Mutiara Shubuh : Selasa, 11/04/00 (06 Muharram 1421H) Berdusta Yang Dibolehkan
Perkataan adalah sebagai salah satu jalan untuk mencapai suatu maksud yang baik, maka apabila maksud baik itu dapat dicapai dengan kebenaran maka haram bagi kita berdusta. Tetapi apabila tidak mungkin tercapai kecuali dengan berdusta, maka boleh dilakukan. Seperti jika seorang muslim yang bersembunyi dari kejaran orang yang zalim yang akan membunuhnya, maka boleh berdusta dengan tujuan menyelamatkan orang muslim tersebut. Atau seorang perampok yang menanyakan tentang titipan orang. Hal ini dapat kita rujuk kepada salah satu hadits Rauslullah saw dari Ummu Kalsum ra yang mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bukan seorang pendusta, orang yang mendamaikan antara sengketa manusia, maka menimbulkan kebaikan atau berkata baik” (HR Bukhari dan Muslim). Dari hadits ini dapat disari bahwa jika kita melakukan dusta yang bertujuan untuk mendamaikan orang yang bertengkar, maka itu diperbolehkan. Didalam hadits lain yang juga diriwayatkan dari Ummu Kalsum, ia berkata: Saya tidak mendengan Rasulullah saw mengijinkan berdusta kecuali terhadap tiga hal: Dalam berperang, memperbaiki sengketa dan pembicaraan antara suami istri (HR Muslim).
Kendatipun demikian, seyogyanyalah jalan berdusta ini ditempuh sebagai alternatif terakhir yang tidak mempunyai bentuk solusi lain kecuali berdusta dan inipun harusnya dilakukan untuk mencapai kebaikan bagi semua pihak atau hal-hal yang menegakkan kebajikan saja.
Mutiara Shubuh : Rabu, 12/04/00 (07 Muharram 1421H) Berdo’a Diantara Dua Khutbah
Didalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra, ia berkata: rasulullah saw ketika membicarakan tentang hari Jum’ah berkata: “Pada hari itu ada sa’at, tiada seorang muslim yang sedang shalat bertepatan pada sa’at itu, lalu meminta kepada Allah, melainkan dapat dipastikan Allah akan memberinya. Tetapi sa’at itu sangat singkat”. Sedangkan di hadits lain Imam Muslim meriwayatkan bahwa waktu itu adalah ketika imam / khotib istirahat sejenak diantara kedua khutbah jum’ahnya.
Kedua hadits diatas menunjukkan keutamaan atau kemakbulan do’a yang dilakukan oleh seseorang diantara dua khutbah jum’ah. Memang wktu ini singkat sekali jadi mungkin kita tidak dapat berpanjang-panjang dalam berdo’a. Do’a yang paling disukai Rasulullah saw pada sa’at yang singkat ini adalah do’a yang paling singkat tapi padat yakni: “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qinaa adzabannar” atau ada yang agak panjang sedikit yaitu do’a yang kita sering baca ketika duduk diantara dua sujud.
Mutiara Shubuh : Kamis, 13/04/00 (08 Muharram 1421H) Sifat-Sifat Orang Beriman
Dipenghujung Surah Al-Fath [48] Allah swt berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.
Demikianlah Allah swt menggambarkan sifat-sifat pengikut Rasulullah saw yakni orang yang beriman. Mereka sangat tegas sekali melawan atau memerangi orang kafir yang menentang (memerangi) mereka. Mereka rela berjihad mengerahkan harta bahkan nyawanya untuk menegakkan keyakinan (agama) yang dianut yakni Agama Allah. Walaupun begitu mereka sangatlah lemah lebut, berkasih sayang sesama mereka bahkan dengan orang kafir (yang tidak agresif) pun mereka selalu menjaga kesopanan dan keramahan mereka. Mereka sangat tekun beribadah yang dinyatakan sebagai ruku’ dan sujud hingga pada muka mereka berbekas tanda kepatuhan mereka. Secara fisik dapat diartikan bahwa orang yang rajin sujud akan terlihat bekas sujud dikening mereka dan jika kita tilik lebih dalam lagi makna hakikinya adalah mereka merefleksikan kepatuhan-kepatuhan mereka (beribadah) dalam kehidupan mereka sehari-hari baik secara vertikal dengan Sang Pencipta maupun horisontalistik kepada sesama manusia atau makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Dan hal ini tidak hanya dinyatakan dalam Al-Qur’an, tetapi juga disebutkan oleh Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelumnya yakni Taurat dan Injil.
Semoga kita menjadi pengikut Rasulullah Muhammad saw yang setia sehingga bekas sujud itu benar-benar membekas di wajah kita hingga Allah akan melimpahkan pahala atas amalan shaleh kita dan memberikan ampunan terhadap segala kekhilafan kita.
Mutiara Shubuh : Jum’at, 14/04/00 (09 Muharram 1421H) Pintu Taubat Selalu Terbuka
Allah itu Maha Pengampun, Maha Pemberi Taubat dan selalu membuka pintu taubatNya bagi hambanya yang bersungguh-sungguh untuk kembali kejalan Nya walaupun mereka sudah melampaui batas. Tetapi dengan syarat tidak kembali keluar batas itu kembali. Dan Allah akan memberikannya kepada orang yang dikehendakiNya. Simaklah firmanNya di Surat Az-Zumar [QS 39 : 53]: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Banyak sekali riwayat-riwayat yang menceritakan tentang seseorang yang bertaubat sungguh-sungguh dan akhir menjadi orang yang dekat sekali dengan Allah. Bahkan seseorang yang sudah terlanjur berjanjipun (walaupun bukan karenanya) Allah akan dengarkan dan Dia akan perlihatkan kekuasaannya hingga hambanya itu benar-benar takluk akan kekuasaanNya dan bertaubat. Seperti cerita dizaman Rasulullah tentang seorang pemabuk yang tidak pernah lepas dari botol minumannya dimanapun ia berada. Tetapi dia sangat takut dengan Umar bin Khattab ra yang sangat keras sekali adatnya terhadap orang yang bermaksiat termasuk pemabuk. Bila Umar ra bertemu dengan seseorang yang sedang mabuk maka tanpa ampun orang tersebut akan dihajar habis oleh Umar. Suatu ketika tanpa disangka oleh si pemabuk itu dia berpapasan dengan Umar ketika tengah membawa botol araknya. Ditengah ketakutannya tersebut ia berikrar kepada Allah bila arak yang didalam minumannya itu berubah menjadi cuka maka ia akan bertobat dari pemabuk. Tak pelak lagi Umar langsung mencengkram baju si pemabuk itu dan menanyakan apa yang ada didalam botol minumannya itu. Dengan menggigil ia menjawab bahwa didalam botolnya ini hanyalah cuka. Dan Umarpun merebut botol minumannya itu untuk memeriksanya. Pada saat itu Allah swt mengabulkan keinginan si pemabuk tersebut dan Umar hanya menemukan cuka didalam botol minuman tersebut, dan melepaskan si pemabuk tersebut. Hal ini membuat lega si pemabuk dan membuat dia insyaf dan tidak pernah meminum arak lagi dan dia menjadi seseorang yang selalu beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dostları ilə paylaş: |