Riwayat Hidup Para Imam Suci Ahlul Bait as


Univertas Imam Ash-Shâdiq as



Yüklə 0,96 Mb.
səhifə16/29
tarix18.01.2019
ölçüsü0,96 Mb.
#100513
1   ...   12   13   14   15   16   17   18   19   ...   29

Univertas Imam Ash-Shâdiq as.

Universitas Imam Ash-Shâdiq as. adalah sebuah yayasan Islam yang paling menonjol pada masa kekuasaan dinasti Abbâsiyah. Universitas ini beraktifitas untuk memajukan kehidupan ilmiah dan telah berhasil mencetuskan berbagai jenis ilmu pengetahuan yang belum pernah dikenal oleh masyarakat sebelumnya. Universitas telah berhasil menelurkan para pemikir kenamaan terbaik, para filosof kaliber, dan para ulama handal.


Sebagian peneliti berkomentar: "Jika terdapat sebuah hakikat yang harus diungkapkan, hakikat itu adalah, bahwa peradaban Islam dan pemikiran Arab berutang budi kepada yayasan pemikiran ini dalam perkembangan dan kemajuannya, dan juga kepada tonggaknya, Ash-Shâdiq, dalam keagungan ilmiah dan warisannya yang sangat berharga."
Seorang 'arif tersohor berkata: "Termasuk sebuah kewajiban ilmiah adalah hendaknya kita berbicara tentang Imam Ash-Shâdiq as. sebagai seorang tonggak sebuah madrasah pemikiran pertama, sebagai seorang pemimpin sebuah pusat pengajaran Filsafat spiritual pertama, sebagai seorang penemu ilmu Kimia seperti ditegaskan oleh Jâbir bin Hayyân Ash-Shûfî Ath-Thursûsî, dan sebagai seorang figur yang telah mampu mengeluarkan akal pemikiran Islam dari ruang lingkup yang terbatas menuju ke sebuah ruang lingkup yang sangat luas yang didominasi oleh kebebasan berpikir secara ilmiah yang sehat dan bertumpu pada konsep hakikat, logika, dan realita."
Kami telah membahas tentang yayasan ilmiah ini di dalam buku yang berjudul Mawsû'ah Al-Imam Ash-Shâdiq as. (Ensiklopedia Imam Ash-Shâdiq as.) secara panjang lebar dan luas. Pada kesempatan ini, kami hanya akan mengIsya'ratkan sekelumit pembahasan tentang yayasan ilmiah ini sebagai berikut:

a. Pusat Universitas

Pusat universitas besar yang telah didirikan oleh Imam Ash-Shâdiq as. ini adalah Yatsrib (Madinah), tepatnya di dalam masjid Nabi saw. yang agung itu. Di dalam masjid inilah, ia melontarkan seluruh kuliah dan pidatonya. Dan pada kesempatan yang lain, ia juga pernah melontarkan kuliah dan pelajarannya di dalam rumahnya sendiri.



b. Delegasi-Delegasi Ilmiah

Para ilmuwan dan ahli ilmu pengetahuan dari berbagai penjuru dunia Islam dengan cepat bergabung dengan yayasan besar ini.


Sayid Abdul Aziz Al-Ahl menulis: "Kota Kufah, Bashrah, Wasith, dan Hijaz mengirim para ilmuwan handalnya yang berasal dari berbagai kabilah, seperti kabilah Bani Asad, Ghina, Mukhariq, Thayy, Sulaim, Ghathafan, Ghifar, Al-Azd, Khuza'ah, Khasy'am, Makhzum, Bani Dhabbah, Quraisy, dan-khususnya-Bani Harist bin Abdul Muthalib dan Bani Hasan bin Ali untuk menimba ilmu pengetahuan kepada Ja'far bin Muhammad. Banyak juga orang-orang merdeka dan putra-putra para tuan dari pemuka-pemuka kabilah-kabilah Arab tersebut, serta negara Persia, khususnya kota Qom yang telah pergi ke haribaannya (untuk menimba ilmu pengetahuan)."
Seluruh negeri Islam telah mengirimkan putra-putra terbaiknya untuk menimba ilmu pengetahuan dari muara ilmunya dan mempelajari hukum-hukum syariat Islam dari keturunan Nabi saw. ini.

c. Jumlah Murid

Jumlah murid yang pernah menimba ilmu pengetahuan dari universitas Imam Ash-Shâdiq as. ini adalah empat ribu orang. Jumlah ini adalah sebuah jumlah yang sangat besar yang tidak pernah dimiliki oleh yayasan ilmiah mana pun pada masa itu. Al-Hâfizh Abul Abbâs bin 'Uqdah Al-Hamadânî Al-Kûfî telah menulis sebuah buku yang memuat nama-nama para perawi yang pernah meriwayatkan hadis-hadis Imam Ash-Shâdiq as. Ia menegaskan bahwa jumlah mereka adalah empat ribu orang.


Dr. Mahmûd Al-Khâlidî berkomentar: "Para perawi tsiqah yang berasal dari para sahabatnya-yaitu, sahabat Imam Ash-Shâdiq as-berjumlah empat ribu orang. Dan kami tidak merasa heran dengan jumlah ini. Kami akan merasa heran jika malah yang terjadi adalah sebaliknya, seandainya hal itu terjadi dan dinukil (oleh sejarah)."
Dalam kitab Al-Mu'tabar, Al-Muhaqqiq menulis: "Pada masanya-yaitu, masa Imam Ash-Shâdiq as., berbagai jenis dan ragam ilmu pengetahuan yang membuat akal kita terperana tersebar darinya dan banyak sekali perawi-yang berjumlah sekitar empat ribu orang-meriwayatkan (hadis) darinya."
Sayid Muhammad Shâdiq Nasy'at berkomentar: "Rumah Ja'far Ash-Shâdiq berfungsi seperti universitas yang senantiasa dipenuhi oleh ulama kaliber dalam bidang ilmu Hadis, Tafsir, Hikmah, dan Teologi. Sering kali, majelis pelajarannya dihadiri oleh dua ribu orang, dan kadang-kadang dihadiri oleh empat ribu ulama kaliber dan tersohor. Hadis dan pelajaran-pelajaran yang telah diterima oleh para muridnya di majelis pelajarannya itu telah dibukukan oleh mereka dalam sekumpulan buku. Kumpulan buku ini memiliki fungsi sebagai ensiklopedia ilmiah bagi mazhab Syi'ah atau mazhab Ja'farî."
Kami telah menulis biografi tiga ribu enam ratus enam puluh dua (3662) perawi hadis Imam Ash-Shâdiq dalam buku Mawsû'ah Al-Imam Ash-Shâdiq as.

d. Cabang-cabang Universitas Imam Ash-Shâdiq as.

Mayoritas ulama yang telah keluar dari universitas Imam Ash-Shâdiq as. tersebut dan pulang kembali ke negeri mereka masing-masing telah mendirikan berbagai ragam pusat ilmiah dan sekolah agama ... Cabang terbesar yang pernah didirikan (dalam sejarah) adalah universitas yang didirikan di masjid jami' Kufah.


Hasan bin Ali Al-Wasysyâ' berkata: "Aku pernah berguru di masjid ini-yaitu, masjid jami' Kufah-kepada sembilan ratus syaikh. Setiap orang dari mereka senantiasa berkata, 'Haddatsani Ja'far bin Muhammad (Ja'far bin Muhammad telah meriwayatkan hadis ini kepadaku).'"
Gerakan ilmiah di kota Kufah telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sebagaimana kebangkitan ilmiah juga mengalami perkembangan yang sama di daerah-daerah lain.
Sayid Mir Ali Al-Hindi berkomentar: "Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa tersebarnya ilmu pengetahuan pada masa itu telah berhasil membantu pembebasan akal dari jeratan-jeratannya. Dengan demikian, dialog-dialog filosofis menjadi mendominasi setiap pertemuan ilmiah yang ada di seluruh penjuru negeri Islam. Perlu kami tambahkan lagi bahwa orang yang memimpin gerakan (dahsyat ini) adalah seorang cucu Ali bin Abi Thalib yang bernama Imam Ja'far dan bergelar Ash-Shâdiq. Ia adalah seorang figur yang memiliki ufuk pemikiran yang luas, yang memiliki kedalaman akal yang menakjubkan, dan yang menguasai seluruh bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masanya. Pada hakikatnya, ia adalah figur pertama yang telah berhasil mendirikan sekolah-sekolah filfasat yang masyhur di dunia Islam. Orang-orang yang menghadiri majelis ilmunya tidak hanya terbatas pada mereka yang telah berhasil menjadi imam-Imam mazhab. Tetapi, majelis ilmunya dihadiri oleh para pencari filsafat yang berasal dari berbagai penjuru dunia yang sangat jauh dan terpencil."
Ala kulli hal, sebagian keluarga ilmiah yang terdapat di kota Kufah telah mendapatkan kebanggan besar dengan menjadi murid Imam Ash-Shâdiq as., dan mereka dikenal memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu Fiqih dan Hadis, seperti keluarga ?l Hayyân At-Taghlibî, ?l A'yun, Bani 'Athiyah, Bani Darrâj, dan keluarga-keluarga ilmiah lainnya.
Imam Ash-Shâdiq as. pernah tinggal di kota Kufah selama dua tahun. Ia berdomisili di daerah Bani Abdul Qais. Para pengikut Syi'ah berbondong-bondong menjumpainya untuk memohon fatwa dan bertanya masalah hukum syariat kepadanya. Tentang banyaknya manusia yang berbondong-bondong menemuinya tersebut, Muhammad bin Ma'rûf Al-Hilâlî bercerita: "Aku pernah pergi ke Hirah untuk menjumpai Ja'far bin Muhammad. Aku tidak memiliki daya untuk menjumpainya lantaran banyaknya masyarakat (yang ingin berjumpa dengannya). Pada hari keempat, ia melihatku dan mendekat ke arahku. Gerombolan manusia itu pun berpencar. Pada waktu itu, ia ingin pergi untuk berziarah ke makam kakeknya, Amirul Mukminin as. Aku membuntutinya. Aku mendengar ucapannya, sedangkan aku berjalan bersamanya."

Metode Ilmiah

Pelajaran dan kuliah-kuliah Imam Ash-Shâdiq as. meliputi seluruh jenis ilmu pengetahuan dan ragam peradaban yang sangat tinggi. Ilmu-ilmu pengetahuan berikut ini adalah di antara cabang ilmu pengetahuan yang pernah diajarkan oleh beliau:


- Ilmu Fiqih.
- Ilmu Hadis.
- Ilmu Al-Qur'an.
- Ilmu Medis.
- Ilmu Kimia.
- Ilmu Fisika.
- Ilmu tentang tetumbuhan.
Dan begitu juga cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi.
Di antara ilmu pengetahuan yang mendapatkan perhatian penuh Imam Ash-Shâdiq as. adalah ilmu Fiqih Islam dalam semua bidangnya; ibadah, transaksi, akad, dan îqâ'. Para fuqaha mazhab Imamiah merujuk kepada hadis-hadis mulianya dalam menyimpulkan hukum-hukum syariat.

Pembukuan Ilmu

Imam Ash-Shâdiq as. menekankan kepada para sahabatnya untuk membukukan seluruh pelajaran dan kuliah (yang telah ia berikan) lantaran ia khawatir seluruh pelajaran berharga itu akan musnah. Abu Bashir pernah bercerita: "Aku pernah bertamu ke rumah Abu Abdillah. Ia berkata, 'Apa yang mencegah kamu semua untuk menulis? Kamu tidak akan dapat menghafal dan menjaga (ilmu pengetahuan) sebelum kamu menulisnya. Aku pernah memiliki sekelompok tamu dari penduduk Bashrah. Mereka menanyakan banyak hal kepadaku, dan menulisnya.'"


Sebagai manifestasi atas kepedulian Imam Ash-Shâdiq as. terhadap pembukuan ilmu pengetahuan, ia memerintahkan muridnya, Jâbir bin Hayyân untuk menciptakan sebuah kertas yang anti bakar. Jâbir memenuhi permintaannya tersebut. Setelah kertas itu siap digunakan, Imam Ash-Shâdiq as. menulis sebuah kitab dengan tangannya sendiri dan melemparkannya ke dalam api. Kitab itu tidak rusak sedikit pun. Para perawi tidak menyebutkan nama kitab tersebut dan tidak juga nama ilmu yang telah ia torehkan di atas kertas itu.
Para ulama dari kalangan murid-murid Imam Ash-Shâdiq as. bergegas memenuhi perintahnya tersebut. Jâbir bin Hayyân menulis pelajaran ilmu Kimia yang telah ia dapatkan darinya. Karya-karya tulisnya mencapai lima ratus risalah. Risalah-risalah tersebut menjadi muara yang jernih dalam bidang ilmu Kimia yang dimanfaatkan oleh para ilmuwan sebaik mungkin.
Masih banyak lagi bintang-bintang kejora dari sekian murid Imam Ash-Shâdiq as. yan memiliki karya tulis dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Peneliti agung, Syaikh Aqa Bozorg Tehrani-semoga Allah mencerlangkan persemayaman abadinya-telah menulis biografi para penulis dari murid-muridnya sebanyak dua ratus orang.
Dengan penjelasan singkat dan ringkas ini, kita telah menuntaskan pembahasan tentang universitas Imam Ash-Shâdiq as.

Kriteria dan Karakteristik

Tidak ada karakter yang mulia dan juga tidak ada akhlak yang utama kecuali semua itu menjadi karakteristik substansial dan jati diri Imam Ash-Shâdiq as. Pada kesempatan ini, kami akan memaparkan sebagian dari karakter-karakter mulia tersebut.



a. Ketinggian Akhlak

Imam Ash-Shâdiq as. memiliki ketinggian akhlak yang sangat lapang. Di antara manifestasi ketinggian akhlaknya adalah berbuat baik kepada orang yang telah bertindak kurang ajar terhadapnya. Para ahli sejarah telah menyebutkan contoh-contoh yang tidak terhitung tentang ketinggian akhlaknya ini. Di antaranya adalah (kisah berikut ini):


Salah seorang jamaah haji menyangka bahwa sabuk uangnya telah hilang. Ia mengadakan pencarian ke sana dan ke mari. Ia memasuki masjid Nabi saw. Tiba-tiba ia melihat Imam Ash-Shâdiq as. sedang mengerjakan salat. Ia memegangnya, sedangkan ia tidak mengenalnya. Ia bertanya: "Engkaukah yang telah mencuri sabuk uangku?"
Imam Ash-Shâdiq as/ menghadapinya dengan penuh ramah sembari bertanya: "Berapakah isi sabuk uang tersebut?"
Ia menjawab: "1.000 dinar."
Imam Ash-Shâdiq memberikan uang sebanyak 1.000 dinar kepada orang tersebut. Setelah menerima uang tersebut, ia pergi kembali ke tempat penginapannya. Tiba-tiba ia menemukan sabuk uang tersebut (tergeletak di tempat penginapan itu). Akhirnya, ia bergegas kembali untuk menemui Imam Ash-Shâdiq as. dengan membawa uang tersebut dengan bermaksud untuk memohon maaf. Imam Ash-Shâdiq enggan untuk menerima uang itu kembali sembari berkata: "Ini adalah sesuatu yang telah keluar dari tanganku, dan tidak mungkin akan kembali lagi kepadaku." Orang itu pun terperangah dan mulai terusik untuk menanyakan siapakah sebenarnyanya itu. Salah seorang penduduk menjawabnya: "Orang ini adalah Ja'far Ash-Shâdiq." Setelah mendengar jawaban itu, ia berkata dengan penuh rasa takjub: "Tidak heran jika tindakan ini adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang (agung) seperti dia."
Yang mendorong Imam Ash-Shâdiq as. untuk membenarkan ucapan orang tersebut dan memberikan uang kepadanya adalah ketinggian dan kemuliaan akhlaknya.

b. Rendah Hati

Salah satu karakter Imam Ash-Shâdiq as. yang sangat menonjol adalah rendah hati dan tawadhu'. Sebagai manifestasi dari karakter rendah hatinya, ia selalu duduk di atas hamparan pelepah daun kurma, menolak untuk duduk di atas permadani-permadani yang mewah, dan menolak setiap sikap orang-orang yang sombong. Ia pernah bertanya kepada seorang yang berasal dari sebuah kabilah: "Siapakah pembesar kabilah ini?"


Orang itu menjawab: "Saya."
Imam Ash-Shâdiq menimpali: "Jika engkau adalah pembesar mereka, niscaya engkau tidak akan mengatakan 'saya'."
Salah satu manifestasi kerendahan hati Imam Ash-Shâdiq as. adalah (peristiwa berikut ini):
Salah seorang dari penduduk Kufah pernah bepergian bersama Imam Ash-Shâdiq. Imam Ash-Shâdiq kehilangan orang tersebut. Ia bertanya tentang keberadaannya kepada seseorang. Orang tersebut menjawab dengan nada mengejek: "Ia adalah seseorang yang berasal dari kabilah Nabathi ."
Imam Ash-Shâdiq as. menjawab sembari berkata: "Yang pokok bagi seseorang adalah akalnya, dan nilai kemuliaannya adalah agama, kemurahan, dan ketakwaannya. Seluruh manusia adalah sama-sama (berasal) dari Adam."
Sesunggunya rendah hati dan tawadhu' adalah salah satu karakter jiwa tertinggi yang dapat mengungkapkan kemuliaan dan kesempurnaan seseorang.

c. Tabah

Salah satu manifestasi ketinggian akhlak Imam Ash-Shâdiq as. yang lain adalah ketabahan atas segala musibah masa dan petaka. Pada suatu hari, ia dikejutkan oleh kewafatan putanya yang bernama Ismail. Ismail adalah salah seorang tonggak Bani Ali as. dari sisi keilmuan dan akhlak. Ia memanggil beberapa orang sahabat kenamaannya dan menyuguhkan hidangan makanan kepadanya. Sebagian sahabatnya merasa heran dan menghadap kepadanya seraya bertanya: "Aku tidak melihat secercah pun tanda-tanda kesedihan atas kewafatan putra Anda?"


Imam Ash-Shâdiq as. menjawab: "Mengapa aku tidak boleh bersikap seperti yang kamu sekalian lihat, sedangkan orang yang paling jujur-yaitu, Rasulullah saw-pernah bersabda kepada para sahabatnya, 'Sesungguhnya aku dan kamu semua akan meninggal dunia.'"

d. Kedermawanan

Imam Ash-Shâdiq as. adalah orang yang paling dermawan dan orang yang paling banyak berbuat kebajikan kepada orang lain. Para perawi hadis telah menukil contoh-contoh yang sangat banyak sekali tentang manifestasi kedermawanannya. Di antara kedermawanannya adalah (kisah berikut ini):


Asyja' As-Sullamî pernah menjumpai Imam Ash-Shâdiq as. di rumahnya. Ia menemukannya dalam kondisi sedang sakit. Asyja'menanyakan tentang faktor penyakitnya itu. Imam Ash-Shâdiq menjawab: "Biarkanlah faktor penyakitku. Katakanlah keperluanmu."
Asyja'menyenandungkan bati-bati syair berikut ini:
Semoga Allah menganugerahkan 'afiat kepadamu dalam lelap tidurmu.
Dengan mengeluarkan penyakit dari tubuhmu seperti Dia mengeluarkan kehinaan meminta-minta dari pundakmu.
Dari bait terakhir ini, Imam Ash-Shâdiq as. memahami keperluannya. Ia bertanya kepada budaknya: "Berapa engkau memiliki uang?"
Budak itu menjawab: "Empat ratus."
Imam Ash-Shâdiq as. memerintahkan supaya ia memberikan uang itu kepadanya.
Tentang kebajikannya kepada orang-orang fakir miskin, para perawi hadis meriwayatkan bahwa ia senantiasa memberikan makanan dan pakaian kepada mereka sehingga tidak tersisa sedikit pun makanan dan pakaian bagi keluarganya sendiri.
Dan di antara manifestasi kedermawanan Imam Ash-Shâdiq as. yang lain adalah (kisah berikut ini):
Pada suatu hari seseorang melalui Imam Ash-Shâdiq yang ketika itu sedang menyantap makan siang. Orang itu tidak mengucapkan salam kepadanya. Imam Ash-Shâdiq mengajaknya untuk makan bersama. Sebagian hadirin memprotes tindakannya itu seraya berkata: "Yang sunah adalah hendaknya ia mengucapkan salam terlebih dahulu, lalu diundang (untuk makan bersama). Dia 'kan tidak mengucapkan salam!"
Imam Ash-Shâdiq as. menjawab: "Ia adalah salah seorang penduduk Irak yang memiliki sedikit sifat kikir."

e. Bersedekah Secara Rahasia

Sebagaimana kakeknya, Imam Ali Zainul Abidin as., Imam Ash-Shâdiq senantiasa mengunjungi orang-orang fakir miskin di pertengahan malam yang gulita, sedangkan mereka tidak mengenal siapanya. Sang cucu mengikuti jejak kakeknya. Di malam hari, ia memikul kantong kain yang penuh berisi roti, daging, dan uang. Ia pergi menjumpai masyarakat yang membutuhkan, lalu menginfakkan seluruh barang bawaannya itu kepada mereka, sedangkan tidak mengenal siapanya. Dan mereka tidak mengetahui realita yang sebenarnya sehingga ia meninggal dunia. Dengan kepergiannya itu, mereka merasa kehilangan kunjungan dan sedekah-sedekah (yang sering mereka dapatkan) di malam hari tersebut, dan dengan demikian, mereka baru mengetahui bahwa seluruh sedekah itu adalah berasal darinya.


Di antara sekian contoh sedekah yang telah ia lakukan secara rahasia adalah hadis yang diriwayatkann oleh Ismail bin Jâbir (berikut ini):
Ismail bin Jâbir bercerita: "Abu Abdillah as. pernah memberikan uang kepadaku sebanyak lima puluh dinar yang dibungkus sebuah kantong uang. Ia berpesan kepadaku sembari berkata, 'Berikanlah uang tersebut kepada salah seorang dari Bani Hâsyim, dan janganlah kau beritahukan kepadanya bahwa aku yang telah memberikan uang ini kepadamu.' Aku berangkat menjumpai orang tersebut dan menyerahkan uang itu kepadanya. Ia bertanya kepadaku, 'Dari manakah uang ini?' Aku memberitahukan kepadanya bahwa uang itu berasal dari seseorang yang tidak ingin kau ketahui jati dirinya. Orang keturunan Bani Ali as. itu menimpali, 'Orang ini senantiasa mengirimkan uang kepadaku setiap waktu sehingga kami bisa menjalankan roda kehidupan hingga tahun mendatang. Akan tetapi, Ja'far tidak pernah memberikan sepeser dirham pun kepadaku, padahal ia memiliki banyak harta.'"
Imam Ash-Shâdiq as. menyembunyikan sedekah hanya lantaran mengharapkan keridaan Allah dan kebahagiaan di akhirat.

f. Bergegas Memenuhi Hajat Orang Lain

Jika seseorang meminta tolong kepada Imam Ash-Shâdiq as. untuk menyelesaikan sebuah hajat, ia bergegas untuk memenuhi dan menyelesaikannya. Ia pernah ditanya oleh seorang sahabat: "Mengapa Anda secepat ini menyelesaikan hajat seseorang?" Ia menjawab: "Aku khawatir ada orang lain yang lebih cepat menyelesaikannya. Dan dengan ini, aku tidak akan mendapatkan pahala sedikit pun."


Begitulah Imam Ash-Shâdiq as. menjadi figur yang cerlang dalam setiap karunia dan keutamaan.

g. Ibadah

Imam Ash-Shâdiq as. tidak berbeda dengan nenek moyangnya yang agung dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah swt. Ia adalah orang yang paling 'abid pada masanya hidup. Ia senantiasa menginfakkan waktu senggangnya untuk mengerjakan salat karena Allah swt. Ia tidak pernah meninggalkan satu salat sunah pun, dan ia selalu mengerjakannya dengan penuh khusyuk dan kehadiran hati terhadap Allah swt. Ia sering berpuasa di siang hari. Jika bulan Ramadhan yang penuh berkah tiba, ia menyambutnya dengan penuh rasa kerinduan yang dalam. Terdapat beberapa doa yang ia baca di siang dan malam hari selama bulan Ramadhan. Kami telah menyebutkan doa-doa tersebut di dalam buku yang berjudul Ash-Shahîfah Ash-Shâdiqiyah.


Dalam menjalankan ibadah haji, ia melaksanakannya dengan kerendahan hati dan kekhusyukan yang dalam terhadap Allah swt. Sufyân Ats-Tsawrî pernah bercerita: "Demi Allah, aku pernah melihat Ja'far bin Muhammad (sedang menjalankan ibadah haji), dan aku tidak pernah melihat seorang jamaah haji berada di tempat-tempat suci dan mengerahkan seluruh dayanya untuk khusyuk (di haribaan Ilahi) yang melebihi dia. Ketika sampai di Arafah, ia menjauh dari para jamaah haji yang lain dan menyibukkan dirinya dengan membaca doa di situ."
Bakr bin Muhammad Al-Azdî bercerita: "Aku pernah melakukan tawaf dan di sisiku Imam Abu Abdillah as. (juga sedang melakukan tawaf). Ketika ia usai melakukan tawaf, ia minggir dan mengerjakan salat di tempat yang berada di antara Rukun Baitullah dan Hajarul Aswad. ketika ia melakukan sujud, aku mendengarnya membaca (doa berikut ini):

سَجَدَ وَجْهِيْ لَكَ تَعَبُّدًا وَ رِقًّا، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ حَقًّا حَقًّا، اَلْأَوَّلُ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَ الْآخِرُ بَعْدَ

كُلِّ شَيْءٍ، وَ هَا أَنَا ذَا بَيْنَ يَدَيْكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، فَاغْفِرْ لِيْ، إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ

غَيْرُكَ، فَاغْفِرْ لِيْ

"Wajahku telah bersujud kepada-Mu dengan penuh rasa penghambaan dan kehinaan, tiada tuhan selain Engkau yang sebenarnya, Tuhan Yang Maha Awal sebelum segala sesuatu dan Yang Maha Akhir setelah segala sesuatu. Kini aku berada di haribaan-Mu, ubun-ubunku berada di genggaman tangan-Mu. Maka, ampunilah aku, karena tiada yang mampu mengampuni dosa yang besar kecuali Engkau seorang. Maka, ampunilah aku."


Begitulah Imam Ash-Shâdiq as. menjadi figur dan tauladan dalam bidang ibadah bagi orang yang ingin bertobat dan bertakwa. Kami telah memaparkan ibadahnya secara panjang lebar dalam buku kami yang berjudul Mawsû'ah A-Imam Ash-Shâdiq as. (Ensiklopedia Imam Ash-Shâdiq as).

Mutiara Hikmah

Para perawi hadis telah meriawayatkan banyak mutiara hikmah Imam Ash-Shâdiq as. yang bertalian dengan berbagai dimensi manusia dan kehidupannya. Seluruh mutiara hikmah itu mengandung nilai-nilai yang mulia dan karakter-krakter yang tinggi. Di antara mutiara-mutiara hikmahnya adalah berikut ini:


1. Imam Ash-Shâdiq as. berkata: "Jika kamu mendengar sebuah ucapan dari (mulut) seorang muslim, maka tafsirkanlah dengan penafsiran terbaik yang ada dalam benakmu. Jika kamu tidak dapat menemukan penafsiran (yang terbaik) untuk itu, maka salahkanlah dirimu sendiri."
2. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Barang siapa telah dipindahkan oleh Allah dari kehinaan maksiat kepada kemuliaan taat, maka Dia telah menganugerahkan kekayaan kepadanya tanpa harta, telah menentramkan (hatinya) tanpa seorang sahabat karib, dan telah memuliakannya tanpa (bantuan) famili dan kerabat."
3. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Posisi terdekat yang dapat mejerumuskan salah seorang dari kamu ke dalam jurang kekufuran adalah apabila ia memegang cela saudara (seiman)-nya dengan tujuan untuk mencelakannya pada suatu hari kelak."
4. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Sesungguhnya dosa dapat menghambat rezeki."
5. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Dosa besar yang paling besar adalah mengingkari apa yang telah diturunkan oleh Allah di tengah-tengah kita."
6. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Setiap penyakit pasti memiliki obat, dan obat dosa adalah memohon ampunan (istighfar)."
7. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Memindahkan gunung adalah lebih ringan daripada memindahkan sebuah hati dari tempatnya."
8. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Jika urusan duniamu makmur, maka hati-hatilah terhadap agamamu."
9. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Dua orang mukmin tidak berjumpa kecuali mukmin yang lebih utama dari mereka berdua adalah siapa di antara mereka yang lebih mencintai yang lain."
10. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Seorang hamba tidak akan menjadi seorang mukmin kecuali jika ia merasa takut dan berharap, dan ia tidak akan merasa takut dan berharap kecuali apabila ia mengamalkan apa yang ia takuti dan harapkan."
11. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Saudaraku yang paling kucintai adalah orang yang menghadiahkan cela-celaku kepada diriku sendiri."
12. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Bukanlah termasuk pengikut kami orang yang mengaku hal itu dengan lisannya saja, sementara ia menyeleweng dari perilaku dan tindakan yang kami lakukan. Akan tetapi, pengikut kami adalah orang yang sejalan dengan kami dalam lisan dan hatinya, mengikuti jejak perilaku kami, dan mengamalkan amal-amal kami. Mereka itulah pengikut kami yang sebenarnya."( )
13. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Pemilik niat yang benar dan jujur adalah pemilik hati yang bersih."
14. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Janganlah kamu menampakkan kegembiraan lantaran kedukaan yang telah menimpa saudara seimanmu, lantaran (bisa jadi) Allah akan merahmatinya dan menimpakan kedukaan itu kepadamu."
15. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Rahasiamu terdapat dalam darahmu. Maka, janganlah kau teteskan di selain urat-urat lehermu."
16. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Harta yang haram akan tampak akibatnya pada anak keturunan."
17. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Apabila niat seseorang adalah baik, maka Allah akan menambahkan rezekinya."
18. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Jangan kamu berbicara dengan orang yang engkau hawatir akan membohongkanmu, jangan engkau meminta kepada orang yang engkau khawatir akan mencegahmu (baca: menolakmu), dan jangan kamu merasa aman terhadap orang yang engkau khawatir akan menerormu."
19. Imam Ash-Shâdiq berkata: "Mengamalkan kebajikan dapat mencegah kematian yang jelek, sedekah dapat memadamkan api amarah Tuhan, silaturahmi dapat menambah umur dan menghilangkan kemiskinan, dan zikir lâ ilâha illalalâh adalah sebuah harta simpanan di antara sekian harta simpanan surga."

Yüklə 0,96 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   12   13   14   15   16   17   18   19   ...   29




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin