BAB I
PENDAHULUAN
-
Latar Belakang
Prediksi (ramalan) biasanya berkonotasi jelek bila dikaitkan dengan hal-hal bersifat takhayul dan khufarat.
Misalnya seorang paranormal meramalkan tentang hari depan dan keberuntungan seseorang. Pekerjaan seperti ini dilarang oleh Allah bila cara memprediksinya tidak didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah, tetapi dengan meminta bantuan kepada syaitan.
Berbeda halnya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi prediksi terhadap suatu hal. Karena Al-Qur’an adalah firman Allah maka semua prediksi ayat-ayat Al-Qur’an terbukti kebenarannya. Hal ini sekaligus menambah bukti tentang kebenaran Al-Qur’an.
Banyak sekali orang yang ingin meniru Al-Qur’an tetapi tak ada yang bisa menandingi kebesaran Al-Qur’an, karena Al-Qur’an benar-benar murni dari firman Allah, tak seorangpun bisa menyaingi-Nya.
Karena di dalam Al-Qur’an semua fenomena sudah diramalkan dengan sejumlah ayat-ayat suci Al-Qur’an, sejumlah kalangan banyak yang ingin mengganti beberapa ayat atau menambahnya tetapi perbuatan itu diketahui karena banyak orang yang telah hafal Al-Qur’an, tak mungkin seorangpun dapat merubahnya.
-
Rumusan Masalah
-
Apakah benar adanya prediksi Al-Qur’an bahwa manusia akan mampu menaklukan luar angkasa?
-
Apakah keselamatan Nabi Muhammad SAW terjamin keselamatannya sesuai prediksi Al-Qur’an?
-
Bagaiamanakah kebenaran mengenai nurullah (agama Allah) yang tidak akan pernah padam?
-
Benarkah Nabi Muhammad SAW adalah nabi Terakhir ?
-
Tujuan penulisan
-
Agar umat manusia lebih beriman kepada Allah SWT
-
Untuk lebih mengamalkan firman-firman Alla SWT
-
Untuk menyadarkan umat muslim bahwa agama islam agama yang paling benar
-
Meyakinkan bahwa tidak ada nabi terakhir selain dari Nabi Muhammad SAW
BAB II
PEMBAHASAN
-
Kemampuan Manusia Menaklukan Ruang Angkasa
Pada zaman Rasulullah SAW, empat belas abad yang lalu, membicarakan masalah ruang angkasa merupakan suatu hal yang di luar jangkauan akal pikir mereka. Sebab ilmu pengetahuan saat itu belum sampai ke sana. Orang-orang seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ketika al-Quran berbicara tentang ruang angkasa tentu hanya bisa mengucapkan sami’naa wa a ta’naa (kami dengar dan kami taati). Apalagi bila al-Quran memprediksi bahwa suatu ketika nanti manusia akan mampu “menaklukkan angkasa” (suatu istilah yang sebetulnya kurang tepat), sudah tentu mereka malah makin bingung.
Firman Allah SWT yang menerangkan tentang masalah ini
adalah surat ar-Rahman ayat 33,
“Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, dan kamu tidak dapat menembus melainkan dengan kekuatan.”
Isi kandungan surah ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah)
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:
“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”
Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:
“Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.
Ternyata firman Allah SWT ini kebenarannya baru terbukti pada zaman sekarang ini. Manusia kini sudah mampu menginjakkan kakinya di bulan dengan menggunakan pesawat Apollo, mampu mengelilingi dunia dengan menggunakan pesawat Challenger. Bisa jadi suatu ketika manusia akan mampu tinggal di salah satu planet di luar angkasa.
-
Jaminan Allah Terhadap Keselamatan Nabi Muhammad SAW
Allah SWT menjamin keselamatan Nabi Muhammad SAW dengan firman-Nya
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ. ٦٧
"Wahai Rasul! Sampaikanlah segala apa yang diturunkan kepadamu dari Robb kamu,Dan jika tidak kamu kerja kan,maka(berarti) tiadalah kamu menyampaikan risalah-Nya, danAllah itu memelihara kamu dari (berbagai gangguan yang direncanakan oleh) manusia.Sesungguhnya Allah itu tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang sama kafir"
Namun karena ada dukungan langsung dari Alloh maka itu muncul. Dukungan dari Allah sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir” . Sehingga Allah berfirman sebagai penegasan dukungan keselamatan :
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ = Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia
Imam Al-Qurtubi memperjelas dalam konteks kerisalahan nabi sebagai rasul. Beliau mengungkapkan sebab rasul tidak berani menyampaikan risalah kenabian secara terang-terangan. Beliau menulis dalam tafsirnya :
قيل: معناه أظهر التبليغ; لأنه كان في أول الإسلام يخفيه خوفا من المشركين, ثم أمر بإظهاره في هذه الآية, وأعلمه الله أنه يعصمه من الناس
Arti “baligh” menurut Imam Al-Qurtubi lebih menampakan pada proses penyampaian amanah kapada masyarakat. Karena di awal penyebaran agama Islam nabi khawatir kepada orang-orang musyrik Makkah. Kemudian Alloh memerintahkan untuk menampakan kerisalahan tersebut dengan diturunkannya ayat ini. Dan Alloh memberitahu kepada nabi bahwa Alloh akan menjaga keselamatannya. Bahkan bila nabi tidak menyampaikan ayat, menyembunyikan risalah dan amanat tersebut maka nabi dikatakan sebagai orang yang “kadzab”, berdusta.
Pernyataan Allah SWT. ini sangat mengagumkan, karena pada waktu itu Rasullah menyampaikan dakwahnya, berkali-kali Rasulullah hamper dibunuh oleh orang kafir. Sebagai contoh misalnya peristiwa menjelang hijrahnya Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Pada saat itu, para pemimpin kafir Qurais sudah sepakat membunuh Nabi Muhammad SAW. pada hari yang sudah ditentukan. Ternyata rencana mereka diketahui oleh Nabi Muhammad SAW. lewat pemberitahuan Malaikat Jibril. Ali bin Abi Thalib diminta menggantikan tidur dikamar beliau. Lalu Rasulullah bersama dengan Abu Bakar Shidiq menyelinap pergi hijrah ke Madinah dengan selamat.
Peristiwa tersebut menunjukkan kebenaran prediksi Al-Qur’an bahwa Nabi Muhammad SAW. akan dilindungi oleh Allah SWT. dari gangguan manusia. Seandainya Rasullulah wafat dibunuh oleh orang kafir, maka kebenaran Al-Qur’an patut diragukan. Tetapi ternyata terbukti bahwa wafatnya Rasulullah tidak disebabkan karena dibunuh oleh orang kafir, tetapi beliau wafat karena sakit.
-
Orang Kafir Tidak Akan Mampu Memadamkan Cahaya Allah
Usaha orang kafir untuk memadamkan nurullah (agama allah) sudah dilakukan sejak zaman Rasullullah dahulu sampai sekarang. Berbagai macam cara sudah mereka lakukan, baik dengan cara halus maupun dengan cara kasar. Mereka tidak akan merasa senang sebelum kita mengikuti agama mereka.
Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 120,
120.“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Upaya sejak dini memisahkan risalah dan pembawa risalah-nya terungkap jelas melalui ayat ini. Yaitu dengan cara memalingkan Rasul dari risalah yang dibawanya. Agen utama mereka ialah orang-orang Yahudi dan Nashrani. Pertama-tama mereka datang membujuk Rasul, tetapi karena gagal, mereka kemudian melakukannya dengan menyebarkan intrik dan indoktrinasi. Pertama-tama mereka menyebarkan berita yang diakuinya sebagai ajaran yang bersumber dari Kitab Suci mereka. “Dan mereka (kaum Yahudi) berkata: ‘Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.’ (2:80). Tujuannya, menjustifikasi supremasi mereka terhadap Rasul dan pengikutnya tanpa harus meninggalkan kebiasan-kebiasaan lama mereka seperti ajaran baru Nabi Muhammad. Paling tidak, kalau umat Rasul sudah mau berpandangan bahwa “semua agam sama saja”, sudah cukuplah. Tidak perlu mereka pindah agama, cukup mengakui supremasi agama-agama lain. Lalu, mereka (yahudi dan Nashrani) sama-sama datang kepada Rasul dan berkata:“Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nashrani.” (2:111). Harapannya, Rasul ‘memakan’ pancingan mereka. Dan dengan begitu mereka memalingkan Rasul ke pihak mereka, bersekutu dengan mereka, menjalankan agenda-agenda mereka, membiarkan mereka mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan negara dan bangsanya, menggelontorkan investasi dengan cara membeli aset-aset yang berada di bawah kontrol Madinah; kendati—secara de-facto—Rasulullah tetap sebagai ‘Kepala Pemerintahan’ yang sah dan dipanuti oleh umat, bangsa, dan negaranya. Itu sebabnya, di sini, Allah tidak menggunakan kata الدِّينِ (ad-dĭyn, aturan hidup), tapi kata مِلّة (millah, pola hidup, cara berfikir). Artinya Rasul tidak perlu mengganti الدِّينِ (ad-dĭyn, aturan hidup), gelar kerasulan, dan baju keagamaannya. Mereka (Yahudi dan Nashrani) juga tidak perlu muncul ke permukaan. Mereka cukup berada di balik layar saja. Yang kelihatan memimpin tetap Rasul. Tetapi yang Rasul musti lakukan ialah melaksanakan rencana-rencana kerja mereka. Apakah Rasul termakan oleh muslihat seperti itu? Tidak. Karena Beliau adalah Khalifah Ilahi yang sah, yang dikontrol langsung oleh Allah sebagai Mursil-nya, yang tak pernah lagi berfikir tentang kepentingan pribadi dan dunianya, maka perangkap politik seperti itu tidak mempan baginya. “Dan betapa banyaknya negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu, yang (tekita) Kami membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka. Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (47:13-14).
Tetapi usaha mereka terbukti tidak berhasil. Negara kita dijajah oleh belanda (yang mayoritas agamnya Nasrani) selama 350 tahun. Namun nyatanya umat islam di Indonesia saat ini masih lebih dari 85%. Hal ini menunjukan kebenaran prediksi al-Quran dalam surat at-Taubah ayat 32,
32.“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.”
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan iktikad jahat Ahli Kitab. Mereka berkehendak memadamkan dan melenyapkan agama tauhid, yaitu agama yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw., agama yang penuh dengan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan Allah swt. dan hal-hal yang tidak wajar bagi-Nya seperti yang dituduhkan oleh mereka bahwa Dia itu mempunyai anak dan lain sebagainya, agama yang berkitab sucikan Alquranul Karim yang penuh petunjuk dari Allah swt. kitab suci yang merupakan mukjizat terbesar sejak diturunkannya sampai akhir zaman nanti.
Untuk memenuhi kehendak busuknya itu, orang-orang Ahli Kitab menyebarkan fitnah dan celaan terhadap Rasulullah saw., sahabat-sahabatnya dan juga kepada kaum Muslimin. Mereka tidak senang melihat agama Islam itu mendapat sambutan baik dari masyarakat dan mendapat kedudukan yang tinggi pada permukaan bumi ini sehingga tidak ada agama yang lebih tinggi pada permukaan bumi ini sebagaimana sabda Nabi saw.:
الإسلام يعلو ولا يعلى عليه
Artinya:
Islam itu tinggi dan tidak ada (agama) yang melebihi ketinggiannya.
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Segala macam usaha dan ikhtiar dilakukan oleh mereka, baik dengan jalan halus maupun dengan jalan kasar, berupa kekerasan, penganiayaan, peperangan dan lain sebagainya, demi untuk menghancurkan agama Allah itu yang diumpamakan nur atau cahaya yang menyinari alam semesta ini. Tetapi Allah tidak merestui maksud jahat itu. Semua usaha mereka gagal tidak berhasil, sedang agama Islam makin hari makin meluas, menembus celah-celah dinding sampai ke sasarannya, meluas sampai ke pelosok-pelosok sehingga dunia mengakui kemurniannya sekalipun belum semua umat manusia memeluknya.
Meskipun bukti-bukti telah cukup dan kenyataan-kenyataan telah jelas menunjukkan kebenaran agama Islam, namun mereka tetap membangkang dan memungkirinya. Mereka bekerja keras dengan segala macam usaha dan cara agar kaum Muslimin rela meninggalkan agamanya atau memeluk agama mereka. Janganlah terpedaya dengan sikap lemah lembut yang diperlihatkan mereka, karena semuanya itu adalah tipu muslihat dendam yang disembunyikan di dalam hati mereka adalah lebih hebat dan berbahaya.
Saat ini jumlah umat Islam di seluruh dunia sudah lebih dari satu milyar manusia. Tidak ada satu Negara pun di dunia ini yang tidak ada umat islamnya. Insya allah jumlah umat Islam semakin hari akan semakin bertambah banyak. Walaupun orang-orang kafir tidak suka.
-
Muhammad SAW. adalah Nabi Terakhir
Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 40, Allah SWT. berfirman,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Kata khatamannabinyinna (penutup nabi-nabi) menurut orang-orang Ahmadiyah Qodian diartikan sebagai cincin nabi-nabi, sehingga mereka mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW. bukanlah nabi trakhir tetapi ada nabi lagi sesudah itu, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Padahal kata tersebut dalam kamus Al-Munawir (1997:332) diartikan menyelesaikan, membaca seluruhnya dan membubuhi cap. Dengan demikian tidak tepat bila diartikan sebagai cincin nabi-nabi. Pengertian semacam ini dipotong oleh hadits Rasulullah:
“tidak ada lagi nabi sesudahku.” (HR. Bukhari).
Tatkala Rasulullah saw nikah dengan Siti Zainab, banyak orang-orang munafikin yang mencela pernikahan itu karena dipandang sebagai menikahi bekas istri anaknya sendiri. Maka Allah menurunkan ayat ini yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw tidak usah khawatir tentang cemoohan dan kritikan orang-orang yang mengatakan bahwa beliau menikahi bekas istri anaknya, karena Zaid itu bukan anak kandung beliau pribadi tetapi hanya sebagai anak angkat saja. Dan Muhammad bukan sekali-kali bapak dari seorang laki-laki di antara umatnya akan tetapi ia adalah utusan Allah dan Nabi-Nya yang penutup. Tidak ada Nabi lagi setelah beliau. Dan Nabi Muhammad saw itu adalah bapak dari setiap orang kaum muslimin dalam segi kehormatan dan kesayangan, sebagaimana setiap Rasul pun adalah bapak dari sekalian umatnya Muhammad itu bukan bapak dari seorang laki-laki dan umatnya dengan pengertian "bapak" dalam segi keturunan yang menyebabkan haramnya musaharah, akan tetapi beliau adalah bapak dari segenap kaum mukminin dalam segi agama, sebagaimana beliau pula mempunyai rasa kasih sayang kepada seluruh umatnya untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat seperti kesayangan seorang ayah terhadap anak-anaknya. Putra-putri Nabi saw dari Siti Khadijah tiga orang, yaitu Qasim, Tayyib dan Tahir di mana semuanya meninggal dunia sebelum balig. Dan dari Mariya Qibtiyah seorang anak laki-laki bernama Ibrahim yang juga meninggal ketika masih kecil. Dan empat anak perempuan dari Siti Khadijah yaitu Zainab, Rokayyah, Ummu Kalsum dan Fatimah. Yang tiga pertama meninggal setelah enam bulan Nabi wafat. Dan Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala sesuatu siapa yang diangkat sebagai Nabi-Nabi yang terdahulu dan siapa yang diangkat sebagai nabi penutup.
Penyataan Allah SWT. bahwa Muhammad SAW. adalah nabi terakhir adalah satu pernyataan yang luar biasa. Sebab memprediksikan sesuatu tidak akan terjadi jauh lebih sulit dibandingkan memprediksi sesuatu yang akan terjadi. Apabila dalam kenyataannya banyak orang yang mengaku sebagai nabi. Mulai dari Musailamah Al-Khadzab, Mirzan Ghulam Ahmad sampai Eliya Muhammad dari Amerika Serikat. Namun semuanya terbukti tidak ada satupun dari mereka yang layak dijadikan sebagai nabi. Hal ini membuktikan kebenaran prediksi Al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP
-
Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah kami uraikan, dapat disimpulkan bahwasannya semua prediksi Allah SWT yang terdapat di dalam AL – Qur’an tepat dan benar benar terjadi. Tak ada satupun prediksi yang menyeleweng, semua terjadi sama seperti yang tertera dalam kitab suci Al – Qur’an. Hal ini membuktikan bahwa Al – Qur’an memang benar benar datang dan merupakan firman-Nya. Karena tidak mungkin dan tidak akan pernah ada yang mampu memprediksikan sesuatu yang sampai serinci dan setepat ini. Dan taka da satupun yang dapat memadamkan cahaya agama islam karena agama tersebut merupakan agama yang berasal dari Allah. Dan bahwa tidak ada nabi lagi selain Nabi Muhammad SAW. karena beliaulah nabi terakhir di zaman ini dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
-
Amin, Ma’ruf. 2013. Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia: Al-Qalam.
-
Asy-Syafi’I, Imam. 2009. Tatsir Ibnu Katsir.Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i
-
Quthb Muhammad. 1995. Perlukan Menulis Ulang Sejarah Islam?. Jakarta: Gema Insani Press
Referensi Internet:
-
http://kaheel7.com/id/index.php?option=com_content&view=article&id=172:rahasia-alam-semesta-dan-ruang-angkasa-1&catid=35:astronomi-a-ruang-angkasa&Itemid=54
-
http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/penutup-para-rasul-tidak-ada.htm
Dostları ilə paylaş: |