Seorang pria yang melanggar sumpah, bukanlah pria yang bertanggung jawab. Namun seorang pria yang munafik atas perasaannya, tidak pantas disebut sebagai pria



Yüklə 452,06 Kb.
səhifə4/13
tarix22.08.2018
ölçüsü452,06 Kb.
#74147
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   13

32

Mungkin menjadi laki – laki yang culun dengan kaca mata besar, atau laki – laki yang memiliki sifat kewanitaan”, mendengar perintah pak bos ini, aq jadi bingung. Namun berbeda sekali dengan Melissa yang malah tertawa lepas sambil melihatku.

Lalu aq menyahuti pak bos dengan sedikit menyentak “Tunggu tunggu, biar aq luruskan ini. Kau ingin aq menjadi banci ? Yang benar saja !”, “Kalau kau tidak mau, kau bisa menjadi laki – laki culun” jawab pak bos. “Bagaimana kalau aq tidak mau ? Aq tidak ingin meninggalkan atau merubah jati diriku. Pak bos sendiri yang melatihku menjadi seorang Pria sejati yang tangguh, tapi kenapa sekarang kau menginginkan aq menjadi pecundang ?”, “Saya bukan ingin menjadikanmu seperti itu. Ini demi kepentingan misi, kau harus mematuhinya. Ingat perkataanmu semalam, kau akan siap dengan segala tanggung jawabmu. Jadi, jangan membantah”, “Baiklah kalau itu keinginanmu, akan aq turuti. Tapi, kalau sampai terjadi apa – apa dengan kondisi psikisku, pak bos harus tanggung jawab”, pak bos hanya tersenyum mendengar ancamanku. Lalu beliau beranjak dari tempat duduknya, dan mendekat kearahku. Tiba – tiba beliau memeluk erat tubuhku, sembari membisikkan sesuatu padaku “Ayah pasti akan Sangat merindukan ocehanmu ini nak. Omonganmu yang selalu membuat ayah tertawa sendiri, tingkahmu yang aneh – aneh dan lucu ini. Mungkin hari – hari ayah akan terasa Sangat sepi tanpamu disini”, kata beliau sendu, aq jadi tersentuh mendengarnya. Aq menyahut bisikan beliau “Kalau begitu, sesegera mungkin tangkaplah Mafia itu, agar kita tidak perlu berpisah terlalu lama. Aq juga akan merindukanmu”.

“Ayah tidak terbiasa jauh darimu nak. Ayah sudah tidak memiliki siapa – siapa lagi selain dirimu. Selama ini ayah hanya memberikanmu misi yang bisa diselesaikan dalam waktu sehari, atau bahkan dalam beberapa jam saja, itu karena ayah tidak ingin terlalu lama jauh darimu. Dan kalau saja ada agen lain yang sedang kosong, mungkin ayah akan memberikan misi ini padanya.”, “Apa ! Jadi selama ini ayah memanjakanku ?”, bentakku padanya, ayah lalu menyahut “Yaa bagaimana lagi, ayah terlalu sayang padamu, ayah tidak ingin terjadi apa – apa denganmu nak, maaf kalau ayah terlalu over protective selama ini padamu”. Melissa yang menunggu disamping kita sudah tidak sabar lagi,



33

lalu dia pun angkat bicara “Yaa yaa, sudah cukup salam perpisahannya. Ayo kita segera berangkat agen Viki. Kendaraan kita sudah menunggu”, aq melepaskan pelukan kami, lantas aq menyahut Melissa “Baiklah Mel. Ya sudah ayah, Viki pamit dulu”, dan dengan penuh senyum sambil berusaha menanhan air matanya beliau menjawab “Selamat menjalankan misi, semoga keberuntungan selalu menyertai kalian”.

Dalam perjalanan, seperti biasa Melissa terus memainkan Tabnya. Dan aq tetap focus memperhatikan jalan yang cukup ramai pagi ini. Kami menggunakan mobil yang berbeda dari kemarin. Mobil Subaru berwarna dominan biru dengan corak api berwarna emas. Aq mengemudi dengan kecepatan sedang, karena memang tidak sedang buru – buru. Setelah beberapa lama kami terdiam, Melissa tiba – tiba memberikan sebuah dompet kulit berwarna hitam padaku. Dia berkata “Vik, ini dompet untukmu. Didalam sudah terdapat KTP dan SIMmu. Kartu kredit dan ATM sudah disiapkan untukmu. Lalu juga ada beberapa lembar uang cash”, aq melirik kearah dompet itu, aq mengambilnya dan langsung memasukkannya ke kantong celanaku, tanpa sepatah katapun.

Dia hanya melirik ku yang tetap terdiam, lalu mungkin karena penasaran akhirnya dia bertanya “Kau ini kenapa Vik ? Tidak biasanya kau terdiam seperti ini”, aq mengehembuskan nafas panjang, dan aq jawab pertanyaannya “Aq hanya kepikiran dengan perkataan pak bos kemaren malam”, Melissa penasaran “Perkataan apa ?”, “Beliau bilang kalau misi ini akan mengubah hidupku”, Melissa menatapku sambil mengerutkan dahinya, sepertinya dia juga bingung sama sepertiku. “Apa kau tidak bertanya apa maksudnya ?” Tanyanya penasaran, “Sudah, tapi beliau tidak mau memberitahuku hingga nanti aq akan mengetahuinya sendiri” jelasku. Lalu aq mengebutkan mobilku dengan kecepatan tinggi, Melissa yang sudah terbiasa dengan kebutanku terlihat Sangat Santai sambil menyandarkan kepalanya dikaca pintu mobil.

Setelah melewati jalanan kota yang cukup ramai, akhirnya kami pun sampai disebuah perumahan elite di jantung kota. Seorang satpam yang menjaga portal perumahan mendekati kami “Selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu ?”, sepertinya ini adalah prosedur dari perumahan ini, untuk pengamanan. “Kami penghuni baru pak, di blok Garuda no. 49” jawabku, sambil tersenyum lebar pak satpam itu menyilahkan kami untuk masuk.

34

Aq menyusuri jalanan perumahan ini. Nampak cukup ramai. Banyak orang yang sedang menyirami kebunnya, ada juga yang sedang bersiap – siap untuk berangkat kerja, hal wajar mengingat waktu masih menunjukkan pukul 7.30 pagi. 46, 47, 48, 49, aq pun menemukan rumah yang akan menjadi kediaman kami. Tidak jauh beda dengan rumah – rumah mewah lainnya disekitar. Sayangnya 2 rumah disampingnya sedang tidak ada yang menempati, jadi semakin terasa sepi. Aq yang sudah terbiasa dengan kebisingan dan keramaian dalam rumah, merasa ada yang mengganjal dengan kesunyian ini. Berbeda dengan Melissa yang sudah terbiasa, karena dia hanya tinggal berdua dengan adiknya. Sedangkan orang tuanya jauh berada diluar pulau Jawa.

Aq memarkirkan mobil didalam garasi. Tidak ada kode sandi apapun, semakin membuatku merasa ada yang kurang. “Kok gak ada pengamanannya sama sekali ? Aq kira maksud pak bos dengan memindah segala peralatan dan perlengkapan itu benar – benar segalanya” eluhku. Tanpa menggubris, Melissa dengan acuhnya keluar dari mobil, lalu segera menuju ke dalam rumah. Di dalam rumah semakin terasa kesunyian yang belum pernah aq rasakan. “Sepi banget ! Gak ada pembantu, tukang kebun atau apa gitu ?”, Melissa tetap mengacuhkanku. “Kamu kok diem aja sih Mel, emang kamu yang dirumah tuh kayak gini ya ?”, namun dia buru – buru menuju kamarnya, di lantai dua. Dan kamarku ada di lantai satu, dekat dengan ruang tengah. Aq hanya menatap Melissa aneh, dia berlari – lari kecil menuju kamarnya.

Tanpa menghiraukannya aq lantas menuju ke kamarku. Aq kaget ketika melihat seluruh ruanganku sudah penuh dengan barang – barang pribadiku. Dan penempatannya pun sama persis seperti di ruangan pribadiku di markas. Aq salut dengan cara kerja bawahan ayahku ini, mereka benar – benar professional. Lalu aq mengganti bajuku dengan kaos. Hari ini masih belum ada hal yang aq kerjakan, jadi aq bisa bersantai. Dan aq ingin tahu bagaimana rasanya bersantai di rumah yang nyaman ini. Melissa yang mengurus semua pendaftaranku besok, dan aq hanya ikut untuk melihat – lihat kampus.

Dari luar, terdengar suara Melissa yang sepertinya sedang buru – buru pergi. Aq keluar dari kamar untuk melihatnya. “Hey, mau kemana kamu Mel ?”, dengan buru – burunya dia menjawab “Aq mau ke Mall”, “Aq ikut! Selama ini aq belum pernah ke Mall” sahutku semangat, namun dia menolak dengan tegas

35

“Tidak usah, kau hanya akan membuatku malu. Mending kau dirumah saja, jaga rumah ini. Dan ingat ! Jangan pernah mendekati rumah Pelangi satu langkah pun, sebelum kau memakai penyamaran”, “Ya sudah lah” jawabku lesu.

Memang dasar yang namanya niat. Di awal aq berniat untuk bersantai, dan itulah yang terjadi. Kalau saja tadi awalnya aq berniat untuk mencari kegiatan, pasti Melissa akan mengizinkanku ikut. Karena aq cukup kecewa, aq akhirnya melanggar perintah Melissa. Aq kembali ke kamar untuk mengambil jemper hitamku. Aq akan mencari rumah Pelangi, dan berharap bisa menatapnya. Aq gunakan jam tangan pendeteksiku, dan menuliskan di kotak Search, Pelangi Arum Indriana. Dan pendeteksinya mulai mencari keberadaan rumah Pelangi. Tanda merah pun berkedip, pertanda kalau keberadaannya telah ditemukan. Aq mengunci rumah, dan memastikan semua telah aman. Lalu aq mulai mengikuti tanda merah tersebut. Aq gunakan peutup kepala dari jemperku, agar bila nanti aq tiba – tiba bertemu dengan Pelangi, dia tidak akan mengenaliku. Aq menyusuri tiap jalan perumahan dengan berjalan kaki.

Dari alat pendeteksi ini, memperlihatkan kalau rumah Pelangi tidak jauh dari rumahku, hanya sekitar 100 meter. Tidak lama aq berjalan, aq sudah cukup dekat dengan rumah Pelangi. Hingga akhirnya aq sampai tepat didepan rumahnya. Hanya berbeda satu blok saja. Rumahnya terlihat sepi, sepertinya sedang tidak ada orang dirumah. Cukup kecewa memang. Tapi setidaknya aq sudah tahu dimana letak rumah si bidadariku ini. Dan ketika aq mulai beranjak dari tempatku menatapi rumah Pelangi, tiba – tiba ada seseorang yang keluar dari rumah. Aq melihatnya dengan fokus, dan ternyata benar dugaanku, “Pelangi ? Astaga, dia bisa melihatku ini”, lalu aq segera pergi. Aq sempat melirik kearahnya, dan sepertinya dia melihatku dengan sedikit mengerutkan dahinya. Aq takut kalau dia mengenaliku, jadi aq berlari kecil untuk menghindar darinya.

Sampai dirumah, aq segera melepas jemperku lalu duduk bersandar di sofa. Aq cukup merasa senang walaupun hanya melihatnya sekilas. Jadi semakin tidak sabar untukku bisa lebih mendekatinya nanti. Aq menatap ke sekitar rumah, sepertinya memang cukup luas sekali. Jadi, aq penasaran untuk berkeliling melihat – lihat rumah ini.

36

Aq berjalan ke ruang tengah, terdapat sebuah TV LED yang menempel di tembok, dan di bawahnya terdapat sebuah meja kaca kecil, di atasnya terdapat sebuah DVD player. Di depannya terdapat sebuah sofa panjang untuk sekedar berSantai sambil menonton. Dan di samping TV LED tersebut juga terdapat sebuah lukisan ayahku sambil mengacungkan jarinya ke depan sambil menatap Sangat serius. Aq hanya tersenyum melihatnya sambil bergumam “Dasar cowok narsis. Pakek ada lukisannya segala”.

Lalu aq berjalan lagi menuju dapur, di sana terdapat Kitchen set yang Sangat lengkap dengan Elpigi yang siap digunakan, Lemari kulkasnya pun penuh dengan makanan. Di situ terdapat juga sebuah pintu menuju taman belakang. Aq membuka pintu tersebut dan melihat – liihat keluar. Ada sebuah kolam renang yang cukup luas, dan ada juga sebuah gazebo disana. Tembok yang mengelilingi taman belakang ini pun menjulang tinggi, dan di atasnya juga terdapat sebuah kawat berduri, untuk safety dari para pencuri. Aq kembali masuk untuk mencari camilan, sambil menunggu Melissa pulang.

Aq duduk di sofa lalu menyalakan TV. Kalau di markas, aq Sangat jarang sekali mendapat waktu luang untuk menonton TV. Kebanyakan waktu ku habis untuk, belajar, berlatih, dan berdiskusi dengan ayahku, itu bila sedang tidak ada misi. Aq mencari – cari channel yang bagus. Dan pencarianku berhenti pada sebuah film action Hollywood. Aq tidak begitu mengerti, jadi hanya melihatnya saja. Tiba – tiba aq teringat kalau ayah pernah berkata bahwa di rumah ini juga terdapat sebuah ruangan rahasia untuk menyimpan segala peralatan dan perlengkapan mata – mata. Tanpa fikir panjang pun aq segera beranjak dari sofa untuk mencari ruangan tersebut, dan meninggalkan TVnya menyala.

Tempat pertama yang aq tuju adalah kamarku. Aq menyusuri setiap sudut ruangan, mencari – cari apakah terdapat sebuah tombol rahasia disana. Namun tidak kunjung aq menemukannya. “Hiihhh, kenapa aq tidak Tanya pada ayah sih dimana letak ruangan rahasia itu. Kalau begini, masa aq harus menyusuri setiap sudut rumah sebesar ini.” gerutuku. Jadi aq putuskan untuk mencari semampuku saja, biar nanti Melissa yang membantuku. Aq kembali melanjutkan pencarianku di kamar Melissa. Aq menuju lantai dua, dan segera mencari ruangannya. Ada 3 kamar di lantai dua ini, dan aq tidak tahu dimana tepatnya kamar Melissa.

37

Aq menuju ruangan pertama, tepat didepan tangga. Kamarnya tidak terkunci, dan seluruh barang – barangnya pun lengkap. Aq menduga kalau ini lah ruangannya. Aq mulai menyusuri tiap sudut rumah. Mencari di balik lukisan dan poster. Di dalam lemari dan di bawah kasur. Tetap tidak aq temukan apapun. Lalu aq lanjutkan ke kamar kedua di sampingnya. Dan pencarianku tetap tidak membuahkan hasil. Dan ketika di kamar ketiga, berada di pojok ruangan. Disini barang – barangnya jauh lebih lengkap daripada dua kamar sebelumnya. Ada beberapa poster boyband yang tidak aq kenal. Lalu dekorasi ruangannya pun juga begitu girly. Dan untuk yang satu ini, aq Sangat yakin kalau didalam sini tidak mungkin ada ruangan rahasia. Jadi aq langsung meninggalkannya.

Aq menuju ruang tengah, letak kedua yang memiliki kemungkinan besar untuk menyimpan sebuah ruang rahasia. Aq melihat di balik TV, di bawah meja, di sekitar lukisan ayah, dan sekitar sofa, namun semuanya nihil. Aq lanjutkan penelurusanku ke dapur, dan taman belakang. Dan tetap saja aq tidak ada tanda – tanda tentang ruang rahasia itu. Akhirnya aq menyerah. Aq kembali ke ruang tengah dan merehatkan badanku sejenak di sofa, sambil melanjutkan menonton TV. Kini acaranya telah berganti dengan acara gossip. Sambil rehat, aq tetap berfikir dimana letak ruang rahasia tersebut. Aq melihat kearah lukisan ayah, menatapnya dengan seksama. Lalu aq teringat dengan perkataan ayah dulu, ketika dia pernah bilang bahwa setiap tindakannya merupakan petunjuk bagiku. Aq mendekati lukisan tersebut, dan mencari petunjuk disana. Dan aq melihat ada hal yang aneh dilukisan tersebut. Gaya menunjuk kearah depan adalah gaya paling aneh yang pernah aq lihat. Akhirnya aq tersadar, kalau gaya tersebut sepertinya sedang menunjuk ke suatu tempat. Aq melihat tepat kearah dia menunjuk. Namun disitu hanyalah sebuah dinding polos dan tidak ada apapun. Tapi aq mencoba mendekat kearah dinding tersebut.

Aq mencoba mengetok – ngetok dinding itu, tok tok tok, suaranya terdengar kalau dinding ini memang keras. Namun setelah aq telusuri, aq menemukan sebuah keganjalan. Dinding yang aq ketok ini bunyinya berbeda dari di sekitarnya, dug dug dug, sangat aneh sekali. Dan warnanya pun lebih putih ketimbang cat dinding disekitarnya, bahkan berbentuk persegi empat.



38

Aq menempelkan kelima jariku tepat di dalam kotak tersebut, dan tiba – tiba muncul sensor berwarna hijau yang mendeteksi tanganku. Dan tiba – tiba, dinding tersebut terbelah dua dan terbuka layaknya sebuah pintu. Di dalam terdapat sebuah ruangan yang Sangat terang dan banyak sekali peralatan dan perlengkapan mata – mata disini. Senjata – senjata yang belum pernah aq pakai dan beberapa juga sudah pernah aq gunakan. Aq tersenyum melihat ruangan ini. Sama persis seperti yang ada di markas. Ayah ternyata sudah menyiapkan segalanya disini. Aq memasuki ruangan tersebut, lalu melihat – lihat semua yang ada disini. Dan juga ada sebuah Skateboard dan sepeda yang belum pernah aq lihat sebelumnya. Terlihat seperti skateboard dan sepeda biasa, namun pasti ada peralatan mata – mata didalamnya. Aq Sangat ingin mencobanya. Namun karena cuaca sedang Sangat terik dan panas, aq jadi malas keluar rumah.

Setelah puas melihat – lihat, aq pun keluar ruangan tersebut. Pintu dinding itupun kembali tertutup dengan sendirinya. Dan aq kembali duduk di sofa sambil melanjutkan bersantaiku. Lalu tidak lama berselang, terdengar suara mobil yang sedang masuk garasi. Sepertinya itu adalah Melissa. Dia pun segera masuk ke dalam rumah, dan langsung menghampiriku “Hey Vik”, aq menyahutnya “Kok cepet ? Biasanya kalo cewek lagi shopping kan bisa sampai berjam – jam?”, sembari menaruh tas belanjaannya di lantai, dia menjawab ku “Siapa juga yang lagi shopping ! Ini aq lagi membelikanmu perlengkapan yang harus kau pakai untuk misimu”, dia duduk disampingku sambil melepaskan penatnya. “Sungguh ? Kau mau melakukannya untukku ?”, tanyaku bingung. “Tentu saja Viki ! Aq adalah agen pendampingmu, jadi bila ini menyangkut urusan pekerjaan, akan aku lakukan” Jawabnya. “Oke oke, terima kasih yaa. Sini biar aq lihat”, Melissa mengambilkan tas belanjaannya, lalu aq langsung membongkarnya.”Apa – apaan ini ?!” gerutuku, “Kenapa ? Apa ada yang kurang ?” Tanya Melissa. “Maksudnya, kenapa kau membelikanku barang – barang seperti ini ? Kaca mata lebar, dasi kupu – kupu polkadot, dan baju macam apa ini ?! Ada karetnya segala ?”, “Itu semua untuk penyamaranmu ! Apa kau tidak ingat dengan perintah pak bos tadi ?”, “Iya aq ingat, aq ingat. Tapi? Perintah itu serius ?”, “Apa kau tidak mendengar bentakannya tadi?“ Tanya Melissa balik. “Sepertinya untuk yang satu ini aq tidak Sanggup Mel. Harus menanggalkan jati diriku sebagai pria sejati”, eluhku.

39

“Berhentilah mengeluh ! Untuk mendapatkan sesuatu yang besar, pengorbanan dan perjuanganmu juga harus besar !” sentak Melissa.

Aq hanya menatap semua barang – barang ini dengan pandangan lesu. Membayangkan bila aq nanti menjadi cowok cupu. Apa aku masih bisa menarik perhatian Pelangi bila begini caranya. Yang ada, dia malah akan menjauhiku. “Apa kau takut tidak bisa mendapatkan hati wanita itu jika kau berpenampilan seperti ini ?” Tanya Melissa, sepertinya dia bisa membaca fikiranku. “Sok tau kamu” elakku. Melihatku yang sedang tidak bersemangat, Melissa mencoba menasehatiku “Vik, bila kau memang serius ingin mendapatkan hati wanita itu. Berjuanglah dengan mengandalkan hatimu. Karena itulah satu – satunya senjata seseorang, untuk membuatnya jadi jauh lebih kuat”, “Maksudnya ?” tanyaku bingung. “Nanti kau juga akan mengerti. Sekarang, kau jalankan saja misi ini dengan sebaik – baiknya. Dan wanitamu akan datang dengan sendirinya. Atau setidaknya, kau akan mendapatkan inspirasi dan cara yang tepat untuk dirimu mendekati wanita itu” jelas Melissa. Aq hanya menganggukkan kepalaku. Dan dia memberiku senyuman manisnya, sambil sedikit memejamkan mata. Wajah belasteran IndoChina yang Sangat cute, membuatku semakin gemas padanya. Aq membawa semua barang – barang pemberian Melissa tadi ke kamar. Dan meletakkannya diatas meja. Merebahkan diriku sejenak, sambil mempersiapkan staminaku untuk besok pagi.

Esok harinya, setelah puas bersantai, kini pekerjaan telah menunggu. Melissa mempersiapkan segala keperluan untuk pendaftaran, sedangkan aq mempersiapkan alat – alat yang harus aq bawa untuk menjalankan misi. CCTV mata – mata yang memiliki ukuran hanya 50 MM, alat perekam suara, dan pendeteksi identitas. Setelah siap semua, kami pun segera berangkat karena waktu juga telah menunjukkan pukul 11. Melissa yang menyetir karena dia yang lebih hafal jalanan kota. Sebelum berangkat, aq meminta dia untuk lewat depan rumah Pelangi, tapi dengan tegas dia menjawab “Tidak ! Kau mau merusak semua rencana kita heh ?”. Dasar cewek ini, bener – bener judes. Tapi entah kenapa aq tidak pernah bosan dengannya. Malah semua kata – kata kasarnya hanya membuatku jadi makin penasaran padanya.

Melissa menginjak gas dengan kencang, walau jalanan cukup ramai siang ini. Wajahnya Nampak terlihat serius sekali, sepertinya mood Melissa sedang tidak baik hari ini.

40

Aq tidak ingin menambah masalah, jadi lebih baik aq diam. Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di sebuah Universitas ternama dan termegah di Surabaya, Universitas Kejora. Universitas ini terkenal Sangat mahal, yang memiliki kualitas dan fasilitas bertaraf Internasional. Aq di ambilkan Jurusan yang sama dengan Pelangi, Ilmu Hukum. Kami memarkirkan mobil ditempat yang sudah disediakan, dan langsung menuju ruang pendaftaran. Selagi Melissa mengurus semuanya, aq berkeliling kampus dan memasang beberapa CCTV mata – mata, alat perekam suara dan pendeteksi identitas berbentuk kamera pengintai di tempat – tempat yang strategis. Ukuran alat – alat ini Sangatlah kecil, jadi aq bisa dengan mudah menempatkannya di tempat – tempat yang aq inginkan tanpa khawatir akan dicurigai oleh siapapun. Namun dalam perjalananku berkeliling kampus, banyak sekali para calon maba (Mahasiswa Baru) yang juga melakukan hal yang sama denganku, membuatku kesulitan.

Lalu aq berfikir akan menyamar sebagai petugas kebersihan. Aq mencari ruangan CS di kampus ini. Dan setelah aq menemukannya, aq mencoba masuk dan sekedar meminjam seragam petugas. Namun ruangan ini terkunci. Beruntung aq juga membawa obeng khusus didalam kantongku. Aq mengawasi keadaan sekitar, dan setelah memastikan semua telah aman, aq segera memasukkan obeng tersebut kedalam lubang kunci, lalu dengan mudah aq berhasil membukanya. Dan sepertinya aq tidak perlu menjelaskan kegunaan obeng khusus ini pada anda.

Setelah aq menyamar sebagai petugas kebersihan, aq dengan mudah masuk ke dalam ruangan – ruangan yang akan aq pasangi alat – alat mata – mataku. Aq menempatkan alat – alat ini dipojok – pojok ruangan, seperti gudang, seluruh ruang kelas, ruang dosen, hingga kamar mandi, terkecuali kamar mandi wanita, aq hanya memasang perekam suara saja. Setelah merasa cukup, aq menghubungi Melissa dari dasi kupu – kupu komunikasi dan melaporkannya. “Mel, semua alat sudah terpasang, misi hari ini selesai. Bagaimana denganmu ?”, dia langsung menjawab laporanku “Aq juga sudah mendaftarkanmu. Semua sudah beres disini”, “Kalau begitu, aq akan menemuimu di mobil”, “Oke” jawabnya mengakhiri laporan kami. Aq menuju tempat parkir dengan Santai, sambil melihat – lihat kampus agar aq bisa lebih menguasai medan.

Sampai diparkiran, Melissa sudah berada di kursi kemudi. Aq langsung masuk dan menyapanya, “Hey, nunggu lama ya ?” dia menjawab “Tidak juga”.

41

Lantas aq bertanya padanya “Terus, habis ini kita mau kemana lagi ?”, ”Aq mau nganterin kamu ke toko buku. Kita akan beli semua perlengkapan kuliah dan ospekmu. Dan juga” dia merogoh jok belakang sambil mengambil sesuatu “Ini almamatermu”. Dia memberikanku sebuah jas yang aq tidak mengerti untuk apa. Aq lalu bertanya “Ini jas untuk apa ? Kok namanya alamater ?”, ”Bukan alamater, tapi almamater. Itu jas untuk perkuliahan. Sebagai identitasmu bila kau sudah menjadi mahasiswa”, ”Lalu apakah tiap hari aq harus memakainya ?”, “Tidak, hanya dalam acara – acara kampus, seminar kampus, kuliah umum ataupun ketika ujian semester”, “Owh, begitu” jawabku singkat. Lalu Melissa menginjak pedal gasnya, kami langsung menuju ke toko buku untuk membeli semua perlengkapan kuliahku.

Dua hari kemudian, aq sedang bersiap untuk hari pertamaku menjalani ospek. Aq mengenakan kemeja putih dan celana hitam, sambil membawa tas yang terbuat dari karung bekas, sepatu yang diikat dengan tali rafia, tali pita berwarna biru yang melingkar di leherku dengan tergantung sebuah ID card untuk maba. Selain mengenakan seluruh perlengkapan ospek, aq juga mengenakan seluruh perlengkapan penyamaranku. Kaca mata besar, rambut klimis yang disisir belah tengah, dan dasi kupu – kupu polkadot. Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, satu jam lagi sebelum ospek dimulai. Setelah sarapan nasi goreng buatan Melissa, aq segera berpamitan padanya, “Kakaak, aq berangkat kuliah dulu yaaahh”, dia melihatku dengan tatapan aneh “Hiihh, jijik tauk. Aktingnya nanti aja disana”, aq menjawabnya sambil tertawa ”Haha, kan untuk mendalami karakter Mel. Ya sudah, aq berangkat dulu”, namun dia malah menahanku “Owh iya, Vik, ada yang tertinggal” dia berlari tergesa – gesa menuju sebuah meja kecil untuk mengambil sesuatu, aq bertanya “Ada apa lagi ? Kan sudah semua ini”, dia memberikanku sebuah benda kecil, hitam, berbulu yang aneh.”Apa ! Tompel palsu ?! Jangan gila kamu, aq tidak mau menggunakannya” geramku, dia beralasan “Kau ingin penyamaranmu semakin sempurna bukan ?”, “Tapi tidak begini caranya !” eluhku. Aq lalu berfikir sejenak, dan memandangi benda itu beberapa saat. “Baiklah baiklah, tapi ini yang terakhir kan ?” tanyaku memastikan, “Iyaa adekku, Cuma itu”. Aq menempelkannya di pipi kiriku. Dan kini penampilanku Sangatlah sempurna, sebagai cowok culun sejati. “Dan satu lagi, kau berangkat kampus dengan menggunakan sepeda”, “Iya iya, aq sudah tahu itu. Baiklah, aq pamit dulu”,

42

“Selamat menjalankan misi agen Viki, semoga keberuntungan selalu menyertaimu”, “Terserah” gerutuku.

Jarak yang cukup jauh tidak memungkinkan ku datang tepat waktu, beruntung sepeda yang aq pakai ini dilengkapi dengan tenaga booster yang tidak terlihat, dan bisa melesat hingga 100 KM / jam. Dan juga dilengkapi dengan sensor rem otomatis. Aq langsung mengaktivkannya dan agar tidak membuang – buang waktu lagi, dengan sekali menggenjot, sepeda langsung meluncur dengan Sangat kencang. Roda berputar Sangat cepat, booster yang tersimpan tepat dibawah sadel berfungsi dengan sempurna. Dan aq mengendalikan kecepatannya hanya dengan suara. Dan untuk mengaktivkan booster ini pun juga menggunakan kode rahasia, jadi tidak sembarang orang bisa menggunakannya. Selain itu, tepat di tengah – tengah setir, juga terdapat sebuah layar mini berukuran 1 x 1 CM yang berfungsi sebagai GPS, dan bisa mencari tahu jalanan mana yang sedang tidak macet, atau jalan – jalan pintas, yang juga diaktivkan dengan suara dan kode rahasia pastinya.

Aq ikuti petunjuk jalan dari GPS, melewati jalan – jalan pintas nan sempit, dengan kecepatan yang bisa menyesuaikan sendiri dengan jalanan yang aq lewati. Hanya dalam waktu setengah jam, aq pun sudah berada tepat di depan kampusku. Aq melirik kearah jam tangan, waktu masih menunjuk pukul 6.40. Masih kurang dari setengah jam, namun sudah banyak sekali maba – maba yang berkumpul.

Aq lantas memarkirkan sepedaku dijejeran parkiran motor. Aq sejenak melihat ke sekeliling, sepertinya hanya aq yang menggunakan sepeda. Selepas itu aq langsung menghampiri beberapa maba yang mengenakan perlengkapan yang sama denganku, pastinya kami sejurusan. Ada 3 orang yang sedang duduk – duduk di sebuah gazebo, berada disekitaran gedung Fakultas Hukum. Mereka sedang asyik mengobrol dengan Santainya. Aq menyapa mereka “Permisi mas, boleh duduk sini ?”, salah satu dari mereka yang bertubuh paling tinggi menjawabku “Owh iya, boleh boleh mas, silahkan”. Aq duduk tepat disamping laki – laki itu. Dia menyodorkan tangannya untuk berkenalan denganku, “Mas, kenalan mas, nama saya Hebrian”, aq menyambut jabatan tangannya sembari menjawab “Oh iya mas, saya Viki”. Lalu kedua laki – laki lainnya juga memperkenalkan diri mereka masing – masing padaku sembari


Yüklə 452,06 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin