Pusaka Madinah


Keutamaan Shalawat Kepada Rasulullah dan Tata Cara serta Macam Macamnya



Yüklə 5,93 Mb.
səhifə26/92
tarix27.10.2017
ölçüsü5,93 Mb.
#16453
1   ...   22   23   24   25   26   27   28   29   ...   92

Keutamaan Shalawat Kepada Rasulullah dan Tata Cara serta Macam Macamnya


Posted by Admin Posted on 11:28:00 PM

Selawat atau Shalawat (bahasa Arab: صلوات) adalah bentuk jamak dari kata salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah. Membaca selawat untuk Nabi, memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah swt untuk Nabi dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga beliau (Nabi) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik dan sehat).

Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan selamat. Jadi saat seorang muslim membaca selawat untuk Nabi, dimaksudkan mendoakan beliau semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa dan selalu mendapatkan keselamatan.

Membaca selawat dan salam untuk Nabi


A. Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Nabi. 

Orang yang membaca selawat untuk Nabi hendaknya disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati beliau. Dalam penjelasan hadits (akhbar al-hadits) disebutkan bahwa apabila seseorang membaca selawat tidak disertai dengan niat dan perasaan hormat kepada Nabi, maka timbangannya tidak lebih berat ketimbang selembar sayap. Nabi saw bersabda : "Sesungguhnya sahnya amal itu tergantung niatnya".

Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap, yaitu :


  1. Salat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.

  2. Dzikir dengan tidak sadar. Allah Swt tidak akan menerima amal orang yang hatinya tidak sadar.

  3. Membaca Selawat untuk Nabi Muhammad saw. tidak disertai dengan niat dan rasa hormat.

Nabi saw. bersabda : "Dan kalau kamu membaca selawat, maka bacalah dengan penuh penghormatan untuk ku."

B. Membaca selawat untuk mencintai dan memuliakan Nabi saw. 

Siti Aisyah ra. berkata : "Barangsiapa cinta kepada Allah Ta'ala, maka dia banyak menyebutnya dan buahnya ialah Allah akan mengingat dia, juga memberi rahmat dan ampunan kepadanya, serta memasukannya ke surga bersama para Nabi dan para wali. Dan Allah memberi kehormatan pula kepadanya dengan melihat keindahan-Nya. Dan barang siapa cinta kepada Nabi saw., maka hendaklah ia banyak membaca selawat untuk Nabi saw., dan buahnya ialah ia akan mendapat syafaat dan akan bersama beliau di surga."

Selanjutnya Nabi saw., bersabda : Barang siapa membaca selawat untukku karena memuliakanku, maka Allah Ta'ala menciptakan dari kalimat (selawat) itu satu malaikat yang mempunyai dua sayap, yang satu di timur dan satunya lagi di barat. Sedangkan kedua kakinya di bawah bumi sedangkan lehernya memanjang sampai ke Arasy. Allah Ta'ala berfirman kepadanya :"Bacalah selawat untuk hamba-Ku, sebagaimana dia telah membaca selawat untuk Nabi-Ku. Maka Malaikat pun membaca selawat untuknya sampai hari kiamat."

Mengucap Salam Kepada Nabi


a. Allah SWT memberi salam kepada setiap orang yang memberi salam kepada Nabi saw., sebagaimana beliau bersabda : “Saya berjumpa Jibril, maka dia berkata : ‘Sesungguhnya saya memberi kabar gembira kepadamu bahw sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: ‘Barangsiapa memberi salam kepadamu, maka Aku memberi salam kepadanya dan barang siapa membaca selawat untukmu, maka Aku membaca selawat untuknya’.”

b. Mengucap salam kepada Nabi saw., lebih utama dari pada memerdekakan budak. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. berkata : “Membaca selawat untuk Nabi itu bisa menghapuskan dosa-dosa, seperti air dingin memadamkan api, dan salam kepada Nabi itu lebih utama dari pada memerdekakan budak”. Nabi saw., bersabda : “Barangsiapa membaca selawat untuk ku satu kali, maka dia menjadi tidak berdosa walaupun sebesar atom dan biji sawi.”

c.Yang membaca salam untuk Nabi 100 kali setiap hari, akan dikabulkan oleh Allah 100 hajat. 30 diberikan di dunia dan 70 diberikan di akherat. Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai tujuh puluh malaikat yang selalu berjalan di muka bumi serta menyampaikan kepadaku salam dari umatku. Maka, apabila ada seseorang dari umatku membaca selawat untukku seratus kali dalam sehari, maka Allah Ta’ala akan akan mengabulkan seratus macam hajatnya, tujuh puluh diberikan diakherat dan tiga puluh di dunia.”

Perintah Membaca Selawat

Perintah Membaca Selawat dalam Al-Qur'an


AL-AHZAB : 56

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi (1). Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (2)."

(1) Berealawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad. (2) dengan mengucapkan perkataan seperti:Assalamu'alaika ayyuhan nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu hai nabi.

Perintah Membaca Selawat menurut Hadits


"Barang siapa yang bersholawat kepadaku (Muhammad) satu kali saja, maka aku akan bersholawat kepadanya sepuluh kali"

Lafaz-lafaz Susunan para Ulama


  1. Selawat "Tafrijiyah"

  2. Selawat "Munjiyah"

  3. Selawat "Badawiyah"

  4. Selawat "Nurul Anwar"

  5. Selawat Mohon syafaat di Hari Kiamat

  6. Selawat Agar diperkenankan berziarah ke Makam Rasulullah saw.

  7. Selawat Agar diperkenankan berziarah ke Baitul Haram

  8. Selawat "Al-Fatih"

  9. Selawat "Sa'adatud-Darain"

  10. Selawat memohon panjang umur dan mendapat rezeki

  11. Selawat "Ra'ufurahhim

  12. Selawat "Al-Wahiditsani"

  13. Selawat "Alfiyyah"

  14. Selawat "Al-Qadril 'Azhim"

  15. Selawat "Al-Qurasyi"

  16. Selawat "An-Nabiyyul Ummi"

  17. Selawat "Adz-Dzatiyyah"

  18. Selawat untuk memperoleh rasa aman dari segala hal yang menakutkan

  19. Selawat "Al-Faraji"

  20. Selawat "Thibbul Qulub"

  21. Selawat "Ahmad Shibagh"

  22. Selawat "Ar-Rizqi"

  23. Selawat "Kunuzul Asrar"

  24. Sehalawat Ibnu Mas'ud

  25. Selawat untuk memperoleh Kegembiraan sepanjang masa

  26. Selawat Ighatsah

  27. Selawat untuk menghilangkan kelupaan

  28. Selawat untuk cepat memahami suatu ilmu

  29. Selawat untuk mencapai yang diinginkan dan menutup Aib

  30. Selawat "Badar" (Badriyah)

  31. Selawat "Syifa"

Seperti yang telah disebutkan bahwa sholawat adalah lafadh jamak dari kata Shalat. Sholawat merupakan bahasa arab yang berarti do'a, rahmat dari Tuhan, memberi berkah dan ibadat.

Kalau shalawat itu dilaksanakan oleh hamba kepada Allah, maka maksudnya hamba itu menunaikan ibadah atau berdo'a kepadaNya, tetapi kalau Allah bersholawat atas hambanya, maka sholawat dalam hal ini artinya adalah bahwa Allah mencurahkan rahmatNya(Allah melimpahkan berkahNya).

Dengan demikian sholawat Allah kepada hambaNya dibagi dua, yaitu khusus dan umum.Sholawat khusus, ialah sholawat Allah kepada rasulNya, para nabiNya, istimewa sholawatNya kepada Nabi Muhammad SAW, sholawat umum ialah sholawat Allah kepada hambaNya yang mu'min.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa arti kata sholawat Allah kepada Nabi Muhammad SAW ialah memuji Muhammad, melahirkan keutamaan dan memuliakannya, memperdekatkannya beliau Muhammad kepada diriNya (Allah).

Adapun pengertian sholawat malaikat kepada Nabi saw, adalah memohon kepada Allah supaya Allah mencurahkan perhatiannya kepada nabi, memohonkan ampun.

Pengertian sholawat dari orang mu'min kepada Nabi SAW  berarti doa supaya beliau Nabi saw diberi rahmat,  mengakui kerasulannya serta memohon kepada Allah melahirkan keutamaan dan kemuliaannya yang pada gilirannya mengakui bahwa agama yang dibawa nabi Muhammad sebagai agama yang mulia diatas agama yang lain dan melahirkan kemuliaan beliau SAW di atas kemuliaan nabi-nabi yang lain.



Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa bersholawat artinya:

  1. apabila sholawat dari Allah berarti member rahmat;

  2. Sholawat dari malaikat berarti memohonkan ampun;

  3. Sholawat dari orang mu'min berarti berdo'a supaya diberi rahmat seperti perkataan "ALLAHUMMASHOLLI ALAA MUHAMMAD" artinya : Ya Allah , limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw"

Dalam perkembangannya, sholawat banyak macamnya serta banyak pula keutamaan,manfaat, faedah serta berkahnya.

Sholawat Nabi itu banyak sekali macamnya diantara yang diketahui adalah :
1. Sholawat "Nariyah / Tafrijiyah"
2. Sholawat "Munjiyat"
3. Sholawat "Badawiyah"
4. Sholawat " Kubro"
5. Sholawat "Kamaliyah"
6. Sholawat "Ibrahimiyah"
7. Shalawat "Basyairul Khairat"
8. Shalawat "Al-Fatih"
9. Shalawat "Sa'adatud-Darain"
10. Shalawat "Mohon Rizqi Banyak"
11. Shalawat "Ra'ufurahhim
12. Sholawat "Bariyyah"
13. Shalawat "Alfiyyah"
14. Shalawat "Al-Qadril 'Azhim"
15. Shalawat "Al-Qurasyi"
16. Shalawat "An-Nabiyyul Ummi"
17. Sholawat "Nuridzati"
18. Shalawat "Untuk menyembuhkan Penyakit"
19. Shalawat "syifa' (Obat)"
20. Shalawat "Tibbil Qulub"
21. Shalawat "Ahmad Shibagh"
22. Shalawat "Ar-Rizqi"
23. Shalawat "Kunuzul Asrar"
24. Shalawat Ibnu Mas'ud
25. Sholawat "Pembuka Pintu Ilmu"
26. Shalawat Ighatsah
27. Shalawat untuk menghilangkan kelupaan
28. Shalawat untuk cepat memahami suatu ilmu
29. Shalawat untuk mencapai yang diinginkan dan menutup Aib
30. Shalawat "Badar" (Badriyah)
31. Shalawat "Asnawiyyah"
32. Sholawat "Rekais"
33. Sholawat "Nurul Anwar"
34. Sholawat " Quthbul Aqthab "
______dan lain lain_
Manfaat dan Keajaiban Membaca Shalawat

  1. Membaca shalawat sebagai bentuk realisasi ketaatan kepada perintah Allah Ta’ala.

  2. Mencontoh Allah dalam membaca shalawat.

  3. mencontoh para malaikat-Nya.

  4. Mendapat balasan sepuluh rahmah dari Allah setiap membaca sekali shalawat.

  5. Diangkat sepuluh derajat karena membaca sekali shalawat.

  6. Ditulis sepuluh kebaikan bagi yang membaca sekali shalawat.

  7. Dihapus sepuluh keburukan bagi yang membaca sekali shalawat.

  8. Menjadi sebab utama dikabulkan doa.

  9. Menjadi sebab meraih syafaat Nabi.

  10. Mendapat pengampunan dari Allah.

  11. Allah akan mencukupi hidupnya dari berbagai macam keluh kesah.

  12. Sebagai sebab dekatnya seorang hamba dengan Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam nanti pada hari kiamat.

  13. Shalawat bisa mengganti dan menduduki ibadah shadaqoh.

  14. Menjadi sebab terpenuhi berbagai macam hajat kebutuhan.

  15. Meraih shalawatnya Allah dan shalawatnya para malaikat atasnya.

  16. Menjadi sebab seseorang meraih kesucian dan kemuliaan.

  17. Orang yang gemar membaca shalawat akan mendapat kabar gembira sebelum matinya.

  18. Akan meraih keamanan dan keselamatan dari rintangan hari kiamat.

  19. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam akan menjawab shalawat dan salam kepada orang-orang yang membaca shalawat dan salam kepadanya.

  20. Bisa membantu seorang hamba mengingatkan sesuatu yang terlupa.

  21. Menjadi sebab berkahnya suatu majlis agar tidak kembali pulang dalam keadaan merugi dan cacat.

  22. Membaca shalawat mampu mengusir dan melenyapkan kemiskinan.

  23. Membaca shalawat mampu menghilangkan penyakit bakhil dari seorang hamba.

  24. Menjadi selamatnya seorang hamba dari doanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam yang buruk, karena beliau mendoakan celaka bagi yang mendengar nama disebut tidak membaca shalawat.

  25. Membaca shalawat menjadi jalan menuju sorga.

  26. Selamat dari busuknya majlis karena membaca shalawat.

  27. Membaca shalawat menjadi penyempurna bagi pembicaraan pada saat berkhutbah.

  28. Menjadi sebab sempurnanya cahaya seorang hamba pada saat meniti titian.

  29. Membaca shalawat akan mengeluarkan seseorang dari sifat kasar dan keras kepala.

  30. Menjadi sebab langgengnya pujian Allah atasnya.

  31. Mendatangkan keberkahan kepada orang yang membaca shalawat.

  32. Orang yang membaca shalawat akan meraih rahmat dari Allah.

  33. Sebagai bukti cinta Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam secara abadi.

  34. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam akan selalu mencintai orang yang membaca shalawat.

  35. Menjadi sebab seorang hamba meraih hidayah.

  36. Nama orang yang membaca shalawat akan disampaikan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam

  37. Menjadi sebab teguhnya kaki pada saat meniti titian.

  38. Dengan membaca shalawat berarti seseorang telah menunaikan haknya Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam atasnya.

  39. Mengandung dzikir dan syukur kepada Allah.

  40. Shalawat adalah doa karena dengan membaca shalawat berarti telah memuji khalilullah dan kekasih-Nya. Dengan itu berarti telah mendoakan baik untuknya.

______________

(Di salin dari kitab yang ditulis Abu Muhammad Abdul Haq al-Hasyimi)

Sumber: Artikel Buka Hati Menuntut Ilmu

 

Hadits Tentang Keajaiban Membaca Shalawat

Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Imam para utusan, penutup para nabi, diutus pembawa rahmat bagi alam semesta, panglima bagi orang-orang yang memiliki muka bercahaya, pemberi syafaat bagi orang-orang yang berdosa, dan pemilik bendara pujian pada hari pembalasan. Semoga shalawat juga tercurah atas keluarganya yang bersih dan para shahabatnya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {56}

 

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. 33:56)

Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali maka Allah akan membalasnya sepuluh kali.

Pelayan kedua wahyu, penggemar dua tanah suci, dan pecinta utusan Allah bagi bangsa jin dan manusia berkata, “risalah ini saya himpun untuk menjelaskan tentang keajaiban membawa shalawat kepada penghulu anak Adam. Saya himpun sebagai hadiah bagi para pembawa shalawat Nabi. Saya menurunkan delapan puluh hadits tentang shalawat yang saya sertakan rujukan dan faedahnya, yang saya ringkas dari kitab “Jalaul Afham” karya Ibnu Qayyim, dan saya menambahi isinya kemudian saya beri judul “al-Arbainin Fis Shalah ala Ibnu Dzabihain”. Saya memohon kepada agar menjadikan tulisan ini sebagai perantara untuk meraih syafaat dan penjamin selamat.



Ditulis oleh: Abu Muhammad Abdul Haq al-Hasyimi 1363 H

1. Dari Abu Bakar as-Shiddiq berkata bahwa aku mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:

من صلي علي كنت شفيعه يوم القيامة

 Barangsiapa yang bershalawat kepadaku, maka aku akan memberinya syafaat pada hari kiamat. (Hadits riwayat Ibnu Syahiin dalam at-Targhib dan Ibnu Basykawal).

2. Dari Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:

من صلى عليك واحدة صلى الله عليه وسلم عشرا ورفع له عشر درجات  

 Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali shalawat, maka Allah akan membalas sepuluh kali shalawat dan mengangkatnya sepuluh derajat. (Dikeluarkan Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu Abu Syaibah, al-Bazzar, Ibnu Syahiin dan al-Ismaili dengan sanad ma’lul).

3. Dari Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:

"البخيل الذي من ذكرت عنده فلم يصل علي".

 Manusia bakhil adalah orang yang disebut namaku di sisinya, tetapi tidak membaca shalawat kepadaku. (Dikeluarkan Imam at-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa hadits hasan shahih. Dan juga dikeluarkan Imam Nasa’i, Ibnu Hibban dal al-Hakim).

4. Dari Ali bin Abu Thalib[2] berkata bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:

"من سره أن يكتالَ بالمكيالِ الأوفى إذا صلَّى علينا أهل البيت فليقل: اللهم صلِّ على محمدٍ النبيِّ الأمي وأزواجه أمهات المؤمنين وذريته وأهل بيته، كما صليت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ".

 Barangsiapa yang ingin mendapat balasan dengan takaran yang penuh ketika membaca shalawat kepada kami, ahli bait, maka hendaknya membaca: Allahumma Shalli Ala Muhammad an-Nabi al-Ummi, Wa Azwajihi Ummahatil Mukminin Wa Dzurriatihi Wa Ahli Baitihi, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Innaka Hamidun Majid (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, seorang nabi yang ummi, kepada isteri-isterinya sebagai ibunda kaum mukminin, anak cucunya dan keluarganya sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. (Dikeluarkan Imam an-Nasa’i)

5. Hadits Dari Abu Mas’ud.

عن أبي مسعود الأنصاري أنه قال: أتانا رسول اللّه صلى الله عليه وسلم في مجلس سعد بن عبادة فقال له بشير بن سعد: أمرنا اللّه أن نصلي عليك يارسول اللّه، فكيف نصلي عليك؟ فسكت رسول اللّه صلى الله عليه وسلم حتى تمنينا أنه لم يسأله، ثم قال رسول اللّه صلى الله عليه وسلم "قولوا: اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما صليت على آل إبراهيم؛ ٌ و بارك على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما باركت على آل إبراهيم؛ في العالمين إنك حميدٌ مجيدٌ". والسلام كما قد علمتم

Dari Abu Mas’ud berkata: Pernah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda hadir ditengah kami sementara kami sedang berada di majlisnya Sa’ad bin Ubadah. Maka Basyir bin Sa’ad bertanya kepada beliau: Allah telah memerintahkan kepada kami bershalawat kepadamu, bagaimanakah cara bershalawat kepadamu. Abu Mas’ud berkata: Maka Rasulullah diam, sehingga kami ingin kalau sekiranya ia (Basyir bin Saad) tidak bertanya kepada beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda: Ucapkanlah Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Wa Bararik Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Fil Aalamina Innaka Hamidun Majid. (Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim atas sekalian semesta alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia). Adapun salam sebagaimana yang kalian ketahui. ( Dikeluarkan Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan al-Hakim).

6. Dari Ibnu Abu Laila berkata bahwa Ka’ab bin Ujrah berkata: Maukah kami aku beri suatu hadiah? Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda telah hadir di tengah kami, maka kami bertanya: Kami telah mengetahui bagaimana mengucapkan salam kepadamu, tapi bagaimana membaca shalawat kepadamu. Beliau bersabda: Ucapkanlah

"اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما صليت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ، اللهمَّ بارك على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما باركت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ".

  Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim Innaka Hamidun Majid, Allahumma Bararik Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Innaka Hamidun Majid.(Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maka Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.  (Dikeluarkan Bukhari dan Muslim serta Abu Daud)

7. Dari Ibnu Abu Laila berkata bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda: Hadirlah kalian. Maka kamipun hadir. Ketika naik mimbar pada tangga pertama beliau mengucapkan ‘Amin’, kemudian naik mimbar pada tangga kedua beliau mengucapkan ‘Amin’. Kemudian naik mimbar pada tangga ketiga beliau juga mengucapkan ‘Amin’. Setelah usai khutbah, beliau turun dari mimbar, maka kami bertanya kepada beliau: Wahai Rasulullah kami mendengar darimu sesuatu yang belum pernah kami dengar darimu sebelumnya. Beliau Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda: Sesungguhnya Jibril datang kepadaku lalu berkata: Semoga semakin jauh dari Allah, orang yang menemui Ramadhan namun tidak diampuni dosanya. Maka aku katakan Amin. Ketika aku naik mimbar pada tangga kedua, Jibril berkata: Semoga semakin jauh dari Allah, orang yang namamu disebut namun dia tidak membaca shalawat kepadamu, maka aku katakan Amin. Ketika aku naik mimbar pada tangga ketiga, Jibril berkata: Semoga semakin jauh dari Allah, orang yang menemui kedua orang tuanya dalam keadaan tua renta, atau salah satunya, namun dia tidak masuk surga. Maka aku katakan Amin. ( Dikeluarkan Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim dan beliau berkata: Sanadnya shahih).

8.  Dari Abu Humaid as-Sa’idi bahwa mereka berkata: Wahai Rasulullah bagaimana kami membaca shalawat kepadamu, maka Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda: Ucapkanlah:

"اللهم صلِّ على محمدٍ وأزواجه وذريته، كما صليت على آل إبراهيم، وبارك على محمدٍ وأزواجه وذريته، كما باركت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ".

 Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Azwaajihi Wa Dzurriyatihi, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Wa Barik Ala Muhammad Wa Azwaajihi Wa Dzurriyatihi, Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Innaka Hamidun Majid. (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, isteri-isterinya dan anak-anak cucunya, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim. Berkahilah Muhammad, isteri-isterinya dan anak-anak cucunya, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.  (Dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim).

       9. Abu Usaid berkata bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda: Jika diantara kamu masuk masjid maka ucapkanlah shalawat dan salam kepada nabi dan bacalah:

اللهم صلي علي محمد اللَّهمَّ افتح لي أبواب رحمتك، فإِذا خرج فليقل: اللَّهمَّ إنِّي أسألك من فضلك".

 “Allahumma Shalli Ala Muhammad, Allahumma Iftah Li Abwaaba Rahmatik, ( Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, ya Allah bukalah untukku pintu-pintu rahmat-Mu) dan jika keluar dari Masjid, hendaklah ia ucapkan “Allahumma Inni As’aluka Min Fadzlik. Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu sebagian dari karunia-Mu) (Dikeluarkan Imam Muslim dan Abu Daud secara ringkas)

       10. Hadits Abu Said al-Khudri

عن أبي سعيد الخدري؛ قال:- قلنا يا رسول الله! هذا السلام عليك قد عرفناه. فكيف الصلاة؟ قال ((قولوا: اللهم صل على محمد عبدك ورسولك كما صليت على آل إبراهيم. وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم)).

Dari Abu Said al-Khudri berkata bahwa kami bertanya: Wahai Rasulullah, Salam kepadamu kami telah mengetahui, maka bagaimanakah kami bershalawat kepadamu? Beliau Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: Ucapkanlah: Allahumma Shalli Ala Muhammad Abdika Warasulika Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim. Wabarik Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad Kama Barakta Ala Ibrahim. (Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad, hamba-Mu dan utusan-Mu, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim).  (Dikelurkan Bukhari)

Makna Shalawat

Di dalam Bahasa Arab, lafaz  صَلَوَات  merupakan bentuk jamak dari  صَلاَة   yang mempunyai asal kata  صَلىَّ    -    يُصَلىِّ  yang berarti berdoa atau memohon. Dalam perkembangannya, penggunaan kata-kata tersebut semakin bermacam-macam sehingga artinya pun menjadi beraneka ragam, diantaranya ia menjadi nama salah satu bentuk ibadah umat Islam, yaitu shalat, karena shalat merupakan salah satu bentuk apresiasi-aplikatif penyembahan dan permohonan seorang hamba kepada Tuhannya.

Selain itu, ia juga dapat berarti pujian, rahmat dan ampunan untuk Nabi Muhammad saw., tergantung siapa yang melakukannya. Perbuatan seperti ini, masyarakat Indonesia menamakannya shalawat. Tidak diketahui kapan dan siapa yang pertama kali menyebutnya demikian, sebab al-Quran menamai perbuatan untuk Nabi saw. tersebut dengan shalat, bukan dengan shalawat. Tetapi yang jelas, ini dapat memudahkan kita dalam membedakan pelaksanaan ibadah shalat dan pengucapan shalat (baca: shalawat) atas Rasulullah saw.

Ibn Mandzur menjelaskan di dalam bukunya Lisan al-‘Arab, shalawat atas nabi itu dapat berasal dari tiga macam, yaitu Allah, malaikat dan manusia—sebagaimana dikemukakan ayat 56 surat al-Ahzab. Shalawat yang berasal dari Allah artinya Dia memberikan rahmat serta kasih sayang-Nya kepada Nabi Muhammad saw. Apabila para malaikat mengucapkan shalawat, artinya mereka memohonkan ampun untuk rasul kepada Allah. Sedangkan bila ia diucapkan oleh manusia, itu merupakan permohonan manusia kepada Allah agar mencurahkan karunia rahmat-Nya kepada Rasulullah beserta alam seisinya.



Tata Cara Bershalawat Atas Nabi Muhammad saww

Al-Quran surat al-Ahzab ayat 56 memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa bershalawat atas Nabi Muhammad saw. Akan tetapi pengucapan shalawat itu harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah diajarkan Allah dan nabi-Nya, sebab ia merupakan bentuk doa sekaligus penghormatan kepada Rasulullah saw.

1)  Larangan Membaca Shalawat al-Batra’

Rasulullah saw. bersabda di dalam salah satu hadisnya :



لاَ تَصِلُوْا عَلَيَّ الصَّلاَةَ اْلبَتْرَاءَ فَقَالُوْا وَمَا الصَّلاَةُ اْلبَتْرَاءُ قَالَ تَقُوْلُوْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَتَمْسُكُوْنَ بَلْ قُوْلُوْا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ  — الحديث

“Janganlah kalian bershalawat untukku dengan shalawat al-batra’(terputus/tanggung)”. Para sahabat bertanya, “Apakah shalawat al-batra’ itu?” Nabi saw. menjawab, “Yaitu kalian mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad (ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad) lalu kalian diam, tetapi ucapkanlah allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad (ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad)”. (Al-Hadis).

Hadis ini mengajarkan agar manusia jangan menjadi orang yang pelit serta tanggung dalam bershalawat, yakni hanya cukup mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad, akan tetapi harus lengkap membawa keluarga Nabi saw., yaitu dengan mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad. Ini dikarenakan bahwa nabi adalah bagian dari keluarga, begitu pula keluarganya merupakan bagian dari diri nabi. Sebagaimana Rasulullah menjelaskan :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ إِنَّهُمْ مِنيِّ وَأناَ مِنْهُمْ فَاجْعَلْ صَلاَتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَمَغْفِرَتَكَ وَرِضْوَانَكَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ — الحديث

Rasulullah saw. berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya mereka (keluarga nabi) adalah bagian dari diriku dan diriku juga bagian dari mereka, maka jadikanlah keberkahan, rahmat, ampunan serta keridhaan-Mu untukku dan mereka (keluargaku)”. (Al-Hadist).

Berdasarkan hadis di atas, para ulama menetapkan bahwa sedikit-dikitnya bacaan shalawat adalah :

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ

2)  Bilangan Bacaan Shalawat

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al-Tirmizi, bahwasanya pernah suatu ketika seseorang datang kepada Nabi saw., lalu ia berkata :

إِنِّى أكْـثَرُ الصَّلاةِ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلاَتِى قَالَ مَا شِئْتَ قَالَ الرُّبْعُ قَالَ مَا شِئْتَ وَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ النِّصْفُ قَالَ مَا شِئْتَ وَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ الثُّلـُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ وَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ أجْعَلُ لَكَ صَلاَتِى كُـلُّهَا قَالَ إِذَا تَكْفِى هَمُّكَ وَيَغْفِرُ لَكَ ذَنْـُبكَ — رواه أحمد والترمذى وغيرهما

“Sesungguhnya aku mampu membaca banyak shalawat bagimu, maka berapa lamakah aku dapat membaca shalawatku untukmu?” Nabi saw. menjawab, “Terserah kamu”. Ia berkata, “Apakah seperempat hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu dapat menambahnya maka itu lebih baik bagimu”.  Ia berkata, “Apakah setengah hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu dapat menambahnya maka itu lebih baik bagimu”. Ia berkata, “Apakah dua pertiga hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu dapat menambahnya maka itu lebih baik bagimu”. Ia berkata, “Aku akan membaca shalawatku bagimu sepanjang hari”. Nabi berkata, “Kalau itu mencukupi bagimu maka bertekadlah melaksanakannya dan semoga Allah mengampuni dosa-dosamu”. (HR. Ahmad, al-Tirmizi dan selainnya).

Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa tidak ada batasan seorang muslim membaca shalawat untuk nabinya, bahkan semakin banyak dan sering ia bershalawat maka akan semakin banyak pula kebaikan yang didapat. Tidak ada yang dapat membalas itu semua kecuali Allah swt. dengan menganugerahkan berbagai kebaikan dan ampunan sepanjang hidup orang yang mau selalu membaca shalawat untuk utusan Allah yang mulia.

3)  Berbagai Macam Jenis Shalawat

Rasulullah saw. sepanjang hidupnya selalu mendoakan umatnya agar selalu mendapat hidayah, rahmat dan ampunan dari Allah. Maka sudah sepantasnya bila Allah memerintahkan kepada umatnya yang beriman agar senantiasa mendoakan beliau supaya selalu mendapat rahmat Allah sehingga tampaklah kemuliannya di seluruh alam semesta ini. Allah swt. berfirman di dalam al-Qur’an :

يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

“Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56).

Berikut ini adalah beberapa jenis shalawat yang diajarkan Rasulullah—selain yang telah dikemukakan di atas—yang harus selalu diamalkan oleh seluruh umatnya yang beriman.

Pertama, Diriwayatkan dari Imam al-Bukhari di dalam shahih-nya melalui jalur sanad Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata :

قِيْلَ ياَ رَسُوْلَ اللهِ اَماَّ السَّلاَمُ عَلَيْكَ فَقَدْ عَرَفْناَ فَكَيْفَ الصَّلاَةُ قَالَ قُوْلُوْا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ  — رواه البخاري

“Katanya Rasulullah ditanya, “Wahai Rasulullah, adapun mengucapkan salam kepadamu kami telah tahu, maka bagaimana cara mengucapkan shalawat?” Nabi menjawab, “Ucapkanlah :



اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

(Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.)”. (HR. al-Bukhari).



Kedua, Imam Abu Daud meriwayatkan suatu hadis :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّهُ أنْ يُكْتاَلَ بِالْمِكْياَلِ اْلأَوْفىَ إِذاَ صَلىَّ عَلَيْناَ أهْلَ اْلبَيْتِ فَلْيَقُلْ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ اْلـمُؤْمِنِيْنَ وَذُرِّيَتِهِ وَأهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ — رواه أبو داود

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang suka dibayar (mendapat) pahala yang banyak (sempurna) ketika ia bershalawat untuk kami, ahlul bait, maka ucapkanlah :



اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ اْلـمُؤْمِنِيْنَ وَذُرِّيَتِهِ وَأهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

(Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad, istri-istrinya ibunya kaum mukminin, keturunannya, dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia)”. (HR. Abu Daud).



3. Keutamaan Bershalawat Atas Nabi Muhammad saw.

Allah swt. mengajak hamba-hamba-Nya untuk bershalawat atas Nabi Muhammad saw. tentu bukan tanpa manfaat dan hikmah, khususnya bagi mereka yang membacanya. Diantara beberapa keutamaan bershalawat adalah :

Mendapat syafa‘at al-‘uzma Nabi Muhammad saw. di hari kiamat nanti pada saat kebangkitan di saat seluruh umat manusia berusaha mencari pertolongan demi keselamatan diri mereka. Hal ini sebagaimana dikemukakan Rasulullah saw. di dalam hadisnya :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ قَالَ إِذَا سَمِعْـتُمُ اْلـمُؤَذِّنَ فَقُلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلىَّ عَلَيَّ مَرَّةً صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ عَشْرًا ثُمَّ سِلُوا الله َ لِيَ اْلوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا دَرَجَةٌ فِى اْلجَـنَّةِ لاَ تَنْـَبغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَاَرْجُوْ اَنْ اَكُوْنَ اَناَ ذَلِكَ اْلعَبْدُ فَمَنْ سَاَلَ الله َ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ شَفَاعَتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ — رواه مسلم

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda, “Apabila kalian mendengar muadzdzin sedang adzan maka jawablah seperti apa yang ia katakan kemudian bershalawatlah atasku karena sesungguhnya orang yang bershalawat atasku sekali maka Allah akan bershalawat (merahmati) untuknya sepuluh kali lipat. Lalu memohonlah kepada Allah suatu perantara untukku karena sesungguhnya derajat di surga tidak akan diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap supaya aku menjadi hamba tersebut. Maka barangsiapa yang memohon kepada Allah bagiku suatu perantara maka ia akan mendapatkan syafaatku di hari kiamat”. (HR. Muslim).

Mendapatkan pahala kebaikan berlipat ganda sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas.

Dimudahkan oleh Allah segala urusannya, baik di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 56 memberitakan keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad saw. di antara seluruh makhluk yang ada di ‘arsy, langit, bumi dan alam semesta. Begitu agungnya sehingga Allah yang menciptakannya beserta para malaikat memujinya dan selalu bershalawat untuknya. Oleh karena itu, bila Allah saja membaca shalawat maka manusia, terutama orang-orang yang beriman harus ikut memuji dan bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Membaca shalawat, selain bernilai ibadah, juga termasuk salah satu cara menghormati dan memuliakan nabi. Namun, membaca shalawat saja tidaklah cukup dan justru tidak akan mendapatkan syafaat beliau jika tidak dibarengi menjadikannya teladan dalam kehidupan, mematuhi segala perintah dan ajarannya, serta meninggalkan segala larangan dan perkara yang dibencinya. Apabila hal itu tidak dilaksanakan, maka bukan syafaat dan surga yang didapat, akan tetapi neraka dan murka Allah sebab ini termasuk perbuatan yang menyakiti Allah dan rasul-Nya. Di dalam al-Qur’an dijelaskan :



إن الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله في الدنيا والآخرة وأعد لهم عذابا مهينا .  والذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبينا

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Ny,. Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat serta menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. al-Ahzab: 57 – 58).



Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang yang berfaham Ahlussunnah Wal Jama'ah, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.

Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda:Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.

Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.

Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam. 

Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)

sabda Rasulullah SAW berikut ini:

Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia.Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan:Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitaban-Nuzhah

Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).

Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaidmeyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.

Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu.(HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat (memberi rahmat) kepada Nabi s.a.w. (oleh karena itu) wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu (meminta rahmat) untuk Nabi s.a.w dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan terhadapnya.”



(al-Ahzab 56)

Bersumberkan daripada At Taiyimi katanya, ”Apabila mereka berselawat ke atas Nabi s.a.w. maka para malaikat pun turut berselawat bersama mereka sehingalah mereka selesai berselawat.”



  • Satu kali selawat Allah akan membalas dengan 10 kali selawat untuknya.

  • Satu kali selawat Allah akan mengangkatnya dengan 10 darjat.

  • Malaikat juga akan turut membaca selawat ke atas orang yang membaca selawat untuk Rasulullah s.a.w.

  • Doa yang disertai dengan selawat akan diperkenankan oleh Allah Taa’la tetapi doa yang tidak disertai dengan selawat ianya akan tergantung di antara langit dan bumi.

  • Akan mendapat tempat yang dekat dengan Rasulullah s.a.w. di hari kiamat nanti.

  • Allah akan menggandakan limpah kurnia dan rahmat-Nya pada mereka yang berselawat untuk Nabi s.a.w.

  • Dapat membersihkan hati, jiwa dan roh kotor yang berselaput di dalam dada.

  • Dapat membuktikan kecintaan dan kasih sayang kita terhadap Rasulullah.

  • Mewariskan kecintaan Rasulullah terhadap umatnya.

  • Akan terselamat dan terpelihara daripada segala apa yang mendukacitakan dari hal keduniaan mahu pun akhirat.

  • Dengan membaca selawat akan dapat mengingatkan kembali apa-apa yang telah kita lupa.
    Akan mendapat nur yang bersinar-sinar di hati apabila kita berselawat 100 kali dengan bersungguh-sungguh.

  • Mendapat ganjaran pahala seperti memerdekakan seorang hamba bila kita berselawat sebanyak 10 kali.

  • Allah akan meluas dan melapangkan rezekinya dari sumber-sumber yang tidak diketahui.

  • Allah akan memberatkan timbangan amalnya pada neraca timbangan di hari kiamat nanti.

  • Mendapat keberkatan dari Allah bagi dirinya dan juga keluarganya.

  • Mendapat rasa kasih sayang dari hati-hati orang mukmin terhadapnya.

  • Akan mendekatkan dirinya dengan Telaga Haudh (Telaga Rasulullah s.a.w.) serta dapat pula meminumnya di hari kiamat nanti.

  • Dapat melepaskan diri seseorang itu dari tergelincir semasa melalui titian Sirat dan ia dengan selamat menuju ke syurga.

Ikhwah, Imam Ibnu Mandah dalam "al-Fawaaid", Imam al-Ashbahaani dalam "at-Targhib", Imam ad-Dailami dalam "Musnad al-Firdaus" dan Imam al-Baihaqi dalam "Hayatul Anbiya" meriwayatkan satu hadits daripada Sayyidina Anas r.a. bahawasanya Junjungan Nabi s.a.w. bersabda:

"Sesiapa bersholawat ke atasku 100 kali pada hari Jumaat dan malam Jumaat, nescaya ditunaikan Allah baginya 100 hajat, 70 dari hajat-hajat akhirat dan 30 dari hajat-hajat dunia. Kemudian Allah wakilkan seorang malaikat untuk menghadapku dengan membawa sholawat-sholawat tersebut dalam kuburku sebagaimana menghadap orang membawa hadiah kepada kamu

"Barangsiapa menulis shalawat, maka malaikat akan beristighfar untuknya, selama tulisan itu masih ada."
"Barangsiapa yang ingin berjumpa dan memperoleh ridla Allah, maka perbanyaklah membaca shalawat."
"Hendaklah kalian memperbanyak membaca shalawat karena akan menjadi cahaya dalam kubur, ketika melewati Shiratal Mustaqim, dan akan menjadi nur yang bercahaya di dalam surga."
"Dengan selalu membaca shalawat akan meredakan murka Allah serta mematahkan tipu daya setan."

Ibnu Jauzi dalam kitab al-Busthan menulis :


"Apabila ada orang dalam suatu majelis pertemuan tida membaca shalawat kepada Nabi SAW, maka ia akan keluar dari majelis itu dengan bau tak sedap. Sebaliknya jika orang yang keluar dari suatu majelis sambil membaca shalawat, maka baunya akan lebih harum daripada minyak wangi, sebab Rasulullah SAW adalah manusia yang paling harum diantara yang harum, yang paling suci diantara orang-orang suci. Jika Nabi SAW sedang menghadiri suatu majelis dan berbicara diantara mereka, maka majelis itu penuh dengan aroma Misik."

Besar sekali pahala dan kehebatan serta fadlilah shalawat kepada Nabi SAW. Hendaklah orang beriman selalu mengucapkan shalawat, karena Rasulullah SAW adalah perantara yang agung dari seluruh rahmat dan kenikmatan yang telah diterima manusia.

Fadlilah atau keutamaan membaca shalawat, diantaranya adalah untuk menerangi hati yang gelap, menghindari kepikunan, sebagai wasilah dengan Allah, memudahkan masuknya rizki.
Dalam sebuah hadits diterangkan :

"Pada suatu hari Jibril datang kepadaku, membawa berita gembira yang belum pernah disampaikan kepadaku. Ia menjelaskan bahwa barangsiapa diantara umatku mengucapkan shalawat satu kali, maka Allah akan menganugerahkan untuknya seratus kebaikan. Barangsiapa yang membaca shalawat seratus kali, maka Allah akan menganugerahkan untuknya seribu kebaikan, kemudian memasukkan mereka ke surga, dan mengharamkan mereka masuk neraka."

Akan sangat utama apabila orang yang membaca shalawat dalam keadaan suci. Didahului dengan berwudlu, menghadap kiblat dan dalam keadaan tafakur mensifati keagungan Nabi SAW. Mentartilkan bacaannya dan tidak tergesa-gesa.

Ungkapan al-Musthafa pada syair di atas bermakna "Orang yang terpilih" diantara semua makhluk, sehingga keutamaan Nabi Muhammad SAW melebihi malaikat di sisi Allah dan alam semesta.

Menurut Imam Syafi'i, Ahlul Bait Nabi SAW adalah keturunan Bani Hasyim dan Abdul Muthalib yang beriman. Sebagian ulama berpendapat bahwa Ahlul Bait Nabi SAW adalah berasal dari turunan Fatimah az-Zahrah RA, satu-satunya puteri Rasulullah SAW yang hidup sampai meninggalnya Rasulullah SAW. Dialah yang menurunkan cucu-cucu Nabi SAW dan seterusnya.

Ada pengertian yang berbeda dari para ulama tentang Ahlul Bait Rasulullah SAW, seperti penjelasan berikut :


a. Mereka yang senantiasa meninggalkan hal-hal yang kotor, orang-orang yang senantiasa membersihkan dirinya menjadi manusia yang suci bersih, seperti terungkap dalam shalawat berikut :

اللهم صل على سيد نا محمد وال سيد نا محمداللذين اذهبت عنهم الرخس وطهر تهم تطهيرا

b. Orang yang mendapat kebahagiaan dengan ketakwaannya dan mendapat ridla Allah SWT, seperti ditegaskan dalam shalawat berikut :



ياايهالذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

 Assalamu’alaikum. Wr.Wb.

 Bang Sufimuda, pertama saya mohon maaf menulis email ini secara pribadi ke email Anda, membuat Anda repot membuka, membaca dan insya Allah membalas email saya ini. Saya bermaksud mohon bimbingan dari Anda agar saya sedikit demi sedikit bisa memasuki dunia tasawuf karena saya yakin melalui jalur inilah saya dapat benar-benar bertobat atas semua dosa-dosa saya yang Bang Sufimuda pasti akan ngeri apabila saya ceritakan satu per satu. Kalau boleh saya ibaratkan saya ini sudah seperti binatang. Tidak ada satu dosapun yang belum saya lakukan. Astagfirullah… Astagfirullah. Sayapun tidak tahu apakah istigfar saya diterima Allah atau tidak. Saya merasakan tidak satupun doa-doa saya yang dikabulkan Allah. Sepertinya Allah sudah benar-benar berpaling dari saya. Saya takut… takut sekali. Usia saya sudah memasuki usia senja (49 th). Saya harus segera menemukan jalan yang benar. Tobat yang benar. Sujud yg benar. Bimbinglah saya untuk menuju kesana Bang. Apa yg harus saya lakukan. Mulai dari mana. Siapa yg harus saya tuju. Mohon bimbinglah saya.

Semoga bimbingan Bang Sufimuda dibalas oleh Allah SWT. Amin

 Wass,

Sufi Bayi



————————————

 

Assalamualaikum.



 Salam kenal dari saya. Langsung saja, saya tertarik artikel anda di web anda tentang tarekat, terutama tentang naqsyabandiyah, saya juga (insya Allah) seorang pelaku tarekat, dari tarekat qadiriyah, artikel anda sangat bagus, menggugah semangat jiwa tasawuf, begitu jelas, langsung, dan mudah di pahami. Saya rasa tak ada perbedaan antara kita yg terlalu jauh, karena tujuan kita sama. Hanya saja, maaf, boleh saya ajukan pertanyaan, kalau kita lihat seringkali tayangan di berita di televisi tentang tarekat naqsyabandiyah, menonjolkan unsur perbedaan yg sangat jauh. Misalnya kita ambil contoh pada hari raya idul adha kemarin, secara perhitungan rukyat ataupun hilal , hari raya tsb jatuh pada hari senin, tapi kenapa jamaah marsnaqsyabandiyah merayakan idul adha pada hari sabtu, atau 2 hari sebelumnya. Apakah ini hanya suatu perbedaan ciri saja atau suatu hal yg memang harus berbeda secara mendasar. Sifat berbeda dari tarekat naqsyabandiyah membuat saya khawatir atas tanggapan masyarakat umum, yg menganggap tarekat itu aneh, nyeleneh, atau kadang menganggap tarekat sebagai sebuah aliran sesat. Sayapun memahami kalau terjadi hal demikian. Mungkin menurut saya ini adalah pr buat para pelaku tarekat, agar tasawuf kembali diminati masyarakat umum, dan kembalinya kejayaan islam. Demikian dari saya . Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Assalamualaikum.

Dede Iskandar ditaruma@gmail.com

 

 

 Awalnya kita memandang kepada Mursyid Zahir, sebagaimana yang dikatakan Imam Al-Ghozali bahwa jika Engkau tidak bisa mengingat Allah Swt maka ingatlah engkau kepada Guru yang sangat berpengaruh di jiwamu maka hakikat gurumu itu akan menyampaikan ke hadirat Allah. Lalu apakah kita hanya stop sampai disitu saja? Tentu tidak! jika kita hanya sebatas Poin ke-1, dari sisi “kacamata” Spiritual itu masih Sekolah Dasar (SD) walaupun dari sisi “kacamata” orang Awam itu sudah luar biasa tingkatannya. Pada Maqom ini menurut Silsilah Spiritual adalah “MAQOM THORIQOTULLAH”.



  1. Pada Posisi ini Ia tidak menuntut Ilmu kepada Mursyid Zahir lagi tetapi kepada Sir yang pada Mursyid (Rosulullah). Pandangan Zahirnya ia tetap menghormati Mursyid Zahirnya layaknya seorang Anak kepada Orang Tuanya tetapi Pendiriannya sudah tidak kepada Mursyid itu lagi tetapi kepada Rosulullah. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dalam Kitab Fathul Ghoibi mengatakan : “Bahwa pada diri Nabi dan Rosul itu ada suatu Rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun begitu juga pada diri seorang Murid terkadang menyimpan suatu Rahasia yang tidak diketahui oleh Gurunya, sebaliknya Sang Guru pun menyimpan suatu rahasia yang tidak diketahui oleh Muridnya walaupun Maqom Sang Murid telah hampir sampai kepada Maqom Sang Guru. Tatkala Maqom si Murid sampai kepada Maqom Sang Guru maka tahulah ia akan Rahasia Gurunya. Lalu Tuhan mengatakan pada dirinya ; Aku putuskan dirimu dengan segala Makhluk, dengan segala isi dunia ini, dan juga Aku putuskan dirimu dengan Gurumu, Cukuplah Engkau berdialog dengan Tuhanmu Saja”. Pada Maqom ini Guru/Mursyid Zahir tak ubahnya hanya sebagai  Inang Pengasuh saja yang jika telah sampai umur 2 tahun maka ia tidak menyusu lagi kepadanya. Dan dipandangnya Sir pada Mursyid zahirnya tadi ada pada dirinya, yang Hidup di diri Mursyid itu adalah yang Hidup di Dirinya Juga. Karena itu Fokus pandangannya tidak kepada yang diluar dirinya lagi melainkan pandangannya tertuju kepada yang Hidup yang ada pada Dirinya. Itulah Hakikat Muhammad pada Diri. Itulah Maqom menurut Silsilah Spiritual adalah “MAQOM HAKIKATULLAH”.

  2. Jika ia sudah tidak memandang dan tidak memfokuskan Qolbunya kepada Mursyid Zahir lagi dan hanya tertuju kepada Hakikat Muhammad yang ada pada Diri terus dan terus dan tetap di dalam Musyahadahnya (tapi bukan berarti ia cuek kepada mursyid zahirnya, Tidak! Ia tetap cinta dan hormat kepadanya tetapi hanya sebatas Zahir layaknya anak kepada orangtuanya) maka Allah Swt akan membukakan Tirai/Hijab yang sangat halus sekali sehingga akan diketahuinya dan dikenalnya serta dirasakannya Tuhan sebenarnya Tuhan atau Allah “Baqobillah”. Pada Maqom ini menurut Silsilah Spiritual adalah “MAQOM MA’RIFATULLAH”.

Itulah perjalan Spiritual yang sebenarnya dan seharusnya di ikuti bagi mereka-mereka yang menuju kepada Allah Swt.

Ma’afkan saya jika Saya terlalu lancang menguraikan ini kepada Saudaraku Sufi Muda……….. tidaklah apa yang saya sampaikan ini melainkan saya berposisi sebagai saudara Anda untuk saling isi mengisi, dan saya rasa Anda sudah lebih cukup paham tentang ke Ilmuan ini dari pada Saya, karena itu Saya mohon Ma’af jika terlalu Otoriter dari apa yang saya sampaikan. Sesungguhnya Saya ini tidak berilmu dan Bagi Allah Swt saya ini adalah Fakir di Mata Nya.


Terimakasih sebelumnya dan semoga Allah Swt selalu memberkati dalam keberkatan Rosulullah Saw.

Aamiin

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.



 

 

========================================================================== 



Wa’alaikum salam,
Terimakasih sekali atas masukannya, dan saya sangat senang telah menerima email ini sebagai bagian dari silaturahmi yang merupakan sunnah nabi kita…
Saat membaca email ini kabar saya baik-baik saja, dan kebetulan juga saya membalas email ini dalam berpuasa, semoga Allah akan menuntun saya kejalan-Nya. Saya membuat 7 point menanggapi apa yang saudaraku sampaikan

  1. Banyak sekali para penempuh spiritual tersesat ditengah rimba belantara hakikat dikarenakan dia tidak mempunyai seorang pembimbing rohani yang disebut Mursyid, saya senang sekali saudaraku punya prinsip yang sama yaitu kita harus berguru kepada seorang Mursyid yang akan membimbing kita ke jalan-Nya.

  2. Perbedaan antara Mursyid zahir dengan mursyid rohani (nur Muhammad atau nur ala nuri) itu terletak pada pemahaman seseorang. Dalam bahasa ilmu Kiblat kita itu ada 4 yaitu : ka’bah (syariat), Qalbu (Thariqat), Mursyid (hakikat) dan Allah (makrifat).

  3. Rohani dari Mursyid yang saudara sebutkan sebagai Mursyid zahir itulah yang disebut dengan NUr Muhammad karena nur itu akan menempati seperti wadah nya. Ketika NUr Muhamammad itu berada dalam diri Muhammad bin Abdullah maka NUr itu pun menyerupai wajah Muhammad Bin Abdullah, ketika Nur itu pindah ke Avu Bakar menyerupai wajah Abu baker dan ketika NUr itu pindah kepada Mursyid kita maka akan menyerupai wajah Mursyid kita.

  4. Guru itu makan, tidur, punya istri dan punya anak seperti manusia biasa, tapi Mursyid itu kan tidak seperti itu, Rohani Mursyid itu terbit dari zat dan sifat Allah SWT. Sama juga dengan Rasulullah itu (NUr Muhammad) tidak makan dan tidak tidur, akan tetapi Muhammad bin Adulllah tidak berbeda dengan kita. Yang membuat berbeda karena dalam diri Beliau ada Nur Muhammad.

  5. Memisahkan antara Rasulullah (Nur Muhammad) dengan Muhammad bin Abdullah suatu hal yang tidak mungkin. Ketika kita menghormati Muhammad bin Abdullah maka otomatis kita menghormati Rasulullah, dan ketika kita menyakiti/memusuhi Muhammad bin Abdullah maka secara otomatis Nur Muhammad tersakiti. Harus di ingat, yang disakiti oleh Abu Lahab dan musuh2 Islam itu adalah Muhammad bin Abdullah, tapi karena dalam diri Beliau ada Nur Muhammad maka secara otomatis ikut tersakiti dan Allah melaknat mereka.

  6. Menurut saya, Guru Mursyid itu secara manusianya tidak ada beda seperti kita, Cuma saya tidak bisa memisahkan antara zahir dan bathin Beliau. Wal awalu wal akhiru wa zahiru wa bathinu… itulah hakikat Mursyid. Yang kita ingat dan kita jadikan rabitah adalah Nur Muhammad, bagaimana bentuknya? Yang menyerupai wajah Mursyid. Karena itu wajah Mursyid itu tidak bisa ditiru oleh syetan.

  7. Dalam beberapa sejarah sufi yang saya baca, seorang murid itu tidak pernah durhaka kepada gurunya, walaupun guru nya itu hanyalah sebagai zahir pembawa Nur Muhammad. Kita sebenarnya tidak memerlukan kawat, yang kita perlukan adalah listrik, tapi bagaimana kita bisa memisahkan antara kawat dengan listrik?

Akhirnya, saya berkesimpulan, saya setuju seperti yang saudaraku katakan, bahwa Guru Mursyid itu seperti inang pengasuh yang akan membawa kita kepada ke ALAM RABBANI, setelah kita sampai kealam sana maka yang menjadi guru itu adalah ALLAH SWT, inilah tauhid yang benar.

Seperti yang saya kemukakan pada point 2 (dua) bahwa kiblat makrifat itu adalah ALLAH SWT, apabila kita telah bermakrifat, guru kita telah mengantar kita kehadirat-Nya maka pandangan kita tidak berpaling sedikitpun selain kepada DIa, hanya Allah semata yang wajib kita sembah dan guru tetap kita hormati sebagai orang yang telah berjasa membimbing kita.

Kalau saudaraku telah sampai kepada-Nya, jangan palingkan sedikitpun harapan selain kepada-NYa

 

Demikian tanggapan dari saya, semoga saudaraku berkenan.

 

 

==================================================

Jawaban 

Wa’alaikum salam….

Pembimbing rohani di dalam thariqat disebut Mursyid, sebenarnya Mursyid itu bukanlah zahirnya guru tapi adalah rohani nya yang terdiri dari Zat dan Sifat Allah SWT, Rohani Rasulullah berupa Nur Muhammad itulah yang diturunkan kepada Guru Thareqat yang Haq.

Nah Ahli Silsilah adalah kumpulan (mata rantai) para Guru pilihan yang merupakan wali utama di zamannya (setiap zaman ada 1 orang wali utama/wali qutb)

Antara satu guru dengan guru yang lain itu saling berhubungan, pernah berjumpa dan hubungan antara murid dengan Guru, sehingga apa yang disampaikan oleh guru terakhir tidak lain adalah amanah dari guru pertama.

Setiap orang yang telah berjumpa dengan seorang guru Mursyid yang Kamil Mukamil sudah pasti dia telah mendapat petunjuk.

 

Silahkan baca keterangan lengkap  tentang ahli silsilah dan mursyid di artikel dengan judul AHLI SILSILAH THARIQAT NAQSYABANDIYAH dan URGENSI KEMURSYIDAN.



Makasih atas pertanyaannya

 

Jawaban

Wa’alaikumussalam Wr. Wb

Salam kenal untuk saudaraku Alim bin Madahin di Sabah Malaysia, semoga rahmat Allah senantiasa menyertai disetiap derap langkah dan disetiap denyut jantung, ternyata jarak tidaklah menghambat kita untuk saling kenal, di dunia ini tidak ada yang kebetulan, semua telah diatur olehNya. 

Terimakasih atas penghargaannya telah memanggil kami dengan panggilan ustad, kami hanya seorang hamba Allah dalam setiap keluh kesah dan kegembiraan hati berusaha untuk selalu dalam dekapan-Nya, kami hanyalah bayi dipangkuan-Nya, hanyalah sebutir pasir di hamparan sahara-Nya, setetes air di samuderanya nan tak berhingga.

izinkan kami memberikan jawaban mudah-mudahan Allah SWT akan memberikan tuntunannya disetiap kata yang kami tulis dalam jawaban ini.



  1. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa, “Barangsiapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya“. Kebanyakan orang mengartikan diri sebagai badan yang nampak, tapi menurut ilmu tasauf diri itu adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan, sesuatu dititipan dari-Nya yang kemudian akan kembali lagi kepadaNya, “innalillahi wa inna ilaihiraji’un“. Maha Guru ke-36 berfatwa, “Kenalilah dirimu rata-rata maka engkau akan mengenal TUHANmu yang amat NYATA

Dalam ilmu Thareqat mengenal diri mempunyai proses panjang, melalui tahapan-tahapan, melewati pos-pos rohani (Maqam) tentu harus mempraktekkannya di Laboratorium Kerohanian yang kita sebut dengan iktikaf/suluk sehingga akan melewati 3 alam, yaitu:

  • Alam JABARRUT,

  • Alam MALAKUT dan

  • Alam RABBANI. 

Di alam Rabbani lah kita bisa berjumpa dengan-Nya. Bagaimana cara kita bisa masuk ke alam Rabbani? bukankah alam Rabbani itu Maha Gaib? sementara kita ini tidak gaib?

Jawabannya, tentu kita harus gaib dulu baru berjumpa dengan yang Maha Gaib, maka dalam sebuah hadist desebutkan: “Matikanlah dirimu sebelum engkau mati“. Menurut Syariat pengertian mati itu nafas berhenti, tapi menurut tasauf mati itu adalah mematikan otak kita, mematikan fikiran kita akan fokus dalam bermunajat kepada-Nya, karena sesungguhnya otak itu sifatnya BAHARU, sedangkan Allah adalah QADIM, menurut ilmu Tauhid tidak akan mungkin yang BAHARU bisa berjumpa dengan QADIM

Allah SWT Maha Gaib, Maha Rahasia, karena Dia adalah Maha Rahasia maka tidak semua orang bisa ke alam-Nya kecuali mengikuti metodologi (At-Thariqat) yang telah diberikan kepada Para Nabi/Rasul diteruskan oleh para khalifah Rasul, diteruskan oleh Ulama warisatul Anbiya sampai saat ini.

Saudaraku, singkatnya semua pertanyaan itu hanya bisa terjawab setelah kita masuk Thareqat dibawah bimbingan seorang guru MURSYID yang kamil Mukamil.

Di awal masuk Thariqat sudah di ajarkan cara mematikan diri, diberitahukan dimata letak QALBU sebagai media penangkap sinyal Allah SWT, dari sanalah terbuka pinta alam gaib, terbuka hijab kita sehingga seluruh yang Maha Gaib akan menjadi nyata, dalam ilmu matematika berlaku rumus :

+ x – = – artinya NYATA X GAIB = GAIB, tidak akan ketemu dengan gaib.

untuk bisa ketemu gaib harus memakai rumus: – x – = +, artinya GAIB x GAIB = NYATA, gaibkan diri kita maka seluruh persoalan GAIB menjadi NYATA, menjadi KONKRIT.

Satu hal yang amat keliru dipahami oleh sebagian besar ummat Islam bahwa ilmu Thariqat itu adalah ilmu hapalan seperti ilmu fiqih, TIDAK, ilmu Thariqat merupakan TEKNIK BERMUNAJAT, merupakan ilmu METAFISIKA EKSAKTA, merupakan TEKNOLOGI AL QUR’AN yang maha dasyat, dengan Ilmu Metafisika Eksakta inilah mampu dijelaskan dengan gamblang bagaimana ilmiahnya proses nabi Musa membelah laut, nabi Isa menghidupkan orang mati, berbagai mukjizat nabi dan kekeramatan wali. Sungguh keliru kita menempatkan ilmu Thariqat sebagai ilmu hapalan sehingga berpuluh tahun mengikuti thariqat tidak mendapatkan apa-apa, karena kita tidak pernah masuk ke Laboratorium (Suluk) yang benar dibawah bimbingan seorang Ahli (Mursyid) yang Kamil Mukamil. Para Nabi/Wali bukan hanya ahli hukum, mereka merupakan para TEKNOLOG yang mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu Al-Qur’an dengan nyata yang oleh sebagian kita hanya mampu menghapal, mengalun-alunkan dengan indah tanpa mampu mengaplikasikannya.

Semua orang pasti ingin shalatnya Khusuk, kenapa? karena kalau shalat tidak khusuk di ancam oleh Allah dengan NERAKA WAIL, sungguh sia-sia orang yang puluhan tahun shalat ternyata hasilnya masuk neraka. Menurut orang awam tidak lalai dalam shalat itu adalah shalat tepat waktu, misalnya dhuhur jam 12.45 harus tepat pada jam itu, kalau menurut tasauf sedetik hati lupa kepada-Nya itu sudah tergolong lalai. Kenapa shalat kita tidak khusuk? karena dalam diri kita masih bersemayam was-was, gangguan, syetan. Gelombang iblis selalu mengkacaukan konsentrasi kita kepada-Nya.

Guru kami pernah mengatakan, “jangan engkau tanyakan bagaimana shalat bisa khusuk, tapi carilah apa penyebab shalat itu tidak khsusuk” .Pengalaman kami sejak sekolah dasar (umur 6 tahun) tidak pernah meninggalkan Shalat, tapi sampai umur 20 tahun tidak pernah merasakan yang namanya khusuk dalam shalat, artinya 16 tahun ibadah yang kami lakukan tidak lain hanya menyembah tikar sembayang dan menyembah dinding semata, Na’uzubillah min zalik sampai kami berjumpa dengan seorang guru Mursyid AHLI SILSILAH THARIQAT NAQSYABANDI ke-36, yaitu SAIDI SYEKH DERMOGA BARITA RAJA MUHAMMAD SYUKUR, berkat bimbingan Beliau lah kami menemukan keajaiban-keajaiban, barulah kami merasakan betapa MAHA HEBATNYA ALLAH, betapa indahnya beribadah.

Alamat Beliau ada di Indonesia di kota Batam,

Yayasan Kiblatul Amin Dua Komplek Perumahan Cendana Batam Centre

Di Malaysia banyak sekali murid-murid Beliau, Beliau pernah menyelenggarakan SEMINAR INTERNASIONAL di Malaysia, yang dihadiri oleh berbagai kalangan baik pengamal tasauf maupun bukan.

Bila saudaraku tertarik, di malaysia ada beberapa orang Khalifah Beliau yang telah di izinkan untuk menurunkan amalan Thariqat :

Ustad ARIF AHMAD FAUZI No hp +60132525974 

Demikian saudaraku, jawaban yang kami berikan hanyalah terori belaka, walau kami menjelaskan beribu lembar halaman tentang manisnya buah mangga tidak akan bisa saudaraku merasakan manisnya, ambillah buah mangga itu kepada Maha Guru ke-36, setelah merasakannya, nanti kita Cuma bisa saling tersenyum, tidak ada kata, tidak ada puisi yang bisa mewakili keindahan-Nya.

Di lubuk hati nan paling dalam, kami ikut mendo’akan agar saudaraku dibukakan hijab, batas antara Dia dengan kita, Amin ya Rabbal ‘Alamin

………………


Diriwayatkan oleh Imam Bukhori ( no 6491 ) dan Muslim ( no 131 ) dari Abbas radhiallahu’anhuma dari Nabi sallallahu’alahi wasallam yang diriwayatkan dari Tuhan-Nya berfirman ; “ Sesungguhnya Allah telah menulis kebaikan dan kejelekan, kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berkeinginan kuat untuk melakukan kebaikan kemudian tidak bisa melakukannya, maka Allah mencatat disisi-Nya satu kebaikan sempurna. Kalau dia berkeinginan untuk melakukan kebaikan kemudian dia melakukannya, maka disisi-Nya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kebaikan sampai kebaikan yang banyak sekali. Dan barangsiapa yang berkeinginan kuat untuk melakukan kejelekan, kemudian dia tidak jadi melakukan. Maka Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna. Jikalau berkeinginan melakukan kejelekan dan melakukannya. Allah mencatatnya dengan satu kejelekan saja.

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata di buku Fathul Bari ( 11 / 325 ) : “ Hadits ini merupakan dalil bahwa Malaikat itu mengetahui apa yang ada dalam hati manusia. Bisa jadi kerena Allah memberitahukan kepadanya atau Allah menciptakan ilmu yang bisa mengetahui hal tersebut. Yang menguatkan pertama adalah apa yang dikeluarkan Ibnu Abu Dunya dari Abu Imron Al-Juni berkata :

" Malaikat dipanggil dan diperintahkan : " Tulislah untuk si fulan ini dan itu, dia berkata : Wahai Tuhanku. Dia belum beramal. Kemudian Allah Berkata : " Dia telah meniatkannya ". dikatakan juga ada malaikat untuk orang yang berkeinginan jelek ada bau busuk dan dengan keinginan baik ada bau wangi. Hal ini seperti yang dikeluarkan oleh Thobari dari Abu Ma'syar Al-Madani dan riwayat seperti ini juga dari Sofyan bin Uyainah.

Syekhul Islam Ibnu Taimaiyah pernah ditanya tentang hadits Rasulullah sallallahu'alaihi wasallam : " Jikalau seorang hamba berkeinginan melakukan kebaikan kemudian dia tidak melakukannya, maka dia dicatat baginya satu kebaikan penuh… " Keinginan adalah hal yang tersembunyi antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Bagaimana Malaikat bisa mengetahuinya ??

Beliau menjawab : " Segala puji hanya milik Allah semata, masalah ini telah dijawab oleh Sofyan bin Uyainah beliau berkata : " Bahwasanya ketika seseorang berkeinginan melakukan kebaikan, Malaikat mencium bau harum dan ketika berkeinginan melakukan kejelekan dia akan mencium bau busuk ".

Yang benar bahwa Allah mampu memberitahukan kepada Malaikat apa-apa yang ada dalam diri seorang hamba bagaimanapun juga caranya " selesai (( Majmu' Fatawa : 4 / 252 )

Beliau juga menambahkan : " Mereka para Malaikat meskipun bisa mencium bau wangi dan bau busuk, mereka juga mempunyai ilmu, mengetahui apa yang ada dalam hati Bani Adam, melihatnya, mendengarkan was-was dalam dirinya. Bahkan syetan juga mengganggu dalam hatinya ( Bani Adam ). Kalau dia mengingat Allah, maka Syetan akan lari. Kalau hatinya lengah dari mengingat Allah akan ada was-was. Dia juga mengetahui apakah dia mengingat Allah atau lalai, mengetahui apakah jiwanya condong kepada syahwat sehingga dia akan menghiasinya. Telah ada hadits shoheh dari Nabi sallallahu'alaihi wasallam berkaitan dengan Sofiyyah rodhiallahu'anha : " Sesungguhnya syetan itu masuk ke dalam tubuh Bani Adam lewat pembulu darah "

Kedekatan Malaikat dan syetan dalam hati Bani Adam merupakan khabar yang mutawatir. Baik hamba tersebut beriman maupun kafir. Selesai dari Majmu' Fatawa : 5 / 508

Sementara dzikir dalam hati tanpa gerakan lisan, maka dia akan mendapatkan pahala. Akan tetapi pahalanya berbeda dalam pandangan agama dengan orang yang melafadzkan dengan lisannya. Karena pahala berkaitan dengan perkataan yang diucapkannya. Sementara ucapan tidak akan bisa tanpa melafadkan dengan lisan. Akan tetapi sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa gerakan lisan saja cukup meskipun tidak keluar suara yang bisa didengar orang yang mengucapkannya. Pendapat ini adalah dari Malikiyah dan dikuatkan oleh Syekh Islam Ibnu Taimiyah. Ibnu Muflih rahimahullah berkata di kitab : Furu' " ( 1 / 410 ) Syekh kami – yakni Ibnu Taimiyah _ cukup dengan huruf meskipun tidak terdengar suaranya ". selesai

Akan tetapi Jumhur ulama ( kebanyakan ulama' ) berpendapat harus melafadkan sampai terdengat pada dirinya. Imam Nawawi berkata dalam Syark Muhadzab ( 3 / 120 ) : " Kalau sekiranya tidak terdengar maka itu bukan adzan juga buka ucapan " selesai

Beliau juga berkata lagi : “ Ketahuilah bahwa dzikir-dzikir yang dianjurkan oleh agama baik dalam shalat ataupun yang lainnya, baik yang wajib maupun sunnah. Ia tidak dihitung dan tidak dianggap sampai diucapkan dan didengarkan dirinya dalam kondisi pendengarannya baik tidak cacat “ Al-Adzkar : 42. sementara perhitungan manusia terhadap masalah bisikan dalam dirinya, sudah ada jawabannya soal / fatwa no (( 99324 ))

wallahu’alam.



Yüklə 5,93 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   22   23   24   25   26   27   28   29   ...   92




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin