Mutiara Shubuh : Jum’at, 25/02/00 (19 Dzulkaidah 1420H) Merapatkan dan Meluruskan Shaf
Seringkali ketika shalat berjama’ah kita diingatkan oleh imam untuk meluruskan dan merapatkan syaf kita. Karena didalam salah satu hadits Rasullah saw menyatakan bahwa lurus dan rapatnya shaf ketika melakukan shalat berjama’ah itu adalah merupakan syarat sempurnanya shalat jama’ah tersebut. Kalau jika kita telaah lebih lanjut meluruskan shaf itu dapat bermakna supaya kita dapat menyatukan arah shalat kita bersama ke arah kiblat. Sedangkan merapatkan shaf gunanya mencegah adanya kemungkinan syeitan yang menyelusup ditempat yang kosong diantara kita didalam shaf yang tentunya ia ingin menggoda kita diwaktu shalat.
Jadi ketika akan shalat berjama’ah hendaklah kita memperhatikan shaf kita, dan jika ada seseorang yang mengingatkan kita untuk merapatkan dan meluruskan shaf, seyogyanyalah kita mengikutinya. Janganlah mentang-mentang jika yang mengingatkan kita itu orang yang lebih kecil atau lebih muda dari kita maka kita enggan mengikutinya. Kalifah Abu Bakar Siddiq ra pernah mengungkapkan bahwa ada orang yang paling sombong didalam suatu jama’ah masjid, yaitu orang yang enggan merapatkan dan meluruskan syafnya ketiga diingatkan oleh imam maupun makmum lainnya. Semoga kita dijauhkan dari salah satu sifat yang sombong ini. Bukankah Allah swt memperingatkan kita dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. 31:18)
Mutiara Shubuh : Senin, 28/02/00 (22 Dzulkaidah 1420H) Dunia Hanya Persinggahan
Khalifah Umar bin Khatab ra terkenal gagah perkasa sehingga disegani lawan maupun kawan. Bahkan konon, dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan kalau Syeitan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka Syeitan pun menghindar lewat jalan yang lain. Terlepas dari kebenaran riwayat terakhir ini, yang jelas keperkasaan Umar sudah menjadi buah bibir di kalangan umat Islam.
Ketika itu Umar ra pernah meminta izin menemui rasulullah. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Umar mengucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya. Umar tiba-tiba tidak sanggup menahan tangisnya. Apakah gerangan yang menyebabkan "singa padang pasir" ini sampai menangis? Tentu ada hal yang sangat menakjubkan yang membuat dia menangis.
Rasul yang mulia bertanya, "mengapa engkau menangis ya Umar?" Umar menjawab, "bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera".
Nabi berkata, "mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubungan ku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya."
Indah nian perumpamaan Nabi akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat pemberhentian sementara; hanyalah tempat berteduh sejenak, untuk kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya.
Celupkan tanganmu ke dalam lautan," saran Nabi ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbedaan dunia dan akherat, "air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akherat"
Untuk itu sahabatku, bersiaplah untuk menyelam di "lautan akherat". Siapa tahu Allah sebentar lagi akan memanggil kita, dan bila saat panggilan itu tiba, jangankan untuk beribadah, menangis pun kita tak akan punya waktu lagi.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS. 29:64)
Mutiara Shubuh : Selasa, 29/02/00 (23 Dzulkaidah 1420H) Konsistensi Antara Mulut Dan Hati
Konsistensi antara mulut dan hati ini biasa kita sebut kejujuran ini adalah salah satu ciri dari seorang muslim yang beriman. Dan sifat ini juga merupakan salah satu sifat yang menonjol dari rasulullah dan para sahabatnya, mereka berbicara sesuai dengan suara hatinya dan sudah tentu yang dibicarakan itu hal yang sudah nyata benarnya. Kebalikan dari sifat ini adalah sifat munafik, dimana apa yang diucapkannya tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan yang terbetik dalam hatinya. Rasulullah saw menyatakan ciri orang munafik itu diantaranya yaitu ketika berbicara kerap kali berdusta atau tidak benar, jika dipercayai dia tidak memengang kepercayaan itu dengan benar dan bahkan berkhianat dan jika berjanji sangat amat sering sekali tidak menepatinya (mangkir). Dari ciri-ciri tersebut terlihat bagaimana tidak konsistennya antara mulut dan hati dari seorang yang munafiq itu, dan Allah pun menyatakan mereka sebagai pendusta (QS. 63:1). Dan merekapun dicap oleh Allah sebagai orang yang zalim (QS. 3:94) yang sudah tentu akan mendapat murka dari Allah swt sesuai firman-Nya: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (QS. 4:138).
Mutiara Shubuh : Rabu, 01/03/00 (24 Dzulkaidah 1420H) Menjaga Kesehatan Tubuh
Paling tidak setiap hari kita tujuh belas kali memohon dilimpahkan kesehatan (‘afiat) kepada Allah swt di setiap duduk diantara dua sujud ketika shalat. Tetapi berdo’a atau memohon saja tidaklah cukup jika kita tidak barengi dengan usaha menuju sehat itu sendiri, yaitu dengan menjaga kesehatan kita dengan berolah raga misalnya. Rasulullah saw lebih menyukai seorang muslim yang sehat dan kuat, ini terlihat bagaimana Rasulullah saw memohon kepada Allah swt untuk menjadikan Umar ra atau Abu Jahal untuk diberikan hidayah dan masuk Islam, karena kedua orang ini selain orang yang berpengaruh didalam masyarakat bangsa Quraish tetapi mereka juga hebat, kuat, sehat dan pemberani. Karena itulah Rasulullah memohonkan do’anya dan Allah pun memberikan hidayahnya kepada salah satu dari mereka (Umar ra) untuk masuk islam yang akhirnya menjadi ujung tombak dan benteng Rasulullah dalam membela perkembangan Islam. Disamping itu diriwayatkan Rasulullah saw pun mempunyai fisik yang sehat. Disuatu ketika salah seorang jago gulat di pasar Ukaz, Mekkah menantang beliau bertarung dengan persyaratan jika Rasullah saw dapat mengalahkan jago gulat tersebut maka ia akan masuk Islam. Dan Rasulullah pun menyambut tantangan tersebut dan mengalahkan si jago gulat tersebut. Ketika si jago gulat itu menyatakan ingin masuk islam karena telah dikalahkan, Rasulullah melarangnya karena beliau tidak mau orang itu masuk islam karena kekalahannya tersebut. Melihat akhlaq Rasulullah ini maka si jago gulat tersebutpun masuk Islam dengan ikhlas. Demikianlah salah satu riwayat keperkasaan Rasulullah. Untuk menjaga kesehatan fisik ummatnyapun Rasulullah berpesan untuk berolah raga, diantara olahraga yang disukai Rasulullah adalah berenang, berkuda dan memanah.
Dostları ilə paylaş: |