Mutiara Shubuh : Kamis, 23/12/99 (15 Ramadhan 1420H)
Dari Abdullah bin Amr ra ia berkata, ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. “Yaa rasulullah amalan apakah di dalam Islam yang baik”. Seraya Rasulullah saw menjawab: “Memberi makan (orang yang lapar) dan memberi salam kepada orang yang kalian kenal maupun tidak kalian kenal” (HR Bukhari).
Note: Hadits diatas berintikan dua hal / amalan yang baik yang dianjurkan Rasulullah saw yakni:
-
Memberi makan kepada orang yang membutuhkannya baik orang yang secara terang-terangan memintanya maupun yang tidak mau mengutarakannya. Untuk hal ini perlu kepekaan kita terhadap penderitaan saudara kita yang lainnya khususnya disekitar kita, dengan bahasa populernya adalah Kepedulian Sosial. Renungkanlah apakah diri kita ini telah peduli terhadap hal tersebut?, Apakah ketika kita makan dan bahkan sedang berbuka puasa di restoran yang mewah kita ingat pada saudara kita yang makan hanya dengan nasi dan krupuk dan bahkan tidak sedikit yang berusaha mengais-ngais makanan sisa di bak sampah dan juga yang hanya meringkuk menekuk lutut mereka untuk menekan perutnya dengan harapan rasa lapar itu hilang. Apakah kita tega ?? Sedzalim itukah kita membiarkan mereka lapar ?? Ingat hal ini sangat diperingatkan oleh Allah swt yang didalam konteks bahasa Al-Qur’an disebut sebagai PENDUSTA AGAMA bagi orang yang menelantarkan anak yatim dan faqir miskin.
-
Saling menebarkan salam diantara kita dapat berarti saling mendo’akan atas keselamatan diantara kita. “Assalamu’alaikum yaa saudaraku” dan dapat juga diteruskan dengan do’a “Semoga rahmat dan berkah Allah bersamamu”. Dapat kita bayangkan suatu masyarakat yang saling menebarkan salam satu sama lainnya…. Masya Allah… Alangkah indahnya kehidupan ini…
Semoga dua amalan baik ini dapat kita lakukan dalam kehidupan keseharian kita.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 24/12/99 (16 Ramadhan 1420H) Thuma’ninah Dalam Shalat
Dari Abu Hurairah ra bahwa seorang lelaki masuk masjid sedangkan Rasulullah saw berada di salah satu sudut masjid, lalu lelaki itu shalat kemudian mengucapkan salam kepada Rasulullah saw, lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Wa’alaikas salam. Kembalilah kemudian shalat (lagi) karena sesungguhnya kamu belum shalat”. Kemudian ia shalat lalu datang lagi kepada Rasulullah saw seraya mengucapkan salam, lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Wa’alaikas salam. Kembalilah kemudian shalat (lagi) karena sesungguhnya kamu belum shalat”. Kemudian ia shalat lalu datang lagi kepada Rasulullah saw seraya mengucapkan salam, lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Wa’alaikas salam. Kembalilah kemudian shalat (lagi) karena sesungguhnya kamu belum shalat”. Kemudian ia berkata untuk kedua kalinya atau pada kali berikutnya: “Ajari aku wahai Rasulullah”. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Apabila kamu berdiri untuk shalat maka sempurnakanlah whudu’, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan bertakbirlah, kemudian bacalah ayat-ayat yang bisa kamu baca dari Al-Qur’an, kemudian ruku’lah hingga kamu tenang dalam keadaan ruku’, kemudian angkatlah hingga kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah hingga kamu tenang dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah hingga kamu tenang dalam keadaan duduk, kemudian lakukanlah yang demikian itu didalam semua shalatmu”. (HR Bukhari dan Muslim) Didalam sebuah riwayat lain dikatakan: Kemudian angkatlah hingga kamu tegak berdiri (yakni dari sujud kedua).
Note: Hadits diatas menunjukkan bagaimana pentingnya thuma’ninah itu ketika kita shalat karena hal itu merupakan syarat sempurnanya shalat kita, sehingga Rasullah menyatakan: “Shalatlah (kembali) karena sesungguhnya kamu belum shalat”. Hendaklah kita sabar dan bersungguh-sungguh serta memahami arti shalat kita tersebut hingga kita dapat merasakan nuansa ibadah yang khusu’ serta dialog yang harmonis antara kita hambaNya dengan Sang Pencipta. Semoga hal ini dapat mengingatkan kita yang telah terbiasa shalat cepat-cepat (kilat), dan bahkan mungkin kita tidak sempat membaca do’a apa-apa didalam shalat kita tersebut karena saking buru-burunya kita didalam shalat. Marilah kita benahi shalat kita, hingga dialog harmonis akan tercipta antara kita dan Allah swt dan tentunya fadhilah shalatpun (mencegah perbuatan keji dan mungkar) akan merasuk kedalam alam kehidupan kita.
Mutiara Shubuh : Senin, 27/12/99 (19 Ramadhan 1420H) Antara Jalan Lurus dan Sesat
Sebagai seorang muslim yang mungkin mu'min, paling tidak lima kali dalam sehari kita berdialog dengan Allah swt dan memohon ditunjukkan jalan yang lurus (istiqomah), sebagaimana mereka yang telah DIBERIkan NIKMAT oleh Allah swt, dan bukan jalan yang SESAT. (Al-Fatihah : 5-8). Dalam ayat ini dinyatakan ada dua kutub ekstrem kelompok manusia yang bertolak belakang serta ada satu golongan yang berada diantaranya:
-
Kelompok pertama yaitu orang yang DIBERI NIKMAT yakni orang yang taqwa, mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya dan bahkan meninggalkan apa yang diragukan, senang beribadah, dan bersyukur atas nikmat yang diterimanya, mereka dituntun oleh nafsu Muthmainnah.
-
Kelompok kedua yaitu orang yang SESAT (kafir) yakni mereka yang secara menyeluruh meninggalkan ajaran agama Islam. Mereka telah menerima ajaran dan nikmat Allah swt, tetapi mereka ingkar terhadapnya. Mereka tergolong orang yang kafir
-
Kelompok ketiga yaitu orang berada diantara kelompok diatas yang biasa kita sebut orang yang MUNAFIQ. Sementara mereka berikrar sebagai seorang muslim dan juga melakukan ibadah ritual tetapi mereka masih ngotot melakukan maksiat, karena mereka ditunggangi oleh hawa nafsu mereka (Lauwamah), dan yang lebih parah lagi mereka bangga dengan maksiat yang mereka perbuat.
Semoga do'a kita diijabah dan digolongkan kepada orang yang DIBERI NIKMAT.
Mutiara Shubuh : Selasa, 28/12/99 (20 Ramadhan 1420H) Shalat Sunnah Tahayatul Masjid
Didalam salah satu hadits, Rasulullah menganjurkan kita untuk shalat dua raka’at ketika kita memasuki masjid, yang biasa kita kenal sebagai shalat sunnah Tahayatul Masjid. Shalat ini bermakna pengucapan salam kepada masjid ketika kita baru datang.
Secara fisik memang masjid itu merupakan benda mati, tetapi kalau dilihat dengan kacamata bathin (iman) sesungguhnya masjid itu hidup. Dia menyambut salam kita ketika kita mengucapkan salam diakhir shalat kita. Dan bahkan dia akan menjadi saksi buat kita pada pengadilan akhir kelak. Ketika seorang muslim yang gemar mendatangai masjid menghembuskan nafasnya yang terakhirnya meninggalkan dunia ini, masjid akan menangis kehilangannya dan berdo’a kepada Allah swt: Yaa.. Allah ampunilah dia, terimalah semua amal perbuatan baiknya dan jadikanlah aku (masjid) saksi baginya dihari akhirat kelak. Sebaliknya jika seorang yang tidak pernah ke masjid dan ke masjid hanya karena untuk dishalatkan maka masjid akan mengutuknya: Celakalah dia…. celakalah dia…., Yaa … Allah jangan ampuni dia, jangan terima amal kebajikannya dan aku (masjid) tidak sudi menjadi saksi baginya kelak di hari akhirat.
Semoga hal ini dapat mengingatkan kita untuk selalu istiqomah memakmurkan masjid, khususnya yang ada disekitar kita.
Dostları ilə paylaş: |