transisi adalah penanda hubungan yang menghubungkan antara paragraf

yang satu dengan yang lain yang brdekatan.

  1. Kalimat topik adalah kalimat yang didalamnya mengandung gagasan

pokok pembicaraan.

  1. Kalimat pengembang adalah kalimat yang memperjelas pemaparan

gagasan pokok yang terdapat dalam paragraf.

  1. Kalimat penjelas adalah kalimat yang dihadirkan oleh pengarang bila

diperlukan dengan tujuan untuk memperjelas gagasan yang telah

disampaikan terlebih dahulu.


5. Macam-Macam Paragraf
Adapun macam-macam paragraf antara lain:

  1. Paragraf duduktif yaitu paragraf yang kalimat utama berada pada

awalnya (dari umum ke khusus).

  1. Paragraf induktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya berda pada akhir

paragraf ( dari khusus ke umum).

  1. Paragraf deduktif-induktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya berada pada awal dan akhir paragra

  2. Paragraf deskriptif yaitu paragraf yang kalimat utamanya berada pada seluruh paragra

  3. Paragraf sebab-akibat yaitu paragraf yang dimulai dengan sebab akibat, yang mengakibatkan terjadinya sejumlah hal sebagai akibatnya.

  4. Paragraf akibat sebab yaitu paragraf yang dimulai dengan sejumlah

akibat yang ditimbulkan oleh sebab yang dinyatakan pada bagian akhir paragraf.

IX. WACANA

Wacana yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “discourse”,

merupakan tulisan atau ucapan yang merupakan wujud penyampaian pikiran secara formal dan teratur.

Dalam realisasinya wacana ini diwujudkan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

Wacana yang diwujudkan dalam bentuk karangan (karangan yang dituliskan) akan ditandai oleh satu judul karangan. Jika karangan itu dilisankan, maka wacana tersebut akan ditandai oleh adanya permulaan salam pembuka dan adanya penyelesaian dengan salam penutup.

Adapun macam-macam bentuk wacana, antara lain:


  1. Wacana Narasi (Kisahan)

Wacana narasi adalah wacana yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.

Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, agar pembaca dapat memetik hikmahnya dari cerita

itu. Dengan kata lain, wacana semacam itu hendak memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya-tanya, “Apa yang terjadi ?” Penataan peristiwa didasarkan atas urutan waktu (secara kronologis).

Wacana narasi dapat berisi fakta yang benar-benar terjadi, dapat pula berisi sesuatu yang khayali. Wacana narasi yang berupa fakta, misalnya otobiografi atau biografi seorang tokoh terkenal. Isi wacana itu benar-benar nyata atau berdasarkan fakta sejarah yang tidak dibuat-buat. Namun, cerpen, novel, roman, hikayat, drama, dongeng, digolongkan wacana narasi yang khayali, karena disusun atas dasar daya khayal seorang pengarang.

Selain apa yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa bentuk lain yang termasuk wacana narasi faktual, yaitu:


  1. anekdot, yaitu suatu narasi singkat yang biasanya digunakan untuk

menunjukkan sifat khas yang mencolok seseorang atau masyarakat.

  1. laporan perjalanan, yaitu cerita tentang peristiwa perjalanan disertai

pelukisan keadaan kota, daerah, atau pemandangan.

  1. pengalaman persoalan, yaitu cerita tentang kejadian yang pernah

dialami oleh seseorang.


  1. Wacana Deskripsi (Perian)

Wacana deskripsi adalah wacana yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan penulisnya.

Wacana ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan kesan utama sebagai pengikat semua kesan yang lukiskan. Pelukisan ini bertujuan menghadirkan barang, manusia, dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain. Misalnya, suasana kampung yang begitu damai, tentram, dan saling menolong dapat dilukiskan dalam wacana deskripsi. Juga suasana di jalan raya tentang hiruk pikuknya lalu lintas dapat dibuat menjadi wacana deskripsi.

Wacana deskripsi ini ada dua macam, yaitu wacana deskripsi faktawi dan wacana deskripsi yang khayali. Wacana deskrisi yang pertama merupakan wacana yang berusaha memerikan bangun, ukuran, susunan, warna, bahan sesuatu menurut kenyataannya, dengan tujuan untuk memberitahu/memberi informasi saja. Perian faktawi ini harus lengkap, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. Hal ini tidak berarti bahwa penulis harus memerikan barang sampai hal-hal yang sekecil-

kecilnya. Dalam menyusun wacana deskripsi yang faktawi ini ada beberapa pedoman, yaitu:

(1) membayangkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin

diutarakannya.

(2) menentukan sudut pandang pemerian sebagai pegangan.

(3) mengatur rincian perian dari yang sifatnya mencolok sampai

yang kurang mencolok.

Wacana deskripsi yang kedua merupakan wacana deskrisi yang berusaha memerikan ciri-ciri fisik, cara-cara berlaku, sikap-sikap seseorang, keadaan suatu tempat menurut khayalan penulisnya. Hal ini bertujuan membangun alur ceritaagar lebih mampu memberikan gambaran ke depan dan mampu menarik keingintahuan pembaca. Untuk mencapai hal itu, ada tiga syarat yang harus diperhatikan, yaitu (1) pengalaman yang tajam, (2) adanya kesan utama yang menjadi pusat perian, dan (3) pemilihan kata-kata yang tepat.

Wacana deskripsi baik yang faktawi maupun yang khayali berusaha untuk menyajikan kepada pembaca perian sedemikian rupa, agar pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang diperikan itu. Sudah tentu, penulis wacana deskripsi membutuhkan keterlibatan perasaan. Perhatikan, bagaimana seorang penyiar radio yang melaporkan jalannya pertandingan sepak bola ! Kita yang mendengarkan radio seakan-akan ikut hadir di lapangan pertandingan, padahal kita cuma mendengarkan saja di rumah. Penyiar radio itu dapat melukiskan pertandingan itu secara hidup, sehingga pendengar tak sadar ikut hanyut di dalamnya. Oleh karena itu, dengan wacana deskripsi, lukisan yang sehidup-hidupnya sangat diperlukan, agar dapat memikat pendegar/pembacanya.

Dalam karangan deskrisi, agar menjadi hidup, perlu dilukiskan bagian-bagian yang penting sedetail mungkin. Jika melukiskan betapa ngerinya tersesat di hutan, maka situasi hutan yang dapat menimbulkan kengerian itu harus dilukiskan selengkap-lengkapnya, sehingga pembaca/pendengar dapat membayangkan bagaimana jika dia sendiri yang tersesat di hutan. Seorang penumpang pesawat udara yang mengalami kecelakaan, untuk melukiskan betapa amat kecilnya kemungkinan dia dapat selamat dari musibah itu, harus mampu menceritakan detail-detailnya yang penting, sehingga pembaca memperoleh kesan yang dalam bahwa keselamatannya dalam musibah tersebut benar-benar merupakan takdir Tuhan


  1. Wacana Eksposisi (Paparan)

Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.

Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur seuatu, hubungan sebab- akibat, dan sebagainya, agar diketahui oleh orang lain. Dalam paparannya, wacana ini dapat menjelaskan dan memberikan keterangan belaka, atau dapat pula mengembangkan gagasan sehinggamenjadi luas dan gampang dimengerti.

Bentuk wacana eksposisi ini bermacam-macam , salah satunya adalah wacana eksposisi tentang proses. Jika kita memaparkan sebuah proses, misalnya proses terjadinya surat kabar, cara kerja suatu alat, maka proses itu kita bagi dalam beberapa langkah. Setiap langkah diuraikan menurut waktu, yang dahulu didahulukan, dan yang kemudian dikemudiankan. Tapi langkah itu dijelaskan sejelas-jelasnya, sehingga pembaca dapat mengerti.

Supaya paparan bertambah jelas, sering dipergunakan contoh-contoh, ilustrasi, peta, tabel, gambar, diagram, dan sebagainya. Karena itu, dikenal pula beberapa cara pemaparan. Cara pemaparan tersebut ialah :


  1. Dengan identifikasi, misalnya bila menguraikan jati diri seseorang.

  2. Dengan ilustrasi dan contoh-contoh, bila menguraiakan arti sesuatu.

  3. Dengan perbandingan dan pertentangan.

  4. Dengan klasifikasi

  5. Dengan analisis

  6. Dengan definisi.




  1. Wacana Argumentasi (Bahasan)

Wacana argumentasi adalah wacana yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Wacana ini termasuk wacana yang paling sulit dibandingkan dengan wacana-wacana lain yang telah diuraikan terbih dahulu. Dalam hal ini tidak berarti bahwa wacana argumentasi lebih penting atau lebih berharga daripada wacana yang lainnya, tetapi kasulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat menyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinannya. Dan lebih daripada itu, pembaca akan bertindak sesuai dengan apa yang dimaksudkan penulis argumen itu.

Untuk menyakinkan orang lain agar terpengaruh dan kemudian bertindak seperti yang diinginkan, tentu ada persyaratannya. Penulis argumen harus berpikir krits dan logis serta mau menerima pendapat ornag lain sebagai bahan pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi, penulis argumentasi harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas tentang apa yang dibicarakan itu. kelogisan berpikir, keterbukaan sikap, dan keluasaan pandangan memiliki peranan yang besar untuk mempengaruhi orang lain. Ini semua merupakan persyaratan yang diperlukan untuk menyusun wacana argumentasi.

Kecuali lebih sukar, wacana argumentasi itu juga lebih beresiko. Wacana ini berpendapat dan berusaha menyakinkan orang lain, maka sangat boleh jadi penulisnya berbeda pendapat dengan pembaca. Masing-masing pihak memandang dari sudut yang berbeda, sehingga sikap dan pendapatnya berlainan. Janganlah karena perbedaan sudut pandangan, denga sudut pandangan yang samapun orang mungkin saja berbeda sikap dan pendapatnya terhadap sesuatu, karena setiap orang berhak berpendapat dan bersikap sendiri-sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hanya sikap dan pendapat pembuktian yang mampu mempengaruhi orang lain.

Agar dapat mempengaruhi orang lain, berikut ini diberikan beberapa petunjuk untuk dapat menulis wacana argumentasi, yakni:


  1. Cari dan kumpulkan fakta-fakta.

  2. Batasi pokok pembicaraan menurut tempat dan waktu

  3. Atur bahan-bahan argumentasi

  4. Buat karangan yang menarik, dengan menghindari bahasa yang abstrak.

  5. Buat wacana yang jelas dengan bahasa yang sederhana.

  6. Buat wacana yng bertenaga, yaitu menempatkan gagasan yang tepat.

  7. Jangan dilupakan tujuan yang akan dicapai.




  1. Persuasi

Persuasi adalah suatu bentuk wacana yang merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Karena itu persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologi untuk mempengaruhi orang lain.

Argumentasi bertujuan membuktikan suatu kebenaran, karena itu akan berusaha sekuat tenaga dengan teknik-teknik yang rasional untuk mempertahankan kebenaran itu. Karena itu sasaran selanjutnya adalah mencapai persesuaian rasional mengenai kebenaran itu dengan orang lain. Sebaliknya persuasi bertujuan mencapai kesepakatan dengan orang yang dipersuasi dengan menggunakan pendekatan psikologi.

Bila dibandingkan dengan argumentasi, maka argumentasi muncul dalam sebuah situasi konflik, yaitu konflik antara penulis argumentasi dengan orang lain yang pendapatnya akan ditolak oleh penulis argumentasi. Sebaliknya persuasi selalu berusaha menghindari situasi konflik. Bila masih terdapat konflik pendapat, maka tidak mungkin penulis atau pembicara mencapai tujuannya.

Baik argumentasi maupun persuasi sama-sama mempergunakan fakta atau evidensi. Namun dalam argumentasi fakta dan evidensi digunakan sebanyak-banyaknya sehingga pihak lain akan diyakinkan mengenai kebenaran yang dipersoalkan itu. Dalam persuasi fakta dan evidensi digunakan seperlunya. Bila terlalu banyak menggunakan fakta dan evidensi, akan ketahuan kelemahannya sehingga pihak yang dipersuasi tidak akan percaya pada pembicara atau penulis.

Sasaran dalam argumentasi adalah kebenaran sebagai obyek yang harus dipertahankan. Sebaliknya sasaran dalam persuasi adalah subyek atau hadirin, yaitu apa yang harus dilakukan agar pembicara atau penulis dapat memperoleh kesepakatan dan kepercayaan dari khalayaknya.

Karena persuasi bertujuan mencapai kesepakatan psikologis, maka ada beberapa dasar yang harus diperhatikan alam persuasi. Pertama-tama watak dan kredibilitas penulisnya. Bila pembaca mengetahui bahwa penulisnya memiliki watak yang jujur, tidak suka membuat persoalan, bersahabat dengan semua orang, maka apa yang akan dikatakan dapat diterima oleh pembacanya.

Di samping watak dan kredibilitas, persuasi juga didasarkan pada kemampuan penulis untuk mengendalikan emosi para pembacanya, untuk mengarahkan mereka kepada sasaran yang akan dicapai


X. KARYA ILMIAH
Karangan ilmiah menurut Brotowijoyo dalam Arifin (1985: 8—9)

adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis

menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Jenis-jenis karya ilmiah.
a. Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan

pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang

bersifat empiris dan objektif.



b. Kertas kerja

Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam

daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau

kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah sering ditulis

untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan tidak untuk

didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam

seminar atau lokakarya

c. Laporan Praktik Kerja

Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan

data hasil temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita

bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang

diploma III (DIII)

d. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat

penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya

ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana,

langsung (observasi lapangan)

tidak langsung (studi kepustakaan)



e. Tesis

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan

baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini

sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah

ini ditulis untuk meraih gelar magister.
f. Disertasi

Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau

dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan

objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih

gelar doktor.

Perbedaan antara makalah, kertas kerja dengan skripsi, tesis, dan disertasi

dapat dilihat dari hal-hal berikut:

(1) kegunaannya,

(2) tebal halaman,

(3) waktu pengerjaan, dan

(4) gelar akademik.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:

1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;

2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;

3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;

4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;

5. Memperoleh kepuasan intelektual;

6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
Tujuh sikap ilmiah bagi penulis adalah sebagai berikut:

a. sikap ingin tahu bertanya mengapa, apa, dan bagaimana;

b. sikap kritis mencari informasi sebanyak mungkin;

c. sikap terbuka menerima pendapat orang lain;

d. sikap objektif menyatakan apa adanya;

e. sikap menghargai orang lain mengutip karangan orang

lain dengan mencantumkan nama pengarang;

f. sikap berani mempertahankan hasil penelitian;

g. sikap futuristik mengembangkan ilmu pengetahuan lebih jauh.
KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH
1. Mengacu kepada teori

Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai

landasan berpikir / kerangka pemikiran / acuan dalam pembahasan

masalah.


Fungsi teori :

a. Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan

b. Dijadikan data sekunder / data penunjang ( data utama ; fakta )

c. Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan

mendeskripsikan suatu gejala

d. Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.



2. Berdasarkan fakta

Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya,

sebenarnya dan konkret.

3. Logis

Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat

ditelusuri, diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat

diterima akal.


4. Objektif

Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan

tidak pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak

diintervensi oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.



5. Sistematis

Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan

ilmiah disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan

prosedur dan sistem yang berlaku, terurut, dan tertib.



6. Sahih / Valid

Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar

menurut aturan ilmiah yang berlaku.

7. Jelas

Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan

sejernih-jernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak

menimbulkan pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak

pembaca.

8. Seksama

Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah

dilakukan secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak

mengandung kesalahan betapa pun kecilnya.



9. Tuntas

Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya.

Jadi, supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak

boleh terlalu luas.



10. Bahasanya Baku

Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai

dengan bahasa yamg dijadikan tolak ukur / standar bagi betu l

tidaknya penggunaan bahasa.



11. Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional / internasional)

Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di

lembaga tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.
Persyaratan menulis karya ilmiah :

1. Menguasi teori ;

2. Memiliki pengalaman

3. Bersifat terbuka

4. Bersifat objektif

5. Memiliki kemampuan berbahasa


LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH

1. Persiapan

a. Pemilihan Topik

Cara memilih topik yang baik dalam karya ilmiah adalah sebagai

berikut:

a) topik itu sudah dikuasai;

b) topik itu paling menarik perhatian;

c) topik itu ruang lingkupnya terbatas;

d) data itu objektif;

e) memiliki prinsip-prinsip ilmiah (ada landasan teori atau teori-teori

sebelumnya;

f) memiliki sumber acuan.


b. Penentuan Judul

Cara menulis judul adalah dengan menentukan kerangka karangan

dengan pembatasan topik.

Contoh:


topik : perkantoran

masalah apa : kepegawaian

mengapa : pengawasan

di mana : Pemda Jawa Barat

waktu : tiga bulan

kajian : praktik/penerapan



2. Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

a. mencari informasi/data dari kepustakaan;

b. menyusun daftar angket;

c. melakukan wawancara;

d. melakukan pengamatan di lapangan;

e. melakukan percobaan di laboratorium.



3. Penyusunan Data

Penyusunan data dapat diartikan menyeleksi, mengolah, dan

menganalisis data dengan menggunakan teknik-teknik atau metode yang

telah ditentukan.



4. Pengetikan

Setelah data disusun lalu diadakan pengetikan data (penelitian).



5. Pemeriksaan

Pemeriksaan data (penelitian) dapat dilakukan melalui tahapan

penerapan bahasa berikut:

1. penyusunan paragraf,

2. penerapan kalimat baku,

3. penerapan diksi/pilihan kata, dan



XI. DISKUSI




A. Pengertian Diskusi

Kata diskusi berasal dari bahasa Latin “discutio” discusum” yang artinya sama dengan bertukar pikiran. Dalam bahasa Inggris dipergunakan kata “discussion” yang artinya perundingan atau pembicaraan.

Secara istilah, diskusi berarti perundingan untuk bertukar pikiran tentang suatu masalah, yaitu ingin memahami suatu masalah, menemukan sebab, dan mencari jalan keluar atau pemecahannya. Dalam pelaksanaannya, diskusi dapat dilakukan oleh dua tiga orang, namun dapat juga oleh puluhan, bahkan ratusan orang.

Pada hakekatnya diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu diskusi merupakan kegiatan kerja sama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.




            B. Manfaat Diskusi

Tidak dapat disangkal lagi bahwa dewasa ini diskusi sudah dilaksanakan secara meluas baik di sekolah yang dilaksanakan olah pelajar, di kampus oleh mahasiswa dan dosen, di kantor oleh para pejabat, maupun di tengah-tengah masyarakat oleh para anggota masyarakat.



Penggunaan diskusi yang lebih meluas dan frekuensinya selalu meningkat itu tentu didukung oleh besarnya peranan yang dimainkan oleh diskusi. Adapun manfaat diskusi antara lain adalah:


  1. Dapat memecahkan atau mencarikan jalan keluar persoalan yang rumit, yang tidak dapat diatasi oleh orang perseorangan.

  2. Dapat menetapkan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan atau mengambil sikap tertentu.

  3. Dalam diskusi peserta dapat menerima sesuatu yang tidak mungkin dapat diterima hanya dengan membaca atau mendengarkan ceramah saja. Akan tetapi peserta dapat belajar dari peserta lain mengenai pengalaman, cara berpikir. Pusat pewrhatian dan lain-lain. Baik tidaknya gagasan yang disampaikan peserta dapat dinilai oleh peserta lain. Sebaliknya, peserta yang sudah menyampaikan gagasannya juga dapat ganti menilai gagasan peserta lain.

  4. Dalam diskusi peserta dapat melihat dengan jelas gagasan atau rencana-rencana yang terbaik, yang dimiliki oleh kelompok bersama. Hal ini tentu amat penting artinya, karena ada gagasan yang baik, tetapi hanya milik seorang pribadi.

  5. Dalam diskusi, peserta yang kurang pengalaman dapat belajar mengungkapkan pendapat secara langsung dan dapat belajar menanggapi gagasan orang lain secara langsung pula. Hal ini tentu amat penting artinya, karena banyak orang yang sebenarnya mempunyai gagasan baik, tetapi tidak dapat atau tidak berani mengungkapkan.

  6. Kedudukan ketua dan peserta diskusi hampie sejajar. Karena itu apa yang harus dilakukan ketua juga harus diketahui oleh peserta. Jadi, jabatan ketua sebenarnya dapat dipndah-pindahkan kepada peserta lain. Dengan cara seperti itu semua peserta sebenarnya dapat berlatih menjadi pemimpin, berlatih bertanggungjawab.

  7. Bila diskusi itu dilaksanakan sebagai salah satu metode belajar, tentu banyak mempunyai keunggulan dibandingkan dengan belajar mandiri. Peserta diskusi dalam waktu yang relatif singkat dapat memperoleh sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan mungkin juga sikap mental yang dikehendaki. Selain itu apa yang diperoleh melalui diskusi biasanya lebih tahan lama dalam ingatan, lebih paham, dan lebih berkesan.



            C. Susunan Organisasi Diskusi

Dalam diskusi yang resmi, biasanya diadakan pengaturan susunan organisasi sebagai berikut:

  1. Pimpinan, terdiri dari:




  1. Ketua Pertemuan (bisa dibantu seorang atau lebih wakil ketua).

  2. Panitia Pengarah, yaitu kelompok pimpinan yang mendampingi ketua pertemuan dalam memimpin pelaksanaan dan sidang-sidang pertemuan tersebut.

  3. Staf Pembantu Ketua , terdiri dari :

  • Sekretaris,yaitu pembantu ketua dalam bidang kesekretariatan, atau administrasi.

  • Bendahara, yaitu pembantu ketua dalam bidang administrasi keuangan.




  1. Peserta, terdiri dari:




  1. Peserta Biasa, adalah perseorangan atau wakil badan/anstansi yang ikut serta secara aktif dalam pembahasan masalah.

  2. Penyaji/pemrasaran

  • Penyaji sambutan, adalah pejabat atasan guna mengemukakan pengarahan dan harapan tercapainya hasil pertemuan.

  • Penyaji/pemrasaran, adalah ahli yang telah dihubungi lebih dahulu untuk mempersiapkan, menyusun dan mengemukakan suatu pandangan dan pemecahan dari masalah yang dibahas sebagai bahan pendahuluan.

  1. Peninjau, adalah perorangan atau wakil badan/instansi yang ikut

serta secara pasif dalam pertemuan tersebut.

  1. Konsultan, adalah seorang ahli yang memberikan konsultasi

terhadap segi-segi tertentu dari masalah yang dibahas dalam pertemuan tersebut.


  1. Panitia Penyelenggara, terdiri dari:




  1. Ketua Panitia Penyelenggara

  2. Ketua-ketua Seksi, meliputi fungsi:

  • Akomodasi/Konsumsi

  • Transportasi/angkutan

  • Komunikasi

  • Kesehatan

  • Protokol

  • Keamanan

  • Produksi

  • Distribusi

  • Stenografi

  • Redaksi

  • Dokumentasi



TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB:


  1. Ketua Pertemuan

  1. Bertugas:

  • Memimpin, mengendalikan dan mengarahkan pertemuan, baik dibidang materi/subyek maupun dalam bidang teknis penyelenggaraan, sesuai dengan tujuan dan sasaran pertemuan.

  • Memimpin/mengetahui sidang-sidang pleno dan rapat-rapat panitia pengarah.

  1. Bertanggung jawab kepada Pimpinan badan/instansi yang

menyelenggarakan pertemuan tersebut.


  1. Panitia Pengarah

  1. Bertugas:

  • Merumuskan dan menyusun naskah dasar pertemuan

  • Mengarahkan dan menyiapkan penyusunan naskah kerja.

  • Membantu dan mendampingi ketua dalam meminpin sidang-sidang pleno.

  • Mengawasi dan mengarahkan rapat-rapat kelompok.

  • Merumuskan hasil pertemuan.

  1. Bertanggung jawab kepada ketua pertemuan.




  1. Sekretaris

  1. Bertugas:

  • Membantu ketua dalam bidang kesekretariatan

  • Sebagai notulen rapat

  • Mnenerima dan meneliti redaksi hasil naskah panitia pengarah

  • Memberiakan pengarahan teknis kepada seksi administrasi umum panitia penyelenggara.

  1. Bertanggung jawab kepada ketua pertemuan.




  1. Bendahara

  1. Bertugas:

  • Membantu ketua dalam bidang administrasi keuangan

  • Mengkompulasikan dan menyusun rencana anggaran yang diajukan oleh bagian-bagian.

  • Membuat pertanggungjawaban keuangan

  1. Bertanggung jawab kepada ketua pertemuan.




  1. Peserta Biasa

  1. Bertugas:

  • Mewakili suatu badan/instansi yang menuknya

  • Mengikuti secara aktif sidang-sidang pertemuan tersebut, baik pleno maupun kelompok serta kegiatan dalam pertemuan tersebut.

  1. Bertanggung jawab kepada badan/instansi yang diwakilinya.




  1. Konsultan

  1. Bertugas:

  • Memberikan konsultasi mengenai segi-segi tertentu dari masalah yang dibahas dalam pertemuan tersebut atas permintaan peserta melalui kaetua pertemuan.

  • Mengikuti sidang pleno dan rapat kelompok sesuai dengan bidang kolsultasinya.

  1. Konsultan tidak bertanggung jawab kepad ketua karena hanya membe

rikan konsultasinya saja atas permintaan

  1. Penyaji/Pemrasaran

  1. Bertugas:

  • Menyusun naskah sajian/prasaran sesuai dengan naskah dasar dan bidang yang diminta oleh penyelenggara. Naskah sajian ini harus sudah dapat diselesaiakn 3 – 7 hari sebelum pelaksanaan pertemuan untuk dapat dibagikan kepada para peserta guna ditelaah lebih jauh.

  • Menyajikan sendiri atau menunjuk seseorang untk menyajikan naskah prasaran yang dibuatnya.

  • Menjawab semua pertanyaan dan tanggapan para peserta melalui ketua.

  1. Bertanggung jawab kepada badan/instansi yang diwakili.




  1. Peninjau

a. Bertugas:

  • mengikuti secara pasif jalannya sidang-sidang pertmuan tersebut serta kegiatan lain dari pertemuan tersebut.

  1. Bertanggung jawab kepada badan/instansi yang diwakili.

KETERANGAN




  1. KETUA DISKUSI (MODERATOR)

Segala jenis diskusi hendaknya mempunyai seorang ketua (moderator) agar jalannya diskusi bisa terarah dan terkontrol. Sebaiknya seorang ketua juga didampingi oleh seorang (atau lebih) penulis, agar hasil diskusi tercatat secara sistematis.

Ketua diskusi atau pemimpin diskusi bukan seorang pemimpin seperti kita lihat sehari-hari. Ia bukan seorang komandan, bukan seorang guru, dan juga bukan seorang penceramah atau dosen. Ia bertindak sebagai penuntun dan pengatur arus lalu lintas pembicaraan dalam diskusi. Ia harus memberikan arah yang jelas dan selalu mendorong peserta diskusi agar selalu bergerak maju. Manakala ada kelambanan atau “kemacetan” ia juga harus mampu melancarkan lagi jalannya diskusi. Demikian pula bila pembicaraan menyimpang dari garis yang telah ditentukan ketua harus mampu mengembalikannya. Pendek kata banyak sekali peranan yang dibebankan kepada ketua diskusi agar diskusi berjalan lancar, tertib, menarik dan mencapai tujuan.

Oleh karena itu, agar dapat menunaikan fungsinya sebagaimana mestinya, seorang ketua diskusi selain harus menghargai stiap pendapat yang dikemukakan oleh pembicara , sabar, jujur, ramah, dan tidak berat sebelah, juga harus melakukan hal-hal seperti di bawah ini:




  1. Membuat persiapan yang matang dalam diskusi. Seorang ketua haruslah

mengadakan kegiatan membaca dan pemikiran pendahuluan mengenai pokok yang akan dibahas, dan membuat catatan-catatan penting yang akan dipertimbangkan nanti.

  1. Mengumumkan judul atau masalah, dan mengemukakan tujuan diskusi.

  2. Menyediakan serta menetapkan waktu bagi ; pendahuluan, materi diskusi, kesimpulan.

  3. Menjaga ketentraman diskusi

  4. Memberi kesempatan kepada setiap peserta yang ingin mengemukakan pikiran.

  5. Menjaga agar minat para peserta tetap besar.

  6. Menjaga agar diskusi tetap bergerak maju.

  7. Membuat catatan-catatan mengenai hal-hal yang penting selama diskusi berlangsung.

  8. Membuat rangkuman singkat pada akhir diskusi.

Selanjutnya ketua diskusi juga perlu memperhatikan saran-saran di bawah ini

Untuk meningkatkan kualitas kepemimpinannya. Saran-saran ini berupa anjuran mengenai hal-hal yang harus dilakukan atau tidak dilakukan selama memimpin diskusi:


  1. Harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang profokatif.

- jangan memaksakan pendirian anda.

  1. Harus menjadi seorang pendengar yang baik, (jangan berselisih)

  2. Harus berpikiran terbuka, (jangan bersilat lidah).

  3. Harus menjamin partisipasi merata, (jangan mencemoohkan).

  4. Harus memimpin dengan kemahiran bertanya, (jangan berbicara terlalu banyak).

  5. Harus mengerti maksud di belakang kata-kata pembicara, (jangan bertingkah yang menarik berlebihan).

  6. Harus berpikir mendahului kelompok, (jangan menjadi lupa diri).

  7. Harus mendorong peserta diskusi untuk berpikir sendiri, (jangan kehilangan kesabaran).

  8. Harus membiasakan peserta diskusi bergaul satu dengan yang lainnya, (jangan terlambat memulai diskusi).

  9. Harus menumbuhkan suasana pserta satu suka menolong yang lainnya, (jangan terlambat menutup diskusi).

  10. Harus sensitif terhadap aksi-aksi dan reaksi peserta diskusi, (jangan bersikap angkuh).

  11. Harus berusaha mengerti mengapa tiap-tiap peserta bersikap seperti yang ditunjukkan mereka, (jangan terlalu serius).

  12. Harus menunjukkan tingkah laku yang penuh kemahiran untuk kelompok mencapai tujuan, (jangan membicarakan pribadi orang lain).

  13. Harus jujur tentang apa saja yang tidak diketahui, (jangan menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh peserta).

  14. Harus bersikap bersahabat, (jangan mencela peserta diskusi).

Selain itu, untuk mengetahui kualitas atau nilai keberhasilan ketua diskusi

dalam menjalankan tugasnya, ketua diskusi hendaknya menjawab pertanyaan diri seperti di bawah ini secara jujur. Jawaban “Ya” atau “Tidak” atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini akan mencerminkan keberhasilan ketua diskusi dalam menjalankan tugasnya.


  1. Apakah saya membuat semua persiapan yang perlu untuk diskusi ?

  2. Apakah saya memulai diskusi tepat pada waktunya ?

  3. Apakah saya telah merencanakan pertanyaan-pertanyaan secara baik ?

  4. Apakah semua peserta berpartisipasi dalam diskusi ?

  5. Apakah diskusi berjalan spontan dan tidak dipaksakan ?

  6. Apakah saya memelihara diskusi pada persoalan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan ?

  7. Apakah saya menghindari penyampaian pendapat saya pribadi ?

  8. Apakah saya berusaha membuat peserta mendengarkan dan menghargai pendapat peserta lain ?

  9. Apakah dalam diskusi saya sudah berusaha tidak memihak ?

  10. Apakah saya berusaha untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan selalu mengembalikan atau meneruskannya ?

  11. Apakah saya berusaha untuk tidak memainkan peranan sebagai seorang ahli ?

  12. Apakah saya mengulangi sumbangan-sumbangan pikiran hanya bila perlu saja, dan juga hanya secara ringkas ?

  13. Apakah saya setiap saat melakukan pengendalian atas proses kelompok ?

  14. Apakah saya selama diskusi selalu memelihara perhatian kelompok ?

  15. Apakah saya sering membuat ringkasan untuk mengkristalisasikan pemikiran kelompok ?

  16. Apakah saya menggunakan seluruhnya sarana seperti papan tulis dan kertas-kertas catatan ?

  17. Apakah saya telah mencakup semua hal penting yang menjadi pokok pembicaraan termasuk aplikasi dari kesimpulan kelompok ?

  18. Apakah saya dengan bantuan kelompok telah membuat kesimpulan akhir ?

  19. Apakah kelompok menghadiri diskusi dengan sesuatu untuk terus didiskusikan ?

  20. Apakah saya mengakhiri diskusi tepat pada waktunya ?

Setelah selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, hitunglah jawaban “Ya”. Jumlah jawaban “Ya” kemudian kalikan 5 (lima). Kemudian lihatlah diri Anda sendiri sebagai ketua diskusi, yaitu seperti di bawah ini.


Angka 100 = Anda memang benar-benar hebat bila Anda menjawab pertanyaan-

Pertanyaan di atas dengan jujur.

Angka 90 = Anda berada di atas rata-rata.

Angka 80 = Anda tidak salah bila berusaha lebih baik lagi.

Angka 60 = Anda perlu ditolong.
Kalau dipikirkan, hal-hal yang harus dilakukan oleh pemimpin atau ketua diskusi itu cukup rumit. Tetapi memang begitulah seharusnya agar ketua diskusi dapat menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya, hingga diskusi itu dapat mencapai hasil yang maksimal.
2. PESERTA DISKUSI
Kehadiran dan partisipasi aktif setiap peserta sangat penting, karena para pesertalah yang akan menyumbangkan pikiran dalam suatu diskusi. Pendapat-pendapat mereka akan terjalin satu dengan yang lain bersama-sama menghasilkan kesimpulan yang bulat. Suatu kesimpulan dalam diskusi yang didukung oleh semua peseta (meskipun sangat sederhana) akan lebih penting artinya daripada sebuah kesimpulan yang terbaik dari perorangan yang tidak dapat didukung oleh semua peserta yang lain. Karena itu sebuah diskusi juga amat tergantung pada keaktifan para pesertanya.

Dalam suatu diskusi, kita sering dihadapkanpada suatu kenyataan bahwa setiap peserta pasti akan menampakkan penampilan yang berbeda-beda. Keaktifan mereka dalam menyumbangkan gagasan juga berbeda-beda. Demikian pula sifat, sikap, dan minat mereka.

Berdasarkan pengamatan dari pihak ketua diskusi, ragam peserta diskusi itu dapat dijelaskan seperti di bawah ini:


  1. Tipe suka bertengkar

Ia mewakili peserta yang ingin menopoli sebuah diskusi. Hendaknya pemimpin diskusi tetap tenang, jangan terpancing, gunakan metode konperensi, usahakan dengan cara yang bijaksana agar keinginan untuk memonopoli diskusi dapat diatasi.


  1. Tipe yang positif

Kehadirannya sangat membantu suasana diskusi. Beri kesempatan mengemukakan pendapat yang labih banyak lagi.

  1. Tipe sok tahu

Dari sikap dan kata-katanya akan tercermin sikap angkuhnya. Sebagai pemimpin diskusi harus hati-hati mengendalikan tipe peserta demikian. Berilah kesempatan kelompok untuk “memukulnya”.

  1. Tipe suka bicara

Banyak sekali gagasannya (yang mungkin kurang argumentasinya), interupsilah secara bijaksana dan batasi waktu bicaranya.

  1. Tipe pemalu

Beri pertanyaan-pertanyaan yang mudah, dan tingkatkan kepercayaan diri pribadinya. Kalau perlu berilah pujian.

  1. Tipe tidak suka kerja sama

Peserta ini ingin/suka memang sendiri. Pemimpin diskusi terpaksa menyinggung ambisinya, tetapi tetap hargai dan gunakan pengetahuan dan pengalamannya.

  1. Tipe “tebal kulit” dan tak punya perhatian.

Tanyakan tentang pekerjaannya, usahakan agar dia suka memberi contoh-contoh pengalamannya. Berilah tugas pekerjaan yang disenanginya.

  1. Tipe sangat terpelajar

Jangan mengeritiknya. Pakailah teknik, Ya … Tetapi …..

  1. Tipe tekun dan suka bertanya

Selalu mencoba untuk menjebak pemimpin diskusi. Teruskan pertanyaan dari peserta tipe ini kepada kelompok. Usahakanlah agar kelompok yang akan menjawab pertanyaannya.

BAGAIMANA MENJADI PESERTA DISKUSI YANG BAIK ?

Bila kita ingin menjadi peserta diskusi hendaknya kita memperhatikan petunjuk-petunjuk di bawah ini agar diskusi berjalan lancar, tertib, menerik, dan dapat mencapai tujuan yang kita harapkan.




  1. Turut mengambil bagian dalam diskusi.

  2. Berbicaralah hanya kalau ketua mempersilahkan.

  3. Berbicaralah dengan tepat dan tegas.

  4. Gagasan dan pertanyaan-pertanyaan harus ditunjang dengan fakta-fakta, contoh-contoh dan pendapat-pendapat ahli.

  5. Ikutilah dengan seksama dan penuh perhatian diskusi yang sedang berlangsung.

  6. Dengarkanlah dengan penuh perhatian.

  7. Bertindaklah dengan sopan santun dan bijaksana.

  8. Cobalah memahami pandangan orang lain.


D. Macam-Macam Diskusi

Agar kita memperoleh gambaran yang memadai, maka di bawah ini


ditampilkan beberapa macam diskusi:


  1. Diskusi Meja Bundar

Jika jumlah peserta diskusi tidak terlalu banyak (5 - 15 orang), diskusi meja bundar ini dapat dilakukan. Seorang ditunjuk sebagai ketua yang tugasnya memimpin jalannya diskusi.

  1. Diskusi Berkelompok-kelompok

Bila peserta cukup banyak, atau masalah yang dibicarakan macam-macam, maka diskusi dapat dilaksanakan berkelompok-kelompok. Tiap kelompok kecil mempunyai ketua. Jika diinginkan, ketua kelompok kecil dapat melaporkan hasil diskusi kepada pleno, dan akhirnya terjadilah diskusi besar (diikuti oleh semua

peserta). Dalam diskusi besar kelompok ini dipimpin oleh seorang ketua.




  1. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah suatu kelompok diskusi yang terdiri dari tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai segi mengenai suatu masalah.

  1. Seminar

Kata seminar berasal dari kata “semin” yang berarti “biji atau benih”. Jadi, seminar berarti “tempat benih-benih kebijaksanaan disemikan”. Pelaksanaanya mirip dengan diskusi panel. Kekhususannya, seminar dipimpin oleh mahaguru

atau orang ahli atau dengan kata lain seminar adalah suatu pertemuan ilmiah untuk membahas suatu masalah dibawah pimpinan seorang guru besar (seorang ahli).



  1. Sarasehan

Sarasehan adalah suatu pertemuan formal dengan beberapa ahli menyajikan pidato atau prasaran singkat mengenai sebuah topik dengan aspek-aspek yang berbeda, atau topik-topik yang bertalian di hadapan hadirin.

  1. Konferensi

Konferensi adalah pertemuan dari dua pihak atau lebih untuk membahas atau merundingkan masalah-masalah yang dihadapi bersama.

  1. Kongres

Kongres adalah suatu pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah bersama.

  1. Workshop/lokakarya

Workshop/Lokakarya adalah pengkajian suatu masalah tertentu melalui suatu pertemuan dengan penyajian prasaran, tanggapan, dan diskusi secara teknis mendalam, dan bila perlu juga diikuti demonstrasi/peragaan mengenai salah satu yang dibahas.

  1. Rapat Kerja

Rapat kerja adalah suatu pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu badan/instansi untuk membahas suatu masalah, sesuai dengan tugas/fungsi dari badan/instansi yang bersangkutan, untuk mendapatkan keputusan mengenai masalah yang sedang dihadapi.

  1. Simposium

Pada dasarnya Simposium merupakan variasi dari diskusi panel. Dalam simposium, tiga orang ahli atau lebih diundang untuk menyampaikan pandangan-pandangan mereka yang berbeda-beda mengenai pokok pembicaraan tertentu. Seorang ketua bertugas mengatus jalannya diskusi. Pendengar kemudian bertanya, dan para ahli menjawab


  1. Kolokium

Beberapa orang ahli diundang untuk memberi jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh pendengar, mengenai topik yang telah ditentukan.

Bidanya dengan simposium, dalam kolokium ini para ahli tidak berpidato/tidak menyampaikan pandangan mereka. Para ahli ini hanya menjawab pertanyaan saja.



  1. Debat

Debat artinya berbicara kepada lawannya untuk membela pendirian/pendapatnya atau menyerang pendirian/pendapat lawannya.

Debat ini dapat dilakukan satu lawan satu atau kelompok lawan kelompok. Seorang ketua dipilih untuk memimpin jalannya debat.



DAFTAR PUSTAKA






Yüklə 490,84 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin