PREDIKSI MALAM LAILATUL QODAR MENURUT AL-GHOZALY DAN AS-SYADZILY
PREDIKSI MALAM LAILATUL QODAR MENURUT AL-GHOZALY DAN AS-SYADZILY
Sudah barang yg maklum bila ditiap Ramadhan banyak sekali orang yg memburu lailatul Qodar,, terlepas dari itu tidak salah bila kita memakai pendapat Hujjatul islam, alim allamah dan fahamah, min ba'di ulama tasawuf al-imam Abi hamid muhammad bin muhammad bin muhammad Al-ghozaly at-thusy alaih rahmah.
Dalam kitab I'anatut tholibin, jilid II, cetakan Thoha putra semarang, halaman 257, baris ke enam dari bawah disebutkan:
Al-ghozaly dan lainnya berkata:
"sungguh malam lailatul Qadar bisa diketahui dengan hari puasa awal bulan itu, apabila awal puasa hari:
-Ahad atau Rabu, maka lailatul qodar pada malam ke 29.
-atau hari Senin, maka malam ke 21.
-atau hari Selasa atau Jumat, maka malam ke 27.
-atau hari Kamis, maka malam ke 25.
-atau hari Sabtu, maka malam ke 23".
As-syeh Abu al-hasan berkata:
"dengan kaidah ini (rumus al-ghozaly) yang telah sampai padaku, aku selalu mendapatkan lailatul Qodar".
--------------------------------
Dalam Hasyiyah as-showi ala tafsir jalalain, jilid IV, cetakan Darul kutub al-ilmiyah, tahun 2002 M/ 1424 H, halaman 402 di sebutkan:
Diriwayatkan dari Abi al-hasan as-syadzily,
"apabila awal puasa hari:
-Ahad, maka lailatul qodar malam ke 29,
-Senin, maka lailatul qodar malam ke 21,
-Selasa, maka lailatul qodar malam ke 27,
-Rabu, maka lailatul qodar malam ke 29,
-Kamis, maka lailatul qodar malam ke 25,
-Jumat, maka lailatul qodar malam ke 27,
-Sabtu, maka lailatul qodar malam ke 23".
--------------------------------
Menurut banyak ulama yang arif, lailatul qodar mempunyai tanda:
-matahari yg terbit di pagi hari cahayanya sedikit (tidak panas) karna menggemanya nur-nur malaikat yang naik-turun di malam lailatul qodar.
Ciri dan tanda datangnya malam Lailatul Qadar 2015 menjadi topik penting dalam 10 hari terakhir Ramadhan. Umat islam berbondong-bondong demi memperoleh keagungan malam tersebut, yang tidak diketahui kapan tibanya, tetapi hanya dikaruniakan Allah kepada umat Islam, dan tidak diberikan kepada umat sebelumnya. Apa saja keistimewaan Lailatul Qadar?
Secara harafiah, Lailatul Qadar berarti ‘malam kekuatan atau malam kemuliaan’. Malam ini dilukiskan dengan indah dalam Surah Al-Qadr:1-5, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhan untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan hingga terbit fajar.”
Keistimewaan Lailatul Qadar ini tersimpan dalam balutan rahasia. Umat islam tidak diberitahu kapan malam kekuatan ini hadir. Banyak yang meyakini, malam ini datang pada tanggal ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan.
Rasulullah saw. bersabda, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (H.R Bukhari). Selanjutnya ada riwayat lain, “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Banyak pula yang menganggap, Lailatul Qadar bisa ditandai dengan keadaan alam pada malam tersebut. Beberapa riwayat mencantumkan, malam tersebut tenang, angin sepoi-sepoi. Ini disusul dengan keesokan harinya, matahari tidak terlalu panas dan langit berawan. Menurut Dr HM Muchlis Hanafi, pakar tafsir dari Universitas Al Azhar Mesir, dikutip Republika, Lailatul Qadar lebih besar dari ciri-ciri seperti itu.
“‘Tanda-tanda fisik semacam itu secara logika, sulit diterima. Karena, sangat relatif, tergantung musim. Kalau musim hujan, ya, pasti mendung, apalagi dengan perubahan iklim sekarang. Jadi, tanda-tanda fisik itu tidak bisa dijadikan ukuran. Tanda yang pasti adalah salaamun hiya hatta mathla’il fajr (penuh dengan kesejahteraan hingga terbit fajar),” papar Mukhlis.
Pemaknaan kesejahteraan hingga terbit fajar ini, tidak hanya sebatas fajar keesokan hari setelah Lailatul Qadar. Tetapi juga, bisa bermakna, kesejahteraan, kedamaian, dan keberkahan hingga tiba fajar kehidupan yang lebih abadi, alam akhirat. Dengan demikian, tanda-tanda seseorang memperoleh keberuntungan dari Lailatul Qadar juga bisa dilihat dari sini.
Seorang muslim yang mencari Lailatul Qadar, semestinya mengalami perubahan dalam sisi spiritualnya. Orang tersebut akan melakukan iktikaf, berdiam diri di dalam masjid demi ridha Allah dan terus berintrospeksi atas perbuatan-perbuatannya.
Oleh karena itu, seharusnya, dari kegiatan ini ia akan lebih dekat kepada Allah, lebih ikhlas, lebih mudah bersyukur, dan lebih berlepas-lepas dari kepentingan duniawi. Andaikan ia mampu mempertahankan hal-hal ini tidak hanya selama Ramadhan, tetapi pada bulan-bulan berikutnya, dan terus ada peningkatan, insya Allah orang tersebut masuk dalam golongan mereka yang beruntung memperoleh berkah Lailatul Qadar.
Pada dasarnya Rasulullah Muhammad SAW banyak beribadah Qiyamu Ramadhan dan menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan yang pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka. Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti bila terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah SWT.
Hanya saja, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:
تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان
"Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. " (Muttafaqun 'alaihi dari Aisyah radhiyallahu 'anha)
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ)) هذا لفظ البخاري.
"Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya." Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ )) رواه مسلم.
"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya."
Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu Anha:
( أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله ))
"Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau."
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)". (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha)
Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba di tujuh hari terakhir. Maka
Rasulullah bersabda:
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
"Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. " (Muttafaqun 'alaihi dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma)
Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan. " (HR. Muslim dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma)
Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar:
لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ
"(Dia adalah) malam ke-27. " (HR. Abu Dawud, dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Sahabat Ubay bin Ka'b radhiyallahu 'anhu menegaskan:
والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين
Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)
Dengan demikian dapat diberi kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh akhir Ramadan, terutama pada malam tanggal ganjil.
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:
(( أَنَّهُ r قَامَ بِهِمْ لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ، وَخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ، وَسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، وَذَكَرَ أَنَّهُ دَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ خَاصَّةً ))
"Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak shalat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27)."
Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.
Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadan :
1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 29 Ramadan
2. Jika malam pertama jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan
3.Jika malam pertama jatuh pada Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadan
4.Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan
5.Jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.
Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi'iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama' yang telah menemui Lailatul Qadar. Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin; juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; Tafsir Shawi; kitab I'anah at-Thalibin II/257; Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah 'Ala Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I'anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258; juga kitab Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathoni.
Ibn Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan, "Ikhtilafuhum rohmah", prbedaan ulama (dalam masalah fiqih) adalah rahmat. Beliau mngatakan hal ini dlm kitab beliau Lum'atul I'tiqod. Bahkan ada yg ktakan ada hadits "ikhtilafu ummaty rohmah", Nampaknya benar2 berlaku di Indonesia pada Ramadhan kali ini.sabda Rasululloh saw: "Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW brsabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam2 ganjil di 10 hari trakhir Ramadhan" (HR. Bukhari. Mengapa brlaku dan trjadi? hadist Rasululloh di atas dikatakan bhwa laillatul qodar itu pd malam2 ganjil, dan di indonesia pada Ramadhan kali ini malam2 ganjil terjadi di setiap malam. Mengapa demikian? Puasa Ramadhan kali ini Pemerintah & mayoritas Ormas Islam trmasuk NU puasa hari Sabtu, sdangkan saudara kita Muhammadiyah dan FPI Puasa Ramadhan lbih awal di hari Jum'at, jd pd malam ini Muhammadiyah malam ke 25 dan Nu srt mlm 26, maka akan ada dua malam lailatul qodar di Indonesia, bukankah ini suatu berkah dan rahmat bagi negeri ini..
Setiap muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya rutin dibanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang.
keistimewaan Lailatul Qadar yang begitu utama dari malam lainnya.
1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur'an
Ibnu 'Abbas dan selainnya mengatakan, "Allah menurunkan Al Qur'an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul 'Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur'an kepada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan keistimewaan Lailatul Qadar.
2. Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta'ala berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al Qadar: 3).
An Nakha'i mengatakan, "Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan." (Latha-if Al Ma'arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa.
3. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (QS. Ad Dukhon: 3).
Malam penuh berkah ini adalah malam 'lailatul qadar' dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut, apalagi dirinci dengan point-point selanjutnya.
4. Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar
Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta'ala berfirman,
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril" (QS. Al Qadar: 4)
Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur'an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14: 407)
Malaikat Jibril disebut "Ar Ruuh" dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
5. Lailatul Qadar disifati dengan 'salaam'
Yang dimaksud 'salaam' dalam ayat,
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
"Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar" (QS. Al Qadr: 5)
yaitu malam tersebut penuh keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Demikianlah kata Mujahid (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14: 407). Juga dapat berarti bahwa malam tersebut, banyak yang selamat dari hukuman dan siksa karena mereka melakukan ketaatan pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini menunjukkan keutamaan luar biasa dari Lailatul Qadar.
6. Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan
Allah Ta'ala berfirman,
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah" (QS. Ad Dukhan: 4).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335) menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu 'Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhahhak dan ulama salaf lainnya.
Namun perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (8: 57)- bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan untuknya.
7. Dosa setiap orang yang menghidupkan malam 'Lailatul Qadar' akan diampuni oleh Allah
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari no. 1901)
Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa yang dimaksud 'iimaanan' (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan 'ihtisaaban' bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya'
TANDA TANDA DATANGNYA MALAM LAILATUL QADAR
Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly dan Syaikh Ali Bin Hasan Bin Ali Bin Abdul Hamid dalam laman Suara Al Qur'an menyebutkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam antara tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. Pendapat-pendapat yang ada berbeda-beda. Imam Al Iraqi dalam risalahnya 'Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar', membawakan perkatan para ulama;
Imam Syafi'i berkata, "Menurut pemahamanku, wallahu a'lam, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, "Apakah kami mencarinya di malam hari?", beliau menjawab, "Carilah di malam tersebut.". (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits 'Aisyah radiyallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) "Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan"
Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai luput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga menggambarkan tanda-tanda datangnya malam mulia ini sebagai berikut:
1. Udara dan suasana pagi yang tenang. Ibnu Abbas radliyallahu'anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah."
2. Esok harinya cahaya matahari agak meredup, bersinar cerah tapi tidak kuat. Ubay bin Ka'ab radliyallahu'anhu berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar seperti dulang."
3. Bulan nampak separuh bulatan. Abu Hurairoh ra pernah berkata bahwa mereka pernah berdiskusi tentang lailatul qadar disamping Rasulullah SAW lalu beliau bersabda; "Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh dulang."
4. Sewaktu malam tampak terang, tidak dingin, tidak berawan, tidak hujan, tidak panas, tidak ada angin kencang, dan tidak ada aktivitas meteor yang jatuh digalaksi. Rasulullah SAW bersabda: "Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)" (HR. at-Thobroni dalam al-Mu'jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan), sebagaimana hadits dari Watsilah bin al-Asqo'.
5. Terbawa kedalam mimpi. Beberapa sahabat Rasulullah SAW mengalami mimpi berjumpa dengan malam lailatul qadar.
6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Allah, tidak seperti malam-malam lainnya.
sa awal bulan itu, apabila awal puasa hari:
-Ahad atau Rabu, maka lailatul qodar pada malam ke 29.
-atau hari Senin, maka malam ke 21.
-atau hari Selasa atau Jumat, maka malam ke 27.
-atau hari Kamis, maka malam ke 25.
-atau hari Sabtu, maka malam ke 23".
As-syeh Abu al-hasan berkata:
"dengan kaidah ini (rumus al-ghozaly) yang telah sampai padaku, aku selalu mendapatkan lailatul Qodar".
Dalam Hasyiyah as-showi ala tafsir jalalain, jilid IV, cetakan Darul kutub al-ilmiyah, tahun 2002 M/ 1424 H, halaman 402 di sebutkan:
Diriwayatkan dari Abi al-hasan as-syadzily,
"apabila awal puasa hari:
-Ahad, maka lailatul qodar malam ke 29,
-Senin, maka lailatul qodar malam ke 21,
-Selasa, maka lailatul qodar malam ke 27,
-Rabu, maka lailatul qodar malam ke 29,
-Kamis, maka lailatul qodar malam ke 25,
-Jumat, maka lailatul qodar malam ke 27,
-Sabtu, maka lailatul qodar malam ke 23".
--------------------------------
Menurut banyak ulama yang arif, lailatul qodar mempunyai tanda:
-matahari yg terbit di pagi hari cahayanya sedikit (tidak panas) karna menggemanya nur-nur malaikat yang naik-turun di malam lailatul qodar.
Malam Lailatul Qodar
Dalam kitab Minhajul Qawim karya Ibn Hajar al Haitami diterangkan bahwa Lailatul Qadr tidak berpindah dari malam ke malam lain, adapun pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadr berpindah dari suatu malam ke malam lain diantaranya adalah an Nawawi dan lainnya berdasarkan sejumlah Hadits yang berlainan pada tempatnya dan beliau menganjurkan untuk menghidupkan seluruh malam kesepuluh terakhir bulan Ramadhan.
Ulama-ulama’ al Jama’ah (4 madzhab) , di antaranya Imam Syafi’i r.a membolehkan menghidupkan malamnya (dengan shalat lail dan dzikir-dzikir) dan beliau menangguhkan pada malam ke-21, ke-23 kemudian seluruh malam-malam ganjil, inilah yang dikhususkan umat saat ini dan malam yang berbeda dengan malam lain dengan segala perkara yg mulia, malam yang paling utama dengan kesunnahan, dan akhirnya sampai hari kiamat menurut kesepakatan para ulama.
Dan yang dimaksud tidak adanya lailatul qadar dalam hadits adalah tidak adanya tanda-tanda alam, jika tidak ada maka tidak dianjurkan bertamasuh (bermunajat doa lailatul Qadr) pada malamnya,
Dan berdoa pada lailatul Qadr
اللهم انك عفو تحب العفو فعف عني
“Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu ‘anni”
berdasarkan hadits shahih sesungguhnya Nabi s.a.w memerintah Aisyah untuk berdoa seperti diatas jika menemukan lailatul Qadr, dan menyembunyikan bahwa mengetahui lailatul Qadr adalah sunnah, dan menghidupkan malamnya, menghidupkan hari (pagi) nya seperti malamnya dengan ibadah secara ikhlas dan dengan iman yang shihat dan berusaha meluangkan waktu untuk Allah pada waktu tersebut karena firman Allah Ta’ala :
ليلة القدر خير من الف شهر
“lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan”
Maksudnya adalah amal pada lailatul Qadr lebih baik dari pada amal dalam seribu bulan (83,4 Tahun) dan telah shahih dalam hadits:
من قام ليلة القدر إيمانا
“barang siapa menghidupkan (sholatul lail, dsb) Lailatul Qadr karena Iman” maksudnya adalah membenarkan adanya lailatul Qadr adalah perkara yang haq, secara taat dan ikhlas yakni mengharap ridha Allah Ta’ala dan pahala, dan tidak karena riya/pamer dan sejenisnya..
غفر الله ما تقدم من ذنبه
“Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu” dan menyamakan (giat ibadah) lailatul Qadr dengan paginya
sebagian dari tanda-tandanya adalah tidak adanya panas dan dingin dengan terbitnya matahari yang samar tanpa banyak sinar, sesuai hadits Muslim. Dan hikmah (sebab) tanda-tanda tersebut adalah para Malaikat naik turun, matahari tertutup sayap-sayap dan jasad mereka yang lembut (terbuat dr cahaya) menutupi matahari dan sinarnya, dan tidak memperoleh keutamaan kesempurnaan lailatul Qadr kecuali orang yang menghidupkan lailatul Qadr.
Demikianlah penjelasan Ibn Hajar dalam minhajul qawim..
jika awal puasa dimulai dari hari jum’at maka lailatul Qadr jatuh pada malam ke-27, dan jika awal puasa dimulai hari sabtu maka lailatul Qadr jatuh pada malam ke-23. sesuai dengan pengalaman-pengalaman mereka.
Dostları ilə paylaş: |