ORKES
MADUN II
Atawa Umang-Umang
Karya Arifin C. Noer
Catatan:
Naskah ini diketik ulang dari buku kumpulan naskah drama Orkes Madun yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Firdaus bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation ISBN 979-541-119-5
Publikasi naskah ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang membutuhkannya.
Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar membeli buku terkait. Itu pun dalam upaya membantu pengarang dan keluarganya. Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada pada pengarangnya.
Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini, sebagai bukti pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang.
Terima kasih.
Lee Birkin
DRAMATIC PERSONAE
WASKA
BOROK
RANGGONG
BIGAYAH
DEBLENG
GUSTAV
JAPAR
BUANG
NABI-NABI
EMBAH
EMBAH PUTRI
SENIMAN/JONATHAN
TUKANG JAMU
TUKANG SEKOTENG
TUKANG KUE
TUKANG PIJAT
ANAK KECIL
JURU KUNCI
ANAKNYA
ENGKOS
DAJJAL
DAN LAIN-LAIN
BAGIAN PERTAMA
LONCENG DUA KALI
ROMBONGAN WASKA LEWAT
KOSONG
LONCENG DUA KALI
ROMBONGAN WASKA (MAKIN BANYAK) LEWAT
KOSONG
LONCENG DUA KALI
ROMBONGAN WASKA (MAKIN BANYAK LAGI) LEWAT
KOSONG
ROMBONGAN WASKA MAKIN BANYAK MUNCUL TAK EBRATURAN UNTUK KEMUDIAN MENYEBAR MENYELINAP MENJAUHI PENTAS. SIKAP MEREKA MENGESANKAN SEDANG MENGINTIP. KOSONG DENGAN BUNYI DETIK LONCENG.
LONCENG DUA BELAS KALI.
BERSAMAAN DENGAN ITU MUNCUL WASKA
SENAR MENANGGALKAN PERAN WASKA
SEMAR
Apakah yang sedang terjadi atau telah terjadi, para penonton? Atau sedang apakah aktor-aktor atau aktris-aktris tahadi? Mungkinkah mereka titik titik titik? Atau barangkali mereka titik titik titik? Jawabnya; mungkindan barangkali. Atau? Atau? Dan seterusnya masih banyak lagi deretan pertanyaan untuk adegan yang barusan tadi.
Nah, saya, Semar. Pemimpin rombongan sandiwara ini tanpa tedeng aling-aling ingin menjelaskan dan membuka segala sesuatunya apa adanya. Para penonton, percayahlah dan yakinlah bahwa mereka tadi sedang dalam perjalanan di pimpin oleh seorang penjahat besar, bernama Waska, yang kebetulah saya mainkan sendiri sekaligus menyutradari. Lantas, perjalanan kemanakah, para penonton? Jawabannya: tontonlah sandiwara ini.
ENGKOS (yang sedang mengintip)
Waska, kita sudah tujuh jam mengintip nonstop. Bagaimana seterusnya?
WASKA
Betul-betul anjing kurapan budak setan. Nggak sabaran. Mana bisa dia menjadi penjahat besar tanpa memiliki ketahanan menghadapi waktu.
SAMBIL MELUDAH, WASKA MENDEKATI ENGKOS YANG SEDANG MENGINTIP
WASKA
Tanya apa kamu?
ENGKOS
Tanya….
WASKA
Cuah!
SETELAH MELUDAHI, WASKA PUN BERANJAK DARI ANAK BUAHNYA ITU.
SEMAR
Yang maki-maki dan meludahi tadi, Waska. Bukan saya. Terus terang saya pribadi nggak suka pada Waska
ANAK KECIL
Oom Semar! Oom Semar! Nih, rokoknya, dan ini uang kembaliannya.
SAMBIL LALU SEMAR MENERIMA ROKOK DAN UANG ITU
SEMAR
nah, penonton. Dalam menonton ini sandiwara janganlah sekali-sekali ketawa, apalagi berlebihan, tapi saksikanlah dengan serius. Ikutilah lakon ini secara teliti. Tapi juga jangan sekali-sekali menduga-duga yang aneh-aneh atau ngaeng-ngaeng, karena sandiwara ini sama sekali bukanlah teka-teki, juga bukan batu akik. Nah, permisi sebentar, saya akan memainkan peran Waska lagi.
WASKA
Ranggong!
RANGGONG
Ranggong di sini, Waska, di becak nomor tiga belas
WASKA
Debleng!
DEBLENG
Di sini, Waska. Di balik tong sampah
WASKA
Gustav!
GUSTAV
Di bawah jembatan, Waska
WASKA
Borok!
BOROK
Gua di kuburan cina, Waska
WASKA
Japar!
JAPAR
Aku dalam bus kota, orang tua!
WASKA
Engkos!
ENGKOS
Engkos tadi sudah di ludahi, Waska
WASKA
Keluar sebentar, bajingan. Ke sini!
ENGKOS MENDEKATI WASKA DENGAN LANGKAHNYA JONGKOK ALA KRATON JAWA ATAWA SUNDA. DAN MELIHAT INI BUKAN MAIN MENYALA AMARAH WASKA
WASKA
Apa-apaan kamu!?
(Engkos terus ngesod)
Berdiri! Kamu bukan anjing, anjing!
(Engkos terus ngesod)
Betul-betul menjijikan! Berdiri, anjing!
(Engkos terus ngesod dan waska terus menghindar)
Berdiri, babi! Berdiri!
ENGKOS
Hormatku, Waska. Hormatku. Kagumku, Waska, kagumku. Setiaku, Waska, setiaku.
WASKA
Jadi betul-betul kamu anjing! Kamu robek-robek dirimu sendiri!?
ENGKOS
Waska, Waska, Waska….
WASKA
Kamu sendiri yang minta diludahi, Engkos.
Kamu sendiri yang minta dicambuk, Engkos
Kamu sendiri yang minta dirajam, Engkos
Kamu sendiri yang minta dibandem, Engkos
ENGKOS (Kasmaran)
Waska, Waska, Waska…..
SAMBIL MELUDAHKAN SEDERET KATA-KATA UMPATAN, WASKA MELEMPARI ENGKOS DENGAN BATU DAN APA SAJA YANG DIDAPAT. DAN ENGKOS MERASAKANNYA DENGAN NIKMAT SEKALI. EKSTASE! (BAJINGAN!)
ORANG-ORANG YANG TADI SEDANG MENGINTIP KINI JADI TERTARIK AKAN ADEGAN ITU DAN MUNCULLAH SEORANG DEMI SEORANG DAN MENDEKATLAH MEREKA SEORANG DEMI SEORANG, SELALU: YANG SATU MENIRU YANG LAIN. DAN SELANJUTNYA, ASYIKLAH MEREKA MENONTON, LALU SALAH SEORANG MENGAMBIL KENDANG DAN MENABUHNYA. LALU YANG LAINNYA MENGAMBIL KENDANG YANG LAIN DAN MENABUHNYA, YANG LAINNYA. YANG LAINNYA. BEGITULAH, SEHINGGA TERCIPTALAH SUATU ORKES PERKUSI DENGAN TONTONAN YANG SAMA SEKALI MENGINGATKAN SEEKOR ANJING YANG DIBANDEM TUANNYA LANTARAN ANJING ITU TELAH MEMAKAN BINATANG-BINATANG KESANYANGANNYA YANG LAIN.
TIDAK CUKUP SAMPAI DI SITU, ORANG-ORANG YANG TIDAK PUNYA KENDANG KINI IKUT MELEMPARI ANJING ITU DAN ANJING ITU SEMAKIN MERASA NIKMAT DENGAN PENDERITAANNYA DAN KESAKITANNYA.
MEREKA BARU BERHENTI KETIKA ENGKOS SUDAH ENGGAN BERKUTIK SAMA SEKALI, SEMUA SAMA KECAPEKAN. WASKA LUNGLAI MENYINGKIR JAUH DARI MEREKA DAN REBAH TERLENTANG. SELANJUTNYA ISTIRAHAT DAN ATUR NAPAS.
SETELAH BEBERAPA SAAT ISTIRAHAT, BEBERAPA ORANG MENGUBURKAN MAYAT ITU, DAN SALAH SEORANG WANITA MENANGISINYA….
DEBLENG
Betapa pun hina dinanya orang yang ada dalam kubur ini, Tuhan, namun terimalah dia. Barangkali ia hanyalah serbuk kayu, barangkali ia hanyalah arang, barangkali ia hanyalah daki, barangkali ia hanyalah karat pada besi tua, namun tak bisa di pungkiri ia adalah milikMu, mahlukMu, maka terimalah ia kembali dalam rahasiaMu.
Kejahatan yang telah dilakukan orang dalam kubur ini betul-betul kelewatan, Tuhan. Ia telah menghina dirinya habis-habisan. Sekali lagi, Tuhan, terimalah ia karena Engkau pun tahu kami tak bisa menyimpannya. Amien.
ANAK KECIL MENYODORKAN SEGELAS AIR PUTIH DAN DEBLENG MENERIMANYA DAN MENEGUKNYA TIGA KALI TEGUKAN
WASKA
Ranggong!
RANGGONG
Saya, Waska!?
WASKA
Sebentar lagi kumpulkan semua orang
RANGGONG
Di sini,Waska?
WASKA
Kalau mungkin dan kalau sempat, hubungi juga para sesepuh kita dan bawa ke sini. Para pelacur yang masih melayani tamu-tamunya biar menyusul belakangan, asal kamu beritahu juga. Lalu kalau kebetulan ketemu Borok, bilang padanya saya tidak sabar menunggu jamu yang dijanjikannya.
RANGGONG
Baik, Waska.
WASKA
Rasanya saya ahrus menceritakan rencana besar saya sekarang juga. Saya kira inilah malamnya. Hampir setengah abad saya nantikan malam serupa ini, angina serupa ini, ketetapan hati serupa ini. Tuhan, impian besar dan spektakuler itu telah mengganggu selera makanku, telah mengganggu tidurku, telah mengganggu selera syahwatku selama hampir setengah abad. Ranggong….
RANGGONG
Ya, Waska
WASKA
Kamu gagah laksana golok. Tapi kamu juga indah laksana fajar. Kamu memang golokku danb fajarku. Sudah berapa lama kamu menjadi perampok?
RANGGONG
Tepatnya lupa, Waska. Seingat saya selepas sekolah dasar saya sudah mulai mencuri kecil-kecilan dan sekarang umur saya lebih empat puluh tahun
WASKA
Pengalaman penjara?
RANGGONG
Tiga kali tiga tempat
WASKA
senior kamu, Ranggong. Dan itu artinya kamu bisa mengambil alih peran lebih besar dalam impian saya itu. Kawin?
RANGGONG
Tidak, Waska, seperti kamu juga.
WASKA
Sempurna. Kamu roang kedua setelah Borok. Persis seprti impian saya. Ya, ya. Kamu dan Borok seperti tangan kanan dan tangan kiri seperti busur dan anak panahnya, lengkap.
RANGGONG
Kalau boleh tahu, Waska.
WASKA
Yang pokok boleh. Detil nanti kalau semuanya sudah datang
(Sebentar ia menikmati rokoknya dulu)
Ranggong, sejak muda saya memimpikan memimpin suatu operasi besar secara simultan. Seluruh penjuru kota kita serang, kita rampok habis-habisan. Paling sedikit 130 bank yang ada, 400 pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan ribuan toko-toko dan warung-warung yang ada di kota ini, akan kita gedor secara serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas impian tua saya ini. Jumlah kita, anak-anak lapar dan dahagaa sudah menjadi rongga mulut raksasa yang juga akan mengancam keheningan langit. Kehadiran kita yang bersama ini akan menggetarkan para nabi dan malaikat.
SENYUM DAN PANDANGAN YANG MEMANCANGKAN IMPIAN PADA WAJAH RANGGONG SEOLAH MENYEBABKAN TUBUHNYA MEMBEKU UNTUK BEBERAPA SAAT.
WASKA
Kamu suka rencana itu?
RANGGONG
Suka sekali, Waska. Suka sekali. Sekarang bahkan saya sudah membayangkan bagaimana saya melaksanakan tugas-tugas saya.
(Sekarang justru waska yang membeku. sidekap. Tersenyum)
Kenapa, Waska?
(Ranggong merasa cemas sekali akan keadaan pemimpinnya)
kamu sakit, sakit lagi, Waska!?
SENYUM ITU SEMAKIN LEBAR, TAPI WASKA SEMAKIN MEMBEKU. BEBERAPA ORANG YANG LAIN MUNCUL MENDEKATI
DEBLENG
Waska
JAPAR
Waska
GUSTAV
Waska
JAPAR
Dulu ia pernah penyakitan begini, tapi nggak pake senyum kayaknya
DEBLENG LALU MENGGUNCANG-GUNCANGKAN TUBUH WASKA, TAPI WASKA TETAP TIDAK BEREAKSI SAMA SEKALI. MELIHAT KEADAAN TUANNYA YANG LUAR BISAA INI, SEGERA SAJA ORANG-ORANG SAMA MENGGUNCANG-GUNCANGKAN TUBUH WASKA. SEMUANYA DILIPUTI KECEMASAN
ORANG-ORANG
Waska, waska….
BETUL-BETUL WASKA KAYAK MAYAT-SENYUM SAJA. SAMA SEKALI NGGAK BEREAKSI, DIGUNCANG-GUNCANG, DITARIK SANA, DITARIK SINI, DIBARINGKAN, DIBERI MINUM DAN SETERUSNYA. SEMUA USAHA ALHASIL SIA-SIA
JAPAR
Lebih baik dia tidur dulu. Biar tenang. Barangkali jantungnya. Barangkali dia sedang menderita suatu jenis penyakit kekejangan yang baru
MAKA DIBARINGKANNYA ITU WASKA, DAN ORANG-ORANG CUMA MENGAMATINYA SAJA. TIBA-TIBA WASKA DUDUK TAPI TETAP MEMBEKU. DAN ORANG-ORANG PUN BERTAMBAH HERAN DAN GANJIL
DEBLENG
Saya kira dia siuman
GUSTAV
Napasnya lebih besar dari penyakitnya
JAPAR
Saya bilang biarkan ia tidur
RANGGONG
Saya takut dia mati
JAPAR
Kalau mati, kenapa?
RANGGONG
Siapa yang akan memimpin kita?
GUSTAV
Gampang itu. Kita berantem dulu, pilih yang paling jagoan
RANGGONG
Gampang. Kamu kira kamu mampu memimpin saya dan teman-teman semua?
GUSTAV
Biar saja, apa susahnya?
RANGGONG
Lalu yang melaksanakan rencana besarnya siapa? Kamu?
GUSTAV
Kamu kira siapa?
RANGGONG
Kamu tahu rencana besarnya?
GUSTAV
Nggak
RANGGONG
Tahu saja nggak, mana bisa mengerjakan rencana besar itu
JAPAR
Dia belum tidur juga
RANGGONG
Kalau sampai satu hari saja dia membeku seperti ini bisa gawat dunia
JAPAR
Kita paksa saja supaya matanya merem
KARENA ORANG-ORANG MENYETUJUI USULNYA, LALU JAPAR MENCOBA MENGATUPKAN KELOPAK MATA WASKA SUPAYA MEREM. TIBA-TIBA WASKA BANGKIT TERJAGA DAN WASKA MENYEMBURKAN LUDAHNYA PADA JAPAR SAMBIL MENGUMPAT. BEGITULAH SAMBIL MENYEMBUR, TAK LUPA WASKA MELUNCURKAN KATA-KATA MAKIAN DAN SEMUA ORANG PUN TANPA KECUALI KEBLINGSATAN MENINGGALKAN PENTAS.
SEMAR
Sebagian orang menganggap tokoh Waska itu sebagai lelaki atau jawara tua setengah sinting, eksentrik kayak seniman besar. Sebagian lagi menganggap penyakitnya itu sebagai guna-guna atau tenung yang dilontarkan orang atau musuhnya. Tapi sebagian lagi menganggapnya pada saat seperti itu ia sedang bercakap-cakap dengan ‘Yang Maha Kuasa’ mengingat kedudukannya nyaris sebagai nabi. Saya sendiri sebagai Semar yang memerankan tokoh itu Cuma menganggapnya sebagai tokoh yang sangat kocak yang sadar akan kekocakannya serta kekocakan lingkungannya. Nah, saya teruskan lagi. Sebentar.
SEBENTAR WASKA TENGOK KANAN KIRI LALU BARING LALU TIDUR LAGI MENDENGKUR. SESEORANG MUNCUL, TENGOK KANAN KIRI LALU BARING LALU TIDUR LALU MENDENGKUR. LAINNYA. LAINNYA. BEGITULAH AKHIRNYA TEMPAT YANG TIDAK BEGITU LUAS. TABUHLAH. BAWA BATU-BATU DAN PUKUL-PUKULKANLAH.
SEMAR
Lihatlah, betapa memedihkan keadaan gerombolan penjahat-penjahat itu ketika pemimpinnya hilang tak tentu rimbanya. Nampak jelas sekali mereka pun memerlukan seseorang yang bisa mereka mitoskan demi keseimbangan jiwa-jiwa mereka.
TIGA (Berseru)
Waska ada dalam gerbong
EMPAT (Berseru)
Waska sedang tidur dalam gerbang
LALU SEMUA ORANG SAMA-SAMA MASUK KE GERBONG TUA ITU. DAN SEMENTARA PENTAS KOSONG LEWATLAH SENIMAN YANG BERBARET BERSYAL ITU SAMBIL MENGGESEK BIOLANYA.
LALU SEORANG IBU MUNCUL
IBU SATU
Toto! Toto! Di mana kau, Toto? Pulanglah Toto
LALU IBU YANG LAIN MUNCUL
IBU DUA
Titi! Titi! Di mana kau, Titi? Pulanglah Titi
LALU IBU YANG LAIN MUNCUL
IBU TIGA
Somad, sudah malam, Somad. Pulang, Somad
LALU MUNCUL ANAK KECIL
ANAK KECIL (Sambil lari)
Bapak anjing! Ibu anjing! Gua gak mau pulang!
LALU SENIMAN LEWAT LAGI DENGAN GESEKAN BIOLANYA. LALU SATU-SATU KELUAR DARI GERBONG TUA ITU UNTUK SELANJUTNYA DUDUK ATAU BERDIRI ATAU BERBARING ATAU JONGKOK ATAU NAGKRING ATAU APALAH YANG PENTING SEMUA ORANG MEWARTAKAN KESEDIHAN. YA, KESEDIHAN DAN KECEMASAN SEDANG MELANDA MEREKA. PADA SEMUA WAJAH TERCACAR ‘HARI DEPAN YANG KABUR’ BAHKAN ‘HARI DEPAN YANG MENAWARKAN BENCANA’ BEGITULAH UNTUK BEBERAPA SAAT KEADAAN HENING BENING.
TIBA-TIBA JAPAR YANG KURUS-TINGGI-GEPENG MUNCUL SAMBIL MELANTANGKAN TANGISNYA YANG NGGAK KEPALANG TANGGUNG. SEMUA MUNCUL LAGI. DEBLENG YANG MERANGKULNYA SAMBIL MENANGIS SEHINGGA TERCIPTALAH DUET TANGIS.
JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memimpin kita?
DUET LAGI
DEBLENG
Dia pemimpin lebih dari pemimpin. Sedemikian besar kharismanya, sehingga wajah serta kulitnya yang hitam berkilat memancarkan cahaya terang benderang bagaikan wajah orang suci, wali-wali, wajah-wajah santun, bahkan laksana matahari.
DUET LAGI. YANG LAIN-LAIN CUMA MENGANGGUK-ANGGUK KETIKA PERCAKAPAN TADI SAMBIL MENAHAN TANGIS MENYIMPANNYA DALAM DADA
JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memarahi kita? Kalau dia mati siapa yang akan mencaci kita? Kalau dia mati, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan…
DUET LAGI
DEBLENG
Waska
JAPAR
Waska
SEMUA
Waska
RANGGONG
Tawakal, tawakal, seperti kata Waska sendiri
BOROK
Sabar, sabar, seperti kata Waska sendiri
GUSTAV
Tuhan Maha Kuasa. Dari tanah kembali tanah
EMPAT (Marah)
Jangan omong sembarangan, Gustav. Dia belum mati
GUSTAV
Maaf, Buang. Saya khilaf. Soalnya, kalian bersedih sedemikian rupa hingga kayaknya Waska sudah menjadi mayat
RANGGONG
Berhentilah menangis, berhentilah menangis
BUANG
Menangislah dalam batin kalau bisa. Lebih sopan dan lebih intelek dan lebih tinggi derajatnya.
TERISAK-ISAK. DUET TANGIS LAGI. KINI ORANG-ORANG SEMUA MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLANYA.
LALU MUNCUL ROMBONGAN PARA NABI. MEREKA TURUN DARI LANGIT DENGAN SEBUAH KENDARAAN ANGKASA YANG TERBUAT DARI BATANG POHON KELAPA. MENYAKSIKAN PADUAN TANGIS YANG SIMFONIK HAIBAT ITU. PARA NABI PUN TERHERAN-HERAN.
NABI
Ada apa, saudara?
TAK SEORANG PUN MENGHIRAUKAN
NABI
Ada apa, saudara?
GUSTAV(Berseru)
Hentikan sebentar tangismu, teman-teman, ada yang mau bicara!
ORANG-ORANG PUN BERHENTI MENANGIS
GUSTAV
Barangkali ada yang perlu dijelaskan, nabiku?
NABI
Kenapa kalian menangis dan tangis kalian sedemikian rupa sehingga kedengaran sampai di lapisan langit ketujuh
NABI
Malahan semesta raya hanya berisi tangis dan nestapa dengan tangis kalian
JAPAR
Kami menangis lantaran sedih
NABI
Kenapa sedih?
JAPAR
Kami sedih karena, karena…
DEBLENG
Karena Waska! (Lalu menangis)
JAPAR
Karena Waska! (Lalu menangis)
NABI
Kenapa Waska?
GUSTAV
Waska, pemimpin besar kami, pemimpin umat manusia, sedang menderita sakit. Bahkan pada detik-detik ini ia sedang dalam keadaan inkoma, sakaratulmaut
NABI
Kalian kelewatan, betul-betul kelewatan. Tuhan, am punilah mereka karena mereka menangisi Waska
DEBLENG/JAPAR
Ya, kami menangisi Waska
NABI
Waska, kalian tangisi?
NABI
Nggak masuk akal. Nggak masuk akal
NABI
Waska? Orang macam itu?
GUSTAV
Orang katamu? Dia lebih dari orang
RANGGONG
Orang katamu? Dia raja. Dia pembesar. Dia pembela. Dia penghibur. Dia juga adalah sebuah kendi air di suatu jalanan lengang di suatu desa yang tandus. Dan Tuhan pun tahu tangis kami adalah ucapan spontan terima kasih kami
NABI
Saudaraku,
RANGGONG
Pandanganmu ingin mengatakan bahwa Waska adalah tokoh jahat dan karenanya tidak patut ditangisi. Tuhan, apakah benar saya nggak boleh menangisi orang yang telah membantu banyak orang itu?
NABI
Tetapi…
BOROK
Nggak pakai tetapi! Kalau kalian merasa ganjil atau merasa tidak terlibat dalam peristiwa ini, lebih baik duduk saja menonton. Gustav!
GUSTAV
Saya, Borok
BOROK
Jamu mereka dan layani
GUSTAV
Akan saya layani, Borok
NABI
Kami tidak minum-minum minuman keras
BOROK
Saya tahu. Duduk saja. Kalian akan disuguhi wedang jahe dan bandrek
NABI-NABI DUDUK MENONTON DAN KALAU MAU BOLEH SAJA DUDUK DI KURSI-KURSI PENONTON
GUSTAV
Teman-teman, marilah kita teruskan tangis kita
SEMUA
Mari!
KEMBALI SEMUA MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLA. LALU SEORANG TUKANG SEKOTENG LEWAT
SEKOTENG
Ada apa, Buang?
BUANG
Waska sakit
SEKOTENG
Pak Waska, maksudmu?
BUANG
Ya, pak Waska
LALU MENANGISLAH PAK SEKOTENG SETELAH MENELANTARKAN SEKOTENGNYA
SATU
Nggak nengok dulu di gerbong?
SEKOTENG
Nggak usah. Cukup. Cukup. Saya bisa membayangkan
ANAK KECIL MUNCUL
BUANG
Mau kemana?
ANAK KECIL
Ya, ada apa? Ada apa? Kok orang-orang tua nangis?
BUANG
Waska sakit
ANAK KECIL
Babe maksud lu!?
BUANG
Ho-oh
ANAK KECIL
Ah, masak! Tadi gua masih beliin dia rokok
SATU
Masak! Naiklah ke gerbong dan tengok lagi ngapain dia
LALU ANAK KECIL ITU NAIK MASUK KE DALAM GERBONG. SEBENTAR KEMUDIAN IA MUNCUL LAGI SEPERTI YANG KENA SIMA
SATU
Diberi tahu mendebat. Anak sialan
BUANG
Kenapa kamu?
ANAK KECIL
Kok wajahnya jadi kecil!?
BUANG
Karena dia sakit
DAN MENANGISLAH ANAK KECIL ITU. DAN MUNCUL TUKANG JAMU DIIKUTI GADIS PENJAJA KUE
SI JAMU
Ada apa? Kok nangis semua?
BUANG
Waska sakit
SI JAMU
Pakde?
SI KUE
Aki?
BUANG MENGANGGUK
SI JAMU (Menangis bersama-sama)
Aduh….
DAN TANGIS PUN SEMAKIN RAMAI BAGAIKAN KONKURS
DEBLENG (Berseru)
Sebentar, teman-teman, sebentar. Marilah kita berhenti menangis sebentar
(Semua berhenti menangis, seniman memetik-metik senar biolanya)
Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan dulu sebelum kita menangis atau apa
SEMUA TERSEGUK
DEBLENG
Coba, kalau kita semua menangis siapa yang mengurusi Waska? Siapa yang melayaninya? Siapa yang memijat-mijat kakinya?
SI JAMU
Siapa yang manghapus keringat di wajahnya yang tua itu?
ANAK KECIL
Siapa yang menyuapinya?
DEBLENG
Coba camkan. Coba pikirkan
GUSTAV
Menurut pendapat saya pribadi dengan menangis, kita sudah melakukan segala-galanya
SENIMAN
Karena pada saat ini menangis hampir merupakan suatu atau salah satu bentuk ekspresi yang jarang digunakan atau kurang disukai orang, belakangan ini kita lebih senang menertawai daripada menangis. Barangkali karena kita terlalu jenuh menangis, terlalu jenuh menderita atau apalah dan kita lebih suka ketawa habis-habisan. Dan keadaan ini telah didukung secara mutlak dan merata di kalangan para seniman. Tetapi kita semua tahu bagi seniman, menangis memang suatu sikap yang kurang ‘agung’ kecuali apabila tangis itu disaring sedemikian rupa dan sebaliknya ketawa tanpa batas bagi mereka merupakan bentuk pernyataan perasaan yang lebih terhormat, lebih intelek. Dan kita memang sama tahu, seniman-seniman adalah golongan semau gue sementara mereka menganggap diri mereka adalah segala-galanya. Dan dalam beberapa hal – kalau mereka mau mengakui – sikap seniman-seniman ini pada hakekatnya nyaris suatu sikap kebangsawanan yang kenes dengan sedikit unsur kebuasan yang terselubung
GUSTAV
Demikianlah keadaan kita dan saya tidak mau meneruskannya dan saya tidak mau ikut arus yang penuh dengan sikap cemooh ini. Saya masih bisa menangis. Jadi, sekali lagi, bagi saya, baik sebagai manusia mau pun sebagai tukang jambret, saya menganggap dengan menangis saya telah melakukan segala-galanya
DEBLENG
Kamu juga pake segala-galanya kayak seniman
GUSTAV
Segala-galanya, segala-galanya
DEBLENG
Jadi kita cukup hanya menangis saja sambil membiarkan Waska pemimpin kita bertambah parah sakitnya? Kita cukup hanya menangis saja sementara Waska barangkali memerlukan layanan kita?
SI JAMU
Pakde… pakde….
BUANG
He, jangan menangis dulu. Kita baru saja mendiskusikan apakah kita boleh menangis, apakah tika boleh ketawa, apakah…
SI JAMU
Aku tidak peduli, Pakde….
DEBLENG
Saya ulangi kritik saya! Apakah cukup menangis saja sementara Waska barangkali memerlukan layanan kita?
Dostları ilə paylaş: |