Panduan Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta [mppp] 2014 Sinode gksbs pengantar



Yüklə 0,5 Mb.
səhifə8/9
tarix06.08.2018
ölçüsü0,5 Mb.
#67441
1   2   3   4   5   6   7   8   9

Liturgi:

  1. Pujian PKJ 2

  2. Doa pembuka

  3. Pujian KJ 454.

  4. Pembacaan Alkitab.

  5. Pembacaan renungan.

  6. Pujian KJ460

  7. Doa syukur/ doa syafaat/ doa Bapa Kami.

Bahan Bila ada gambar di lampiran ini, gambar tersebut tidak akan ditampilkan.  Unduh lampiran asli

Khotbah Minggu Paskah VI, Tanggal 25 Mei 2014

Warna liturgi: Ungu

Bacaan : Kisah Para Rasul 8 : 5 – 8, 14 – 17 

Tujuan : Warga Jemaat Sadar Untuk Dapat Melaksanakan Pemberitaan Injil.

PEMBERITAAN INJIL

YANG MENDATANGKAN DAMAI SEJAHTERA
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus

Perikop bacaan saat ini menjelaskan pemberitaan Injil yang dilakukan Filipus di Samaria. Peristiwa ini diawali dari pemberitaan tentang Injil yang dijanjikan Allah, yakni Mesias [Raja Penyelamat]. Pemberitaan itu dilakukan oleh Filipus, tatkala penganiayaan terjadi atas orang – orang percaya di Yerusalem, sehingga banyak diantara mereka yang tersebar keseluruh Yudea dan Samaria. Siapakah Filipus ? Ia adalah salah satu dari ketujuh diaken di Yerusalem yang terpilih untuk melayani jemaat [Kis. 6 : 5].

Pemberitaan Injil Kerajaan Allah yang dilakukan Filipus di Samaria diterima dengan baik oleh banyak orang, sebab pemberitaan Injil itu disertai dengan tanda-tanda Mujizat : yang kerasukan, lumpuh dan timpang disembuhkan [ay. 7]. Di tengah orang – orang yang sedang mendengar Injil itu, terdapat seorang tukang sihir yang terkenal hebatnya, yakni Simon. Sebelum Injil diberitakan di Samaria, banyak orang muda, besar kecil mengikuti dia, karena perbuatannya yang dapat mentakjubkan orang banya., Dengan perbuatannya itu Simon mampu menggemparkan orang – orang di sekitarnya. Sebagaimana dalam ayat ke 10 “Orang ini adalah Kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar”.

Tetapi, keadaan berubah / berbalik. Ketika banyak orang di Samaria, laki – laki dan perempuan menjadi percaya dan memberi diri untuk di baptis.  Maka Simon kemudian bersedia mengikuti Filipus dan dibaptis. Keberhasilan Filipus dalam memberitakan Kabar Baik di Samaria ini didengar oleh rasul – rasul di Yerusalem. Tentunya kabar itu disambut baik oleh rasul – rasul di Yerusalem. Maka rasul – rasul di Yerusalem mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria [ay. 14]. Setibanya di Samaria, kedua rasul itu berdoa agar orang – orang Samaria memperoleh Roh Kudus. Melalui kuasa Roh Kudus maka orang – orang di Samaria menerima kuasa Roh Kudus untuk semakin dimantabkan iman percayanya. Di tengah penerimaan Roh Kudus terhadap orang – orang Samaria, Simon memberikan uang sambil berkata : “Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus?” [ay. 19]. Dalam hal ini Simon ingin membeli kuasa Roh Kudus. Agar ia-pun bisa melakukan seperti yang dilakukan kedua rasul itu. Baginya kuasa Roh Kudus bisa dimiliki dengan cara dibeli. Tetapi, perbuatan Simon itu ditentang keras oleh Petrus sebagaimana yang tertulis dalam ay. 20 – 23. Petrus ingin agar Simon bertobat [ay. 24].

 

Jemaat yang mengasihi Tuhan Yesus Kristus

Siapapun kita, sebagai orang percaya kita dipanggil untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Mengenalkan perbuatan – perbuatan besar yang dilakukan Allah di dalam Kristus, kepada orang – orang yang belum mengenal – Nya. Agar siapapun yang mendengar menjadi sadar dan bersedia merubah kehidupannya, yang jahat menjadi baik, yang tidak percaya menjadi percaya. Pemberitakan injil seharusnya disertai dengan membawa damai sejahtera, misalnya dengan mengentaskan kemiskinan, melawan kebodohan, menguatkan yang lemah, membalut yang luka, mengobati yang sakit, maka Injil akan mudah diterima oleh banyak orang. Roh Kudus sendiri yang akan bekerja sehingga kita di memampukan untuk memberitakan Injil, selain itu Roh Kudus juga bekerja kepada setiap orang yang bersedia membuka hati untuk diperbaharui Roh Kudus.


Bila kita hayati hidup Tuhan kita Yesus Kristus, Ia hadir tidak hanya untuk mengadakan mukjizat, tetapi juga mati di kayu salib dan bangkit pada hari yang ke – tiga. Kematian dan kebangkitan Yesus yang kita rayakan mengingatkan kepada kita : Kebaikan Allah yang telah mengampuni dosa-dosa kita, sehingga diri kita telah dipulihkan. Untuk itu kita harus menyerahkan kehidupan kita kepada Yesus untuk mati dan bangkit bersama – sama dengan Dia. Dia ingin supaya terlibat dalam pemulihan dunia ini, yaitu dengan menghadirkan kebaikan bagi sesama. 
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus

Akhirnya, marilah kita senantiasa membuka hati untuk diperbaharui Bapa, sehingga kehidupan kita mampu melakukan dan melaksanakan pemberitaan Injil Kerajaan Allah, sehingga pemulihan tidak hanya terjadi dalam diri kita, tetapi juga terjadi disekitar kita. karena Damai Sejahtera Allah hadir ditengah-tengah kita bersama. Amin [AW]


Liturgi:

Nats pembimbing : 1 Tim. 4 : 12

Berita anugerah   : Yes. 48 : 17 – 18

Nats persembahan   : Maz. 118 : 26 – 28



  1. Nyanyian pembuka   : PKJ. 11 : 1 – 3

  2. Nyanyian pujian    : KJ. 178 : 1 –

  3. Nyanyian penyesalan  : PKJ. 37 : 1 – 2

  4. Pujian Peneguhan  : PKJ. 203 : 1 – 3

  5. Responsoria    : PKJ. 183 : 1 – 3

  6. Nyanyian persembahan: KJ. 287b : 1 –

  7. Nyanyian pengutusan  : PKJ. 185 : 1 – 3

 

***



Renungan Minggu Paskah VI; Tanggal 26 – 28 Mei 2014

Bacaan: I Petrus 3:15–18
MENDERITA KARENA KEBENARAN
Tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah. Tetapi, seringkali penderitaan memang tidak dapat dihindari. Ketika hal ini terjadi maka nasihat Petrus dalam bagian ini patut diperhatikan.

Dalam nas ini, Petrus secara khusus mengingatkan jemaat untuk memelihara hidup mereka di dalam kasih dan perdamaian dengan semua orang sekalipun jemaat tidak diperlakukan dengan baik oleh mereka [ayat 8-9], karena memang itulah yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya [ayat 10-12]. Memang orang yang berbuat baik tidak seharusnya menderita [ayat 13]. Akan tetapi, Petrus mengingatkan jemaat bahwa sekalipun mereka telah melakukan apa yang benar dan baik sesuai dengan kehendak Allah, namun tetap harus mengalami penderitaan, maka hal ini bukanlah hukuman dari Allah, melainkan sebuah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk memurnikan iman mereka [band. 1:7-9].

Lalu bagaimana jemaat harus bersikap menghadapi penderitaan itu? Pertama, jemaat harus berbahagia dan bukan takut atau gentar [ayat 14]. Mengapa? Sebab jika jemaat menderita karena kebenaran dan bukan karena telah berbuat kejahatan, maka penderitaan ini merupakan suatu pengorbanan yang diperkenan Allah. Bukankah tidak ada hal yang lebih indah selain hidup dalam perkenan Allah? Kedua, jemaat harus tunduk kepada otoritas Kristus sebagai Tuhan yang "memegang" hidupnya bahkan menguasai kehidupan semua orang sehingga jemaat dapat mempercayakan diri ke dalam tangan-Nya. Ketiga, jemaat harus siap memberi jawaban kepada semua orang tentang pengharapan iman Kristen yakni pekerjaan yang sedang Allah genapi dalam hidup umat-Nya melalui penderitaan.

Ada suatu janji Tuhan yang indah bagi umat-Nya yang sedang mengalami penderitaan yaitu Dia yang telah berkenan mengizinkan kita mengalami penderitaan tidak akan pernah berhenti menopang, memberi kekuatan dan menghibur kita. Allah yang mengizinkan anak-anak-Nya menderita, tidak hanya menonton, tetapi turut menanggung penderitaan itu. Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak selalu demikian. Bisa terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan, bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetap akan membuat kita berbahagia; karena kita sedang melakukan kehendak Allah.

Memandang kepada Kristus. Petrus menekankan, apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu, kesediaan menderita ini pun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.

Renungkan: Jika Tuhan menghendaki kita menderita karena berbuat sesuai firman-Nya, bagaimana respons kita? Menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan, adalah nasihat Petrus agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia kapan pun dan di mana pun mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan siapa saja. Amin.
Liturgi:


  • Nyanyian PKJ: 80

  • Doa Pembuka:

  • Nyanyian KJ 50

  • Pembacaan Firman

  • Doa syafaat

  • Nyanyian penutup PKJ 285

Khotbah Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Sorga

Kamis, 29 Mei 2014

Warna Liturgi Putih

Bacaan: Kisah Rasul 1:1-11

Tujuan: Jemaat mengarahkan hidupnya ke masa depan dengan bersaksi menjelang Hari

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua.

MENGARAHKAN HIDUP KE MASA DEPAN

YANG BERPENGHARAPAN
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,

Ada saatnya bertemu, berkumpul, ada saatnya berpisah. Demikianlah kenyataan hidup ini. Sebuah pertemuan mendatangkan sukacita; misalnya pertemuan kakak dengan adik yang sudah lama sekali berpisah karena salah satu merantau di luar negri. Sebaliknya, sebuah perpisahan pada umumnya menimbulkan keharuan, kesedihan, bahkan putus asa. Para murid Tuhan Yesus juga mengalami saat-saat berkumpul dengan Dia dan pada suatu saat berpisah dengan Tuhan Yesus yang mereka kasihi. Hal itulah yang dikisahkan dalam perikop yang kita baca.

Kisah perpisahan antara Tuhan Yesus dan para murid-Nya itu terjadi di suatu tempat dekat Betania, [Lukas 24:50-51]. Tuhan Yesus terangkat ke sorga setelah memberikan janji akan mengutus Roh Kudus. Dengan kuasa Roh Kudus para murid akan melaksanakan tugasnya menjadi saksi Kristus, yaitu memberitakan Injil [kabar gembira] tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat dunia, mulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. Tuhan Yesus naik ke sorga, meninggalkan para murid-Nya di dunia. Saat-saat pertemuan mereka setelah Tuhan Yesus bangkit tidak berlangsung lama, hanya sekitar empat puluh hari dan harus berpisah. Tuhan Yesus naik ke sorga disaksikan semua murid-Nya. Itu tidak dikehendaki para murid-Nya, tetapi harus terjadi karena itulah yang terbaik bagi para murid.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,

Tuhan Yesus naik ke sorga dengan memberkati para murid[Lukas 24:51] Peristiwa kenaikan-Nya ke sorga itu meninggalkan kesan yang menakjubkan para murid. Mereka melihat bagaimana dari bumi Yesus terangkat naik jauh dari pandangan mata hingga awan menutupi-Nya. Mereka tetap memandang ke langit yang sudah kosong sehingga sesaat lupa akan janji TUHAN dan amanat agung-Nya. Oleh karena itu mereka harus diingatkan oleh dua orang yang berpakaian putih yang berkata: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."

Tuhan Yesus naik ke sorga yang adalah rumah-Nya. Para murid harus merelakan-Nya karena Dia akan datang kembali dengan cara yang sama seperti ketika naik ke sorga yaitu dengan kemuliaan. Sebelum peristiwa perpisahan itu terjadi Tuhan Yesus sudah menghibur para murid dengan berkata: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." [Yoh.14:1-4]

Para murid tidak boleh terlena oleh pemandangan yang menakjubkan itu, mereka harus segera sadar akan tugas panggilan menjadi saksi Kristus dengan mengharapkan karunia Roh Kudus yang akan menghibur mereka, akan menguatkan mereka dalam suka dan duka menjadi rasul-Nya. Mereka tidak boleh hanya terus berdiri termangu melihat langit yang sudah kosong, tetapi harus melihat ke bumi dan mengarahkan hidupnya untuk masa depan yang berpengharapan. Bumi yang di dalamnya masih banyak penderitaan yang dialami manusia. Para murid dipanggil memberitakan kabar baik kepada dunia tentang kasih Sang Juruselamat yang menyelamatkan manusia dan dunia yang di diaminya. Tuhan Yesus yang sudah berkorban untuk menyelamatkan dunia dan akan datang kembali menjadikan dunia baru dan langit baru yang bebas dari penderitaan [Wahyu 21:1-4]

Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus.

Tuhan Yesus naik ke sorga dengan memberikan berkat, janji dan amanat agar diyakini dan ditaati para murid-Nya. Berkat, janji dan amanat itu juga untuk kita para murid-Nya zaman ini. Kita hidup dalam masa penantian kedatangan-Nya kembali. Menanti bisa menjemukan, bisa membuat was-was, kecewa, bisa galau ketika yang dinantikan tidak juga kunjung tiba. Kapankah Tuhan Yesus akan datang kembali untuk membuat langit dan bumi baru? Pertanyaan yang akan selalu muncul dalam diri orang kristen, lebih-lebih yang berpikiran negatip melihat kenyataan kehidupan di dunia yang nampaknya semakin banyak penderitaan, semakin banyak kejahatan yang dilakukan manusia.


Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,

Dalam kebaktian peringatan Tuhan Yesus naik ke sorga ini kita disegarkan kembali, tentang pengharapan kita untuk masa depan yang lebih baik. Kita disemangati lagi untuk terus bersaksi dan melayani sesama dan alam sekitar kita, supaya menghadirkan damai sejahtera. Oleh karena itu kita harus berpikiran positif terhadap kenyataan kehidupan ini walaupun tampaknya semakin banyak penderitaan dan kejahatan. Lari dari kenyataan ini memang pilihan yang gampang, tetapi itu pilihan yang salah karena mengingkari tugas panggilan sebagai pengikut Kristus, sebagai gereja. Sebab, gereja ada di dunia memang untuk tugas panggilan itu. Ini sudah dikatakan Tuhan Yesus dalam doa-Nya: Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia [Yoh.17:14-18].

Marilah kita jalani hidup bergereja kita untuk melaksanakan tugas panggilan sebagai saksi-saksi Kristus dengan berpegang teguh janji-Nya. Roh Kudus menghibur kita, menguatkan dan menyemangati serta menolong. Amin. [SR]

Liturgi:


  • Pembimbing : 2 Pet.3:1-14

  • Hukum kasih : Matius 22:37-40

  • Berita anugrah : Mazmur 32:1-2

  • Persembahan : Mazmur 30:5



  1. Ny. Persiapan : PKJ.13:1-3

  2. Pujian : KJ.392: 1-4

  3. Penyesalan : PKJ. 151:1-3

  4. Peneguhan : PKJ. 128:1-3

  5. Sambut sabda : KJ.50a:1 dan 6

  6. Responsoria : KJ. 227:1-3

  7. Persembahan : PKJ. 147:1 dst.

  8. Ny. Penutup : KJ.277:1-4

Kotbah Minggu Paskah VII; Tanggal 01 Juni 2014

Warna liturgy Putih

Bacaan: Mazmur 27:1-8

Tujuan: Agar Jemaat Yakin Bahwa Allah Akan Selalu Memberikan Ketenangan

Dalam Hidup.

AMAN DALAM KASIH DAN PENYERTAAN ALLAH
Bapak, Ibu, Saudara dan saudariku yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Rasa aman adalah salah satu kebutuhan dasariah manusia. Tiap orang ingin merasa dalam kehidupannya aman. Kita ingin aman dalam hal-hal yang tampak kecil seperti aman dari ejekan, penghinaan, bahaya atau penyingkiran. Apalagi dalam hal-hal yang lebih besar seperti aman dari kecelakaan, kejahatan [pencurian, pembegalan] dll. Keadaan aman bisa dikatakan sangat diharapkan dalam kehidupan manusia. Apa jadinya dalam kehidupan kita keadaan aman tersebut merupaakn hal yang langka, mungkin dalam keseharian kita akan selalu was-was atau khawatir. Perasaan aman[keadaan aman] tidak dapat terjadi begitu saja. Sering kita sendiri harus mengusahakannya dengan berbagai cara.

Raja Daud sebagai raja Israel ternyata punya jurus jitu dalam mengatasi rasa ketidakamanan dalam hidupnya. Semasa hidupnya, sebelum atau sesudah menjadi raja Daud sering kali merasakan ketidakamanan dalam hidupnya. Saat masih menggembalakan domba, dia sering berhadapan dengan binatang buas yang siap menerkam kambing-kambingnya. Dalam situasi seperti itu, Daud selalu siap mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan domba-dombanya. Begitu juga saat sudah menjadi raja Israel, dia sering berhadapan dengan musuh-musuh Israel atau orang-orang yang menghendaki kematiannya. Dalam situasi seperti itu ternyata Daud tidak hanya mengandalkan pasukannya ataupun senjata untuk menghilangkan keadaan/rasa ketidakamanan dalam hidupnya, tetapi yang lebih penting dia mengandalkan TUHAN yang dipercaya selalu melindunginya dan memberikan kemenangan. Dalam ayat 1-3 dengan penuh semangat pemazmur mengaku percaya kepada TUHAN dalam hidupnya. Tiga hal dinyatakannya tentang TUHAN:


  1. TUHAN adalah terang: sebagai terang TUHAN diyakini Daud selalu menuntun dalam kehidupan, sehingga Daud dapat berjalan dalam terang TUHAN, yaitu Firman TUHAN.

  2. TUHAN adalah keselamatan: Daud meyakini TUHAN lah yang selalu menyelamatkan dari serangan musuh-musuhnya.

  3. TUHAN adalah benteng. Benteng merupakan begian penting pada saat suatu kerajaan atau kota diserang musuh, dengan adanya benteng tidak mudah musuh untuk mengahancurkan kerajaan/kota. Daud meyakini TUHAN adalah benteng yang selalu melindunginya dalam segala bahaya yang akan meyerangnya. Dengan keyakinin tersebut Daud tidak gentar terhadap segala musuh-musuhnya yang menyerang dirinya.

Dengan keyakinan bahwa TUHAN adalah terang, keselamatan dan benteng yang akan menjamin hidup Daud dalam ketenangan. Oleh karena itu Daud tidak merasa takut dalam menghadapi musuh-musuhnya/orang-orang yang memusuhinya. Semua orang yang memusuhi Daud, dalam bacaan kita digambarkan selalu menyerang dia seakan-akan binatang buas yang mau memakan, mereka mengepung Daud, seakan-akan suatu tentara yang mau menyerbu suatu kota dengan perang. Dalam penggambaran yang seperti itu, Daud tidak gentar dan tidak takut, karena ia didukung dan dilindungi oleh TUHAN yang akan selalu berada dipihaknya.

Jemaat Tuhan yang terkasih dalam Yesus Kritus,

Saat berada dalam ketidakamanan, seringkali/kebiasaan kita meminta dalam doa-doa agar yang menjadi penyebab tidak aman itu dapat hilang dalam hidup kita. Tatapi, dalam kehidupan Daud dalam bacaan kita ternyata hal tersebut tidak dilakukan oleh pemazmur. Bukan pembebasan dari lawannya yang menjadi keinginan hati pemazmur, melainkan persekutuan dengan TUHAN. Permintaan tersebut dalam ayat 4 tertulis dalam tiga kalimat sejajar:



  1. “Diam dirumah TUHAN seumur hidupku”. Daud meyakini betul, hanya dengan kebaikan TUHAN di dalam Bait-Nya semata ketenangan hidup dapat diperoleh. Apalagi Bait Suci adalah satu-satunya tempat di mana ia terlindung terhadap musuh yang mengejar [ayat.5].

  2. Dalam Bait Allah tersebut “menyaksikan kemurahan Allah”. Dengan dekat selalu kepada Allah, Daud meyakini kemurahan Allah yang selalu diterima dengan perlindungan yang diberikan akan selalu diterimanya.

  3. Akhirnya Daud menikmati Bait-Nya. Daud dalam hidupnya menikmati segala kebaikan TUHAN dalam hal penyelamatan yang selalu diberikan kepadanya.

Sehingga dapat dikatakan, Daud merasa aman, karena TUHAN melindungi dalam pondok-Nya, menyembunyikannya dalam kemah-Nya. Daud meyakini, bahwa dalam hidupnya ia selalu diselamatkan, sehingga ia dapat membawa korban syukur. Perasaan aman yang selalu diberikan TUHAN dalam kehidupan Daud, membuat hidupnya selalu mencari kehendak TUHAN dalam firman-Nya.
Jemaat yang terkasih,

Bagaimana dengan kita? Apakah kita seperti pemazmur yang mencari rasa aman hanya selalu dekat kepada TUHAN dan selalu percaya sepenuhnya kepada-Nya, bahwa TUHAN akan selalu menolong hidupnya dalam situasi apapun juga. Memang berbagai ancaman dan bahaya masih dan akan selalu tetap ada, namun kita tahu kepada siapa kita mempercayakan diri, seperti tertulis: “… aku tahu kepada siapa aku percaya” [2 Tim. 1:12]. Mungkin saat ini kita sedang menghadapi situasi tidakaman atau ketidak pastian, namun kita harus yakin bahwa Tuhan di dalam Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit akan mengatur jalan hidup kita dengan baik. Keyakinan akan janji TUHAN yang akan selalu menjaga dan melindungi kita akan membuat perasaan kita selalu merasa aman dalam hidup ini. Dalam Yes. 41:10, “jangan takut, sebab Aku menyertai engkau,… aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau…”. Dengan ayat ini, membuat kita makin yakin bahwa Allah akan selalu menyertai dan menolong di dalam hidup kita. Marilah kita selalu menghadapi kehidupan ini dengan kekuatan Allah dan pertolongan-Nya, bukan mengandalkan kekuatan kita semata. Tuhan di dalam Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit akan memberi ketenangan dan rasa aman terhadap kita. Amin. [ WYT]


lITURGI

Nas Pembimbing : Yesaya 41:9b-10

Berita Anugerah : Yeremia 29:11

Persembahan : Amsal 3:9-10

Nyanyian : PKj. 04:1-2

KJ. 408:1,3

KJ. 50a:1-4

KJ.410:1-3

KJ. 403:1-

PKJ. 177:1-2


***



Bahan Renungan Minggu Paskah VII; 02-07 Juni 2014

Bahan bacaan: I Petrus 4: 13-16

PENDERITAAN KRISTEN
Ketika melihat seorang pencuri tertangkap, biasanya yang dilakukan anggota masyarakat adalah main hakim sendiri dengan menghukum pencuri itu. Apakah dipukul, ditendang, yang jelas dianiaya dengan maksud supaya ada efek jera dan tidak menular kepada orang lain. Tindakan anggota masyarakat yang main hakim sendiri tentu akan menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi pencuri itu maupun keluarganya. Sudah badannya sakit, karena terluka, memar, masih harus mendekam di dalam tahanan, tidak menjadi bebas, sedangkan keluarganya menjadi malu. Sebagai orang yang beriman kepada Kristus, tindakan mencuri dan main hakim sendiri harus kita hindari, karena hal tersebut tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Berbicara masalah penderitaan, walaupun tidak diundang, penderitaan itu dapat menimpa siapa saja dan kapan saja. Apakah ada di antara kita yang belum pernah mengalami penderitaan? Tentu tidak! Semua orang termasuk kita pasti pernah mengalami penderitaan. Baik itu karena sakit penyakit, bencana alam, atau karena hal-hal lainnya. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan, walaupun tidak diundang, kadang ia datang sendiri menimpa kita.

Lalu bagaimana kita memandang penderitaan? Melalui Rasul Petrus, Tuhan memberi nasihat kepada kita, supaya kita tidak kaget, tidak terkejut dengan penderitaan yang menimpa kita, terlebih lagi penderitaan yang disebabkan oleh karena iman kita, misalnya; Karena menjadi pengikut Kristus, hidup kita dikucilkan, hidup kita di tekan, kita dihambat. Ketika mengalami penderitaan seperti itu, kita harus bersuka cita, mengapa? karena kita mendapat bagian dari penderitaan Kristus, sehingga kelak kita juga akan mendapatkan kemuliaan dariNya.

Rasul Petrus menasihatkan, kalau kita menderita, hendaknya menderita sebagai orang Kristen, dengan penderitaan seperti itu, kita juga tidak perlu malu, tetapi kita harus memuliakan Allah. Penderitaan karena beriman kepada Tuhan Yesus terjadi bukan hanya pada saat ini saja, tetapi sejak dari dulu, sejak munculnya kekristenan. Ketika surat Petrus ini ditulis, situasi jemaat juga dalam keadaan menderita, karena setiap orang yang percaya kepada Tuhan dihambat, dianiaya dan dibunuh. Apalagi penghambatannya pada waktu itu dilakukan oleh pemerintah Romawi, dengan raja yang sangat kejam yaitu Kaisar Nero, yang memfitnah kehidupan orang Kristen, sehingga banyak orang yang membenci kekristenan. Dalam situasi seperti itu rasul Petrus menguatkan jemaat, bila mengalami penderitaan, seharusnya menderita sebagai orang beriman kepada Kristus. Menderitaan sebagai pengikut kristus dihayati sebagai penderitaan iman, yaitu hidup benar karena mengikut Tuhan. Dalam situasi saat ini, ada yang menderitaan karena menjadi Kristen, ada fanatic sempit yang dimiliki oleh orang-orang yang tidak suka dengan kekristenan, sehingga menghambat kekristenan dengan melarang membuat gedung gereja, melarang bersekutu, menekan dst. Tetapi yang sering terjadi bukan hanya itu, banyak orang Kristen menderita karena perilaku yang benar mencoba hidup kudus, hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Contohnya: Di lembaga keuangan, ada seorang Kristen yang jujur, tidak korupsi, sedangkan teman-teman lainnya banyak yang melakukan korupsi. Ketika orang Kristen ini melaporkan situasi yang ada pada lembaga yang lebih tinggi, dianggap sok suci, dikucilkan, dan didiamkan oleh teman-teman lainnya. Orang yang merasa terganggu dengan kehadiran orang Kristen ini lalu berupaya untuk membuat si Kristen ini tidak betah sehingga keluar. Orang Kristen ini mengalami penderitaan karena imannya. Menderita Sebagai orang Kristen.

Rasul Petruspun juga mengingatkan, kalau kita mengalami penderitaan jangan karena melakukan kejahatan, misalnya menjadi pembunuh, pencuri, penjahat, menjadi pengacau. Karena penderitaan-penderitaan seperti itu adalah penderitaan yang tidak ada faedahnya, tetapi malah merusak citra kekristenan, merusak nama Kristus. Untuk itu jadilah orang Kristen yang baik, yang berusaha melakukan kehendakNya, Walaupun ada tantangan dan hambatan serta penderitaan. Biarlah nama Tuhan tetap dipermuliakan. Amin.


Yüklə 0,5 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin