Mutiara Shubuh : Senin, 14/02/00 (08 Dzulkaidah 1420H) Meniru Kebudayaan Kaum Kafir
Hingga sa’at sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kafir yang merajalela di negara-negara muslim dan hal ini yang menggerogoti iman kita sebagai seorang muslim. Kita tidak sadar bahwa iman kita perlahan-lahan dilolosi dari hati kita. Seperti kalau dokter menyuntikkan obat bius ke anggota badan kita, dan memotong anggota badan tersebut, kita tidak terasa. Ini disebabkan karena intrik-intrik syeitan yang selalu menghembus-hembuskan kemaksiatan kedalam hati kita melewati kaum kafir dengan ejekan sebagai kaum yang tertinggal (kolot) jika tidak mengikuti kemajuan jaman dan bahkan kita dikatakan tidak maju/modern jika kita tidak mengikuti kebudayaan tersebut.
Dan inilah sesungguhnya yang diinginkan oleh kaum kafir yang notabene dimotori oleh bangsa barat terhadap kita kaum muslimin, yang mana hal ini sebenarnya beratus-ratus tahun yang lalu telah diingatkan Allah swt kepada kita melalui Rasul-Nya, sebagaimana tertera dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 120 : “" Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama (kebiasaan) mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."
Banyak sekali kebiasaan kaum kafir lainnya yang sudah barang tentu tidak sesuai dengan akidah kaum muslimin dan sangat cepat mewabahnya dikalangan masyarakat kita yang pada umumnya bersifat glamoria, pesta pora yang sudah tentu akan menjauhkan kita dari mengingat Sang Pencipta seperti: Memperingati Ulang Tahun, Menyambut Tahun Baru Masehi, Millenium Baru, Thanksgiving Day, Halloween, dan yang paling hangat sa’at ini adalah Valentine’s Day.
Sesungguhnya semua kegiatan-kegiatan yang diatas itu adalah dilarang dalam ajaran agama Islam sebagaimana yang pernah diingatkan oleh Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya: "Barang siapa meniru kebiasaan orang kafir , dia adalah termasuk golongan itu.." (HR Bukhari).
Semoga hal ini mengingatkan kita untuk tidak meniru-niru cara hidup orang-orang kafir ini dan kita juga diberi kekuatan oleh Allah swt untuk menolaknya sehingga kita tidak dicap sebagai termasuk sebagai orang kafir sebagaimana yang telah diingatkan oleh Rasulullah saw diatas.
Mutiara Shubuh : Selasa, 15/02/00 (09 Dzulkaidah 1420H) Klarifikasi Terhadap Suatu Masalah (Tabayyun)
Ketika kita mendengar suatu berita, hendaklah jangan langsung kita telan mentah-mentah berita yang kita terima tersebut. Kebenaran suatu berita terkadang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Bisa jadi berita tersebut benar dan juga tidak tertutup kemungkinan bahwa berita tersebut hanya isu murahan yang hanya bohong belaka. Karena itu hendaklah kita meng-klarifikasi dahulu atas segala berita yang kita terima, apalagi berita tersebut menyangkut hal yang sangat penting baik untuk kehidupan kita pribadi, apalagi menyangkut dalam hubungan kemasyarakatan.
Allah swt telah memperingatkan kita akan hal ini dengan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. 49:6)
Sementara diayat lain Allah swt juga mengingatkan: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. 17:36)
Kehati-hatian dan ketelitian dalam menerima suatu kabar / berita itu akan menghindarkan kita dari perbuatan memfitnah dan ghibah (bergunjing), apalagi yang kita pergunjingkan itu adalah saudara kita sendiri (sesama muslim). Didalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa hal tersebut sama saja halnya kita memakan bangkai saudara kita sendiri.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. 49:12)
Jadi dari beberapa firman Allah swt diatas jelaslah bahwa berhati-hati, meneliti serta check and re-check terhadap suatu masalah atau berita yang kita terima adalah merupakan kewajiban kita dan juga kita harus ingatkan kepada saudara kita yang lainnya.
Semoga Allah swt selalu membimbing kita semua ke arah jalan yang benar dengan menunjukkan segala sesuatu yang benar itu nyata benarnya. Serta memperlihatkan yang bathil itu nyata benar kelihatan bagi kita kebathilannya dan semoga Allah swt juga menggiring kita untuk menjauhi hal tersebut sejauh-jauhnya.
Mutiara Shubuh : Rabu, 16/02/00 (10 Dzulkaidah 1420H) Dirikanlah Shalat
Banyak sekali firman-firman Allah didalam Al-Qur’an tentang perintah mendirikan shalat, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan shalat sebagai inti ibadah ummat islam ini sangatlah amat penting. Rasulullah saw pernah bersabda bahwa shalat itu adalah salah satu dari lima tiang dari agama Islam, dan jika kita mendirikan shalat berarti kita menegakkan agama Islam dan begitu juga sebaliknya jika meninggalkannya berarti akan merubuhkan akidah kita sebagai seorang muslim. (HR Bukhari dan Muslim). Didalam hadits lainpun Rasulullah pernah menegaskan bahwa batas atau pemisah dari seorang muslim dengan kekufuran adalah ketika ia meninggalkan shalat (HR Muslim). Jadi sangatlah terlihat disini bahwa Shalat itu adalah inti dari ibadah seorang muslim.
Salah satu hakikat dari shalat itu adalah mengingat (dzikir) Allah swt dan berdo’a. Shalat adalah merupakan salah satu bentuk dzikir yang paling baik dan sempurna. Dimana kita selalu mengingat-Nya ketika lagi berdiri, ruku’, sujud dan duduk. Diharapkan dengan shalat ini kita akan selaku ingat dengan Allah dan tentu akan menghindarkan kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak berguna baik terhadap diri sendiri (fahsya/keji) maupun yang berdampak kepada orang lain (mungkar). Bukankah Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur’an: “….. dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…...” (QS. 29:45)
Nach… jika telah merasa melaksanakan kewajiban shalat dan tetapi masih melakukan perbuatan yang tidak baik terhadap diri kita ataupun terhadap orang lain, atau dengan kata lain ibadah rajin maksiat tekun, itu patut kita pertanyakan diri kita masing-masing.
Sudahkah kita mendirikan shalat dengan benar dan baik ??
Dostları ilə paylaş: |