Program magister ilmu komunikasi pascasarjana unisba



Yüklə 333,96 Kb.
səhifə9/14
tarix26.07.2018
ölçüsü333,96 Kb.
#59541
1   ...   6   7   8   9   10   11   12   13   14

Gerakan SalafiHaraki


SalafiHarakimemiliki basis yang sama dengan SalafiKonvensional, yakni pembaharuan dari gerakan Wahhabi.Namun, mereka berpendapat bolehnya mendirikan organisasi formal dalam beramal dan berdakwah. Karenanya mereka kemudian mendirikan organisasi-organisasi dakwah untuk menunjang kinerja mereka.

Tidak seperti SalafiKonvensional yang banyak terlibat dalam pertikaian dan saling memperebutkan istilah “Salafi”, SalafiHaraki lebih banyak memfokuskan kegiatannya dalam amal sosial dan dakwah. Pendekatan dakwah ini juga mulai ditiru oleh SalafiHalabi, perbedaannya mereka tidak membentuk organisasi formal.

Pemikiran SalafiHaraki dapat dikatakan merupakan gabungan dari pemikiran SalafiKonvensional dan keorganisasian IM. Dua corak itu bertemu dan melahirkan corak baru dalam gerakan Islam. Sebagian orang menyebut gerakan SalafiHaraki ini “bayna Al-Banna wa Albani” di antara Hasan Al-Banna dan Nashiruddin Al-Albani. Hasan Al-Banna adalah pendiri IM dan Nashiruddin Al-Albani adalah salah satu ulama Ahlul Hadits yang banyak dijadikan rujukan oleh para aktivis SalafiKonvensional.

Di Indonesia, organisasi-organisasi dakwah bercorak Wahhabi mulai bermunculan, di antaranya Wahdah Islamiyah (WI),61Harakah Sunniyah untuk Masyarakat Islam (HASMI),62 dan Jum’iyah An Najat.63 Kesamaan SalafiHaraki dengan SalafiKonvensional adalah dalam permasalahan sunnah-bid’ah dan tauhid-syirik. Mereka sangat tegas dalam upaya untuk menghapuskan bid’ah dan syirik. Perbedaannya dalam komunikasi dakwahnya, mereka cenderung lebih lunak dalam menghadapi audiens.

Selain itu, aktivis SalafiHaraki juga tidak disibukkan dengan pertikaian dalam masalah fikih karena mereka menganut talfiq madzhab. Sehingga bila ada perbedaan dalam masalah fikih, selama hal itu memiliki landasan dalil yang kuat, maka tidak akan menjadi pemicu perpecahan. Karenanya, seringkali kita lihat bahwa di antara aktivis SalafiHaraki sendiri terdapat perbedaan dalam masalah-masalah fikih yang sifatnya cabang.64

  1. Gerakan SalafiJihadi


Gerakan ini lahir sebagai akibat bercampurnya antara pemikiran gerakan satu dengan yang lain. SalafiJihadi (atau sering disingkat dengan Jihadi) merupakan gabungan antara sebagian pemikiran Sayid Qutb dengan dakwah SalafiKonvensional (As-Suri, 2009: 23-24)

Pada akhir 1970-an, muncul kontribusi yang sangat kuat berupa buku kecil karya Muhammad Abdussalam Farag yang berjudul Al-Faridhah Al-Ghaibah (Kewajiban yang Telah Hilang), yang menghadirkan kembali khazanah fikih jihad dari kitab-kitab warisan Ibn Taymiyah dan muridnya, IbnQayimAl-Jawziyah; khususnya yang berkaitan dengan darul kufr, darul Islam, hakimiyyah, riddah, dan persoalan jihad.

Dari situ kemudian bermunculan buku-buku serupa dengan begitu deras, khususnya dalam fase jihad Afghanistan dan berkuasanya pemerintahan Taliban di sana. Berbagai buku yang ditulis Abdullah Azzam (motor jihad di masanya) pun diterbitkan. Buku-buku tersebut dikaji dan disebarkan ke seluruh penjuru negeri sampai membentuk pola pikir baru dalam jiwa aktivis gerakan Islam (Hijazi, 2009: 40).

Pemikiran ini juga dibawa oleh para aktivis Islam Indonesia yang pulang dari jihad Afghanistan. Aktivis yang mayoritasnya merupakan anggota DI itu kemudian ingin melakukan perombakan dalam tubuh DI yang saat itu masih menganut madzhab Asy’ariyah dalam akidah dan cenderung tradisional dalam gaya beragama mereka. Namun, paham SalafiJihadi yang baru diadopsi oleh Abdullah Sunkar dan para alumni Afghanistan ini menimbulkan masalah di tubuh DI.

Pada tahun 1987 DI baru selesai melakukan reorganisasi. Terpilih Ajengan Masduki sebagai imam baru DI. Persoalan ini meruncing karena Ajengan Masduki sendiri seorang penganut Tarekat Sufiyah yang berakidah Asy’ariyah. Buntutnya, terjadi infishal (pemisahan diri) yang dimotori oleh Abdullah Sunkar pada tahun 1992. Ia kemudian mendirikan Jamaah Islamiyah (JI) pada tahun 1993 bersama Abu Bakr Ba’asyir dan beberapa tokoh DI yang memiliki kesamaan paham (Solahudin, 2011: 231-232).

Perbedaan yang mencolok antara DI dengan JI, selain dalam masalah pengambilan madzhab akidah, juga dalam cara pandang politik dan jihad mereka. Pandangan DI masih terlalu tradisional dan terbatas dalam wilayah Nusantara. Sedangkan JI yang sangat dipengaruhi pemikiran SalafiJihadi di Afghanistan membawa visi baru, yakni Jihad Global yang dicetuskan oleh Usamah ibn Ladin dan Al-Qaidah-nya.

Dalam perjalanannya, beberapa organisasi SalafiJihadi bermunculan di Indonesia. Selain JI, beberapa tokoh gerakan SalafiJihadi juga mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada tahun 2000. Abu Bakr Ba’asyir diangkat menjadi Amir dan Irfan S. Awwas sebagai Ketua Pelaksana MMI.

Keamiran ganda Abu Bakr Ba’asyir, yang pada saat itu juga sedang menjabat sebagai Amir JI menggantikan Abdullah Sunkar membuat sebagian anggota JI gusar. Berbagai isu berkembang seputar keamiran Abu Bakr Ba’asyir di MMI. Akibatnya, perpecahan dan ketidakpercayaan muncul di kalangan anggota JI. Sebagian di antara mereka kemudian lepas kendali dan mengambil sikap sendiri dan bergabung dengan orang-orang yang mereka anggap memiliki paham dan misi yang sama. Baik itu dari dalam anggota JI itu sendiri ataupun dari organisasi luar JI, seperti DI/NII, Wahdah Islamiyah (WI), atau MMI.65

Kebingungan dan kemarahan anggota JI kembali terjadi ketika peristiwa Bom Natal tahun 2000. Karena di antara pelaku yang terlibat dalam aksi tersebut ada anggota aktif JI dan anggota DI yang dipengaruhi oleh Hanbali. Hanbali berniat membangkitkan kembali konflik nasional antara Islam dan Kristen di Indonesia. Tindakan Hanbali ini membuat anggota JI marah karena tidak sesuai dengan visi dan misi gerakan JI, dimana mereka sedang berupaya membangun konsep Jihad Global yang dicetuskan oleh Usamah ibn Ladin.

Apa yang dicetuskan oleh Usamah ibn Ladin dengan Jihad Globalnya adalah mengarahkan fokus jihad kepada Amerika dan Israel, serta menghindari konflik dengan para penguasa lokal. Karenanya, dalam wilayah-wilayah non konflik, mereka mengharamkan penggunaan senjata dan konflik, kecuali untuk mempertahankan diri. Hal ini yang seringkali tidak dipahami oleh sebagian pihak.

Para pengamat gerakan Islam seringkali terjebak dengan gaya dan corak pemikiran yang mirip antara SalafiJihadi dengan kelompok Takfiri yang terpengaruh pemikiran Khawarij. Patut diakui bahwa pada masa-masa awal pendirian JI hingga berdirinya Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) pada tahun 2008 oleh Abu Bakr Ba’asyir yang keluar dari JI, dalam tubuh JI terjadi percampurbauran antara pemikiran SalafiJihadi dan Takfiri.

Setelah JAT dideklarasikan, para penganut paham Takfiri sebagian besar lebih memilih bernaung bersama JAT. Sedangkan sebagian lagi cenderung memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok-kelompok pengajian yang digagas oleh Aman Abdurrahman, Halawi Makmun, dan orang-orang yang satu paham dengan mereka.

Alasan para Takfiri keluar dari JI berangkat dari kekecewaan mereka yang menganggap bahwa para tokoh JI telah melunak dengan pemerintah. Mereka juga berkeyakinan bahwa paham JI tidak sesuai dengan apa yang dicetuskan Usamah ibn Ladin dan Al-Qaidah. Bahkan, di antara mereka juga kemudian menyebut JI sebagai “Murji`ahJihadi”, karena menurut mereka JI itu setengah-setengah dalam menyuarakan Jihad dan memiliki cacat dalam permasalahan akidah sebagaimana cacatnya golongan Murji`ah.

Apa yang terjadi di Indonesia juga ternyata terjadi juga pada gerakan SalafiJihadi dalam skala internasional. Al-Qaidah sebagai motor SalafiJihadi mengalami benturan yang keras dengan kelompok Takfiri, terutama pasca kematian Usamah ibn Ladin. Pengganti Usamah ibn Ladin, Ayman Al-Zhawahiri dituding telah mengubah paham Al-Qaidah menjadi lunak dan dekat dengan Murji`ah. Perselisihan ini semakin memuncak saat terjadi konflik di Suriah.

Al-Qaidah Irak yang bernaung di bawah Islamic State of Irak (ISI) mengirimkan bantuan jihad ke Suriah, dan mendirikan organisasi Jabhah Nusrah (JN) di sana. Setelah beberapa fase berlangsung, Amir ISI, Abu Bakr Al Baghdadi memutuskan bahwa JN harus menggabungkan diri dengan pasukan ISI yang baru saja kembali masuk ke Suriah dan segera mendeklarasikan Islamic State of Irak and Sham (ISIS). JN menolak tawaran ini karena tidak ada perintah dan arahan dari Al-Qaidah pusat.

Melihat kondisi ini, Al-Qaidah pusat memberikan perintah kepada ISIS untuk kembali ke Irak dan menyerahkan jihad di wilayah Syam kepada JN. Namun, ISISmenolak tawaran tersebut dan kemudian menyatakan berlepas diri dari Al-Qaidah pusat pimpinan Ayman Al-Zhawahiri.Mereka menganggap Al-Zhawahiri telah mengubah paham Al-Qaidah dan tidak berjalan sesuai dengan arahan Usamah ibn Ladin.

Dalam kondisi seperti itu, JN lebih berpihak kepada Al-Qaidah pusat dan berlepas diri dari ISIS. Akhirnya diketahui bahwa paham Takfiri telah masuk ke dalam tubuh ISIS. Hal ini juga diakui oleh beberapa tokoh ISIS. Para ulama SalafiJihadi seperti Abu Muhammad Al-Maqdisi dan Abu Qatadah Falasthini66 telah memberikan peringatan yang keras kepada ISIS agar mereka kembali kepada paham Salafi Jihadi. Namun, mereka kerap kali menolak, bahkan menuduh faksi-faksi jihad di Suriah telah murtad dan wajib diperangi disebabkan bekerjasama dengan gerakan-gerakanSalafiMurji`ah (bahasa mereka) dan kaum Nasionalis. Dari sinilah muncul konflik internal dari kalangan revolusioner di wilayah Suriah. ISIS di satu pihak dan faksi-faksi revolusioner, termasuk JN (Al-Qaidah Suriah/ SalafiJihadi), Ahrar Syam (SalafiHaraki), dan Jaisyul Hur (FSA/ Nasionalis) di pihak yang lain.

Konflik dan ketegangan antara ISIS (Takfiri) dan JN (Al-Qaidah/ SalafiJihadi) juga mempengaruhi cara pandang aktivis SalafiJihadi di Indonesia. Sebagian besar anggota JI dan MMI dengan tegas menolak paham ISIS, sedangkan sebagian dari mereka dan juga para aktivis JAT, lebih memilih untuk netral dan tidak terlibat dalam perselisihan ini. Dari sini pula batas-batas antara SalafiJihadi dan Takfiri semakin jelas terlihat. Minimal dari dukungan mereka terhadap faksi jihad di Suriah. Siapa yang mendukung ISIS, maka ada kecenderungan ia berpaham Takfiri, bukan Salafi Jihadi.




  1. Yüklə 333,96 Kb.

    Dostları ilə paylaş:
1   ...   6   7   8   9   10   11   12   13   14




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin