Seorang pria yang melanggar sumpah, bukanlah pria yang bertanggung jawab. Namun seorang pria yang munafik atas perasaannya, tidak pantas disebut sebagai pria



Yüklə 452,06 Kb.
səhifə7/13
tarix22.08.2018
ölçüsü452,06 Kb.
#74147
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   ...   13

65

Beliau dihadirkan Tuhan untuk kakak, beliau dihadirkan untuk kehidupan kakak. Carilah solusi melalui beliau, niscaya sentuhan ibu akan membuat kakak semakin tenang”

Pelangi tetap tertunduk, air matanya menetes. Sepertinya dia sudah mulai mengakui kalau dirinya salah. Yang dibutuhkan dia sekarang adalah orang yang mau mengerti, dan aq akan selalu ada disaat dia membutuhkan. “Aq yakin ini bukanlah masalah pertama dalam kehidupan kakak, aq yakin kakak pernah menyelesaikan masalah kakak yang sebelum – sebelum ini. Gak perlu bingung nyari solusi, Cuma sabar aja dan tenangkan fikiran kakak. Sekarang mending kakak refreshing aja deh, biar fikirannya plong dulu, terus tinggal bersabar dan solusi akan datang. Seperti masalah kakak terdahulu, solusi tiba – tiba datang dan masalah pun selesai. Tenang aja, nanti juga akan berlalu” imbuhku.

Dia tersenyum melihatku sambil mengusap air matanya. Tanpa sepatah katapun terucap, dia terus menatapku. Dia speechless, tidak tahu harus berkata apa. Matanya lalu berkedip – kedip dan memandang ke sekitar rumah. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.

Dan setelah beberapa saat saling terdiam, dia pun mulai angkat bicara. “Ehmm, Vik. Hari ini kamu ada rencana gak ?” Tanya Pelangi sembari meletakkan bantalan sofa di pahanya. “Kayaknya sih kosong kak, ada apa ?!”, “Temenin aq nyalon yuk, buat refreshing. Ntar habis nyalon aq traktir makan deh.” ajaknya, “Wah, gak nolak kak. Sekarang let’s go !” jawabku semangat, Pelangi pun beranjak dari tempat duduknya “Oke, aq ganti baju dulu. Jangan ngintip lagi lho ! hehehe” sindirnya.

Kami berangkat menggunakan mobil milik Pelangi, menuju salon langganannya. Namun sebelum berangkat, aq memintanya memutar mobilnya kerumahku terlebih dahulu untuk mengambil The Black Wind, tapi dengan beralasan bila ada sesuatu yang tertinggal. Aq menyimpan Swit hitamku di balik kemeja, dan celana jeans pendek di balik celana kain yang aq gunakan sekarang. Dan perlengkapan lainnya seperti topi koboy, sarung tangan, topeng, dan skateboard yang bisa di lipat menjadi dua dan aq masukkan semuanya ke dalam tas ransel.

Ketika aq masuk kedalam mobilnya, dia yang melihatku ribet membawa tas lalu bertanya “Kamu kenapa bawa tas ransel segala Vik ? Emang mau piknik ?” Tanyanya penasaran,

66

“Aq udah terbiasa kalau kemana – mana mesti bawa tas kak, kalo gak pakek tas rasanya ada yang kurang gitu” jawabku mengelabuhinya. “Ya udah deh kalo gitu, yuk cap cus” cetusnya, dan langsung menginjak pedal gas dengan kencang.

Hingga sampailah kami di sebuah Mall. “Lho, katanya tadi mau nyalon ?” tanyaku, Pelangi menjawab sambil mencari tempat parkir “Iya salonnya ada di dalam Mall ini Viki”, “Owh begitu” sahutku faham. Kami segera menuju ke lantai 3, dimana salon langganan Pelangi berada. Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk di manjakan dengan perawatan salon, mengingat semalam dia hampir mengalami kejadian yang mengerikan.

Namun ketika perajalanan menuju lantai tiga, tidak sengaja Pelangi bertemu dengan kedua sahabtnya, Nisa dan Evi. Mereka Nampak sedang berjalan – jalan Santai sambil hunting untuk mengisi waktu libur.

“Nisaaa, Eviiiii” Teriak Pelangi kegirangan, “Eeehh, Ela. Ngapain loe kesini ?” sahut Evi sambil berlari mendekati Pelangi, mereka Nampak akrab sekali, dan aq hanya tersenyum melihat mereka. “Gue mau ke salon langganan gue nih. Mau ikutan gak ?” tawar Peangi, Nisa yang kelihatan paling semangat setelah mendengar tawaran Pelangi langsung menyahut “Mau mau. Sekarang ?”, “Iya sekarang lah, ayo cus”. Mereka bertiga pergi meninggalkanku begitu saja. Ya ampun, aq jadi obat nyamuk nih ? Fiuhhh, gumamku dalam hati.

Aq mengikuti langkah mereka dari belakang. Seperti biasa, sambil berjalan mereka terus saja ngobrol ini itu, membahas hal – hal yang tidak aq mengerti, seperti boy band korea, lagu – lagu korea, drama korea, dan terutama cowok – cowok koreanya.

Sampai di salon, mereka langsung mengambil tempat sendiri – sendiri. Ternyata Pelangi tidak benar – benar melupakan aq, dia menyuruhku duduk di ruang tunggu. “Ciyee, berduaan lagi nih yeee” sindir Evi, Pelangi sedikit tersenyum lalu menjawab “Tadi dia emang gue suruh nemenin, gue kira kalian lagi sibuk ngurusin LDKM untuk HIMA. Kalo tau gitu kan gue bisa ngajak kalian. Biar enggak ngerepotin Viki juga”. Aq pun tersenyum mendengar jawaban Pelangi. Namun juga sempat kecewa, ketika tau kalau ternyata dia mengajakku bukan karena aq special, tapi karena gak ada yang lain.

67

Satu jam berlalu, namun mereka masih belum selesai juga, sedang dalam perawatan kuku. Aq yang menunggu sembari membaca majalah mulai boring. Ingin aq meninggalkan mereka dan pergi jalan – jalan berkeliling mall, tapi karena aq sedang dalam misi, aq tidak bisa meninggalkan Pelangi begitu saja. Aq pun membetah – betahkan diriku untuk menunggunya dengan sabar.

Satu jam berikutnya, akhirnya mereka selesai juga. Setelah membayar, mereka lalu mengajakku mencari makanan. Aq dibawanya ke sebuah resto didalam Mall ini juga. Pelangi memesan 3 porsi makanan yang belum pernah aq lihat sebelumnya. “Ini makanan apa kak ? Kok aneh gini bentuknya ?” tanyaku bingung, namun Evi dan Nisa malah menertawakanku. Nisa bertanya balik “Ehh dek, masa kamu belum pernah ngelihat makanan ini ? Serius apa becanda nih ?”, aq pun menjawab dengan lugunya “Aq sih kayaknya pernah ngelihat ini di TV”, “Ehh dek, kamu ini makin komplit aja ya. Udah cupu, konyol, kampungan pula. Masa makanan seperti ini kamu gak pernah tau ?” sindir Evi yang benar – benar mengena di jantungku, dan aq pun terdiam dibuatnya.

“Huusshh, kalian ini lama – lama keterlaluan deh” bela Pelangi, “Ini namanya Pizza Vik, makanan khas Itali. Terbuat dari tepung roti dan ditaburi dengan segala macam sayuran, keju, daging ataupun sosis” imbuhnya menjelaskan. Pelangi menyendokkan satu slice di piringku, “Nih, cobain deh Vik, enak kok”. Aq memotong secuil pizza dengan pisau dan garpu, mencicipinya untuk pertama kali.

“Hmm, enak enak kak. Namanya apa tadi, Pisa ?” tanyaku, “Pizza adek kecil, P – I – Z – Z – A, Pizza” jawab Evi. Dengan lahapnya aq menyantap makanan ini, hingga habis 5 slice, dan tidak tersisa sama sekali. “Kelaperan apa doyan tuh, sampek gak sisa” sindir Nisa, aq tidak berkata apa – apa, hanya tersenyum lebar untuk menjawab sindirannya. Setelah itu mereka pun berencana untuk segera pulang. Pelangi sebenarnya ingin mengajak mereka untuk hunting sepatu, namun Evi berkata kalau minggu ini tidak ada diskon, jadi Pelangi mengurungkan niatnya.

“Loe parkir dimana Vi ?” Tanya Pelangi saat mereka sedang menuju ke tempat parkir



68

diluar Mall, Evi menunjuk ke parkiran bagian selatan sambil menjawab “Itu disana. Gue tadi barengan sama Nisa”, “Jadi kita pisah disini ya”, “Iya El, ntar malem kita Chatingan lagi ya WhatsApp, nerusin yang tadi. Ehh dedek Viki, jagain tuh kak Pelangi, jangan sampek kenapa – kenapa yaa” sahut Evi. Namun aq tetap hanya tersenyum mendengar sindiran Evi. Mereka benar – benar hanya melihatku sebelah mata. Aq tunjukin siapa diriku yang sebenarnya, tau rasa nanti kalian, gumamku.

Sebelum Evi dan Nisa beranjak pergi, Pelangi meminta balas budi kepadaku “Ehh Vik, karena tadi aq udah traktir kamu, sekarang gentian ya kamu ambilin mobilku diparkiran. Ini karcis, STNK sama kuncinya. Masih ingat tempatnya kan ?”, “Oke kak, siap” jawabku. Aq bergegas mencari mobil Pelangi yang diparkir di arah Timur.

Namun, baru beberapa saat aq meninggalkan mereka, tiba – tiba terdengar suara teriakan dari Pelangi “Jambreett, jambreeett”. Aq kembali menoleh ke belakang, melihat Pelangi yang menunjuk – nunjuk seorang pria yang sedang membawa lari tasnya. Beberapa orang berusaha mengejar pria itu. Aq segera bersembunyi disela – sela mobil, dan berubah menjadi The Black Wind. Aq pasang energy listrik di sarung tanganku dengan tegangan sedang, dan bergegas menggunakan skateboard yang sudah aq persiapkan sebelumnya. Aq meninggalkan tas ranselku begitu saja dan menyimpannya di bawah mobil.

Aq melesat secepat kilat, mendahului beberapa orang yang mengejar jambret tersebut. Jambret tersebut memanjat tembok untuk berusaha kabur, namun aq dengan cepat langsung menangkapnya dan membantingnya ketanah. Dia tiba – tiba bangkit dan mengeluarkan pisau lipat dari balik jaket kulit hitamnya. Dia menodong – nodongkan pisaunya kearahku dan beberapa orang yang mencoba menangkapnya. “Jangan mendekat, jangan mendekat” ancam pria itu. Aq mendekatinya dengan Santai, dia terlihat Sangat gugup. “Heh orang aneh, mundur loe, atau gua bacok loe”. Dia tiba – tiba menyerang pisaunya kearah wajahku, aq menghindar dengan menepis tangannya dan langsung menghantamkan pukulanku tepat kearah perutnya.

Dia terlempar dan kejang – kejang. Melihatnya yang sudah tidak berdaya, dengan Santai aq mengambil tasnya.



69

Orang – orang melihatku aneh, mungkin karena penampilanku yang tidak lazim. “Jambret ini milik kalian, terserah apapun yang akan kalian lakukan padanya. Tapi saranku, bawa saja ke kantor polisi” kataku pada orang – orang tersebut. Aq meninggalkan mereka dengan menggunakan skateboardku, dengan kecepatan rendah.

Aq mengembalikan tas tersebut kepada Pelangi “Ini nona tasmu. Silahkan di cek apa ada yang hilang” seruku, Pelangi langsung menyaut tasnya dariku, dan teman – temannya malah memperhatikanku dengan tatapan bingung. “Terima kasih banyak tuan. Anda siapa ?” Tanya Pelangi, dengan bangga aq menjawabnya “Namaku adalah The Black Wind. Seorang ksatria yang ditugaskan untuk melindungimu”.

Matanya terus memandangku, bahkan kedua temannya pun sepertinya ikut terpukau dengan kehadiranku. “Baiklah, aq permisi dulu” pamitku, Pelangi tiba – tiba menahanku dan bertanya “Tunggu ! Bagaimana kalau nanti terjadi apa – apa lagi denganku ?”, sambil tetap mengayunkan kakiku untuk menjalankan skateboard, aq menjawabnya dengan sedikit berteriak “Aq akan selalu ada disisimu, aq akan selalu menjagamu. Kau tidak usah khawatir”. Aq langsung mengaktivkan booster, dan melesat secepat kilat seperti angin.

Aq kembali ke sela – sela mobil tadi, mengambil tas ranselku dan kembali mengenakan penyamaran culunku. Dan langsung mengambil mobil Pelangi yang jaraknya juga tidak begitu jauh.

Din din, aq mengklakson Pelangi yang masih saja mengobrol dengan kedua temannya. “Ayo kak” teriakku, Pelangi lalu menghampiriku sambil melambai – lambaikan tangannya kepada kedua temannya. Aq berpindah ke kursi penumpang disamping, dan Pelangi duduk di kursi kemudi. “Kak, kok rame banget itu. Ada apa ? Kecelakaan ?” Tanyaku berlagak tidak tahu apa – apa, Pelangi malah tertawa kecil sambil menutup mulutnya, “Hihihi, tadi itu aq habis di jambret Vik”, “Lho, dijambret kok malah seneng ? Terus gimana ?”, dia pun mulai bercerita sambil mengendarai mobilnya “Jadi tadi tuh aq kan sempet dijambret, terus aq teriak – teriak. Ada beberapa orang yang bantuin ngejar. Aq panic banget Vik, sampek bingung harus gimana. Apalagi itu jambret larinya kenceng banget, sampek – sampek orang – orang yang ngejar dia gak

70

ada yang berhasil ngikutin. Nah, disaat aq udah putus asa, tiba – tiba dari belakang muncul seseorang yang makek pakaian serba hitam meluncur pakek skateboard, kenceng banget. Dia berhasil nangkep tuh jambret, dan ngehajar dia Cuma dengan sekali pukulan, hebat banget deh pokoknya. Terus, dia ngembaliin tasnya ke aq Vik, sambil ngomong apa gitu, aq gak dengerin, gara – gara terpesona sama dia, kereeen bangeeettt. Malahan temen- temenku tadi sampek pada ngiri lho Vik”, mendengar cerita Pelangi barusan, aq jadi merasa bangga terhadap diriku sendiri. Apalagi dipuji sebegitunya oleh wanita yang benar – benar aq cintai.

“Wuiiihhh, keren banget donk ya. Sayang banget aq gak sempet ngelihat tadi” kataku berpura – pura. “Dan loe tau gak, waktu dia pamit, sebelum pergi dia sempet ngomong kalau dia bakalan terus disampingku, karena tugasnya hanya untuk melindungiku. So sweet banget. Dan namanya juga keren lho, The Black Wind, aduh gak tahaaann, aaaaahhhh” dia berteriak kegirangan. Kalau saja dia tahu siapa The Black Wind sebenarnya, pasti bukanlah hal sulit bagiku untuk mendapatkan hatinya.

Mungkin setelah ini The Black Wind akan menjadi incaran dari mata – mata khusus Mafia. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dengan begitu, selain aq bisa terus melindungi Pelangi dari kejahatan, sekaligus dapat memancing si mata – mata itu keluar untuk menghadapiku. Akan aq tantang dia satu lawan satu.

Selama perjalanan, tidak henti – hentinya Pelangi tersenyum – senyum sendiri. Dan sesekali dia kembali bercerita. “Aq kira pahlawan super tuh Cuma ada dalam cerita fiksi lho. Ternyata bener – bener ada di kehidupan nyata” katanya. Aq pun hanya tersenyum melihatnya, tidak sepatah katapun aq keluarkan selain hanya tertawa.

Sesampainya dirumah, Pelangi menurunkan ku tepat di depan rumah. Melihat mobilku sudah terparkir digarasinya, menandakan Melissa sudah pulang. “Thanks ya kak Ela, udah di ajakin jalan – jalan sekalian ditraktir tadi. Baru pertama aq jalan ke Mall, hehehe” seruku dari luar jendela mobilnya. “Lho, kamu baru pertama ke Mall ? Emang selama ini kamu tinggal dimana Vik ?” Tanya Pelangi penasaran, aq pun kembali berbohong “Pokoknya di kampung lah kak. Gak ada yang gitu – gituan”,



71

“Ooohh, begitu. Ya sudah, aq balik dulu yaa. Byeee” pamitnya.

Di dalam rumah, aq melihat Melissa sedang menulis sebuah surat di meja tamu. “Ngapain kamu Mel ?”, dengan terus melanjutkan menulis dia menjawab “Lagi nulis surat buat Pelangi sama tante Indah. Gue barusan dapet kabar kalo pak Usman keadaannya udah membaik, bahkan sudah diperbolehkan pulang”, “Hah ?! Serius ?” tanyaku terkejut. Melissa menjelaskan “Iya Vik. Tapi sayangnya beliau masih di tahan terlebih dahulu untuk keamanan. Sekarang lagi di sembunyiin di markas”. “Baguslah kalau begitu. Ini benar – benar kabar baik buat Pelangi” sahutku. Aq sedikit bergumam dalam hatiku, sepertinya hari ini adalah hari terbaik untuk Pelangi

“Gue mau naruh surat ini di kotak posnya tante Indah dulu. Loe jangan kemana – mana !” perintah Melissa, “Siap kakak !” jawabku sembari memberi hormat.

Malam harinya, pukul 9 malam. Seperti biasa, Melissa sedang asyik sendiri dikamarnya. Suara music yang kencang sampai terdengar di kamarku. Berbeda denganku, aq yang dari tadi mendapat sebuah firasat yang tidak enak, terus memantau kegiatan Pelangi dikamarnya melalui teleskop. Dia sedang asyik menonton drama korea sambil tengkurap dikasurnya, dan menahan dagunya dengan sebuah guling. Sepertinya demam K-POP sampai sekarang masih terus menjamah di kalangan para remaja, khususnya wanita.

Sembari menunggu, aq sempat membaca – baca tentang petunjuk dari sarung tangan listrik di website khusus organisasi. Di situ tertera teknik unik dari sarung tangan listrik ini. Teknik ini juga bisa digunakan untuk serangan jarak jauh. Dengan cara mengepalkan kedua tangan lalu menariknya dan meletakkan di pinggang seperti posisi tangan dalam kuda – kuda. Dalam posisi itu, kekuatan energy petir akan terkumpul di kepalan tangan. Dan setelah terkumpul, kedua tangan langsung di pukulkan kearah depan, dan kekuatan petir akan menyambar dari kedua tanganku. Sepertinya jurus ini menarik, akan aq coba bila saatnya nanti.

2 jam berlalu, Pelangi pun telah terlelap dalam tidurnya. Namun perasaan tidak enak ini masih saja menghantuiku, membuatku semakin tidak tenang. Aq segera menyiapkan The Black Wind untuk antisipasi bila benar – benar terjadi sesuatu. Dan juga beberapa hari lalu aq sempat

72

memasang beberapa kamera pengintai disekeliling rumah Pelangi. Selain terus memantaunya lewat teleskop, aq juga memantau sekeliling rumah Pelangi melalui handphone.

Rasa kantuk mulai menyerangku, terlebih suasana yang sepi sunyi. Suara music dari kamar Melissa sudah tidak terdengar lagi. Aq menenggak kopi yang aq siapkan sejam lalu. Dan terus intens memperhatikan teleskop dan handphone.

Dan benar saja, ada sekitar 5 kawanan perampok tiba – tiba berusaha masuk kedalam rumah Pelangi. Mereka memanjat pagar dengan cekatan, terlihat mereka sudah sangat ahli dalam hal seperti ini. Pak satpam yang biasanya pun berhasil di lumpuhkan dengan mudah. Salah seorang dari mereka memukul pak satpam tepat di pundaknya dengan pemukul baseball, membuatnya langsung tak sadarkan diri.

Aq lempar handphoneku ke kasur, lalu bergegas mengenakan The Black Wind. Aq keluar dengan melompat dari jendela, berlari dengan sangat cepat menuju rumah Pelangi. Aq tidak yakin kalau mereka adalah perampok biasa, bisa jadi mereka adalah suruhan dari mata – mata khusus mafia untuk menyelesaikan misinya.

Aq sampai didepan pagar rumah Pelangi. Melihat pak satpam yang masih tidak sadarkan diri. Aq melompati pagar yang masih tergembok rapi, dan memindahkan pak satpam itu ke kasur didalam pos. Pintu rumah Pelangi sudah terbuka, gagang pintu telah rusak. Aq masuk dengan mengendap – endap. Keadaan rumah masih sangat gelap, hanya lampu dapur saja yang menyala. Terdengar jelas gemuruh suara dari lantai dua. Lemari yang di acak – acak, suara bisik – bisik beberapa orang, dan langkah kaki kesana kemari yang sedang mencari barang berharga.

Tidak aq biarkan mereka berlama – lama dirumah ini. Aq berlari menuju tangga untuk menghentikan aksi mereka. Namun, aq dikejutkan dengan salah seorang perampok gendut yang tiba – tiba muncul dari arah dapur sambil membawa sepiring pisang. Dia sempat terpaku menatapku, mungkin karena penampilanku. Aq tidak memperdulikannya, aq tetap melanjutkan langkahku menuju keatas.

Aq aktivkan sarung tangan listrikku dengan tegangan sedang. Bersiap menghadapi para



73

perampok bersenjata itu. Sebagai antisipasi, aq juga sudah mengenakan rompi anti peluru dibalik swit hitamku.

“Woy kalian, apa yang sedang kalian lakukan disini !” teriakku pada dua perampok yang masih sibuk mengacak – acak lemari. Salah seorang perampok itu langsung berlari menyerangku dengan sebilah pedang miliknya. Dia menebaskan kearah leherku, aq menghindar dengan menundukkan kepalaku. Dan langsung menyerang dagunya dengan jurus uppercut mematikan. Dia terjungkal, kepalanya menghantam lantai dengan keras, dan langsung tidak sadarkan diri.

Melihat temannya yang sudah tergeletak, perampok lainnya ikut menyerangku. Dan kedua temannya yang sedang mengacak – acak kamar pun juga membantu. Mereka bertiga bersamaan menyerang dengan senjata mereka masing – masing. Celurit, pedang dan pemukul baseball, bersamaan saling menerjangku. Sebelum mereka mulai menyerang, aq tingkatkan energy listrik hingga Maksimal.

Aq gunakan jurus Maksimal dengan kekuatan petir yang sempat aq pelajari. Aq kepalkan kedua tanganku dan menariknya hingga pinggang. Ketika mereka sudah semakin dekat, langsung aq hantamkan kekuatan petir kepada mereka. Blaaarr, mereka semua terhempas, terpelanting ke segala penjuru arah.

Aq lantas mendekati salah satu dari mereka yang masih tersadar, menarik kerah bajunya seraya bertanya “Siapa yang menyuruh kalian ?!”, dengan beratnya dia berusaha menjawab “Enyahlah kau !”, “Aq akan hantamkan pukulan ini ke wajahmu, bila kau tidak segera menjawab ! Sekarang jawab, siapa yang menyuruhmu !” aq melakukan ancang – ancang memukul wajahnya, aliran listrik yang deras mengalir disarung tanganku membuatnya takut. “Aq hitung sampai tiga ! Satu ! Dua !”, dia pun akhirnya menjawab “Iya iya, aq akan jawab. Mi – mi – mister, tur – man” dan diapun langsung tidak sadarkan diri.

Pelangi dan tante Indah yang terkaget dengan suara – suara berisik tadi segera keluar dari kamarnya. “Apa – apaan ini ! Siapa kalian ?!” teriak tante Indah khawatir. Beliau menyalakan lampu ruangan, terlihat jelas 4 orang yang sedang tergeletak tidak berdaya. “Kau ? Kau kan yang tadi siang ?” ujar Pelangi sambil melototkan matanya kearahku. “Maaf bila kehadiran mereka

74

membuat kalian tidak nyaman. Saran saya segeralah telfon polisi untuk menangkap mereka semua, karena mereka hendak merampok rumah kalian. Saya permisi dulu”. “Tungguuu, kau mau kemana ?!” teriak Pelangi ketika melihatku berlari menuruni tangga. Aq menoleh kearahnya, tersenyum manis sambil menjawab “Aq tidak pernah pergi kemana – mana. Aq akan selalu dekat denganmu, permisi” aq melanjutkan langkahku meninggalkan mereka. “Terima kasih !” teriak Pelangi lagi. Aq tidak menghiraukannya, aq terus melanjutkan langkahku.

Suara sirine polisi terdengar jelas dari kamarku. Sembari aq melepaskan The Black Wind, aq sedikit memperhatikan kearah rumah Pelangi. Para perampok itu digiring oleh belasan polisi yang datang memenuhi panggilan tante Indah, termasuk seorang perampok gendut yang sempat aq temui. Kebanyakan polisi yang menangkap para perampok itu memang ditugaskan untuk selalu standby bila dapat panggilan dari Pelangi dan tante Indah.

Kini hatiku mulai tenang, aq segera merebahkan tubuhku di kasur untuk melepaskan segala kepenatan. Namun belum ku sempat memejamkan mata, tiba – tiba aq dikagetkan dengan suara pintu kamarku yang dibuka dengan kasar “Viki ! Itu ada suara sirine polisi dimana?”, ternyata itu adalah suara Melissa yang terbangun karena kebisingan suara sirine polisi. Sambil tetap memejamkan mataku, aq menjawabnya dengan nada lesu “Iyaa, itu dari rumahnya Ela sama tente Indah”, “Apa ! Terus loe Cuma diem aja disini dan enak – enakan tidur hah ?” dia berusaha menarik tanganku untuk membangunkan. Aq benar – benar lelah, aq sampai emosi dengan tindakan Melissa “Heh Mel, lepasin, lepasin !” aq menarik tanganku dengan kuat, dan kembali tidur. “Lho malah tidur lagi. Ayo bangun, kita cek apa yang terjadi dirumah mereka Vik !”, akhirnya aq benar – benar kesal, aq pun kembali bangun “Kamu ini ! Tadi sebenarnya ada yang ngerampok rumahnya Pelangi, tapi aq udah beresin waktu kamu tidur. Dan mereka sekarang lagi digiring sama polisi – polisi itu. Puas ?! Sekarang kembali tidur !” jelasku, “Owh begitu. Ya ngobrol donk dari tadi, malah diem aja. Iya udah, gue balik ke kamar dulu” dia mematikan lampu dan kembali ke kamarnya. “Tauk ah” jawabku kesal.

Pagi harinya, aq segera mengontak markas menggunakan laptop Melissa untuk memberikan kabar semalam. Disini agen Viki, semalam klien mendapat serangan dari pihak Mafia. Kini serangan para Mafia itu sudah mulai agresif, di dalangi oleh Mr. Turman alias pak

75

Bejo, tulisku pada sebuah chat kepada ruang kendali. Dan tidak lama setelah aq mengirim, langsung dapat balasan dari markas, Terima kasih agen Viki atas infonya. Kami disini juga semakin agresif untuk menangkap Mr. Turman. Di mohon untuk kesabarannya. Membaca balasan dari markas, aq sedikit emosi dan membalasnya, Sebaiknya cepat, aq tidak ingin sampai terjadi apa – apa dengan klien. Tapi markas hanya menjawab, Siap agen Viki.

Aq kembali tidak tenang, aq takut masalah ini akan semakin berlarut – larut. Sudah hampir satu bulan, dan pak Bejo itu tidak kunjung ditangkap juga. Walau disisi lain ada untungnya aq bisa terus dekat dengan Pelangi, namun bila dengan cara membahayakan nyawanya, aq lebih memilih misi ini segera selesai.

Melissa yang melihatku sedang focus dengan laptopnya lalu menghampiriku. “Lagi ngapai Vik ?” tanyanya sambil duduk di sampingku. “Aq Cuma lagi ngabarin markas soal kejadian semalem. Dan kamu tahu gak ? Para perampok itu adalah suruhan dari Mr. Turman, dan kita tahu apa tujuannya”, “Terus terus ?” Melissa semakin penasaran. Aq kembali menjelaskan “Tadi aq udah ngontak markas, dan jawabannya malah nyantai banget Mel, kayak gak lagi serius gitu. Aq takut kalau sebenarnya sedang ada masalah dengan pengejaran pak Bejo”, “Lalu apa yang harus kita lakukan ?” tanyanya, “Kini misi kita hanya untuk melindungi Pelangi dan tante Indah, dan pengejaran pak Bejo kita serahkan seluruhnya kepada agen khusus lain yang ditugaskan untuk itu. Kita hanya bisa berdoa untuk mereka, semoga misi mereka berjalan dengan lancar” ujarku. Melissa pun terdiam, dia menatapku dengan tatapan yang berbeda dengan sebelumnya. Matanya sedikit sendu, wajahnya terlihat sangat lembut. Tatapan yang sungguh aneh untukku. “Ngeliatnya biasa aja kali, gak usah kayak gitu juga” sindirku. Dia agak terkaget, dan langsung memalingkan wajahnya, benar – benar aneh. Melissa menjawab sindiranku “Enggak, enggak apa – apa kok”.

Dan beberapa saat kemudian, dia seperti sedang teringat akan sesuatu, lalu kembali menatapku dan bertanya “Oh iya, gue mau Tanya. Loe udah berapa kali makek sarung tangan listrik itu ?”, aq sedikit menatap kearah kanan atas sambil mengingat – ingat “Hmmm, berapa yaa. Pokoknya sering lah. Kenapa memangnya ?” tanyaku balik, dia menjawab “Gue Cuma mau ngasih tahu, loe mesti hati – hati kalo lagi makek sarung tangan listrik itu. Sekarang gue Tanya,



Yüklə 452,06 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   ...   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin