Mutiara Subuh : Selasa, 14/09/99


Mutiara Shubuh : Rabu, 26/01/00 (19 Syawal 1420H)



Yüklə 496,46 Kb.
səhifə24/42
tarix15.01.2019
ölçüsü496,46 Kb.
#96942
1   ...   20   21   22   23   24   25   26   27   ...   42

Mutiara Shubuh : Rabu, 26/01/00 (19 Syawal 1420H)

Beriman dan Beramal Shaleh


Kata shalih dalam kamus-kamus bahasa Arab artinya baik, bermanfaat, tidak merusak, saleh, tidak binasa, patut, yang baik, yang patut. Jadi setiap amal / perbuatan yang baik dan bermafa’at dan tidak merusak baik untuk dirinya ataupun orang lain berupa kemaslahatan untuk untuk semua makhluk di alam ini bisa dikatagorikan amal shaleh. Tetapi didalam kerangka ajaran Islam kita mengenal trilogi iman-ilmu-amal. Amal yang tidak disertai dengan keimanan yang benar bisa menjadi amal salah (sia-sia), bukan amal saleh, seperti disebutkan dalam surat 18:104: "Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya". Suatu amal saleh harus disertai dengan keimanan yang benar. Orang yang saleh (yang mengadakan perbaikan) adalah orang yang mengerjakan amal-amal saleh. Orang-orang tersebutdidefinisikan sebagai:

- Orang yang berpegang teguh pada Al-Kitab (sesuai zamannya, sekarang Al-Qur'an), QS 7:170

- Tidak mempersekutukan Tuhan, QS 18:110

- Dalam barisan Nabi Muhammad, QS 48:29

Bangsa-bangsa yang sekarang berkuasa telah menggunakan dien-dien (sistem hidup) yang berdasarkan nafsu untuk mengelola bumi ini. Hasilnya adalah kerusakan. Kerusakan moral, lingkungan etc. Dalam membangun tanah air tercinta, ummat Islam secara tidak sadar ikut menggunakan dien-dien tersebut, sebagai contoh kapitalisme dalam membangun ekonominya, sehingga yang timbul adalah kerusakan jua. Bahkan lebih parah daripada di negara-negara Barat. Karena itu marilah kita hadapkan ke dien (sistem hidup) yang lurus sebagaimana diperintahkan Allah dalam QS 30:30.

Jadi intinya bahwa manusia itu tidak hanya cukup dengan saleh saja tanpa iman atau iman saja tanpa amal saleh. Jadi harus kedua-duanya supaya bahagia dunia akhirat. Kalau yang tak beriman hanya saleh saja sudah pasti di neraka tempatnya, salehnya itu hanya dianggap sebagai perbuatan

baik dan tidak ingin mencapai ridhoNya jadi tidak sampai kepada Allah Ta'ala. Coba perhatikan Firman Allah Ta'ala: " Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab". (QS.40:40). Bagi mereka yang tak beriman / Musyrik segala amal perbutan mereka bagaikan debu yang beterbangan di hadapan Allah SWT, seperti dalam firmanNya: "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". (QS.25:23). Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia Amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka tidak beriman.

Suatu usaha atau kerja ('amal) dapat dikatakan shalih jika dan hanya jika dilakukan sesuai atau dengan mematuhi sunnah Allah swt. yang dipatuhi seluruh 'alam ini yang biasa dikatakan ayat-ayat Kauniyah, karena dapat dibaca dengan mempelajari serta meneliti tabi'at 'alam ini sebagaimana dilakukan dalam ilmu Fisika, Kimia dan Matematika. Sedangkan Sunnah Allah swt. yang seyogyanya dipatuhi manusia yang mengaku Muslim, yang dikenal dengan istilah ayat-ayat Qauliyah tertera dalam Qur'an suci dan contoh teladan yang diberikan oleh rasullullah saw. Terbukti dalam praktek, bahwa siapapun yang melaksanakan sunnatullah ini, baik yang Kauniyah maupun yang Qauliyah dengan alasan apapun telah berjaya dalam hidup mereka mengelola 'alam ataupun masyarakat mereka.



Mutiara Shubuh : Kamis, 27/01/00 (20 Syawal 1420H)

Optimis


Ketika kita mengalami kegagalan demi kegagalan dalam usaha kita terkadang timbul rasa putus asa dan bahkan sampai berpikiran buruk sangka terhadap Allah yang tidak mau meberikan rahmatNya kepada kita. Tetapi Rasulullah saw mengingatkan kita supaya tidak berburuk sangka dengan apa yang diberikan Allah swt kepada kita (HR Muslim), dan lagi pula Allah swt kan sudah memberikan pengharapan kepada kita lewat firmanNya: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 39:53).

Surah Alam Nashrah (94) adalah salah satu dari ajaran Islam untuk selalu optimis dalam menghadapi suatu ujian/kesulitan. Didalam surat itu kita dianjurkan untuk bersungguh-sungguh melakukan semua usaha yang kita lakukan. Dan juga sampai dua kali Allah swt menyatakan bahwa “dibalik (sesudah) kesulitan itu pasti ada kemudahan” yang memberikan pengharapan bagi ummatNya yang bersungguh-sungguh. Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita untuk berputus asa selagi kita selalu menggantungkan segala sesuatunya kepada Allah swt. Kita wajib berusaha dan bersungguh-sungguh melaksanakannya tetapi hasilnya hanya Allah – lah yang menentukannya. Tetapi ingat bahwa tidak ada kegagalan yang terus-menerus, begitulah janji Allah. Dan yakinlah bahwa segala usaha itu akan berhasil, tetapi hanya menunggu waktu. Allah Maha Tahu kapan masanya keberhasilan itu diberikannya kepada hambaNya.



Mutiara Shubuh : Jum’at, 28/01/00 (21 Syawal 1420H)

Tasweer


Pada suatu ketika Rasulullah SAW berkata : Mereka yang membuat gambar (suwar) akan dihukum di hari kebangkitan, and akan dikatakan kepadanya , "Hidupkanlah apa yang telah engkau ciptakan" (HR Bukhari no 835, HR Muslim no.5268). Dari hadits ini, kita bisa mengetahui bahwa hadits ini secara tegas melarang membuat gambar yang mengandung nyawa. Rasulullah SAW memberitahukan kita bahwa mereka yang membuat gambar yang bersangkutan akan dihukum di hari kebangkitan dan diperintahkan untuk memasukkan nyawa ke dalamnya, yang mana jelas mereka tidak bisa melakukannya. Dan hukumannya akan tetap berjalan selamanya. Tetapi untuk suatu keperluan, seperti membuat X-RAY untuk kesehatan, kebutuhan yang sangat mendesak, hal ini dibolehkan. Dalam hal ini gambar yanng dibuat bukanlah menjadi suatu tujuan, seperti aturan di "Usool al-fiqh": " suatu keperluan mendesak membuat suatu yang dilarang menjadi dibolehkan". Derajat keperluan ditentukan oleh keadaan pada saat itu. Sesuatu yang lebih dari itu, dimana gambar dibuat untuk kebanggaan/pamer, menikmati gambar2 ini, adalah dilarang (haram).

Sementara itu di riwayat lain istri Rasulullah saw Siti 'A'isha ra ketika menyongsong kehadisan suaminya Rasulullah saw kembali dari suatu perjalanan dan waktu itu ia sedang menghiasi pintu dengan gorden (kain) bergambar kuda bersayap. Ketika itu Rasulullah saw memerintahkan saya untuk membuangnya dan ‘Aisyah menarik kain gorden itu. (HR Muslim). Sedangkan dalam versi Imam Ahmad: dinyatakan bahwa Rasullullah saw sendiri yang merobeknya.." Dari hadits ini, kenyataan bahwa larangan untuk memasang kain bergambar bukan hanya terbatas gambar-gambar yang akan disembah/sakral , tetapi gambar-gambar yang hanya sekadar untuk hiasan juga.

Jadi dari sikap-sikap Rasulullah saw tersebut diatas tentang halnya Tasweer ini, sudah jelaslah bagi kita bahwa hal itu dilarang. Dan sekarang hanya ketegasan kita yang diperlukan untuk mnurunkan lukisan-lukisan, photo-photo serta patung-patung yang dipajang dirumah kita sehingga kita tidak diminta Allah swt untuk memberi nyawa terhadap gambar-gambar tersebut dan menggantinya dengan ayat-ayat Allah yang berguna untuk mengingatkan kita. Dan hal ini juga tidak menghalangi kesenangan malaikat rahmat untuk memasuki rumah kita.


Yüklə 496,46 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   20   21   22   23   24   25   26   27   ...   42




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin