Mutiara Shubuh : Kamis, 03/02/00 (27 Syawal 1420H) Menggemarkan Menyampaikan Ilmu
Dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Semoga Allah melimpahkan ni'mat-Nya kepada seseorang yang mendengar sesuatu dari kami kemudian dia menyampaikannya sebagaimana dia mendengarkannya, boleh jadi orang yang menerima penyampaian itu lebih mengerti dari orang yang mendengar (langsung)" (HR Abu Dawud, Thurmidzi, Ibnu Hibban).
Hadits diatas mendorong kita untuk gemar menyampaikan ajaran-ajaran islami yang kita dapatkan baik langsung secara lisan maupun melalui media tulisan, dan setidak-tidaknya kita sampaikkan kepada keluarga kita sendiri sebagaimana yang disabdakan Rasulullah lewat hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari danMuslim dari sahabat Ali ra: "Ajarkanlah kebaikan kepada keluarga kalian". Hadits ini merupakan aplikasi dari firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6 : "Peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka".
Semoga stimulan ini dapat menggemarkan kita untuk menyampaikan kebaikan dan mengamalkannya pada sisa umur kita ini, setidak-tidaknya kita dapat menjadi da'i untuk diri kita dan ditengah keluarga kita sendiri, syukur-syukur dapat menyampaikan kepada lingkup yang lebih besar lagi dan denagn itu semoga ni'mat Allah swt selalu dilimpahkan kepada kita semua, sejalan dengan do'a Rasulullah saw terhadap orang-orang yang menyampaikkan ajaran-ajarannya.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 04/02/00 (28 Syawal 1420H) Memuliakan Tamu
Pada suatu ketika Rasulullah saw pernah bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits diatas mengingatkan kita akan kegemaran para sahabat dalam menjamu tamunya, dan bahkan ketika Rasulullah saw menawarkan untuk menjamu seorang tamunya, para sahabatpun berebut untuk membawa tamu tersebut kerumahnya masing-masing. Tidak hanya sahabat yang hidup berkecukupan yang melakukan hal ini, bahkan dalam salah satu riwayat bahkan ada yang berusaha untuk menahan perutnya dan keluarganya demi untuk memuliakan tamu mereka. Didalam menjamu tamu hendaklah kita jangan memilih-milih atau kita hanya mau menjamu tamu yang bersih atau kaya saja, bahkan Rasulullah menegaskan dalam salah satu haditsnya bahwa menjamu (memberi makan) orang yang lapar (fakir/miskin) merupakan salah satu hal yang sangat mulia dalam ajaran Islam.
Semoga sifat / kegemaran Rasulullah saw dan para sahabat ini dapat tersalur kepada kita semua, sehingga kita dapat memenuhi salah satu kriteria orang yang beriman menurut hadits diatas.
Mutiara Shubuh : Senin, 07/02/00 (01 Dzulkaidah 1420H) Anjuran Shalat Sunnah Ketika Memasuki Masjid
Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Jika seorang masuk ke masjid maka janganlah duduk sehingga melakukan shalat dua rakaat.” (HR. Abu Laits Assamarqandi)
Hadits diatas mengingatkan kita kembali atas disunnahkannya kita untuk melakukan shalat dua raka’at ketika memasuki masjid dan bahkan menegah kita untuk duduk sebelum kita melakukan shalat sunnah ini. Para ahli tafsir hadits berpendapat bahwa yang dimaksud dari hadits diatas adalah shalat Tahiyatul Masjid. Ada juga diantaranya berpendapat bahwa bisa jadi yang dimaksud adalah shalat sunnah tahiyatul masjid, atau sunnah rawatib atau shalat sunnah-sunnah yang lainnya. Angka dua raka’at diatas merupakan angka minimal yang disunnahkan Rasulullah saw, sedangkan batasnya tidak ada, hingga melakukan shalat wajib berjama’ah kita boleh shalat-shalat sunnah yang lainnya. Marilah kita menggemarkan untuk shalat-shalat sunnah karena salah satu ciri orang-orang yang ikhlas beribadah kepada Allah swt itu dapat dilihat dari kesungguhannya mengerjakan amalan-amalan sunnah dan sudah barang tentu setelah menunaikan amalan wajibnya.
Mutiara Shubuh : Selasa, 08/02/00 (02 Dzulkaidah 1420H) Bertaubat
Dalam Surah An-Nur ayat 31, Allah swt berfirman: “…Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. 24:31). Yang mana perintah taubat ini diperintahkan kepada kita terhadap perbuatan-perbuatan kita yang melanggar batas halal dari Allah atau melanggar larangannya baik yang besar apalagi yang besar.
Jangankan kita yang muslim biasa ini Rasulullah saw saja melakukannya setiap hari bahkan sampai berpuluh hingga beratus kali, padahal kita tahu bahwa Rasulullah saw sebagai manusia pilihanNya yang sangat amat minim sekali berbuat kesalahan, apatah lagi kita yang orang biasa ini. Hal ini dapat kita rujuk pada hadits dari Abu Hurairah ra yang menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar (minta ampun) dan bertobat kepada Allah tiap harinya lebih dari tujuh puluh kali” (HR. Bukhari). Dan hadits diatas dikuatkan oleh hadits berikut dari Al-Agharr bin Yassar Al-Muzani ra yang menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Hai sekalian manusia, bertobatlah kamu kepada Allah, dan beristighfar (minta ampun) kepada-Nya, maka sesungguh aku bertobat istighfar tiap hari seratus kali (HR Muslim).
Sungguh sangat amat sombong sekali rasanya jika kita tidak menyadari kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat dan apalagi kita tidak cepat-cepat minta ampun dan bertobat, padahal dengan tobat yang sungguh-sungguh akan diampuni Allah swt dan tentu ganjaran yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, hal ini dijanjikan Allah swt dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai……".(QS. 66:8)
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan…….”(QS. 11:3)
Semoga hal ini dapat mengetuk hati kita untuk memperbanyak istighfar (minta ampun) atas dosa-dosa kita dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali di masa mendatang.
Dostları ilə paylaş: |