Pusaka Madinah



Yüklə 5,93 Mb.
səhifə38/92
tarix27.10.2017
ölçüsü5,93 Mb.
#16453
1   ...   34   35   36   37   38   39   40   41   ...   92

Keutamaan Orang Berilmu


3 Januari 2012 pukul 5:36

Ilmu merupakan suatu fadilah dan kemuliaan yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah swt. Orang yang diberikan kesempatan oleh Allah swt memiliki ilmu yang banyak maka dia sesungguhnya telah mendapatkan suatu anugrah dan manfaat yang besar sekali dengan ilmunya tersebut. Karena dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup ini secara benar dan hakiki.

Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya amal ibadah, yaitu ibadah sunah, karena ilmu merupakan bagian dari jihad di jalan Allah swt. Klo kita berpikir sejenak, dapat diketahui bahwa agama itu terdiri atas 2 unsur : 1. Ilmu dan petunjuk

2. Perang dan jihad

Tidak mungkin sekarang agama Allah swt dapat berdiri dengan tegak kecuali harus terdapat 2 unsur diatas, dan unsur yang pertama didahulukan dari unsure yang kedua. Maka dari ini Nabi saw tidaklah mengubah suatu kaum sebelum menyampaikan dakwah untuk beribadah kepada Allah swt, maka ilmu lebih didahulukan daripada perang. Allah swt berfirman :

Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ( Az-zumar : 9 )

Tidaklah sama perumpamaan orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, atau kata lainnya yaitu orang yang pintar dengan orang yang bodoh, sebagaimana tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk bagi manusia yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan dan kesempitan dunia ini. Disamping itu ilmu juga sebagai akses utama untuk menuju ridho Allah swt, dengan nya Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu dengan kemuliaan yang banyak sekali. Allah swt berfirman :

niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ( Al-Mujadalah : 11 )

mungkin secara singkat saya akan menyebutkan beberapa keutamaan orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu, diantaranya yaitu : 1. Ilmu merupakan warisan para nabi.

Nabi yang diutus oleh Allah swt tidaklah mewariskan dan meninggalkan harta untuk dijadikan sebagai manusia bekal bagi kehidupannya, melainkan mewariskan ilmu yang dapat menyelamatkan manusia dari kegelapan, menerangi akan tujuan hidup ini yaitu untuk bisa mengenal Allah swt serta menjalankan ibadah kepadanya dan menjauhi larangannya.

2. Orang yang berilmu dapat mengantarkannya kepada jalan syahid diatas kebenaran, adapun dalilnya yaitu firman Allah swt :

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Ali Imron : 18 )

Dari ayat diatas dapat kita ambil intisarinya yaitu orang yang berilmu dan para malaikat merupakan orang yang bersaksi bahwa Allah swt adalah Tuhan semesta alam yaitu tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya.

3. Orang yang berilmu merupakan orang yang terus menerus mengerjakan perintah Allah swt dan menjauhi larangannya sampai hari kiamat. Dalil yang menguatkan pendapat diatas yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Muawiyah ra berkata : Aku telah mendengar Rosulullah saw berkata : barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah swt maka Allah swt akan memahamkannya didalam urusan agama…… ( HR Bukhori )

Imam Ahmad bin Hambal ra berkata : apabila mereka itu bukan ahli hadist, maka saya tidak tau lagi siapakah mereka.

4. Disamping itu ilmu merupakan jalan untuk menuju surga, sebagaimana dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra berkata : bahwa Rosulullah saw bersabda : barang siapa yang berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah swt akan memudahkannya jalan untuk menuju surga. ( HR Muslim )

5. Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu baik itu didunia dan diakhirat.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadikan kita untuk lebih giat dalam mencari ilmu yang dapat mengantarkan kita kepada Surga.

 

Menakar Derajat Manusia Muslim dengan Al Quran


Oleh: Ust. Ade Nurdiyanto, Lc. M.ThI

(Guru di Griya Al-Quran Surabaya dan alumnus Al-Azhar Mesir)

Dalam agama islam terdapat beberapa amal ibadah yang digunakan untuk menakar derajat manusia, baik di dunia mapun di akhirat. Sebut saja contohnya adalah masalah ilmu dan iman. Allah berfirman dalam surat al-mujadalah ayat 11 bahwa Ia mengangkat orang yang beriman dan berilmu ke dalam beberapa derajat. Redaksi ayatnya adalah:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

‘Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu ke dalam beberapa derajat’

Namun demikian, masih ada beberapa amal ibadah yang dapat dipergunakan untuk memotivasi diri kita untuk lebih meningkatkan ibadah guna mencapai derajat yang lebih baik. Salah satunya adalah menggunakan Al-Quran, yang tidak lain merupakan sumber hukum dan pegangan paling utama bagi umat muslim di seluruh dunia.

Rasullah SAW bersabda di dalam hadisnya:



إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

‘Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Quran beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya’

Apabila kita telusuri lebih jauh untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang hadis ini, maka dapat kita lihat dalam Sohih Muslim dan Sunan Ibn Majah yang redaksi lengkapnya adalah:

وحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَامِرِ بْنِ وَاثِلَةَ، أَنَّ نَافِعَ بْنَ عَبْدِ الْحَارِثِ، لَقِيَ عُمَرَ بِعُسْفَانَ، وَكَانَ عُمَرُ يَسْتَعْمِلُهُ عَلَى مَكَّةَ، فَقَالَ: مَنِ اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ الْوَادِي، فَقَالَ: ابْنَ أَبْزَى، قَالَ: وَمَنِ ابْنُ أَبْزَى؟ قَالَ: مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا، قَالَ: فَاسْتَخْلَفْتَ عَلَيْهِمْ مَوْلًى؟ قَالَ: إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَإِنَّهُ عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ، قَالَ عُمَرُ: أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ: «إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ»

‘diriwayatkan oleh imam Muslim dari Zuhayr ibn Harb dari Ya’qub ibn Ibrahim dari bapaknya dari Ibn Syihab dari ‘Amir ibn Wathilah bahwa Na’fi’ ibn ‘Abdil Harith bertemu ‘Umar di daerah ‘Usfan, adapun Nafi’ telah dipilih ‘Umar untuk memimpin kota Makah. ‘Umarpun berkata kepadanya: siapa yang engkau beri tugas untuk menggantikanmu?, maka Nafi’ berkata: Ibn Abza, ‘Umar berkata: siapa itu Ibn Abza, Nafi’ berkata: dia adalah seorang maula (hamba yang telah dimerdekakan) dari maula kami, ‘Umar berkata: engkau perintahkan seorang maula sebagai penggantimu untuk memimpin mereka?, Nafi’ kemudian menjawab: sesungguhnya ia adalah seorang yang pintar Al-Quran dan menguasai ilmu faraidh, kemudian ‘Umar berkata: adapun sesungguhnya Nabi kalian pernah bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Quran beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya’.

Dalam hadis ini dikisahkan bahwa ada seorang kepala daerah (zaman sekarang setingkat kepala daerah) yang bepergian ke luar kota dan kemudian bertemu dengan khalifah Umar bin Khattab di daerah ‘Usfan. Umar kemudian bertanya kepada gubernur tersebut tentang siapa yang menggantikannya selama ia bepergian ke luar kota. Gubernur kemudian menjawab bahwa yang menggantikannya adalah seorang maula dari kalangan mereka. Umar kemudian kaget dan meminta alasan kenapa ia dapat mempercayai seorang maula yang merupukan bekas budak untuk memimpin umat di daerahnya. Maka  ia  lantas memberikan alasan bahwa sang maula memang layak untuk memimpin masyarakat karena ia adalah seorang yang pintar tentang Al-Quran dan mengerti ilmu faraidh. Umar kemudian menyetujui keputusan gubernur tersebut dan kemudian mengutip perkataan Rasulullah yang intinya bahwa manusia dapat diangkat derajatnya dengan Al-Quran, namun jaga dapat diturunkan derajatnya dengan Al-Quran.

Dari cerita hadis ini jelaslah bahwa sang gubernur menakar kredibilitas dan kemampuan seorang maula hanya dengan melihat bahwa ia  merupakan seorang yang pintar tentang Al-Quran. Umar-pun juga tidak menyangkal keputusan tersebut dan malah menyetujui dengan mengutip sebuah perkataan Rasulullah.

Pendapat ke dua orang di atas tentu tidak terlepas dari pendidikan Rasulullah kepada mereka. Hal ini terjadi karena masa hidup mereka yang lebih dekat dengan masa hidup Rasulullah, sehingga keputusan-keputusan mereka tentu merupakan kesimpulan dari perkataan, perbuatan dan persetujuan Rasul. Dimana lebih spesifik lagi bahwa keputusan pengangkatan hamba dalam cerita ini berdasarkan perkataan Rasulullah atau yang disebut dengan hadis Qowly.



Menurut penulusuran penulis, dari sejarah kehidupan Rasulullah tidak hanya terlahir hadis Qowly yang menjelaskan tentang pengangkatan derajat orang yang ‘bersinggungan’ dengan Al-Quran, tetapi terlahir pula sebuah hadis fi’li (hadis perbuatan) Rasulullah yang mengisahkan tentang pengangkatan derajat orang yang hafal al-Quran. Redaksi hadis tersebut penulis kutip dari Sohih Bukhari:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَى أُحُدٍ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، ثُمَّ يَقُولُ: «أَيُّهُمْ أَكْثَرُ أَخْذًا لِلْقُرْآنِ» ، فَإِذَا أُشِيرَ لَهُ إِلَى أَحَدِهِمَا قَدَّمَهُ فِي اللَّحْدِ، وَقَالَ: «أَنَا شَهِيدٌ عَلَى هَؤُلاَءِ يَوْمَ القِيَامَةِ» ، وَأَمَرَ بِدَفْنِهِمْ فِي دِمَائِهِمْ، وَلَمْ يُغَسَّلُوا، وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِمْ

‘Imam Bukhari menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Syihab dari ‘Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik dari Jabir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhua berkata,: “Nabi Shallallahu’alaihiwasallam pernah menggabungkan dalam satu kubur dua orang laki-laki yang gugur dalam perang Uhud dan dalam satu kain, lalu bersabda: “Siapakah diantara mereka yang lebih banyak mempunyai hafalan Al Quran”. Bila Beliau telah diberi tahu kepada salah satu diantara keduanya, maka Beliau mendahulukannya didalam lahad lalu bersabda: “Aku akan menjadi saksi atas mereka pada hari qiyamat”. Maka Beliau memerintahkan agar menguburkan mereka dengan darah-darah mereka, tidak dimandikan dan juga tidak dishalatkan”.

Dari penjelasan hadis ini menjadi jelas bahwa orang yang memiliki hafalan Al-Quran mendapatkan tasyrif al-nabawiy atau penghormatan dari Nabi Muhammad SAW dengan cara didahulukannya jasad orang yang paling banyak hafalan Al-Quran-nya  daripada yang lain. Sehingga hal ini menguatkan perkataan Rasulullah tentang diangkatnya derajat beberapa kaum dengan Al-Quran yang sebelumnya telah kita kaji.

Penghormatan dari Rasulullah tersebut terjadi kala waktu di dunia, adapun penghormatan di akhirat, maka sudah tidak bisa kita kira lagi kemuliaan yang nanti akan didapat. Cukuplah bagi kita sebuah hadis yang mengatakan bahwa ‘orang yang hafal Al-Quran adalah keluarga Allah SWT’ menjadi pegangan untuk memotifasi kita guna lebih meningkatkan kecintaan kita pada Al-Quran.

Pada akhirnya penulis ingin mengingatkan bahwa yang dimaksud orang-orang yang diangkat dengan derajatnya adalah orang yang hafal dan kemudian mengamalkannya. Jadi tidak cukup hanya  menghafalnya saja, tetapi dibutuhkan ketetepan hati untuk selalu mengamalkan ayat-ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Wallohu a’lam………..



ISLAM IPTEK MENINGGIKAN DERAJAT ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN BERILMU dan DAMPAKNYA PADA PERKEMBANGAN

  1. Islam Meninggikan Derajat Orang-orang Yang Beriman dan Berilmu Serta Dampaknya Pada Perkembangan Ilmu dan Teknologi
    Allah SWT mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat, semakin tinggi keimanan dan ilmu seseorang maka semakin tinggi derajatnya. Allah menyandingkan kata Iman dan Ilmu, hal ini mengandung beberapa konsekuensi, yaitu bahwa orang yang mengaku beriman wajib hukumnya untuk menuntut ilmu, sementara orang yang berilmu namun tidak beriman maka ilmunya hanya akan menimbulkan kerusakan bagi orang lain dan dirinya sendiri. Iman dan Ilmu hendaknya tidak terpisahkan pada diri seseorang, jika hilang salah satunya maka akan membuatnya memiliki derajat yang rendah baik di dunia maupun di akhirat.
    $pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? †Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râ“à±S$# (#râ“à±S$$sù Æìsùö�tƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_u‘yŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎�Î7yz ÇÊÊÈ
    Artinya:
    “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Mujaadilah: 11)
    Ayat di atas menunjukkan betapa tingginya derajat orang-orang yang berilmu, beramal shaleh dan berjihad di jalan Allah. Bukan hanya dihargai dan dihormati oleh sesamanya, akan tetapi Allah pun mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
    a. Hakikat Beriman
    Begitu pentingnya menjadi orang pintar ilmu dunia dan ilmu akhirat, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an terdapat empat tempat yang memberitakan betapa tingginya derajat orang-orang berilmu.
    Pertama, dalam al-Qur’an Surah al-Mujaadilah ayat 11, yaitu:“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan padamu, “berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
    Kedua, dalam al-Qur’an Surah al-Nisaa ayat 95-96, yaitu:“Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
    Ketiga, dalam al-Qur’an Surah Thaha ayat 75, yaitu:“Dan barang siapa datang kepada Rabb-Nya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang telah memperoleh tempat-tempat yang mulia.”
    Keempat, dalam al-Qur’an Surah al-Anfaal ayat 2-4, yaitu: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakal. Yaitu, orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rezeki yang mulia.”
    Orang yang beriman adalah:
    1. Takwa
    2. Menjauhi kezaliman (syirik)
    3. Orang yang mendirikan sholat
    4. Selalu khusyuk dalam sholatnya
    5. Mengeluarkan cahaya (aura)
    6. Apabila ia mendengar asma Allah bergetar hatinya
    7. Orang yang menafkahkan sebagian rezeki yang dimilikinya
    B. Hakikat Berilmu
    Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lain adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Sejauh ini, kita telah mencoba untuk membuktikan bahwa perintah Al-Qur’an dan Sunnah mengenai menuntut ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syariah tertentu, tetapi juga mencakup setiap ilmu yang berguna bagi manusia.
    Tujuan utama manusia adalah mendekatkan diri pada Allah dan mendapatkan ridha-Nya, aktivitas-aktivitasnya harus difokuskan pada arah ini. Segala sesuatu yang mendekatkan kepada Tuhan atau petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah terpuji. Jadi, ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah, keridhaan dan kedekatkan kepada-Nya. Jika tidak, ilmu itu sendiri akan menjadi penghalang yang besar (hijab al-akbar), apakah ia tercakup dalam ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu-ilmu syariah.
    Jelas bahwa menyembah Allah tidak hanya lewat puasa, shalat dan lain sebagainya. Nyatanya, suatu gerakan menuju taqarrub (kedekatan) kepada Allah selalu dianggap sebagai ibadah. Salah satu cara untuk menolong manusia dalam perjalanannya menuju Allah adalah ilmu, dan hanya dalam hal semacam inilah ilmu dipandang bernilai. Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya dapat ber- taqarrub kepada Allah.
    1. Dia dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah.
    2. Dia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya.
    3. Dia dapat membimbing orang lain.
    4. Dia dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.

Jika ilmu adalah sesuatu yg paling berharga maka mencari ilmu adalah pekerjaan paling mulia. Allah SWT telah menyandingkan kewajiban menuntut ilmu dengan kewajiban jihad. Jadi jika jihad melawan orang kafir itu menjaga agama islam dari ancaman luar, maka menuntut ilmu kemudian menyebarluaskannya adalah menjaga kelestarian ajaran islam dari dalam.


C. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Satu abad terakhir ini, kemajuan Iptek dunia dipimpin oleh peradaban Barat. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut, membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa diimbangi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim serta cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju. Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, di India, di Jepang dan lain sebagainya. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan neo-imperialisme oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan Iptek modern.
Peradaban Barat modern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun kemajuan tersebut nampak tidak seimbang, karena lebih mementingkan kesejahteraan material sebagian individu dan sekelompok tertentu saja. Dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lemah Iptek, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme di Dunia Timur dan Selatan.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis dan sekular yang diserap melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban serta Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan…
Renungan: Segala pujian hanya milik Allah yang menciptakan manusia dan memberi mereka petunjuk. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang selalu istiqamah mengikuti manhajnya hingga hari akhir. Amma ba’du :
Sebuah firman Allah menjelaskan kepada kita tentang keutamaan orang yang beriman dan mempunyai ilmu. Allah berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11) [المجادلة/11]
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat. Dan Allah itu Maha banyak khabar terhadap apa yang kalian lakukan. Al-Mujadilah: 11.
Ilmu adalah cahaya. Tanpa ilmu, manusia buta. Tanpa ilmu, manusia pasti binasa. Begitulah ilmu. Ia merupakan kebutuhan pokok manusia. Karena pentingnya ilmu, Allah memerintahkan nabi untuk selalu meminta tambahan ilmu.
عِلْمًا زِدْنِي رَبِّ وَقُلْ   (114) [طه/114]
Dan katakanlah, “Wahai Pemeliaharaku! Tambahkanlah padaku ilmu.” Thaha: 114.

By: Dwi Ariyanto





Yüklə 5,93 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   34   35   36   37   38   39   40   41   ...   92




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin