***
Bahan Renungan Minggu Paskah III; 05-10 Mei 2014
Bacaan: 1 Petrus 1:17-21.
HIDUP DALAM KEKUDUSAN
Sebagai umat yang percaya kepada penebusan Tuhan Yesus di kayu salib, kita harus selalu taat dan hidup dalam kekudusan yang telah diberikan kepada kita. Dengan hidup dalam kekudusan merupakan hal yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita. Karena hal ini bentuk syukur kita atas segala hal yang telah dikerjakan Tuhan Yesus di kayu salib untuk keselamatan manusia yang percaya.
Untuk hidup dalam kekudusan tidaklah mudah, karena ada musuh orang percaya, yaitu iblis yang akan selalu menggoda kita agar kita tidak hidup dalam kekudusan. Iblis merupakan musuh yang sangat licik dan kejam dari pada dunia, sebab dunia di bawah kuasanya [1 Yoh. 5:19]. Biasanya iblis akan memukul kita pada bagian yang paling mudah diserang yaitu masa lalu kita yang penuh dosa. Dia sangat mengenal kehidupan kita pada masa lalu. Dan seperti seekor anjing dengan tulang yang ditanam, ia terus menerus menggali keluar dosa-dosa kita. Memang iblis tidak akan dapat merusak keselamatan yang telah diberikan Yesus kepada kita orang beriman, namun ia selalu menjadi pengganggu kita agar tidak berada kekudusan di dunia ini.
Jika iblis berhasil membuat kita kebingungan, sampai kita menjadi gelisah dan frustasi, maka ia akan berhasil mengurangi kesetiaan kita kepada Tuhan. Untuk menghadapi perlawanan iblis yang demikian itu hanyalah dengan “darah Anak domba dan kesaksian tentang ketepatgunaan dari darah yang tertumpah itu” [Wahyu 12:11]. Artinya: karena pengampunan atas dosa kita terletak mendasar pada apa yang dilakukan Kristus di Golgota, maka untuk melawan iblis tergantung pada jawaban atas pertanyaan: apakah kita percaya akan kesaksian Allah Bapa mengenai kematian Anak-Nya di Golgota merupakan korban penebusan dosa kita yang sempurna? Tentu saja yang dimaksud dengan “percaya” di atas bukan sekedar mengerti atau memahami melainkan dengan sungguh-sungguh memegangi korban Kristus untuk menjalani kehidupan kita ditengah-tengah situasi jaman yang sulit ini, supaya kita tetap tabah, tidak jatuh dalam penaklukan Iblis dan tetap berada dalam kekudusan sebagai anak-anak yang taat. Di dunia ini banyak sekali hal yang membuat kita tidak bisa menjadi anak-anak Allah yang selalu hidup dalam kekudusan.
Dalam lingkungan kerjaan kita, kita diperhadapkan dengan perilaku yang sering kali melenceng dalam kebenaran, korupsi merupakan salah satu contoh yang sering dilakukan dalam semua instansi. Dalam pergaulan pemuda, diperhadapkan dengan banyaknya pergaulan bebas yang melahirkan pemuda yang tidak sedikit sudah terjerumus dalam seks bebas. Hal-hal seperti itu jika tidak diwaspadai, maka umat kristen akan tidak mampu menjaga lagi kekudusan yang telah diberikan Allah di dalam pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib.
Disisi lain, kita juga harus selalu yakin dan percaya, bahwa Allah di dalam Kristus yang telah mati dan bangkit akan selalu memberi kasih-Nya kepada setiap orang yang selalu percaya dan berserah kepada-Nya, dengan kekuatan untuk dapat menghadapi berbagai godaan iblis. Sehingga, betapa besar dan sering iblis menggoda, tapi kita akan diberi kekuatan untuk menghadapinya melalui Dia yang telah bangkit, sehingga iman dan pengharapan kita tertuju kepada Allah saja. Amin
Liturgi:
-
Nyanyian KJ 18
-
Doa Pembuka
-
NyanyianKj 50
-
Pembacaan firman dan Renungan
-
Nyanyian PKJ 280
-
Doa syafaat dan penutup.
Khotbah Minggu Paskah IV; Tanggal 11 Mei 2014
Warna Liturgi: Putih
Bacaan: Yohanes 10:1-10
Tujuan: Jemaat Percaya Dan Meneladan Tuhan Yesus Agar Hidup Berkelimpahan.
PINTU YANG MEMBERI HIDUP BERKELIMPAHAN
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,
Untuk menyampaikan pengajaran tentang identitasnya, yaitu siapa Dia dan apa tugas-Nya Tuhan Yesus menggunakan beberapa perumpamaaan antara lain: : "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."[Yoh.8:12] "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku [Yoh.14:6]. Gembala yang baik [Yoh.10:11]. Sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu [Yoh.10:7]. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. [Yoh. 10:9], Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya [Yoh.10:11]. Dalam ibadah ini kita akan merenungkan tentang Yesus sebagai pintu.
Tuhan Yesus menyebut diri-Nya sebagai Pintu. Ia adalah pintu ke domba-domba; maksudnya ialah pintu kandang domba. Di Israel pada waktu itu, kandang domba adalah tembok keliling tanpa atap dengan satu pintu. Orang bisa masuk ke kandang domba dengan dua cara. Yang lazim adalah melalui pintu. Itulah yang dilakukan gembala domba. Yang tidak biasa dengan memanjat tembok; itulah yang dilakukan pencuri atau perampok.
Tuhan Yesus menyebut orang-orang yang datang sebelum Dia adalah pencuri dan perampok; siapakah yang Dia maksudkan? Mereka adalah para pemimpin Israel yang datang dengan kemauan sendiri tanpa wibawa dari Tuhan Allah. Mereka adalah pemimpin-pemimpin yang tidak menyejahterakan rakyat. Mereka hanya mencari kehormatan, kekuasaan untuk dirinya sendiri, karena itu kedatangan mereka hanya menyengsarakan rakyat.
Tuhan Yesus adalah pintu kepada para domba. Barang siapa masuk dan keluar melalui pintu itu maka akan selamat dan menemukan padang rumput. Domba-domba yang menemukan padang rumput berarti mendapat makanan yang cukup bahkan berlimpah yang membuat hidupnya tidak kekurangan malah berkelimpahan. Itulah tujuan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia; untuk memberikan keselamatan atau hidup yang berkelimpahan. Domba-domba yang masuk keluar melalui pintu tentu selamat karena Yesus yang adalah pintu juga sebagai gembala yang melindungi para domba dari gangguan atau serangan binatang buas. Tuhan Yesus adalah pintu dan juga sebagai gembala yang baik.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,
Ada pemimpin sebelum Tuhan Yesus bukan gembala yang baik, karena mereka tidak memberikan hidup yang sejahtera, bahkan sebaliknya menyengsarakan yang mereka pimpin. Merekalah yang hidup berkelimpahan tetapi rakyat miskin, menderita, bahkan pada suatu ketika harus menderita dalam pembuangan di negeri orang. Yang demikian itu tergambarkan dalam kepemimpinan raja-raja Israel yang tidak takut akan TUHAN, yang hanya menyengsarakan bangsa Israel. Rupanya para ahli Taurat dan para Farisi juga tergolong kedalam pencuri, sebab mereka melakukan kejahatan dengan menelan rumah janda-janda, menutup pintu Kerajaan Sorga [Mat.23:13-15].
Tuhan Yesus adalah pintu yang menuju padang rumput, memberikan hidup yang berkelimpahan. Hidup yang diberikan Tuhan Yesus adalah hidup yang kekal; hidup dalam pengenalan dan persekutuan dengan Allah yang sudah dirasakan di dunia dan akan berlangsung selamanya. Hidup kekal sudah dinikmati di dunia ini sejak manusia percaya kepada-Nya dan akan disempurnakan dalam Kerajaan Allah. [Yoh.3:16]. Para pemimpin sebelum Dia dan juga sesudah Dia tak ada yang bisa memberikan hidup kekal. Mereka bahkan tidak memiliki hidup kekal karena menolak Tuhan Yesus Kristus yang adalah jalan dan kebenaran dan hidup. Para pemimpin yang demikian itu tidak menuntun kepada hidup, melainkan membawa kepada kebinasaan.
Tuhan Yesus memberikan hidup kekal karena Dia sendiri adalah kebangkitan dan hidup. Dengan terus terang Dia berkata: : "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” [Yuh.11:25-26]. Untuk itu hidup-Nya sendiri dipertaruhkan hingga mati di salib Golgota, agar yang percaya kepada-Nya beroleh hidup.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus,
Para pemimpin dunia seharusnya menjadi pintu yang terbuka untuk membawa kesejahteraan umat, tetapi kenyataannya menjadi pintu yang tertutup. Kesejahteraan yang seharusnya disalurkan bagi rakyat tetapi ditahan untuk dirinya, untuk keluarganya, dikorupsi. Banyak pemimpin yang tidak mau berkorban tetapi malah mengorbankan yang dipimpin demi hidupnya sendiri.
Bagaimana dengan kita? Tuhan Yesus tentu menghendaki supaya kita sebagai pemimpin dapat menjadi pintu yang terbuka untuk membawa orang lain memperoleh hidup yang sejahtera. Bagaimana agar dapat menjadi demikian? Yang terutama ialah, agar kita sungguh-sungguh percaya dan meneladan Tuhan Yesus Kristus. Hidup kekal sudah diberikan kepada kita, maka hendaklah bersyukur terus kepada-Nya. Bersyukur dengan mau berkorban atau berbagi kehidupan kapada orang lain. Tuhan Yesus sudah dan terus memberi berkat kehidupan bagi kita, maka marilah menjadi pintu untuk orang lain agar juga memperoleh berkat. Amin. [SR]
Liturgi:
-
Pembimbing : Roma 12:6-8
-
Hukum kasih : Matius 22:37-40
-
Berita anugrah : Mazmur 32:1-2
-
Persembahan : 2 Kor.8: 1-3
-
Ny. Persiapan : PKJ.7:1-2
-
Pujian : PKJ. 14
-
Penyesalan : KJ. 25:1-2
-
Peneguhan : KJ. 392:1-2
-
Sambut sabda : PKJ.15
-
Responsoria : PKJ. 179:1-2
-
Persembahan : PKJ. 146:1 dst.
-
Ny. Penutup : KJ.408:1-3
***
Bahan Renungan Minggu Paskah IV; Tanggal, 12-17 Mei 2014
Bacaan: Mazmur 23
TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Mazmur 23 ini sangat terkenal dan disukai. Entah sudah berapa kali dikhotbahkan, dijadikan renungan, dijadikan bahan Pemahaman Alkitab. Mungkin sudah ribuan kali. Mazmur ini juga kita kenal melalui nyanyian Kidung Jemaat 415 dan Nyanyian Rohani 118. Mazmur ini diakui sebagai Mazmur Daud. Raja Daudlah yang mengarangnya. Yang diungkapkan di sini adalah pengalaman iman Daud sendiri, bahwa ia mengalami penggembalaan TUHAN dalam hidupnya. Hal ini ternyata dari kata aku yang terdapat dalam setiap ayat. Terdapat 14 kata aku [ku] dalam mazmur ini.
Bagi Daud TUHAN ia akui sebagai gembalanya. Karena TUHAN yang menggembalakannya maka ia tidak kekurangan. Penggembalaan TUHAN terhadap dirinya meliputi empat hal yang menjadi kebutuhan hidup yang sejahtera yaitu: Pertama, kecukupan pangan [ayat 2, 5] kedua, kesejahteraan jiwa [ay.3a], ketiga, pendidikan ke jalan yang benar [ay.3b] keempat, keamanan [ay.4] Dalam pengalaman hidup Daud TUHAN sudah berbaik dan bermurah hati kepadanya. Maka Daud bertekad untuk diam di rumah TUHAN sepanjang masa.
Daud sudah bersaksi bahwa TUHAN adalah gembalanya; gembala baik yang memberikan kesejahteraan, keselamatan hidupnya. Kegembalaan TUHAN dalam Perjanjian baru lebih nyata lagi dalam karya Tuhan Yesus Kristus. Ia adalah gembala yang baik, yang dibuktikan dengan kematian-Nya di salib Golgota dan sudah bangkit bagi domba-domba-Nya.
Sekarang bagaimana dengan kita? Sudahkah mengalami penggembalaan Tuhan Yesus dalam perjalanan hidup kita? Sesungguhnya baik dalam suka maupun dalam duka Tuhan memakainya untuk kebaikan kita. Kiranya kesaksian iman Daud dalam mazmur 23 ini juga menjadi pengakuan iman kita. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Amin.
Pokok doa syafaat:
-
Memohon penyertaan Tuhan Yesus dalam menjalani kehidupan baik dalam suka maupun duka
-
Mendoakan keluarga kristen agar senantiasa setia kepada Tuhan Yesus.
Liturgi :
-
KJ.No.5:1-2
-
Doa
-
Membaca mazmur 23
-
Membaca Renungan
-
KJ.415:1-2
-
Doa Syafaat
***
Bahan Kotbah Minggu Paskah V; Tanggal, 18 Mei 2014.
Warna liturgi: Putih.
Bacaan: Mazmur 33:1-22
Tujuan: Jemaat Mengetahui Pemahaman Tentang Pujian Kepada Allah
TUHANLAH YANG LAYAK DIPUJI
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ada banyak alasan, mengapa orang bisa memuji. Memuji dapat diartikan sebagai kegiatan mengemukakan pendapat terhadap sesuatu hal yang dianggap bernilai positif/ baik. Demikian pula ketika orang memuji Tuhan, ada banyak sebab mengapa orang bisa memuji Tuhan. Diantaranya adalah karena Allah kita, Ialah Allah yang baik, yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya; karena kemurahan, kasih karunia, dan kasih-Nya; karena diloloskan dari musuh atau disembuhkan dari penyakit; dan pemeliharaan Allah yang terus-menerus atas kita setiap hari, baik jasmani maupun rohani. Itu semua adalah beberapa alasan yang kuat bagi manusia secara sadar untuk memuji dan memuliakan nama-Nya. Bagaimana dengan Ibu, Bapak, Saudara, apa yang menjadi alasan untuk memuji Tuhan Allah? Setiap kita pasti punya alasannya dan yang tahu adalah masing-masing pribadi kita.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Alkitab sering kali menasihati umat Allah betapa pentingnya untuk memuji Tuhan. Para penulis PL menggunakan tiga kata dasar untuk memanggil orang Israel kepada memuji Allah: kata barak [yang juga dapat diterjemahkan "berkat"], kata halal [akar kata "haleluya", artinya "puji Tuhan"], dan kata yadah [kadang-kadang diterjemahkan "berilah syukur"]. Contohnya adalah nyanyian pertama dalam Alkitab, dinyanyikan setelah bangsa Israel menyeberang Laut Merah. Musa memerintahkan orang Israel untuk memuji Allah atas kebaikan-Nya memberikan kepada mereka tanah perjanjian. Nyanyian Debora secara khusus memanggil umat itu untuk memuji Tuhan. Kerinduan Daud untuk memuji Allah tercatat baik di dalam sejarah hidupnya dan dalam mazmur-mazmur gubahannya. Panggilan untuk memuji Allah juga bergema di seluruh PB. Yesus sendiri memuji Bapa-Nya di sorga [Lukas 10:21]. Paulus mengharapkan semua bangsa memuji Allah [Roma 15:9-11]. Dan akhirnya di dalam gambaran yang diberikan kitab Wahyu sejumlah besar orang kudus dan malaikat senantiasa memuji Allah [Wahyu 4:9-11].
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam Mazmur 33 yang kita renungkan saat ini, pemazmur mengungkapkan alasan mengapa setiap orang benar dan jujur, patut memuji Tuhan. Pemazmur mengajak umat memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh, bahkan dengan nyanyian dan musik [ayat 1-3]. Tentang nyanyian baru, bagaimana menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan setiap hari? Ini bukanlah sama dengan menciptakan lagu baru, melainkan dengan menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup kita secara segar dan baru. Pemazmur mengajak kita melihat alam semesta ini dari kacamata Tuhan yang senantiasa aktif menyatakan pemeliharaan-Nya atas dunia ini. Mengapa pemazmur berkata demikian? Ini terjadi karena beberapa alasan:
Pertama, memuji Tuhan adalah ciri dari orang-orang yang hidup tulus di hadapan Allah [ayat 1b]. Memuji Allah dapat dilakukan baik oleh bayi, anak-anak yang menyusu [Matius 21:16] dan orang dewasa [Mazmur 30:5]. Selanjutnya, Allah meminta semua bangsa memuji Dia [Mazmur 67:4-6]. Dengan kata lain, segala sesuatu yang bernafas dipanggil untuk memuji Allah [Mazmur 150:6]. Dan seakan-akan itu juga belum cukup, Allah juga memerintahkan benda-benda mati untuk memuji Dia -- seperti matahari, bulan, dan bintang- bintang; kilat, hujan es, salju dan angin [Mazmur 148].
Kedua, Firman Tuhan menjadikan segala sesuatu [ayat 4-9]. Firman Tuhan menunjukkan kekuasaan dan kedaulatan Allah. Jadi, semua yang ada di dunia adalah milik Tuhan, ada di bawah penguasaan-Nya.
Ketiga, rancangan Tuhan berlaku atas seluruh umat manusia [ayat 10-12]. Betapa pun hebat rancangan para musuh umat Allah, Tuhan mampu menghancurkannya, demi kesejahteraan umat-Nya. Keempat, sebenarnya Tuhan memperhatikan umat manusia. Tidak ada yang luput dari pengamatan-Nya [ayat 13-15]. Jadi, kehidupan setiap orang ada di tangan-Nya. Kelima, pertolongan sejati hanya datang dari Tuhan, bukan dari kekuatan politik, militer, ekonomi atau apa pun yang orang dunia sering andalkan [ayat 18-19]. Karena semua alasan ini, seharusnya adalah isi iman dan pengalaman orang beriman, maka memuji Tuhan adalah layak bagi kita.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Lantas bagaimana kita bisa memuji Allah dengan benar? Apakah hanya dengan menyanyi saja? Dalam Alkitab, memuji Allah dapat dilaksanakan dengan berbagai cara.
Pertama, melalui nyanyian, baik dengan suara kita maupun dengan alat musik. Pujian adalah inti sari ibadah bersama umat Allah [Mazmur 100:4]; Baik di dalam suasana ibadah sebagai jemaat maupun di tempat lainnya, menyanyikan mazmur, kidung, dan lagu-lagu rohani merupakan suatu cara untuk mengungkapkan pujian kepada Allah [Mazmur 96:1-4]. Pujian dengan musik dapat diungkapkan dengan berbagai alat, misalnya dari tanduk kambing jantan dan sangkakala, alat tiup seperti suling, alat petik seperti kecapi dan lira, musik untuk ditabuh seperti rebana dan ceracap [Mazmur 150:3-4].
Kedua, melalui kesaksian pemberitaan Firman Tuhan. Kita juga dapat menyampaikan pujian kepada Allah dengan menceritakan kepada orang lain tentang perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Misalnya, setelah mengalami pengampunan Allah, Daud ingin sekali menceritakan kepada orang lain apa yang telah dilakukan Tuhan baginya [Mazmur 51]. Petrus memanggil umat pilihan Allah untuk "memberitakan perbuatan- perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu ke luar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" [1 Petrus 2:9]. Dengan kata lain, pekerjaan memberitakan Injil adalah salah satu cara memuji Allah.
Dan yang ketiga, melalui kehidupan sehari-hari. Hidup yang dijalankan demi kemuliaan Allah menjadi suatu cara untuk memuji Tuhan. Yesus mengingatkan kita bahwa apabila terang kita bercahaya, orang akan melihat perbuatan baik kita dan memberikan pujian dan kemuliaan kepada Allah [Matius 5:16].
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Realitas saat ini adalah bangsa berperang melawan bangsa, banyak penindasan, juga kekacauan. Bangsa-bangsa maju semakin pongah, sementara suku-suku dan kelompok minoritas menjerit terjepit. Yang lebih realistis untuk dilakukan adalah berkeluh kesah atau melawan semua itu. Benarkah demikian? Sejarah memperlihatkan Tangan Kuasa Allah yang berdaulat menggagalkan rencana-rencana yang hebat. Kita tidak perlu putus berharap bahwa kelak Tuhan akan datang, Kerajaan-Nya tegak mengatasi semua kerajaan dunia. Pemazmur menyatakan bahwa, walaupun dunia ini penuh ketidakadilan dan pelanggaran hukum, jiwa kita disegarkan oleh kenyataan bahwa Allah kita adalah Allah yang adil dan kesetiaan-Nya tidak berubah. Anak-anak Tuhan boleh berharap dengan kepastian bahwa suatu saat kelak keadilan-Nya akan ditegakkan. Hukum-hukum-Nya menjadi pembimbing hidup yang pasti. Adalah baik bahwa kita bisa belajar melihat kesinambungan tahun-tahun yang telah lampau dengan masa-masa yang akan Allah singkapkan kelak. Anak-anak Tuhan tidak perlu kehilangan iman karena Tuhan masih berkarya dan karya-Nya menyatakan kuasa dan kasih setia-Nya. Ia sanggup dan Ia terus menerus memelihara umat-Nya.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mari kita dengan sepenuh hati menaikkan pujian bagi Dia, Tuhan atas sejarah, sebab kita semua dan perjalanan sejarah ada di dalam rangkulan-Nya. Sukacita, keriangan, hasrat, dan antusiasme untuk memuji Tuhan yang disertai dengan pemahaman yang benar, mungkin secara perlahan mulai tergeser dari kehidupan ibadah kita. Perayaan dan sukacita dalam ibadah adakalanya menjadi sesuatu yang dipandang tabu ataupun sebaliknya diubah menjadi sarana hiburan semata. Tidaklah demikian dengan Mazmur 33 yang digunakan dalam ritual puji-pujian kepada Allah Israel ini. Mazmur ini merupakan suatu ajakan bagi kita untuk memuji Tuhan dengan pemahaman yang benar dan penuh semangat. Untuk orang yang hidup dalam iman, menoleh kebelakang atau pun menatap kedepan adalah sama memberikan alasan untuk tidak putus memuji kebesaran Allah.
Perayaan paskah pada tahun ini kiranya semakin memberi kita semangat untuk memuji Tuhan. Paskah menunjukkan kemuliaan Tuhan. Paskah adalah anugerah Tuhan yang memberikan kemenangan kepada kita atas dosa. Mari kita bersyukur atas anugerahNya dengan menaikkan pujian. Menaikkan pujian setiap hari dari hati yang senantiasa diperbarui dalam iman, yang mewujud dalam ucapan syukur dan tindakan kasih yang nyata kepada setiap orang yang kita jumpai. Tuhan memberkati kita. Amin. [PA].
Bahan bacaan:
-
Nats Pembimbing : Amsal 3:19-20
-
BA : 1 Tesalonika 4:14
-
Persembahan : Mazmur 22:26-27
-
Pujian:
-
KJ 1:1-2.
-
PKJ 128:1-2.
-
KJ 407:3,4.
-
KJ 52:1-3.
-
KJ 393:1-.
-
KJ 412:1,3.
***
Bahan Renungan Minggu Paskah V; Tangga1, 19-24 Mei 2014
Bahan Bacaan: 1 Petrus 2:4-9
YANG DIPANDANG BERHARGA DI MATA ALLAH
Biasanya, untuk menduduki peran tertentu dalam kehidupan dunia ini, seleksi-seleksi [pemilihan] dilakukan oleh sebuah kelompok, tim, organisasi, perusahan, instansi dan yang lain. Semua tentu akan memilih yang terbaik sesuai dengan kriterianya. Bahkan orang yang memajukan diri untuk ikut seleksi pun, memandang dirinya apakah sudah pantas atau belum. Sebagai contoh adalah seorang yang cacat kakinya dan berpikiran normal tentu akan merasa dirinya tidak layak untuk seleksi tim sepak bola. Ini wajar terjadi dalam kehidupan duniawi kita. Lantas bagaimana dengan kehidupan sisi rohani kita, adakah seleksi yang diadakan oleh Allah? Jika kita bisa mengatakan ada seleksi yang dilakukan oleh Allah, bagaimana kriterianya? Ini adalah sebuah misteri atau rahasia Allah. Kita tidak bisa memastikannya secara tepat. Namun Allah kita sungguh amat baik. Ia memberikan petunjuk melalui FirmanNya.
Yesus Kristus mengalami penolakan yang hampir sama pada masa hidupNya. Yesus Kristus memang tidak lahir cacat. Ia lahir secara ajaib dan tubuhnya lengkap sempurna. Namun karena ia adalah anak seorang tukang kayu, orang-orang terhormat tidak mau mendengar dan menerima apa yang Ia saksikan. Ia memberitakan Kerajaan Allah dengan lantang, tetapi sang penguasa sistem – para imam kepala; ahli-ahli Taurat; serta orang-orang Farisi – hanya menganggapnya sebagai orang yang kerasukan Beelzebul. Inilah yang Petrus maksud ketika menyebut Yesus Kristus sebagai batu yang hidup. Ia dibuang dan tidak berharga di hadapan manusia. Namun, Allah melihat semua yang terjadi dan telah bertindak. Ia mengambil batu tersebut dan menempatkannya pada tempat yang terhormat dalam Sorga. Ini yang ingin Petrus sampaikan kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Asia Kecil, agar mereka tetap mengingat jati diri mereka sebagai umat pilihan Allah.
Kebanyakan orang Kristen yang ada di Asia Kecil ini bekerja sebagai hamba yang tergantung pada para tuannya. Dengan demikian sebagai orang pendatang, mereka tidak memiliki kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat. Namun Petrus mengingatkan, meskipun mereka tidak punya kedudukan yang terhormat, hendaknya tidak membuat identitas mereka sebagai bangsa pilihan Allah menjadi kabur atau hilang. “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka,”. Lagi pula, bukan penghargaan dan kehormatan dari manusia yang harus mereka harapkan, akan tetapi penghargaan dan kehormatan dari Allah.
Siapapun kita, mari kita tunjukkan identitas kita sebagai umat pilihan Allah, dimanapun dan kapanpun. Apapun pandangan orang lain terhadap kita, itu bukanlah patokan yang menjebak kita untuk kehilangan jati diri kita sebagai “batu penjuru” yang ditempatkan Allah dimana kita berada. Kitalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Tuhan memberkati. Amin. [PA]
Dostları ilə paylaş: |