Lhamdulillah, pembahasan hadits Shahih Bukhari beserta penjelasannya kini memasuki hadits ke-29, masih berada di bawah Kitab A



Yüklə 1,07 Mb.
səhifə23/31
tarix06.08.2018
ölçüsü1,07 Mb.
#67437
1   ...   19   20   21   22   23   24   25   26   ...   31

Idul Qurban


Oleh H Ameer Hamzah

Dan bacakanlah kepada mereka kabar dua anak Adam (Habil dan Qabil) dengan benar tatkala mereka (masing-masing) berkurban satu kurban, lalu diterima dari seorang di antara mereka berdua (Habil) dan ditolak dari yang lainnya (Qabil) (QS. al-Maidah:27)

SYARIAT Qurban telah diperintahkan Allah kepada dua anak Adam, Habil dan Qabil. Masing-masing mereka melaksanakan perintah dengan niat yang berbeda. Habil mampu meluruskan niatnya sehingga diterima oleh Allah SWT, sedangkan Qabil gagal mengikhlaskan niatnya sehingga Allah menolak. Akibatnya Qabil menjadi manusia pertama yang putus asa. Saat itulah musuh ayahnya (Iblis Laknatillah) datang membisikkan kejahatan kepadanya.

Iblis terkutuk memasukkan amarah dan dendam dalam hati Qabil terhadap saudaranya (Habil). "Gara-gara kamu ini qurbanku tidak diterima Allah", kata Qabil penuh iri dan dengki. "Saudaraku, bukan karena aku qurbanmu tidak diterima tetapi karena niatmu yang tidak ikhlas," jawab Habil. "Aku pasti membunuhmu!" ancam Qabil kepada Habil. Habil menjawab; Sesungguhnya Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang taqwa. Kemudian Qabil benar-benar membunuh Habil atas godaan setan.

Qurban kedua putra Adam itu contoh dua jenis yang berbeda. Pertama qurban orang ikhlas dan kedua qurban orang yang tidak ikhlas sedikitpun. Maka hasilnyapun sangat berbeda. Habil berqurban semata-mata karena perintah Allah dan dia melaksanakan dengan niat yang sangat murni. Sebagai peternak ia mencari kambing yang gemuk, jantan, sehat dan yang paling disayangi di antara ternaknya. Maka Allah SWT menerima persembahannya itu.

Sementara Qabil yang berprofesi sebagai petani konon memilih sayur dan buah-buahan yang jelek untuk persembahannya kepada Allah. Lagi pula niatnya tidak tulus sehingga qurbannya itu tidak diterima Allah. Tanda diterima oleh Allah waktu itu dengan cara datang angin dan menerbangkannya ke puncak bukit. Tanda ditolak dengan tidak terangkatnya persembahan Qabil.

Pelajaran yang perlu kita petik di sini tentunya sederhana. Jika kita ingin berqurban hendaklah mempunyai niat yang ikhlas lillahi Ta'ala. Bukan karena ria, ujub dan takabur. Tidak perlu puja-puji dari manusia, tidak perlu mencari nama dari makhluk agar kita dikenal sebagai pahlawan qurban. Takutlah kepada Allah dengan ketakutan yang sebenar-benarnya takut alias taqwa.

Budaya Malu


Oleh H Ameer Hamzah

Malu itu sebagian iman


Malu itu warisan para Nabi
Jika kamu tidak malu lagi berbuatlah sekehendakmu!

SEJARAH malu harus kita mulai sejak Nabi Adam dan Siti Hawa ditelanjangkan Allah dalam surga karena kesalahannya memakan buah khuldi. Saat itu Adam dan Hawa memetik daun-daun kayu di surga untuk menutup aurat mereka. Kedua nenek moyang kita termasuk orang beriman karena memiliki rasa malu yang luar biasa.

Rasa malu juga diperlihatkan oleh Nabi Yusuf bin Nabi Ya'kub ketika membelakangi Zulaikha yang menggodanya di istana Raja Abdul Aziz (Mesir). Yusuf menutup mata dan tidak mau melihat aurat Putri Zulaikha yang cantik itu. "Aku malu dengan Allah", kata Yusuf.

Rasa malu yang tinggi juga kita temukan pada diri Rasulullah Muhammad SAW yang bergetar lututnya ketika auratnya tersibak angin. "Mengapa lututmu bergetar wahai anakku?", tanya pamannya Abbas bin Abdul Muthalib. "Aku malu ya paman!" Jawab Muhammad yang waktu itu baru berusia 35 tahun dan belum menjadi rasul.

Ketika Nabi Musa As menyuruh Rasulullah mengembalikan semua kewajiban shalat lima waktu pada malam Isra' Mikraj, Nabi Muhammad menolak perintah Musa, karena baginda merasa malu dengan Allah SWT. Dari 50 waktu sudah dikurangi 45, biarlah sisanya lima waktu diterima dengan ikhlas sebagai kewajiban bagi Muhammad dan umatnya.

Semakin kuat aqidah seseorang semakin mendalam juga rasa malunya, baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Sebaliknya semakin dangkal aqidah seseorang semakin tipis imannya dan tidak punya malu sedikitpun, sehingga manusia itu tak bisa kita bedakan dengan makhluk yang membelakangi langit dan merumput.


Sejuta Pesona


Oleh H Ameer Hamzah

Dari Dzuyufurrahman ke Ibadurrahman Ada bukit-bukit yang harus kau daki Di puncak yang paling tinggi Engkau akan melihat sejuta pesona (Abu Rayyan)


KETIKA seseorang hamba memenuhi panggilan Ilahi ke tanah Suci Mekkah yang mereka harapkan adalah haji mabrur. Tetapi mabrur itu sebuah misteri yang tersembunyi, ia tidak bisa diraba karena dia bukan berupa benda. Mabrur akan dibuktikan kemudian hari, saat sang haji berkomunikasi dengan Ilahi dan berinteraksi dengan orang lain yang ada di sekelilingnya.

Apakah mereka berhasil atau gagal sangat tegantung pada diri yang bersangkutan. Ibarat seorang musafir yang harus berhadapan dengan bukit-bukit cadas dan lembah yang curam. Banyak yang berhasil mendaki bukit-bukit itu, dan banyak juga yang gagal menapak tembok- tembok birahi yang sudah menjadi tradisi mereka sebelum ke tanah suci. Bak kata pepatah Melayu; alah bisa karena biasa.

Tapi bagi hamba-hamba pilihan Allah, semua rintangan dan tantangan akan dijalani dengan sabar dan tawakkal yang mengantarkan mereka kepada kesuksesan di setiap medan juang. Karena dzuyufur Rahman bertekad mendaki bukit-bukit yang berada di hadapannya. Pertama sang dzuyuf akan menghiasi diri dengan sikap tawadhu' (merendah diri) sebuah sifat yang sangat kontradiktif dengan si sombong itu.

Dzuyufurrahman akan memilih silaturrahmi dan bermurah hati sesama manusia. Semakin banyak teman semakin mudah rezeki asal teman itu sama-sama amanah. Selanjutnya shalat tahajjud juga akan memperlemah godaan syaitan yang masuk dalam darah mereka. Ketika mereka sampai di puncak bukit spiritual, saat itulah mereka akan menikmati keindahan panorama ghaibah yang indahnya melebihi sejuta pesona.

Naik Haji


Oleh H Ameer Hamzah
Antara umrah yang pertama dengan umrah kedua penghapusan dosa-dosa (yang dilakukan antara keduanya) Dan haji mabrur tiada lain balasannya kecuali surga (HR: Bukhari)

ISTILAH naik haji sudah sangat akrab dalam masyarakat kita. Naik dalam pemahaman ini adalah pergi ke tanah suci Mekkah dengan alat transportasi, kapal laut, kapal terbang, bahkan dengan jalan darat bagi umat di kawasan Timur Tengah. Makna naik di sini juga karena pergi ke tanah yang mulia yang secara spiritual lebih tinggi kedudukannya dari tanah-tanah yang lain.


Seseorang yang menunaikan ibadah haji bercita-cita ingin mabrur. Sebab mabrur itu balasannya adalah surga. Surga suatu tempat nikmat yang abadi di akhirat kelak. Itulah tempat kembali yang sangat menguntungkan bagi makhluk manusia muslim. Sebaliknya neraka adalah tempat kembali yang paling hina dan dina, penuh azab dan sensara.

Bercita-cita boleh saja, tetapi yang mendapat haji mabrur hanya sedikit dari jumlah yang naik haji setiap tahun. Ibarat testing ujian masuk pegawai negeri, banyak peserta, cuma sedikit yang lulus seleksi. Seleksi dari Allah juga beda dengan seleksi yang dilakukan oleh manusia. Seleksi dari Allah benar-benar murni dan tak ada sogok menyogok. Orang boleh saja berteriak-teriak, sudah melaksanakan semua rukun dan wajib haji, sudah dapat mencium hajar Aswad dan sebagainya, namun yang mabrur tetap rahasia Allah SWT.

Meski rahasia, Allah juga memberi tanda-tanda mabrur kepada hamba-Nya itu. Misalnya, setelah pulang dari haji yang bersangkutan telah cenderung melaksanakan seluruh syariat agama. Hatinya menolak dan membenci seluruh pekerjaan mungkar yang ada di sekelilingnya. Orang yang sudah mendapat haji mabrur juga telah bersikap adil terhadap hamba Allah, tidak lagi menganut politik "plah trieng", yang satu ditekan dan yang satu diangkat.

Tanda-tanda lain untuk memperkuat kemabruran hajinya, ia menjadi makhluk yang sangat sosial, tidak lagi kikir, dan jahil. Ia membantu siapa saja yang memerlukan bantuan. Ia juga terikat hatinya dengan masjid. Artinya ia selalu melaksanakan shalat berjamaah. Belajar dan mengajar kepada umat. Jadi bukan dekat dengan masjid untuk sekadar buang hajat di WC masjid.



Yüklə 1,07 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   19   20   21   22   23   24   25   26   ...   31




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin