Mutiara Subuh : Selasa, 14/09/99


Mutiara Shubuh : Kamis, 02/03/00 (25 Dzulkaidah 1420H)



Yüklə 496,46 Kb.
səhifə32/42
tarix15.01.2019
ölçüsü496,46 Kb.
#96942
1   ...   28   29   30   31   32   33   34   35   ...   42

Mutiara Shubuh : Kamis, 02/03/00 (25 Dzulkaidah 1420H)

Menyambut Hari Jum’at


“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.“ (QS. 62:9). Demikian Allah menyerukan kita untuk menyelenggarakan shalat Jum’at. Rasulullah saw menyatakan bahwa Hari Jum’at itu adalah hari besar bagi ummat Islam dan sudah sepatutnya kita untuk menyambutnya. Diriwayatkan Rasulullah saw sangat gembira sekali pada setiap hari Kamis karena menyambut hari besar Islam ini. Semua dipersiapkannya untuk menyambut hari Jum’at ini, membersihkan diri bahkan dengan mandi besar (mandi janabah), memakai pakaiannya yang terbaik dan wewangian seperlunya. Hingga hal-hal kecil seperti menggunting kuku, rambut dsb juga dilakukan.

Mutiara Shubuh : Jum’at, 03/03/00 (26 Dzulkaidah 1420H)

Berqurban


Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka…… (QS. 22:34). Begitulah perintah yang diturunkan Allah melalui Al-Qur’an. Melakukan qurban itu sangat dianjurkan bagi yang mampu (sunnah) apalagi ia tidak melakukan ibadah hajji. Rasulullah saw biasanya berkurban dengan dua ekor kambing (kibas) yang gemuk, sehat dan bertanduk, begitu juga dengan sahabat-sahabat lainnya. Dan Beliau juga menyembelih kurbannya dengan tangannya sendiri, setelah membaca bismillah dan takbir (HR. Bukhary). Sebahagian besar ulama memperbolehkan memakan daging kurbannya sendiri dengan batas-batas tertentu (kecuali daging kurban yang dilakukan karena membayar nadzar) dan tentu sebahagian besar dari daging itu hendaklah diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu dan sangat menginginkannya (fakir, miskin dsb), karena kurban itu juga dimaksud untuk membantu mengatasi saudara-saudara kita yang ditimpa kesusuhan. Bahkan Rasulullah menegah kita untuk menyimpan daging kurban melebihi dari persediaan untuk tiga hari. (HR. Bukhary)

Mutiara Shubuh : Senin, 06/03/00 (29 Dzulkaidah 1420H)

Shalat Diawal Waktu, Berjama’ah dan di Masjid


Shalat Fardhu yang lima waktu kita yakini sebagai kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan. Dan yang paling utamanya melakukan shalt fardhu itu adalah tepat waktu yaitu di awal waktu tepatnya setelah adzan dikumandangkan, tempatnya yaitu paling utama di masjid atau mushallah dan caranya yaitu dengan berjama’ah.

Banyak sekali hadits-hadits yang menyatakan ancaman-ancaman bagi yang tidak melakukan shalat berjama’ah di masjid ini. Rasullah saw pernah menyatakan bahwa hanya lelaki yang munafik lah yang ketika mendengar adzan tetapi tidak bersegara datang ke masjid untuk shalat berjama’ah, dan bahkan suatu ketika Rasulullah saw menghimpun para jama’ahnya untuk mengumpulkan kayu bakar guna untuk membakar rumah orang muslim yang tidak mau ke masjid. Hanya orang sakit dan ketakutanlah yang mendapat dispensasi untuk hal ini.

Dizaman Rasulullah dan para sahabat, kaum muslimin sangatlah getol bahkan dengan merangkakpun mereka rela untuk datang ke masjid demi memenuhi panggilan adzan, dan bahkan ada yang buta hingga yang sakitpun minta ditandu untuk dapat shalat berjama’ah dimasjid. Pendek kata boleh disimpulkan Shalat fardhu berjama’ah di masjid itu hampir wajib hukumnya bagi setiap lelaki muslim.

Suatu hadits dari Abu Hurairah ra menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa pergi ke masjid atau pulang (darinya) maka Allah swt menyediakan baginya sorga sebagai persing-gahan setiap kali ia pergi atau pulang" (HR Bukhari, Muslim dan lain-lainnya).

Semoga uraian diatas kembali menyentak hati kita untuk ingat akan suatu kewajiban kita sebagai ummat islam untuk memakmurkan masjid dengan shalat berjama’ah.

Mutiara Shubuh : Selasa, 07/03/00 (01 Dzulhijjah 1420H)

Kebiasaan Bermegah-megahan (Takaatsur)


Dizaman modern dan maju sekarang ini dan lazim dikata orang sebagai era globalisasi, manusia sudah cenderung untuk hidup secara berlebih-lebihan atau bermegah-megahan (Takaatsur). Hal ini bukan hanya dilakukan oleh mereka yang sudah berkelebihan, tetapi mereka yang pas-pasan pun sudah terjangkit penyakit rohani ini. Kebiasaan bermegah-megahan ini pun juga telah mewabah dikalangan kaum muslimin. Mereka berlomba-lomba mencari harta, menumpuk, kemudian bermegah-megah, pesta-pora penuh dengan glamoria dunia hingga mereka pula akan siapa yang memberikan kenikmatan itu kepada mereka. Dan bahkan tidak sedikit yang jatuh dan bergelimang dengan kemaksiatan.

Sebenarnya Allah swt sudah dari dahulu mengingatkan kita tentang penyakit rohani ini melalui surah At-Takaatsur (102), yang artinya:



  1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,

  2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.

  3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

  4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.

  5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,

  6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam,

  7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yakin,

  8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu ).

Semoga dengan peringatan Allah swt. tersebut, kita dapat lebih menahan diri dari sifat atau penyakit rohani yaitu hidup dengan berlebihlebihan dan bermegah-megahan. Marilah kita mempertebal iman kita kepada Allah, berusaha untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan Allah swt serta merasakan kecukupan dengan apa yang telah diberikan serta hidup sederhana (qana’ah). Semoga Allah swt selalu membimbing kita untuk berjalan di shirat-Nya.

Mutiara Shubuh : Rabu, 08/03/00 (02 Dzulhijjah 1420H)

Hidup Bertetangga


Allah swt berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. 4:36).

Ayat diatas tadi mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik dengan tetangga kita selain dengan orang tua kita sendiri. Hal ini juga dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar dan ‘Aisyah ra bahwa Rasulullah saw pernah berkata: Selalu jibril berpesan kepadaku supaya baik terhadap tetangga, hingga aku mengira kalau-kalau diberi hak waris (disini terlihat begitu pentingnya berbuat baik terhadap tetangga). Bahkan Rasulullah pun pernah mewasiatkan kepada sahabatnya (Abu Dzarr ra) untuk memperbanyak kuah jika memasak sesuatu demi untuk membagikannya dengan tetangganya. Sementara dihadits lain Rasulullah saw menyatakan bahwa ketika memasak dan jika baunya sampai ke tetangga, maka kita wajib membagi makanan kepada tetangganya tersebut.

Dari Abu Hurairah ra berkata: Bersabda Rasulullah saw: Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya: Siapakah ya Rasulullah?, Rasulullah saw menjawab: Ialah orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya. (HR Bukhari & Muslim). Dihadits lain Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw tentang apa salah satunya yang membuat seseorang masuk syurga. Dan Rasulullah pun menjawab yaitu seseorang yang baik dengan tetangganya. Lantas sahabat kembali bertanya tentang bagaimana yang dikatakan baik itu. Rasulullah saw segera menjawab: Tanyakan sendiri pada tetanggamu, apakah menurut mereka engkau baik terhadap mereka. (HR. Baihaqi)


Yüklə 496,46 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   28   29   30   31   32   33   34   35   ...   42




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin