Panduan Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta [mppp] 2014 Sinode gksbs pengantar



Yüklə 0,5 Mb.
səhifə2/9
tarix06.08.2018
ölçüsü0,5 Mb.
#67441
1   2   3   4   5   6   7   8   9

Bahan bacaan:

  1. Nats Pembimbing : Mazmur 51:3-15

  2. BA : Markus 1:12-15

  3. Persembahan : Mazmur 81:16-17


Pujian:

  1. PKJ 13:1-3.

  2. KJ 177:1-2.

  3. KJ 178:1,2,5.

  4. PKJ 239:1-3.

  5. PKJ 265:1-.

  6. KJ 185:1 [2x].

***


BAHAN SARESEHAN MPPP 2014
TEMA:

DIPULIHKAN UNTUK MEMULIHKAN”


Subtema:

Meneladan Kristus Dalam Menghadirkan Damai Sejahtera Allah.’


Pengantar.

Kalau pada bahan sarasehan MPPP tahun 2013 kita telah memahami bahwa Allah telah mendamaikan dan memulihkan manusia sebagai citra Allah dalam keluarga, gereja, masyarakat dan alam sekitar. Setelah dipulihkan manusia diutus untuk memulihkan. Salah satu caranya adalah dengan meneladan Kristus dalam menghadirkan damai sejahtera Allah.

Dan melalui Tema Natal bersama PGI-KWI tahun 2013 kita telah memahami bahwa Raja damai sudah datang. Ia sudah mendamaikan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya dan dengan sesama ciptaan lainnya, melalui penebusan dari dosa dan kematian. Allah menuntut setiap orang yang telah didamaikan oleh raja damai itu untuk menjadi pembawa damai kapanpun dan dimanapun kita berada.

Maka Kini di tahun 2014, adalah saat yang tepat bagi kita untuk mewujudkan panggilan sebagai pembawa damai tersebut.


Teladan Kristus.

Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. [Roma 3:25] Yesus telah memberikan teladan kepada kita bagaimana Ia mendamaikan manusia. Ia rela mengorbankan segalanya untuk mendamaikan manusia, waktu, tenaga, pikiran dan perasaanNya, bahkan nyawanya sendiri. Ia tidak ‘pilih kasih’ atau ‘pandang bulu’ melainkan melainkan mendamaikan semua orang tanpa memandang latar belakang orang tersebut. Dengan puitis Rasul Paulus menulis: “ . . . yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”. [Filipi 2:6-8]

Salah satu sebutan Yesus adalah “Raja Damai [Prince of Peace]” dalam bahasa Ibrani adalah “Shar Shalom”, yang berarti “seseorang yang menghapus segala unsur yang mengganggu kedamaian; dan seseorang yang mengukuhkan kedamaian”. Semua pemerintahan yang ada di dunia, kekuasaannya sering bergantung pada kekerasan, perang dan pertumbahan darah. Tetapi, kekuasaan Kristus didasarkan pada pengorban darahNya sendiri serta berdasarkan keadilan dan kebenaran. Dalam Kristus damai sejahtera sudah datang [Lukas 1:79; 2:14]. Pertama-tama, melalui kematianNya, Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah [Roma 5:1; Efesus 2:16-18; 2 Korintus 5:18-21]. Inilah kebutuhan yang utama dan mendasar dari manusia berdosa, yaitu damai sejahtera dengan Allah. Selanjutnya, Kristus memberikan damai sejahtera dihati orang-orang yang percaya kepadaNya. Damai sejahtera yang diberikan bersifat kekal, tidak dapat dirampas dan tidak dipengaruhi oleh situasi apapun yang datang dari luar [Matius 11:28-30; Yohanes 14:27; Filipi 4:7]. Lebih luas lagi, akibat damai sejahtera ini, manusia bisa hidup damai satu dengan yang lainnya [Roma 12:18]. Karena itu, damai sejahtera itu harus aktif, dikembangkan dan dibagikan pada sesama [Efesus 4:3; Ibrani 12:14].

Ringkasnya, Kristus Sang Raja Damai tidak hanya membawa damai sejahtera, tetapi juga mengaruniakan damai sejahtera itu kepada kita yang percaya kepadaNya [Markus 5:34; Lukas 7:50; Yohanes 14:27; 20:19,21,26]. Selanjutnya kita adalah agen pembawa damai sejahtera di dunia ini [Lukas 10:5; Kisah Rasul 10:36]. Kita dituntut untuk menghilangkan segala kedengkian, amarah, dan dendam dari rumah tangga maupun gereja kita dan mengubahnya menjadi persekutuan kasih, sukacita dan damai [Efesus 4:3-6]. Kita tidak hanya berusaha menjauhkan perselisihan, pertengkaran ataupun pertentangan, tetapi juga perlu hidup selaras dan harmonis sebagai sesama anggota tubuh Kristus [Roma 14:19; 1 Korintus 14:33]. Kedamaian yang memancar dari persekutuan damai dampaknya pastilah tak terhingga, lebih lagi, kita dikenali sebagai anak-anak Allah apabila kita membawa damai dimanapun kita berada. Kristus berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” [Matius 5:9].


Menghadirkan damai sejahtera Allah

Allah yang telah mendamaikan manusia juga mengutus kita untuk menghadirkan damai sejahtera Allah di dalam dunia. Sebagaimana ditulis Rasul Paulus: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”. [Roma 5:1] Juga dalam tulisan Yohanes: “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.[Yohanes 13:15]. Kini giliran kita untuk meneruskan karya pendamaian Yesus itu dengan berusaha menghadirkan damai sejahtera Allah di dunia.

Mengutip isi pesan Natal PGI-KWI 2013 yang mendorong gereja-gereja dan seluruh umat kristiani di Indonesia [termasuk anggota jemaat GKSBS] untuk tidak jemu-jemu menjadi agen-agen pembawa damai dimanapun berada dan berkarya. Hal itu dapat kita wujudkan antara lain dengan:


    1. Terus mendukung upaya-upaya penegakan keadilan, baik dilingkungan kita maupun dalam lingkup yang lebih luas. Hendaklah kita menjadi pribadi-pribadi yang adil dan bertanggungjawab baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, gereja, masyarakat, dan dimanapun Allah mempercayakan diri kita berkarya. Penegakan keadilan niscaya diikuti oleh sikap berintegritas, disiplin, jujur dan cinta damai.

    2. Terus member perhatian serius terhadap upaya-upaya pemeliharaan, pelestarian dan pemulihan lingkungan. Mulailah dari sikap diri yang peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam disekitar kita. Penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan semangat pelestarian lingkungan. Dengan demikian kita juga berperan dalam memberikan keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan dan generasi penerus kita.

    3. Semangat cinta damai dan hidup rukun menjadi dasar yang kokoh dan modal yang sangat penting untuk menghadapi pemilu legislative maupun pemilu Presiden-wakil presiden tahun 2014.

Menindaklanjuti teladan Yesus dan pesan Natal PGI-KWI, melalui ssarasehan ini, mari kita curah pendapat/urun rembuk mengenai hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menghadirkan damai sejahtera Allah didalam keluarga, gereja, masyarakat, bandsa dan Negara sesuai dengan konteks kita masing-masing.
Penutup

Mengakhiri sarasehan ini mari kita mengingat siapa Yesus yang harus kita teladan dan yang memerintahkan kita untuk menghadirkan damai sejahtera sejahtera Allah didalam keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan Negara. Dia adalah pribadi yang telah menerima segala kuasa baik disorga maupun dibumi dan Dia akan menyertai kita senantiasa sampai pada akhir zaman, Selamat merayakan Paskah dan Pentakosta, selamat menghadirkan damai sejahtera Allah, demi kemuliaan Allah Tritunggal. [Ath].

***

RABU ABU
Dalam tradisi barat [termasuk Katolik Roma dan Protestanisme], Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra-Paskah. Ini terjadi pada hari Rabu, 40 hari sebelum Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu atau 44 hari [termasuk Minggu] sebelum hari Jumat Agung. Pada hari itu umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual bangsa Israel yang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan [misalnya seperti dalam Kitab Ester 4:1, 3]. Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu": "Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan." Biasanya pemberian tanda tersebut disertai dengan ucapan, "Bertobatlah dan percayalah pada Injil."

Pada hari ini Rabu Abu anggota jemaat dewasa [yang berusia diatas 17 tahun] diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang. Gereja-gereja mengembangkan tradisi puasa ini, mulai dari hari Rabu abu sampai pada hari Sabtu sebelum paskah selama 40 hari, tidak termasuk hari minggu. Khusus Untuk GKSBS, bentuk puasa yang dipilih mengikuti keputusan Majelis Pekerja Sinode GKSBS dalam Rapat VIII [Reguler] MPS GKSBS, 3-5 Pebruari 2004, sebagaimana tercantum dalam panduan Aktivitas MPPP tahun 2014.




Bahan Khotbah Rabu Abu, 05 Maret 2014

Warna Liturgi: Ungu

Bacaan: Matius 6:1-6; 16-18

Tujuan: Jemaat berpuasa dengan kemurnian hati

BERPUASA DENGAN MURNI HATI

Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,

Sebagaimana tahun yang lalu, kita jemaaat-jemaat GKSBS melaksanakan kegiatan Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta. Berpuasa menjadi pilihan dan tekad kita untuk kita laksanakan sebagai salah satu kegiatan MPPP. Kita akan memulai sejak hari Rabu 5 Maret ini sebagai Rabu Abu. Kata abu menunjuk pada simbol untuk menjalani masa berkabung; penyesalan atau pertobatan, merendahkan diri di hadapan Allah. Sebagai contoh ialah perkabungan orang-orang Niniwe, mereka berpuasa, mengenakan kain kabung dan duduk di atas abu setelah mendengar pemberitaan nabi Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan oleh TUHAN. [Yunus 3:1-8]; demikian juga dilakukan Mordekhai dan bangsa Israel yang tinggal di wilayah kerajaan Ahasweros ketika Haman hendak membinasakan seluruh bangsa Israel. [Ester 4:1-3]. Ayub juga berkabung menyesal di hadapan Allah dan duduk di atas abu. [Ayub 42:6]. Ini berarti bahwa kita menyambut Paskah dengan berpuasa yang maknanya merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,

Tradisi saudara-saudara kita gereja Katolik menyambut Paskah dengan berpuasa dan menorehkan tanda salib di dahi mereka dengan abu yang dibuat dari daun palem untuk menunjukkan penyesalan dan pertobatan. Bagaimana dengan kita? Gereja kita tidak melakukan tradisi penorehan abu di dahi, namun tetap menjalani puasa dalam menyambut Paskah. Dengan itu kita pun juga merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah. Berpuasa dalam arti solider dengan sesama yang lemah, yang miskin dan yang menderita adalah intisari atau makna penyesalan dan pertobatan dari puasa kita. Oleh karena itu maka kita melakukan aksi puasa paskah dengan mengumpulkan persembahan khusus untuk diakonia.

Dalam hal ini firman Tuhan melalui sabda Yesus mengingatkan kita bagaimana seharusnya menjalani puasa. Inti nasihat-Nya ialah agar para murid-Nya menjalani kewajiban agama dengan menghindari kemunafikan. Munafik arti aslinya adalah memakai topeng; wajah yang asli ditutupi. Jadi antara yang lahiriah tidak sama dengan yang batin. Orang-orang yang munafik dalam bersedekah,

berdoa, berpuasa suka memamerkannya di hadapan umum dengan tujuan memperoleh pujian. Tuhan Yesus menunjuk para ahli-ahli Taurat dan para Farisi sebagai orang-orang munafik. Dia mengecam keras kemunafikan mereka [Mat.23]. Lebih jauh Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai pelaku kejahatan dan akan dihukum berat [Mat.23:13-15]. Menjalankan kewajiban agama dengan maksud menerima pujian manusia mudah memperolehnya, tetapi tidak memperoleh upah dari Allah Bapa. Tuhan Allah tidak memberikan upah orang yang menjalankan puasa dengan kemunafikan. Allah hanya memberi upah kepada yang melakukannya dengan murni hati; tanpa pamrih, tidak untuk kehormatan diri sendiri tetapi hanya untuk bersyukur kepada-Nya.


Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,

Mulai hari ini kita menyambut Paskah dengan berpuasa. Sebagaimana tahun-tahun lalu kita menjalani puasa baik dengan berpantang, mengurangi makan, mengurangi minum, mengurangi merokok, mengurangi jajan dll. dan mengumpulkan persembahan khusus. Dengan mengingat dan merenungkan sabda Tuhan Yesus Kristus marilah kita melaksanakan kegiatan Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta dengan hati yang murni/tulus; tidak munafik, tidak untuk pamer, tidak untuk mencari pujian manusia tetapi sebagai ucapan syukur atas kasih karunia-Nya dengan pengorbanan Tuhan Yesus bagi keselamatan dunia.

Merendahkan diri, terbuka di hadapan Tuhan Allah hendaknya menjadi makna dari puasa kita. Karena itu dengan puasa Paskah kita berproses menjadi manusia yang rendah hati dan jujur dan suka berbagi kepada sesama yang menderita. Marilah menjalani puasa Paskah dengan menghindari kemunafikan. Tidak munafik atau tulus hati hendaklah menjadi roh dan jiwa praktik hidup kita.

Dengan demikian, kegiatan puasa Paskah tidak hanya sebagai kegiatan rutinitas tiap tahun, yang kemudian kita lupakan, melainkan membuahkan pembaharuan hidup yang bermartabat dan menjadi berkat. Kiranya dengan ibadah Rabu Abu ini membimbing kita menjadi insan kristen yang menjauhi kemunafikan. Hendaklah ketulusan kita terapkan mulai dalam keluarga, dalam bergereja sehingga dapat berdampak baik dalam menjalankan tugas panggilan kita untuk sesama dan alam sekitar kita. Amin! [SR]


Liturgi:


  • Pembimbing : Matius 15:7-9

  • Hukum kasih : Matius 22:37-40

  • Berita anugrah : 1 Yoh.1:8-9

  • Persembahan : 2 Kor.9: 7-8




  1. Ny. Persiapan : PKJ.8:1-3

  2. Pujian : PKJ. 35 [dinyanyikan 3 kali]

  3. Penyesalan : KJ. 28:1-2

  4. Peneguhan : KJ. 387:1-2

  5. Sambut sabda : KJ.50a:1 dan 6

  6. Responsoria : PKJ. 264:1-3

  7. Persembahan : KJ. 450:1 dst.

  8. Ny. Penutup : KJ.402:1-3

***


Bahan Kotbah Minggu Pra-Paskah I; 09 Maret 2014

Warna Liturgi Ungu

Bacaan: Kejadian 2: 7–9; 3: 1–7; Matius 4: 1-11

Tujuan: Jemaat waspada terhadap segala jerat pikat, godaan Iblis serta dapat mengatasinya.

LAWANLAH GODAAN IBLIS!
Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Pada hari Minggu ini, kita memasuki Minggu Pra Paskah 1 dalam masa perayaan Paskah dan Pentakosta tahun 2014. Dalam Minggu Pra Paskah 1 ini kita semua menghayati tentang keberdosaan umat manusia, dampak dosa bagi kehidupan serta kebutuhan akan pengampunan dosa dan keselamatan.


Jika kita runut kembali dalam pasal 1 – 3 kitab Kejadian, kita dapat memahami bahwa Tuhan Allah telah menciptakan dunia dan alam semesta melalui kuasa firmanNya dengan sungguh amat baik. Demikianpun manusia sebagai mahkota ciptaan begitu mulia keberadaannya sebab mereka diciptakan dan dibentuk dari debu oleh Allah sesuai dengan gambarNya sendiri. Namun, kemuliaan dan kesegambaran Allah dalam diri manusia itu menjadi rusak karena manusia tergoda untuk menjadi sama dengan Allah. Manusia jatuh ke dalam dosa dan dikuasai dosa, kehilangan kemuliaan Allah sebab terpisah dari Allah karena dosa.
Jemaat yang terkasih,

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada seorang pun diantara kita yang tidak pernah mengalami tergoda atau digoda oleh sesuatu, atau pun untuk melakukan sesuatu yang akhirnya membuat kita menyimpang dari tujuan awal atas segala sesuatu yang kita lakukan. Godaan biasanya merupakan sesuatu hal yang lebih menarik, lebih memikat hati sehingga orang memilih keluar dari jalur keberadaannya yang semula untuk berpaling kepada hal yang lain. Begitu seriusnya ancaman godaan yang akan membinasakan dan menenggelamkan tujuan mulia hidup manusia sesuai maksud Allah ketika menciptakannya. Sehingga, dalam isi “doa Bapa Kami” Tuhan Yesus mengajarkan:” Janganlah Engkau membawa kami kepada pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.”


Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

Kitab Kejadian 3: 1–7 menceritakan manusia [Hawa] digoda oleh Iblis dalam wujud ular dengan tiga cara:

1] “… tentulah Tuhan berfirman : semua pohon di taman ini jangan kamu makan buahnya ?” dengan sebuah pertanyaan yang isinya memutarbalikkan firman Tuhan tetapi maksudnya adalah mendorong manusia untuk mengotak-atik dan menafsirkan firman Tuhan sesuai keinginan dan kepentingannya sendiri. Selanjutnya, manusia cenderung menjadi penguasa atas firman Tuhan dan bukan pendengar dan pelaku firman.

2] “… sekali-kali kamu tidak akan mati…” Setelah berhasil membuat manusia merasa menjadi tuan atas firman Tuhan, kini Iblis menawarkan suatu penafsiran atas firman Tuhan itu yang intinya adalah : Tuhan itu pembohong; firmanNya jangan dipegang; lakukan apa yang Tuhan larang dan jangan lakukan apa yang Dia perintahkan

3] “… manusia itu melihat buah itu sungguh menarik…” pada tahap terakhir ular bertindak seolah menghargai kebebasan manusia dengan diam dan membiarkan manusia untuk memilih; padahal sudah sejak awal Iblis mempengaruhi sehingga manusia tergoda untuk meragukan kebenaran Firman Allah. Ketertarikan manusia untuk menentukan pilihannya sudah tidak lagi pada Allah yang berfirman dan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, tetapi lebih kepada keinginan dan matanya yang melihat buah itu sungguh menarik dan enak kelihatannya. Lagi pula jika dimakan mendatangkan pengetahuan.
Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan,

Satu hal yang seharusnya kita akui tentang iblis, yaitu bahwa ternyata iblis lebih cerdas daripada manusia. Dimana letak kecerdasan iblis dibandingkan manusia? Setidaknya, ada tiga hal, yaitu:


1. Iblis Punya Tujuan, sedangkan manusia sering tidak tahu tujuan hidupnya.

Iblis punya tujuan dalam hidupnya, dan ia memegang teguh komitmen untuk melaksanakan tujuannya itu. Ia konsisten dalam setiap tindakannya, demi mewujudkan tujuan hidupnya. Apa tujuan hidup iblis? Yaitu membujuk manusia agar melepaskan diri dari Allah. Iblis ingin agar manusia semakin jauh dari Allah.

Berbeda dengan manusia; Kita seringkali tidak tahu, apa tujuan hidup kita. Akhirnya, kita hidup seenaknya. Biarkan mengalir, tanpa tahu mau dibawa ke mana mengikuti arus.

Tujuan hidup manusia, apa pun pekerjaan, panggilan hidup, latar belakangnya, sebenarnya semua mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu memelihara persatuan dengan yang Illahi dan pada akhirnya kembali kepada Allah. Maka dari itu, kita mengenal banyak sekali agama dan kepercayaan, yang semuanya mau mengantar orang untuk sampai dengan selamat pada tujuan akhir hidupnya itu. Coba, bapak ibu dan saudara-saudara berapa orang dari antara kita yang menyadari memiliki tujuan hidup? mungkin tidak banyak. Makanya, setan sering menang!


2. Iblis tahu situasi yang tepat, sedangkan manusia seringkali tidak peka pada situasi

disekitarnya.

Kita bisa melihat hal ini dari pengalaman Adam-Hawa. Menurut kisah dalam Alkitab, Adam dan Hawa ditempatkan di taman Eden setelah mereka diciptakan. Di sana, mereka tak kekurangan suatu apa pun. Tetapi ketika Iblis menggoda, manusia tak pernah merasa cukup. Keinginan untuk selalu mendapat lebih ini dimanfaatkan oleh Iblis. Iblis masuk pada saat yang tepat. Hawa terbuai oleh bujukannya.

Lain dengan pengalaman Yesus. Setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, Yesus mengalami lapar dan badannya pasti lemas. Tempatnya di padang gurun lagi. Jauh dari air. Jauh dari makanan. Dalam kelemahan yang seperti ini iblis masuk dengan cerdiknya. Yesus waspada dan tak terbujuk godaan iblis.

Bagaimana dengan manusia? Manusia seringkali tidak peka akan situasi hidupnya, akan situasi sekitarnya. Manusia tidak peka bahwa saudara-saudarinya, sesamanya di sekitarnya sedang butuh uluran tangannya, sehingga acuh tak acuh terhadap kesulitan dan penderitaan sesamanya.

Iblis tahu waktu yang tepat, sedangkan manusia seringkali tidak punya manajemen waktu yang baik. Tidak tahu kapan harus bekerja, kapan harus berkumpul bersama keluarga, kapan harus berdoa. Ada yang bekerja sampai lupa waktu, sehingga tak pernah berdoa. Ada yang saleh tetapi salah sebab terjebak pada rutinitas ritual, berdoa terus-menerus sampai lupa pada keluarga.
3. Iblis tahu kelemahan manusia, sedangkan manusia sering tidak mengetahui kelemahannya

sendiri; apalagi kelemahan Iblis.

Iblis tahu betul kelemahan manusia, sehingga mereka dapat dengan mudah mencapai tujuannya. Iblis tahu betul apa yang menjadi kelemahan manusia, yaitu tiga hal yang digodakannya pada Yesus setelah Yesus berpuasa.



Yang pertama adalah urusan perut. Kebutuhan badani yang satu itu sering membuat manusia justru jauh dari Tuhan. Manusia ingin memuaskan perutnya hingga lupa pada hal lain termasuk Tuhan. Di sisi lain, ketika perut kita lapar, tak jarang pikiran kita menjadi kotor. Otak kita sesat. Dan keinginan mencuri, menipu, dan bahkan mengumpat Tuhan karena merasa diberi rejeki sedikit mulai timbul. Ingat, dosa keserakahan berawal dari perut. Banyak orang mati karena berebut makanan. Dan banyak orang mematikan yang lain juga karena makanan.

Yang kedua, manusia sering disilaukan oleh kepopuleran. Akibatnya, demi popularitas, orang mencari kesaktian, mengejar hal-hal yang membuatnya terkenal. Bahkan lebih parah lagi, manusia mau menjadi seperti Tuhan. Itulah yang dialami Adam dan Hawa ketika mereka tergoda oleh iblis untuk makan buah pohon terlarang.

Yang ketiga, manusia punya kecenderungan untuk berkuasa. Dan bila sudah berkuasa, biasanya menindas sesamanya. Banyak orang lupa bahwa kekuasaan itu sifatnya hanya sementara. Dan kekuasaan itu seharusnya untuk menyejahterakan orang lain. Akhirnya mentang-mentang berkuasa, lalu menindas sini menindas sana dan menjadikan hidup sesamanya semakin sulit.
Jemaat yang terkasih, sekarang, kira-kira apa kelemahan iblis?

Barangkali ada kata-kata bijak yang dikirim melalui sms oleh seorang teman ini bisa menjadi jawabannya:Saat anda membawa Kitab Suci setan biasa-biasa saja. Saat anda mulai membukanya, setan mulai curiga. Saat anda membacanya setan mulai gelisah. Saat anda mulai memahaminya setan mulai kejang-kejang. Ketika anda mulai menjalankannya dan berdoa setan stroke.

Itulah kelemahan Iblis. Dan Yesus sudah membuktikannya. Jawaban Yesus atas tantangan dan godaan iblis membuat setan akhirnya pergi meninggalkan Dia. Tapi yang lebih penting, Yesus mengatakan itu bukan hanya sekedar dengan kata-kata, tetapi melalui hidupnya yang senantiasa melakukan kehendak Allah. Hawa jatuh ke dalam dosa dan godaan karena tidak taat pada perintah/firman Allah.
Sekarang saatnya kita membuat keputusan, apakah kita mau dikalahkan oleh iblis, ataukah kita mau menang atasnya?
Kalau kita mau menang, mari kita jadikan diri kita lebih cerdas dari iblis.


  • Kita arahkan hidup kita pada tujuan yang satu, yaitu Tuhan sendiri. Apapun pekerjaan kita, panggilan hidup kita, lakukan semua itu demi nama Tuhan, demi mencapai persatuan dengan-Nya. Maka, laksanakan tugas kita dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab.

  • Jadilah orang yang peka akan situasi, giat dalam melakukan pelayanan kasih kepada sesama dengan penuh ketulusan hati.

  • Jadikan Sabda Allah dalam Kitab Suci sebagai pegangan dan tuntunan dalam hidup kita.

Tuhan memberkati!!! Amin. [HS]
Liturgy:

Nats pembimbing : I Korintus 15: 47 – 49

Berita Anugerah : Mazmur 51: 9 – 15

Persembahan : Mazmur 51: 18 – 19


Daftar lagu:

KJ. 454: 1, 2 PKJ. 168: 1 – 3

KJ. 13: 1 – 3 PKJ. 79: 1 – 2

KJ. 436: 1 – 3 PKJ. 128: 1 – 3

KJ. 417: 1, 2, 4 PKJ. 285: 1 X

KJ. 450: 1 – dst PKJ. 153: 1 - 3

KJ. 341: 1 – 2 PKJ. 230: 1 – 2

Bahan Renungan Pra-Paskah I; 10 – 15 Maret 2014


Yüklə 0,5 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin