Mutiara Subuh : Selasa, 14/09/99


Mutiara Shubuh : Kamis, 30/03/00 (24 Dzulhijjah 1420H)



Yüklə 496,46 Kb.
səhifə38/42
tarix15.01.2019
ölçüsü496,46 Kb.
#96942
1   ...   34   35   36   37   38   39   40   41   42

Mutiara Shubuh : Kamis, 30/03/00 (24 Dzulhijjah 1420H)

Bacalah


Makna kata perintah “IQRO (Bacalah)” yang difirmankan Allah dalam surah Al-‘Alaq [96] itu bukanlah hanya makna harfiah yang hanya sekedar membaca belaka, tetapi sangat jauh lebih dalam dari itu yaitu dengan membaca Al-Qur’an yang tertulis yang merupakan kata-kata Allah serta mempelajarinya dengan keterkaitanya dengan semua gejala alam baik yang hidup maupun yang mati, nach.. dari penela’ahan yang lebih mendalam inilah akan kita temukan kebesaran-kebesaran Allah. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3:190/191).

Jadi disamping kita diperintahkan untuk membaca, pempelajari serta memahami ilmu agam yang disampaikan melalui Al-Qur’an sebagai firman Allah dan Al-Hadits sebagai ilmu praktikal, kita juga dianjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmu cabang yang lainnya yang akan mengantarkan kita pada fakta-fakta kebesaran Allah dan juga ynag akan mendatangkan kemakmuran ummat manusia seperti ilmu alam, biologi, kedokteran dsb. Marilah kita bersama-sama berlomba-lomba untuk membaca serta menuntut ilmu-ilmu cabang seperti yang diperintahkanNya.



Mutiara Shubuh : Jum’at, 31/03/00 (25 Dzulhijjah 1420H)

Mencela Makanan


Ketika kita disuguhi makanan oleh seseorang terkadang terlontar dari mulut kita kata yang bernada mencela makanan yang sedang kita cicipi tersebut. Kita tidak sadar bahwa hal itu akan menyakiti orang yang memberikan atau memasak makanan. Abu Hurairah ra pernah berkata bahwa Rasulullah saw tidak pernah mencela selamanya. Jika ia suka dengan makanan itu maka dimakannya dan sebaliknya jika beliau tidak menyukainya maka ditinggalkannya (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan Rasulullah saw sangat sering sekali memuji makanan yang disajikan kepada beliau walaupun sebenarnya tidak beliau suka atau tidak enak. Sebuah riwayat yang disampaikan dari Jabir ra yang mengisahkan ketika Raulullah saw menanyakan tentang lauk-pauk yang akan disediakan kepada keluarganya, maka keluarganya menjawab bahwa tidak ada lauk pauk kecuali cuka. Maka Rasulullah saw minta cuka untuk imakan dengan roti yang dihidangkan kepada beliau, sambil bersabda: Sebaik-baiknya lauk pauk ialah cuka, sebaiknya lauk adalah cuka”. Demikianlah beliau memuji apa yang dihidangkan kepada beliau.

Lantas bagaimana dengan kita, yang terkadang jangankan hanya diberi cuka, diberi ikan terus-menerus saja sudah mengeluh, “Kok ikan-ikan melulu…?” padahal ikan ikan itu jauh lebih nikmat dari pada cuka.

Seyogyanyalah kita dapat meniru sikap Rasulullah ini yang tidak pernah mencela makan yang dimakannya dan selalu memujinya. Apatah lagi makanan tersebut dimakan oleh istri tercinta…….

Mutiara Shubuh : Senin, 03/04/00 (28 Dzulhijjah 1420H)

Sabar Ketika Sakit


“Allah menyukai orang-orang yang sabar”, demikianlah statement Allah swt dalam surat Ali Imran 146, dan banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan keutamaan kesabaran dan bahkan dikatakan akan Allah swt akan selalu bersama-sama orang yang sabar. Ada beberapa macam sabar, diantaranya sabar ketika kita ditimpa musibah dalam bentuk sakit. Al-Junaid Al-Bahdady pernah mengungkapkan tentang musibah atau yang ditimpakan pada seseorang: “Bala adalah lampu bagi orang-orang arif, kebangkitan orang-orang yang menghendaki Allah, kebaikan orang-orang yang mukmin tetapi kebinasaan bagi orang-orang yang lengah. Tidak akan dapat menemukan kemanisan iman seseorang hingga dia kedatangan bala, lalu dia ridho dan bersabar”. Jadi hendaklah kita selalu bersabar ketika menerima cobaan Allah swt dan janganlah berkeluh kesah, karena semua bala yang kita terima itu adalah semua rencana Allah swt terhadap diri kita. Dalam sebuah hadits qudsi Allah swt berfirman secara tegas bagi orang yang tidak bersabar dan berkeluh kesah serta tidak bersyukur: “Barangsiapa yang tidak puas dengan qadha-Ku dan tidak bersyukur kepada pemberian-Ku, Hendaklah dia mencari Tuhan selain Aku”

Bahkan dalam suatu hadits yang diriwyatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah saw menyatakan bahwa amalan orang yang sedang sakit itu diberi ganjaran dua kali lipat orang yang sehat dan juga beliau menyatakan bahwa orang yang sakit itu (walaupun yang tertusuk duri) akan di hapuskan oleh Allah swt dosanya seperti rontoknya dedaunan dari pohonya. (HR Bukhari dan Muslim) Jadi tiada dalih lain bagi kita untuk berkeluh kesah kecuali harus selalu bersabar ketika ditimpakan musibah sakit atas diri kita.



Mutiara Shubuh : Selasa, 04/04/00 (29 Dzulhijjah 1420H)

Berjabat Tangan


Telah kita ketahui bersama bahwa ketika kita bertemu dengan saudara kita sesama muslim lainnya disunnahkan untuk mengucapkan salam, dimana didalam itu adalah merupakan do’a bagi saudara kita tersebut, dan bagi yang menerima salam itu wajib untuk menjawabnya. Setelah itu lazimnya kita melanjutkannya dengan berjabat tangan. Sesungguhnya berjabat tangan ini adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh Rasulullah dan sahabatnya. Hal ini ditegaskan oleh Anas ra ketika ditanya oleh Qatadah (Abu Khattab) tentang apakah jabat tangan itu terjadi pada Rasulullah dan sahabatnya. Dan Anas pun menjawab dengan “Ya”. (HR. Bukhari). Dan Rasulullah saw pun menjawab yang sama ketika beliau ditanya oleh Anas ra tentang hal ini. (HR At-Tirmidzi). Didalam hadits lainnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Al-Barra’ ra yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tiada dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan melainkan diampunkan dosa keduanya sebelum berpisah”. Jadi disini terlihat bagaiman dianjurkannya (sunnah) kita berjabat tangan dengan sesma muslim ketika bertemu. Dan bahkan jika saudara kita itu pulang dari bepergian disunnahkan untuk mendekapnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw ketika menyambut kedatangan Zaid bin Haritsah datang ke kota Madinah, Rasulullah saw dengan serta merta memeluk dan mendekap Zaid.

Sungguh mulia ajaran ini, yang menunjukkan rasa persaudaraan yang kentang dan saling mengasihi satu sama lainnya.




Yüklə 496,46 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   34   35   36   37   38   39   40   41   42




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin