Seorang pria yang melanggar sumpah, bukanlah pria yang bertanggung jawab. Namun seorang pria yang munafik atas perasaannya, tidak pantas disebut sebagai pria



Yüklə 452,06 Kb.
səhifə9/13
tarix22.08.2018
ölçüsü452,06 Kb.
#74147
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13

87

santapan empuk baginya. Dan beberapa saat setelah saling memandang, harimau itu tiba – tiba mulai menyerang, dia melompat dan berusaha menerkamku. Aq pun langsung menghantamkan pukulanku padanya, hingga harimau itu terjungkal berulang kali. Ketiga rekannya tidak tinggal diam, mereka bersamaan menyerangku. Lantas aq gunakan jurus Maksimal, aq tarik kedua tanganku untuk mengumpulkan energy petir dan setelah seluruh energy petir terkumpul langsung aq hantamkan jurus Maksimalku kearah mereka, dan mereka pun terhempas.

Tapi mereka tidak menyerah, mereka kembali bangkit dan berusaha kembali menyerangku bersama – sama. Aq hantamkan kekutan petirku kembali, dan mereka pun lagi – lagi terhempas ke belakang. Namun mereka kembali bangkit, bahkan sepertinya mereka tidak merasakan sakit sedikitpun. Mereka berusaha menerkamku kembali, dan aq hantam mereka lagi. Hingga berulang – ulang pertarungan ini tidak ada habisnya, mereka tidak pernah menyerah. Aq mulai kehabisan tenaga, tapi harimau itu tetap bangkit dan bangkit kembali. Benar – benar aneh, tidak mungkin harimau ini adalah harimau biasa. Mungkin mereka adalah mutan buatan para Mafia.

Dan akhirnya aq putuskan untuk mencoba kekuatan Halilintar, Super Maksimal. Saat harimau harimau itu masih tergeletak dan berusaha bangkit, aq langsung menggosok – gosokkan kedua tanganku seperti instruksi dari Melissa. Kedua sarung tangan ini seperti menyatu satu sama lain, tekanan listriknya tiba – tiba menguat, dan kekuatan magnet dalam aliran listrik ini menjadi sangat kuat. Lalu aq angkat tangan kananku, dan aliran listrik yang ada dilangit seakan – akan tertarik oleh magnet yang berada dalam sarung tanganku. Dan langit itupun langsung menyambarkan petir kearah tangan kananku..

Harimau harimau itupun kembali bangkit, dan berusaha menerkamku lagi. Petir yang menyambar mulai dirserap oleh sarung tanganku. Kekuatannya terus mencharger, dan tanganku semakin terasa berat. Akhirnya kekuatan Halilintar pun telah terisi penuh, sarung tanganku menyala terang seperti lampu, menyinari gelapnya hutan malam ini.

Harimau harimau itu berlari menuju kearahku, dan saat itu juga aq langsung menghantamkan pukulanku ke tanah dengan sangat kuat. Jeglaaarr, Halilintar muncul dari tanah



88

yang aq hantam, dan menyerang para harimau itu dengan sangat dahsyat. Mereka tersambar, tubuh mereka terbakar, bulu lebat mereka mulai terlihat gosong. Aliran petir mengalir dalam tubuh mereka, membuat mereka tidak bisa bergerak dan bahkan bisa menghancurkan jantung mereka. Setelah tersiksa cukup lama, mereka kembali tergeletak, namun kini mereka tak mampu bangkit kembali. Malah masih sempat terlihat kejang – kejang.

Tubuhku terasa sangat lemas, aq seakan – akan tidak memiliki daya untuk bergerak. Seluruh kekuatanku telah terkuras habis, bahkan untuk berdiri tegak pun aq kesulitan. Pelangi merasa keadaan sudah mulai aman, lantas diapun berlari menuju kearahku. Dia memegangiku sebelum aq terjatuh. “Kamu gak apa – apa ?” tanyanya khawatir, dengan lemas aq menjawab “I i iyaa, aq baik – baik aja”.

Dari jauh terdengar suara langkah – langkah kaki yang melintas. Dan mereka memanggil – manggil nama ku dan Pelangi dengan cukup keras. Mungkin itu adalah regu susulan yang tadi datang terlambat, dan sepertinya mereka juga menyadari ketidak hadiranku. “Kamu duduk disini dulu ya, aq mau manggil mereka dulu” seru Pelangi seraya menyandarkan aq di sebuah pohon jati. Dia meninggalkanku dan berlari menuju para regu pencari itu. Melihat ada kesempatan, aq langsung berdiri dan berusaha kabur. Aq susah payah berlari menuju arah yang berlawanan dengan Pelangi.

Setelah cukup jauh aq berlari, aq kembali menyenderkan tubuhku di sebuah batu besar. Mata ku mulai berkunang – kunang, tubuhku sudah tidak kuat lagi untuk bergerak, dan akhirnya aq pun tidak sadarkan diri.

Dalam pingsan aq bermimpi. Mimpi yang sungguh terasa nyata dan belum pernah aq alami sebelumnya. Dalam mimpi aq masih anak – anak, kurang lebih berumur 12 tahun. Aq sedang memegang senjata, aq menodongkannya kepada seorang pria yang berumur sekitar 35 an. Dia terlihat panic, dia berusaha memberi tahu akan sesuatu, tapi aq tidak bisa mendengarnya. Dan ada seorang pria juga disampingku, yang tersenyum lebar sambil menatapku, namun wajahnya hanya terlihat samar. Hingga akhirnya aq lepaskan tembakan itu tepat di dadanya, dan dia pun tergeletak, bersama dengan seorang wanita yang lebih dahulu meninggal disampingnya.



89

Aq sungguh merasa ketakutan. Aq berlari sekencang yang aq bisa. Banyak orang yang berusaha mengejarku, tapi aq jauh melebihi mereka. Hingga aq sampai disebuah jurang yang sangat curam. Orang – orang yang berusaha mengejar sudah semakin dekat, hingga aq pun tidak memiliki pilihan lain. Aq melompat ke jurang tersebut, terbentur bebatuan dan ranting – ranting pohon. Dan ketika aq mencapai dasar jurang, aq pun terbangun dari pingsanku.

Aq sudah berada di sebuah ruang rawat inap, tapi aq merasa tidak asing dengan ruangan ini. Aq duduk, lalu melihat ke sekitar. “Kau sudah bangun Vik ?”, aq melihat kearah seorang wanita yang bertanya itu, dia sedang duduk di samping kasurku sambil membaca majalah sampai menutupi wajahnya. “Siapa kau ?” tanyaku, dia menurunkan majalahnya, dan ternyata itu adalah Melissa. “Hey, efek Super Maksimal tidak sampai membuat penggunanya lupa ingatan. Misi ini belum selesai, jadi jangan nambah – nambah masalah deh ! ” serunya. Aq tersenyum melihatnya, dia memang benar Melissa yang aq kenal.

“Apa yang sudah aq lewatkan ?” tanyaku linglung, dia menyilangkan kaki jenjangnya, lalu menjawabku “Loe udah pingsan seharian. Beruntung alat pendeteksi punya loe enggak mati, jadi gue bisa tau apa yang udah terjadi sama loe. Setelah gue tau loe makek jurus Super Maksimal, gue langsung ngontak markas buat minta bantuan buat jemput loe ketika loe gak sadarin diri. Dan gue juga temuin tas loe gak jauh dari tempat loe ditemukan, udah gue taruh di rumah.”. “Lalu bagaimana dengan Pelangi ?” aq bertanya khawatir, “Ehmm, dia mulu yang di khawatirin” gerutunya, “Ya kan dia misiku Mel” elakku, dia lantas menjelaskan “Iya deh iyaa. Dia baik – baik aja kok. Aq juga sempet ngomong ke Koorlap loe, kalo gue jemput loe duluan dengan alasan loe sakit mendadak, dan syukurlah loe di izinin balik duluan”. “Hmm, baguslah. Berarti sekarang masih hari Senen ya, aq mau cepet balik ke rumah. Nyiapin buat besok kuliah” kataku, Melissa mengangguk lalu menjawab “Aq juga sudah bilang sama pak bos, katanya beliau, loe boleh secepatnya balik ke markas setelah loe sadar. Lagian sekarang juga masih jam 7 malem, mending cepetan balik aja keburu malem”.

Mendengar jawaban dari Melissa, aq teringat dengan ayahku. “Oh iya, bagaimana kabar orang itu ?” tanyaku datar, dia menjawab “Beliau sekarang lagi sibuk banget Vik. Setelah dapet

90

sentakan dari loe kemaren, akhirnya pak bos ikut turun tangan buat nangkep pak Bejo”, “Baguslah, semoga misi ini segera berakhir”, “Iyaa, gue juga udah mulai jenuh dengan semua tekanan ini. Gue tetep cewek biasa yang butuh kebebasan”. Lantas kami pun terdiam, merenungkan segala beban fikiran kita masing – masing.

Kami segera meninggalkan markas sebelum hari semakin gelap, menggunakan mobil yang biasa kami gunakan. Melissa berada di kursi kemudi, karena tubuhku masih belum sepenuhnya fit. Selama perjalanan kami hanya diam, tidak satu kata pun terucap dalam pembicaraan. Sebenarnya masih banyak yang ingin ku tanyakan, namun melihat Melissa yang sepertinya masih tidak mood, aq mengurungkan niatku. Hingga sampailah kami di rumah yang sampai saat ini masih betah kami tempati.

Aq masuk ke dalam rumah terlebih dahulu, sedangkan Melissa masih memarkirkan mobil ke garasi. Aq merebahkan diriku di sofa ruang tengah, sembari menyalakan TV. Aq sempat kepikiran dengan mimpiku tadi. Entah kenapa kekhawatiranku yang susah untuk melepaskan tembakan selama ini, tiba – tiba mulai lega. Apa mungkin itu adalah memori masa laluku yang sempat hilang akibat Amnesia. Atau hanya sebuah bunga tidur belaka. Ingin aq tanyakan hal ini kepada Melissa, tapi mungkin sebaiknya aq menunggu hingga moodnya kembali membaik

Melissa bergegas menuju dapur, lalu dia bertanya kepadaku “Mau gue masakin apa loe ?”, aq menjawab “Terserah Mel, yang penting bikin kenyang lah”. “Ya udah, gue juga lagi males masak yang ribet. Gue masakin telur ceplok sama mie goreng aja ya”, “Iya udah, terserah. Makasih ya sebelumnya, kamu perhatian banget” sindirku, namun dia tidak membalas apapun, mungkin dia sedang senyum – senyum tersipu di sana.

Dia menyuguhkan masakannya di hadapanku saat aq masih bersantai di depan TV. Harum khas mie goreng instan yang ditemani dengan telur ceplok benar – benar membuatku tidak sabar untuk segera menghajar makanan ini. “Kamu sendiri gimana Mel ?“ tanyaku sembari menyuapkan mie ke mulutku, dia menjawab “Gue udah kok, waktu loe masih belum bangun tadi. Udah loe aja, abisin lho ya”, “Iya pasti lah Mel. Sehari penuh aq gak makan” sahutku.



91

Setelah itu Melissa langsung beranjak dari tempat duduknya, aq lalu bertanya “Mau kemana kamu ?”, “Gue mau ke kamar dulu, refreshing” jawabnya. Aq tau apa yang akan dia lakukan, jadi aq diam dan menghabiskan masakan Melissa. Dan tidak lama setelah dia masuk kamar, dugaanku benar. Musik K – POP di setel sekencang – kencangnya. Dia bernyanyi untuk melegakan perasaannya. Aq jadi emosi, seharusnya dia bisa menghargai aq yang juga hidup disini. Aq pun berjalan menuju kamar Melissa, dan mengetok pintunya dengan keras. “Dok dok dok. Mel, kecilin musiknya woy !”, dia yang mendengar teriakanku langsung membuka pintu. “Ada apaan sih ?!” Tanyanya tersinggung, aq menggeram “Kamu seharusnya bisa hargain aq donk ! Selama ini aq diem aja karena aq fikir kamu bakal nyadar, tapi tetep aja gak berubah !”. Dia hanya terdiam, wajahnya tertunduk. Biasanya dia bakal langsung nyentak balik, tapi entah kenapa kali ini dia hanya terdiam. “Iyaa, aq minta maaf” serunya lesu, aq kembali menyentaknya “Oh ya ?! Kamu ngerti gak sih aq sekarang ini lagi pusing ?! Misi ini tanggung jawabku, kalo sampek terjadi apa – apa aq yang bakal disalahin sama pak bos. Aq capek gagal terus dalam misi, aq capek kena ocehan mu sama pak bos ! Jangan buat aq makin menggila, sekarang tidur dan matikan DVD mu !”, Melissa tetap terdiam, sambil memejamkan matanya dia menjawab “I - i - i - iya Vik. Aq akan matiin, maafin aq ya, please maafin aq”, “Iya udah ! Aq mau balik ke kamar dulu !”, aq langsung meninggalkannya yang masih tetap tertunduk lesu di depan pintu kamarnya.

Esok paginya, aq kembali mengontak kepada markas menggunakan laptop Melissa. Sembari duduk – duduk di sofa ruang tamu, aq bertanya soal perkembangan pengejaran pak Bejo atau Mr. Turman. Aq menulis di pesan singkat khusus Disini agen Viki. Bagaimana dengan perkembangan pengejaran dari pak Bejo ?. Namun tidak ada jawaban dari markas, sangat aneh. Biasanya markas akan langsung memberikan jawaban apapun itu. Karena aq tidak sabar menunggu, aq lantas meletakkan laptop ini di meja dan meninggalkannya menyala. Lalu aq pergi ke rumah Pelangi, untuk melihat keadaannya. Aq mengenakan penyamaran yang biasanya, dan bergegas menuju rumahnya.

Sampai disana, keadaan rumah Pelangi sangat sepi seperti biasanya. Satpam yang



92

biasanya menjaga kini digantikan oleh orang lain. Mungkin beliau resign atau dipecat karena tidak bisa menjaga rumah ini dengan baik.

“Maaf bang, ada yang bisa saya bantu ?” Tanya seorang satpam baru setelah melihatku datang didepan gerbang. Karena moodku yang masih tidak enak, aq menjawabnya dengan sedikit sensi “Aq Cuma ingin bertemu Pelangi, aq temannya. Sekarang cepat buka pintu gerbangnya, aq tidak suka menunggu !”. Beruntung pak satpam itu tidak terlalu banyak bertanya. Dia langsung membukakan gembok dan mempersilahkan aq masuk. Aq tidak menggubris salamnya, dan melintasinya begitu saja.

Aq memencet bel pintunya berulang – ulang, dan keluarlah tante Indah “Ehh nak Viki. Ada apa nak ? Mau ketemu Pelangi ya”, aq menjawabnya singkat “Iya tan”, “Ya udah silahkan masuk. Pelangi lagi santai aja di kamarnya”. Aq hanya mengangguk, dan dipersilahkan duduk di ruang tamu. Tante Indah memanggil Pelangi dengan sedikit berteriak “Pelangiii, naaaakk. Ini lho ada temenmuuu”, Pelangi pun menyahut “Siapa maaa ?”, “Lihat aja sendiri, special pokoknya” ujar tante Indah. Pelangi pun keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua, dan menuruni tangga dengan sedikit berlari. Pelangi dan tante Indah berbisik – bisik, sambil melirik kearahku. Aq merasa aneh dengan tingkah mereka berdua. Mungkin Pelangi sudah sering menceritakan diriku ke mamanya.

Seperti biasa bila Pelangi sedang bersantai dirumah, dia hanya mengenakan celana pendek dan T – shirt. Rasa mood ku yang tidak enak sejak kemaren selalu menggangguku, entah kenapa kini moodku menjadi lebih baik. Senyuman Pelangi telah menenangkan hatiku. “Hay Vik, ada apa ?” Tanya Pelangi dengan penuh senyum padaku, aq menyahutnya “Aq kesini Cuma mau nengok kak Ela aja. Katanya kakak kemaren sempet hilang di hutan ya”, dia malah tertawa kecil mendengar perkataanku, lantas dia berkata “Aduhh, udah jangan manggil kakak, panggil aja Ela”, “iya deh, Ela”, “Naahh, gitu kan enak. Ohh iya, tadi kamu Tanya kalo aq sempet hilang itu ya. Iya emang Vik, waktu itu aq sempet di culik sama genderuwo”. Aq kaget mendengar jawabannya, aq pun bertanya penasaran “Hah ? Kok bisa ? Gimana ceritanya ?”.

Lalu Pelangi menjelaskan kronologi kejadian pada malam itu “Jadi waktu aq lagi



93

ndampingin kelompokku djurig malam. Ketika kita lagi dalam perjalanan menuju pos terakhir, tiba – tiba kami di kagetkan dengan hadirnya sesosok bayangan hitam yang tiba – tiba muncul dihadapan kami. Dia seakan – akan datang dari langit. Dia serba hitam, matanya merah menyala. Aq sempet mengira kalo itu tuh my hero, The Black Wind. Tapi ternyata itu adalah sesuatu yang berbeda. Dan waktu aq ngelihat matanya, tiba – tiba seluruh badanku gak bisa di gerakin. Makin lama aq jadi kehilangan kesadaran, tapi badanku kaku dan tetap dalam keadaan berdiri. Hingga akhirnya aq tersadar dan udah ada di dalam goa itu. Aq ketakutan banget, suara – suara serem ada dimana – mana. Aq ngerasa kalo genderuwo itu terus ngawasin aq dari luar. Aq Cuma bisa nangis dan berharap my hero datang. Dan syukurlah, doaku terkabul”

“Jadi maksudnya ada yang berusaha mencelekai kak Ela ? Ehh maksudku, Ela” tanyaku penasaran, dia menghela nafas dan menjawab “Yah aq juga gak tau Vik. Tapi yang penting aq tetep ngerasa aman selama my hero itu ada disampingku, hihihi” dia tertawa kecil. Aq semakin khawatir, pasti itu adalah mata – mata Mafia yang bermaksud untuk mencelakai Pelangi. Apalagi dia punya kemampuan yang sama dengan pak Bejo.

“Ohh iya, kamu sendiri udah sehat belum ?” Tanya Pelangi, aq pun menjawab “Iya udah lumayan. Di kasih tau apa memang sama kakak ku ?”, “Katanya kamu tiba – tiba drop, terus pulang duluan dan terpaksa gak pamit. Tapi kakakmu udah ngomong ke koorlap kok, jadi kamu di izinin” sahutnya. “Aq sebenernya agak nyesel sih Vik, gara – gara kejadian malam itu aq jadi gak di bolehin sama mama ku keluar rumah dulu. Apalagi hari ini ada semua panitia ospek lagi pada jalan – jalan ke tempat hiburan gitu. Merayakan kesuksesan ospek tahun ini. Yaa walaupun gak terlalu sukses juga sih.” Curhat Pelangi padaku, aq menyahutinya “Kamu yang sabar aja. Nanti kalo keadaannya udah balik seperti dulu, kamu bisa jalan – jalan sepuasnya. Bareng sama keluarga, papa, mama, dan kakak. Sekarang kakak masih pendidikan AL kan”, “Iya sih Vik, semoga aja masalah ini cepet selesai. Tapi nanti kalo aq jalan – jalan, kamu juga ikut ya”, “Iya kak, thanks ya ajakannya”, “So pasti” jawabnya singkat

Aq lantas pamit kepada Pelangi dan segera pulang untuk melihat kabar dari markas. Mungkin saja markas sudah membalas pesan singkatku. Namun dalam perjalananku balik ke rumah, tiba – tiba terdapat cukup banyak mobil polisi yang menuju rumah Pelangi.

94

Mungkin mereka adalah panggilan dari markas. Pasti telah terjadi sesuatu yang aq lewatkan. Jantungku berdebar, dan langsung berlari menuju rumah.

Sampai dirumah, laptop Melissa ternyata masih ada di tempatnya. Aq lalu menyalakan laptop tersebut dan mengecek pesan masuknya. Ternyata masih saja belum ada balasan. Pesan masuk terakhir adalah dua hari lalu, tentang penyanggupan untuk menjemputku di hutan. Lalu aq kembali mengirim pesan singkat kepada markas. Disini agen Viki. Saya ingin mengetahui informasi tentang pengejaran pak Bejo. Apakah sudah ada perkembangan ? Di mohon untuk segera membalas !

Tidak lama kemudian, markas pun menjawab Disini markas. Pengejaran kami membuahkan hasil. Kami berhasil menangkap pak Bejo berkat turun tangannya pak Bos. Dia ditemukan di tempat persembunyiaannya selama ini, sebuah desa kecil di pinggiran Surabaya. Kini beliau sedang ditahan di LP khusus organisasi, dan mendapat pengawalan berlapis dari pasukan khusus TNI dan kepolisian. Sebentar lagi, info tertangkapnya Mr. Turman akan segera menyebar ke para anggota Mafia. Kalian harus semakin intens menjaga mereka hingga sebulan kedepan, dan bersiap terhadap serangan yang akan semakin gencar dilakukan oleh para Mafia. Para pengawal khusus Pelangi dan nyonya Indah juga akan ikut membantu. Selamat menjalankan misi, dan semoga keberuntungan menyertai kalian.

Aq benar – benar lega, ternyata misi ini tidak lama lagi akan segera berakhir. Namun aq harus jauh lebih waspada, kondisi tubuhku harus terus terjaga. Walau aq lega, namun hatiku masih tidak tenang. Dan tidak lama kemudian, Melissa datang dan menyuguhkanku secangkir kopi di meja. Dia lalu bertanya padaku “Gimana ? Apa ada info terbaru dari markas ?”, aq menjawab “Iya Mel, pak Bejo udah berhasil di tangkap. Dan sekarang lagi ditahan di markas dengan penjagaan super ketat. Kita mesti lebih focus lagi saat ini Mel, kita gak boleh lengah sedikitpun. Misi ini akan segera berakhir, dan kita bisa bebas setelah ini”. Mendengar jawabanku, Melissa sepertinya tidak begitu respect, dia terlihat biasa – biasa saja. Dia bilang “Gue udah tau kok Vik sebenernya, tadi sebelum loe bangun tidur, gue juga udah sempet ngontak markas dan dikasih kabar itu. Tapi menurutku, penangkapan pak Bejo ini disaat yang gak tepat”, aq tidak mengerti dengan perkataan Melissa,

95

aq pun bertanya “Apa maksudmu disaat yang tidak tepat ? Kamu sendiri kan yang bilang kalau udah mulai jenuh dengan misi ini ? Seharusnya ini saat yang tepat donk !”.

Melissa pun kembali terdiam. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu, melamun tidak jelas. Aq tidak begitu memperdulikannya, hingga sampai akhirnya dia pun bertanya “Hmm, Vik. Loe hari ini ada acara gak ?”, aq menjawab “Ada sih, jagain Ela. Kenapa ?”, “Hiihhh, bukan itu. Maksudnya loe hari ini ada acara keluar atau kemana gitu ?”, “Lah iya jagain Ela. Aq kan mesti standby, setelah tertangkapnya pak Bejo, para Mafia gak akan segan – segan lagi untuk menyerang. Sekarang para Mafia itu pasti sedang merencanakan sesuatu, kita gak boleh lengah sedikitpun” ujarku. Dengan agak menggeram Melissa menyahut “Sejak kejadian kemaren malem, Pelangi jadi agak trauma. Dia gak bakal kemana – kemana kok. Selain itu juga ada lumayan banyak polisi yang jagain rumahnya setelah dapet kabar kalo pak Bejo berhasil di tangkep, jadi loe gak usah khawatir berlebihan gitu deh, lebay banget tau gak !”.

Aq merasa ada yang aneh dengan tingkah Melissa, tidak biasanya dia seperti ini. Aq melirik kearahnya dan bertanya “Emangnya kenapa sih Mel kalo emang aq lagi gak ada acara kemana – kemana ?”, dia kembali memalingkan wajahnya, lalu menjawab “Kita kan udah dua bulan nih jalanin misi, ya walaupun akhirnya misi ini mulai jelas endingnya. Tapi kita juga bukan mesin yang bisa terus – terusan bekerja. Menurut gue, kita kayaknya juga butuh refreshing Vik”, “Kamu ngajakin rekreasi disaat seperti ini ?” tanyaku dengan sedikit menyentak. Dengan agak gelagapan dia berusaha menjawab “Menurut penglihatan gue, loe sekarang udah berada dalam titik jenuh. Loe jadi gampang emosian, perasaan loe juga pasti udah mulai kacau. Kalau ini dibiarin lama – lama, loe bisa stress, dan bakal ngerusak misi ini”. Melissa benar, akhir – akhir ini aq merasa kehidupanku sudah mulai kacau dengan segala tekanan ini. Aq menanggapi ajakan Melissa “Ya udah, sekarang apa rencana loe ?”, “Gue mau ajakin loe di tempat taman hiburan yang asyik, deket pantai, gak terlalu mahal dan jaraknya juga gak begitu jauh dari Surabaya. Gue mau ajakin loe ke WBL”, “Apa itu ?” tanyaku penasaran, “Wisata Bahari Lamongan. Selain taman hiburan juga pantai, disana juga ada wisata kebun binatang, Maharani Zoo dan Goa” jelas Melissa. “Okelah, sepertinya memang menyenangkan” sahutku, Melissa terlihat bersemangat dan langsung menarik tanganku untuk segera berangkat “Kalo gitu ayo



96

buruan, mumpung sekarang masih jam 6. Kita siap – siap, dan sekiranya jam 7 udah berangkat. Kira – kira sampek sana jam 9, dan kita bisa maen – maen sepuasnya. Ayoooo”. Aq tersenyum melihat tingkah Melissa, walau aneh tapi aq benar – benar senang melihat dia tidak sensi dan marah – marah lagi seperti biasanya. “Iya iya deh, ayoo. Tapi bentar, aq mau habisin kopinya dulu” jawabku menuruti.

Satu jam kemudian, Melissa telah siap dan keluar dari kamarnya dengan membawa tas ransel. Dia menggunakan T – shirt pink, berompi hijau dan celana jeans biru. Rambutnya yang panjang dikuncir dengan sebuah ikat rambut membuatnya Nampak semakin tomboy. Aq sudah siap dari setengah jam lalu dengan memakai kemeja putih dan celana pensil, dan pastinya tas ransel. Tas ransel memang bawaan wajib para agen untuk menyimpan segala peralatan mata – mata. “Lama banget dandannya, hampir sejam lho” gerutuku, sembari menuruni tangga dia menjawab “Iya namanya juga cewek, biasa lah kalo dandannya lama”, “Ya udah ayok, mobilnya juga udah aq panasin, tinggal let’s go” ucapku semangat.

Kami melesat melewati jalanan ramai Surabaya di minggu pagi. Suasana yang sejuk dengan pepohonan disekitar jalan membuat cerahnya hari ini semakin indah. Melissa yang lebih hafal jalan berada dikursi kemudi. Dengan kaca mata hitam dia menyetir layaknya seorang pria. Berbeda jauh dengan Pelangi yang selalu Nampak anggun walau apapun yang ia kenakan. Dan hal itu juga lah yang selalu membuatku terpesona setiap kali menatapnya.

Melissa yang tadinya terlihat beda, kini dia kembali normal. Selama dijalan tidak banyak yang kami bicarakan. Mungkin karena dia yang berpenampilan seperti itu, mesti harus menjaga imagenya. Aq tidak sabar melihatnya ketakutan ketika menaiki wahana – wahana menantang di WBL nanti.

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya sampailah kami di kabupaten Lamongan Jawa Timur. Pemandangan laut yang belum pernah aq lihat seakan menyapa kami sembari mengucapkan selamat datang. Tak jenuhku memandang lukisan biru yang berderu sejuk di samping jalanan yang kami lewati. Ingin ku menyentuhnya, membelai indah lembutnya.



97

Menghirup aroma laut nan khas, membuat fikiranku seakan – akan melayang diudara. Suara deburan ombak…. “Woy ! ngelamun aja loe ! Udah nyampek nih ! Cepetan turun.” bentak Melissa dari kaca jendela mobil disampingku, untaian kataku pun langsung buyar “Hadeh Mel, buyar deh kata – kataku”, “Kata – kata apaan ?” tanyanya bingung, aq menyahut “Gak apa – apa, udah lah ayo maen” aq lantas turun dari mobil.

Melissa yang membeli tiket masuknya, sedangkan aq memboking antrean agar tidak membuang – buang waktu. Cukup lama aq menunggunya, bahkan antreanku pun hampir mendekati penjaga tiket. Dan hanya tinggal 3 orang saja didepanku, akhirnya Melissa datang. Dia menerobos antren dari belakang, dan sempat di cerca oleh beberapa orang yang dilewatinya. Namun begitulah Melissa, dia sama sekali tidak menggubris omongan orang – orang kepadanya.

“Maaf maaf, tadi agak antre di loketnya” kata Melissa begitu dia sampai tepat di belakangku, aq lalu menjawab “Iya udah, yang penting kamu udah disini”. “Ini aq beli tiket terusan, ntar bisa langsung ke Maharani Zoo dan Goa” jelas Melissa. Akhirnya sampailah giliran kami untuk masuk. Penjaga tiket memeriksa gelang tiket kami, dan lalu memasangkannya di pergelangan tanganku.

“Waaahhh, akhirnya bisa relaks jugaaaa” teriak Melissa setelah melewati pintu masuk yang berbentuk seperti benteng kerajaan tersebut. Aq hanya tersenyum melihat kelakuannya. Belum pernah aq melihat Melissa sesenang ini, mungkin memang ini lah yang selama ini dia butuhkan. “Ayo cepet kita maen, mumpung masih pagi” kataku mengajaknya, Melissa pun menyahut “Ayo ayo. Awalnya kita masuk ke rumah kucing itu dulu”. Kami bergegas menuju ke wahana yang pertama, rumah kucing.

Di dalam sini kami melewati lorong panjang. Dan di lorong ini banyak sekali akuarium kaca yang berisi kucing – kucing imut dan lucu dari setiap penjuru Negara. Ada juga penjelasan tentang informasi dari kucing – kucing tersebut, namun aq tidak membacanya sama sekali, hanya menikmati kelucuan mereka saja. Dan di ujung lorong, ada ruangan yang cukup lebar. Di situ banyak hewan – hewan yang sudah di keraskan. Namun pose mereka seakan – akan mereka masih tetap hidup.



Yüklə 452,06 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin