10
Sebelum aq menyahut perkataannya, tiba – tiba aq mendapat informasi dari markas “Agen Viki, kami sudah menemukan penembaknya. Dia berada didalam gedung lantai dua, arah jam 1”. Aq langsung mencarinya, aq menggunakan kaca mata mata – mata ku untuk melihatnya lebih jelas. Dan ternyata benar, ada seseorang yang menggunakan sniper bersembunyi disana. Kalau aq menembaknya dari jarak sejauh ini pasti tidak akan bisa mengenainya, jadi aq putuskan untuk mendekatinya. Aq berkata pada pak Usman “Pak, markas telah menemukan orang yang dari tadi menembak kita, aq akan segera mendekat, bapak tetaplah disini, biar pak Bejo menjaga anda”, tatapan beliau terlihat Sangat gugup, lalu beliau menyahut “T t t tapi nak, kalau kamu mendekat, kamu bisa tertembak”, sambil sedikit tersenyum aq berujar “Tenang saja pak, Tuxedo yang saya kenakan ini anti peluru, bahkan peluru Sniper sekalipun. Bapak tetap disini ya, jangan kemana – mana, aq akan segera kembali”.
Sebelum aq pergi aq sempat melihat kearah pak Bejo, beliau juga melihatku, aq tersenyum kecil untuk menenangkan suasana. Lalu aq langsung berlari menuju gedung itu, tembakan demi tembakan terus menyerangku, aq mengelak dengan melompat ke kanan, ke kiri dan berguling – guling. Aq melompati tembok halaman pak Usman sambil terus menghindar, hingga aq berhasil sampai dipintu gedung itu. Dia kesulitan menembak karena terhalang balkon. Pintu gedung ini terkunci, aq menembak gagang pintunya dan berhasil terbuka. Ketika aq berjalan masuk, Melissa tiba – tiba masuk ke saluran komunikasi di dasi kupu – kupu ku, “Vik, mau kemana kau ? Apa kau meninggalkan pak Usman ?”, aq menjawab “Iya Mel, aq sedang menghampiri si Sniper yang mengacaukan acara ini”. Lalu Melissa terus mencoba memberi tahuku sesuatu, tapi aq sama sekali tidak menghiraukan dia. Aq lalu naik menuju lantai dua dimana Sniper itu berada. Aq juga harus berhati – hati, aq persiapkan senjata magnum ditanganku, aq mulai meniti tangga dengan mengendap – endap sambil terus menatap keatas.
Tiba – tiba dia melancarkan tembakan dari atas, beruntung aq berhasil menghindar. Lalu aq terus berlari keatas sambil terus menghindari tembakan – tembakannya. Sampai diatas, dia tiba – tiba menghilang, aq mencari – carinya sambil menodongkan senjataku. Tapi suasananya
11
sangat sunyi sekali, apa jangan – jangan dia melompat keluar, tapi jaraknya terlalu tinggi, kakinya pasti patah. Aq terus melihat ke seluruh ruangan yang cukup luas ini, sepertinya ini gedung bekas kantor, karena banyak sekali meja dan computer berserakan dimana – mana.
Gubrak¸ terdengar suara dari arah belakang, sebuah bangku tiba – tiba terguling. Aq mengintip kebawah meja, ternyata dia bersembunyi disitu, kayak bocah aja, aq langsung melepaskan tembakan kearahnya, karena posisinya yang terhimpit dia tidak bisa menghindar. Aq berhasil mengenai tangan dan kakinya, agar dia tidak bisa lagi menggunakan senjatanya dan agar dia juga tidak bisa kabur. Aq menariknya keluar, aq mengikat tubuhnya, lalu aq melapor ke markas “Di sini agen Viki, saya sudah berhasil menangkap Sniper ini. Tolong datangkan agen lain untuk membawanya”, balasan dari markas “Baiklah Viki, siap”. Setelah merasa situasi telah terkendali, hatiku mulai tenang. Namun kembali terdengar suara dari dasi kupu – kupuku “Viki, kenapa kau biarkan pak Usman sendirian ?” itu adalah suara Melissa, dia sepertinya Sangat marah karena aq tidak mengikuti instruksinya “Sekarang cepat kembali ke pak Usman, beliau dalam bahaya”, ujarnya, aq mulai panic mendengar ucapan Melissa, lalu aq bertanya “Apa maksudmu ! Dia sedang bersama dengan temannya, pak Bejo”, tiba – tiba dia menyentakku dengan nada tinggi “Dasar bego! Apa kau tidak berfikir ? Sniper itu hanyalah pancingan, yang ingin membunuh pak Usman sebenarnya adalah orang itu !!”. Aq baru sadar, ternyata Sniper itu sengaja tidak mengenai kami sama sekali hanya untuk mengacaukan pestanya saja, agar orang itu bisa dengan mudah membunuh pak Usman ketika semua tamu sudah pergi dan tidak ada saksi.
Aq langsung menengok keluar jendela, aq melihat pak Usman sudah tergeletak dengan luka di kakinya, dan pak Bejo yang sedang berdiri tegap sambil membawa sebuah pistol dan menodongkannya kearah pak Usman. Terlihat dari jauh kalau mereka sedang cek – cok. Ternyata benar kata Melissa, aq salah perhitungan. Tapi aq tidak tinggal diam, aq langsung mengambil senjata Sniper yang digunakan oleh penembak tadi, aq mengecek pelurunya, masih tersisa satu peluru, tanpa fikir panjang aq langsung membidik pak Bejo, aq bersiap melepaskan tembakan, tapi keraguanku kembali muncul, tanganku Sangat sulit sekali menarik pelatuknya.
12
Entah kenapa ini bisa terjadi, trauma masa laluku membuatku ragu, tapi apa yang sebenarnya membuatku trauma hingga seperti ini. Saat aq berkutat dengan trauma ku, tiba – tiba terdengar suara Melissa dari dasi kupu – kupu ku “Tembak Vik, cepat tembak orang itu”, namun aq hanya terdiam, aq tidak bisa bergerak sedikitpun. Setekah cukup lama mereka beradu argument, pak Bejo akhirnya melepaskan tembakan kearah dada pak Usman, pak Usman pun langsung tergeletak tidak berdaya.
Terdengar teriakan histeris dari dalam gudang, itu adalah Pelangi. Dia dan ibunya menyaksikan semua kejadian itu. Pak Bejo yang juga mendengar teriakan Pelangi, melihat Pelangi dan ibunya yang sedang mengintip dibalik jendela gudang. Dia langsung menghampiri mereka berdua sambil menodongkan senjatanya kearah mereka, sepertinya dia juga berniat akan membunuh mereka. Aq tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, satu – satunya cara adalah aq harus bisa menembak pria itu. Tapi aq masih berkutat dengan trauma ku, padahal tadi dengan mudahnya aq melepaskan tembakan kearah si Sniper itu waktu dia bersembunyi dibawah meja, namun kenapa untuk yang satu ini aq tidak Sanggup.
Pria itu sudah semakin mendekat kearah Pelangi dan ibunya, aq mencoba merelakskan tubuhku agar tidak tegang. Aq sedikit memutar – mutar kepalaku, merenggangkan telapak tangan dan jari – jariku. Melissa kembali masuk ke saluran komunikasi ku, “Viki, apalagi yang kau tunggu. Apa kau tega melihat dua orang wanita itu mati tertembak dihadapanmu ? Cepat tembaaakk, tembaaaaaaakkk !!” dia berteriak Sangat keras. Mendengar teriakannya semangatku jadi terlejit. Lalu aq berfikir, bila aq tidak bisa menyakiti orang itu, maka aq akan menghancurkan senjatanya saja. Dia hanya menggunakan pistol biasa, dan peluru sniper ini bisa menghancurkan senjatanya dengan mudah. Aq membidik senjatanya yang sedang ditodongkan kearah Pelangi dan ibunya. Pria itu sudah Sangat dekat dengan pintu gudang, Pelangi dan ibunya sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi. Aq membidik dengan sempurna tepat kearah senjatanya, dan ketika dia akan membuka gagang pintu, Jeglaar, aq melepaskan tembakan, tepat mengenai senjatanya, dan senjata yang dibawanya itu pun langsung hancur.
Dia Sangat kaget dan langsung mencari – cariku, aq bersembunyi dibawah jendela. Lalu aq merangkak dan langsung turun kebawah. Aq berniat untuk menyelamatkan Pelangi dan
13
ibunya yang sudah tidak berdaya disana. Aq bergegas menuju kesana sebelum pria itu menyakiti mereka. Karena jarak yang cukup jauh dan pria itupun juga sudah Sangat dekat dengan mereka, jadi ku putuskan untuk mengaktivkan sepatu lari cepatku. Walaupun aq masih belum menguasai alat ini sepenuhnya, tapi aq akan mencobanya. Aq keluar dari gedung, aq mengaktivkan alat ini dengan menghentak – hentakkannya ke tanah tiga kali , lalu sepatu ini pun mulai bergetar, saat itu juga aq langsung berlari.
Kecepatan lariku Sangat luar biasa, tapi aq masih belum bisa mengendalikan kecepatan ini, bahkan aq sampai menabrak tembok halaman rumah pak Usman hingga hancur. Aq terus berlari menuju pria itu, dia sepertinya sudah berada didalam gudang, karena pintu gudangnya terbuka. Tidak sampai 10 detik aq sudah masuk kedalam gudang, tapi aq tidak bisa mengentikan kecepatan lariku, hingga aq menabrak pintu gudang hingga jebol, aq pun terjatuh dan terguling, tapi setidaknya aq sudah sampai didalam gudang.
Aq melihat Pelangi dan ibunya sedang ditodong dengan sebilah pedang oleh pria itu, pedang yang tadi digunakan oleh pak Usman dan istrinya untuk memotong kue, terlihat dari adanya sebuah pita yang terlilit diatas gagang pedang tersebut. Mereka berdua duduk berjejer dan pedang itu ditodongkan kearah leher mereka. Pelangi dan ibunya tidak henti – hentinya menangis ketakutan.
Aq mencoba menenangkan situasi, aq sudah terlatih untuk situasi seperti ini, lalu aq berkata pada pria itu “Pak, untuk apa bapak lakukan ini semua ? Apabila yang bapak incar hanyalah pak Usman, lalu kenapa mereka juga jadi sasaran anda ?”, pria itu tak Nampak gugup sama sekali, dia malah sempat tersenyum licik padaku, lalu dia menjawab “Mereka telah menyaksikan semuanya, aq tidak ingin ada bukti maupun saksi. Dan tadi aq juga sempat melihat ada sebuah handycam ditangan wanita ini yang sedang menyorot kearahku. Cepat serahkan handycam itu atau akan kubunuh kalian”, lalu Pelangi berteriak histeris padaku sambil tidak henti – hentinya menangis “Aq tidak tahu, sungguh, kau hanya salah lihat tadi, itu bukan seperti yang kau duga. Sandiiii, Sandiii tolong kami Sandy, tolong kamiii, hiks hiks”. Aq menjawabnya dengan tenang seraya sedikit tersenyum padanya “Tenang saja Pelangi, dia tidak akan menyakitimu. Dia sebenarnya juga ketakutan, karena dia tidak bisa keluar dari tempat ini.
14
Jadi dia menyandera kalian hanya sebagai jaminan keselamatannya saja. Aq sudah hafal dengan cara – cara seperti ini. Dan untukmu pak Bejo, teman – temanku dan polisi sudah menuju kemari, jika bapak membunuh mereka, bapak hanya akan menambah masa hukuman. Bapak tidak akan bisa selamat dari tempat ini. Jadi yaa percuma saja”.
Dia mulai terlihat gugup, keringatnya mengalir deras keluar, aq jadi semakin menguasai keadaan. “Jadi, saranku, mending bapak lepaskan saja mereka berdua, dan serahkan diri bapak dengan baik – baik, mungkin bisa mengurangi masa hukuman bapak”. Dia dengan tegas menjawab “Aq tidak mungkin kalah. Sebentar lagi jemputanku segera datang. Dan setelah aq fikir – fikir benar juga katamu, aq tidak membutuhkan mereka untuk Sandera lagi, sebaiknya aq bunuh saja mereka sekarang”, tiba – tiba dia mulai menghunuskan pedangnya kearah leher mereka.
Aq tidak tinggal diam, aq gunakan cincin jarumku untuk menembaknya. Cincin ini terisi peluru jarum yang Sangat tipis, bisa menyerang tanpa diketahui lawan, mungkin hanya memberi efek kejut, tapi bila tepat mengenai area vital dari anggota tubuh, bisa Sangat berbahaya. Seperti area akupuntur, tapi area yang aq serang ini berguna untuk melumpuhkan lawan.
Aq membidik tepat ditelapak tangannya ketika dia mulai berancang – ancang. Dan saat pedang itu mulai di tebaskan, langsung aq tembakkan jarum dari cincin ini, dan berhasil tepat mengenai sasaranku. Dia langsung tidak bisa menggerakkan tangannya, pedang itupun terjatuh. Aq segera menghampirinya dengan cepat dan langsung menendangnya hingga terjatuh, lalu aq mengambil pedang itu dan menodongkan kearahnya. Pelangi dan ibunya segera berdiri lalu berlindung dibelakangku.
Kini keadaan berbalik, aq yang membuatnya tidak berdaya. Lalu aq menghubungi Melissa untuk melaporkan keadaan ini “Mel, aq sudah berhasil menetralisir keadaan disini. Mana agen – agen lain yang aq panggil, kenapa mereka tidak datang juga”, namun tidak ada jawaban sama sekali dari Melissa, perasaanku mulai tidak enak, “Mel, Melissa, jawab Mel” panggilku.
15
Melissa tidak mungkin meniggalkan tugasnya begitu saja, pasti ada sesuatu yang tidak beres disini. Melihat kegugupanku, pria ini malah tertawa sambil berkata “Haha, kenapa bocah ? Something wrong ?”, aq berteriak padanya “Diam kau !!”, tapi dengan Santainya dia berkata “Itu berarti jemputanku sudah datang, kalian lah yang akan terpojok sekarang, hahaha”. Malah sekarang aq yang Sangat gugup, aq khawatir dengan keadaan Melissa.
Pria itu berdiri, dia mengambil pedang dari tanganku dan membuangnya. Entah kenapa aq tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali, aq sungguh Sangat ketakutan. Pria itu berjalan keluar dengan Santainya. Lalu terdengar suara helicopter dari luar, Sangat dekat sekali. Ternyata itu adalah jemputan yang di bicarakannya tadi. Diturunkanlah sebuah tangga tali dari heli, pria itu dengan Santai mendekati tangga tali itu.
Pelangi tiba – tiba berlari menghampirinya, dengan marahnya dia memukul – mukul punggung pria itu, “Kau telah membunuh ayahku, dasar orang jahat, aq akan membunuhmu jugaaa!” hujatnya dengan air mata yang deras berlinang di pipinya. Ibunya yang ketakutan lalu menghampiri Pelangi yang sedang tidak terkendali itu. Merasa dirinya terusik dengan pukulan – pukulan Pelangi, pria itu berbalik dan langsung menampar Pelangi dengan Sangat keras hingga membuatnya terjatuh. Ibunya yang datang terlambat langsung memeluk Pelangi, mereka berdua terus menangis terisak, “Sabar nak, sabaarr” ujar ibundanya, Pelangi menyahut dengan tangisannya “Dia udah membunuh ayah Ma, dia udah membunuh ayah, hiks hiks”. Aq hanya bisa terpaku melihat semua itu. Aq mencoba menggerakkan tanganku, Sangat berat sekali. Aq sedikit demi sedikit berhasil menggerakan tangan kanan ku, lalu aq dekatkan kearah wajahku, aq menampar wajahku sendiri dengan Sangat keras. Hingga aq pun langsung tersadar, dan bisa menggerakkan tubuhku lagi dengan bebas.
Setelah tersadar, aq langsung mengambil pedang yang dibuang oleh pria itu tadi. Aq berlari mendekatinya. Aq bersiap menebaskan pedang kearahnya. Dia yang menyadari kehadiranku langsung kabur, dia berlari dengan cepat kearah tangga tali yang jaraknya juga cukup jauh itu. Aq kembali mengaktivkan sepatu lari cepatku, aq berlari dengan Sangat cepat kearahnya. Ketika jarakku sudah Sangat dekat, dan saat aq hendak menancapkan pedang ini ke tubuhnya, tiba – tiba aq ditembak oleh seseorang yang berada di heli itu, tepat mengenai dadaku,
16
hingga aq pun terjatuh, dan pria itu dengan mulus mendekati tangga dan menaikinya. Aq Sangat kesakitan, beruntung aq menggunakan tuxedo anti peluru ini, jadi tidak sampai menembus dadaku. Aq hanya bisa terbaring dan melihat dia melarikan diri dengan helicopter, dia pun juga melihatku dengan tatapan yang amat tajam. Aq akan menghafal wajah itu, wajah yang juga tidak akan dilupakan oleh Pelangi dan ibunya.
Pelangi dan ibunya membantuku berdiri, Pelangi melihatku dengan Sangat khawatir lalu bertanya “Vik, kamu gak apa – apa ? Tadi bukannya kamu kena tembak ? Kok gak ada darah sama sekali ?”, aq menjawab sambil sedikit tersenyum padanya “Gak kena kok, Cuma keserempet doank, gak sampek ngenai aq, tenang aja”. Lalu aq merasakan ada sesuatu yang ganjal, aq melihat ke sekeliling taman, sama sekali tidak ada apa – apa, dan aq baru tersadar “Lho, pak Usman kemana ?”, Pelangi dan ibunya langsung melihat ke sekeliling, mereka tidak melihat apapun, mereka bingung sekaligus panik mengetahui jasad pak Usman yang tiba – tiba menghilang.
Kami mencoba mencari keseluruh area taman, mungkin saja beliau masih hidup dan bersembunyi, namun tidak kami temukan juga. Lantas aq gunakan jam tangan pendeteksiku, aq melihat sinyal dari pak Usman ternyata berada Sangat jauh dari tempat ini, bahkan mencapai radius hingga 10 KM, Sangat aneh sekali. Aq kembali mencoba menghubungi Melissa “Mel, Melissa, tolong jawab Mel”, aq menunggu, masih belum ada jawaban dari dia, lalu aq memanggilnya lagi, dengan nada yang cukup sendu “Melissa, please jawab aq Mel, aq Sangat mengkhawatirkanmu, aq membutuhkanmu Mel, aq Sangat membutuhkanmu, tolong jangan tinggalkan aq. Aq mohon dengat Sangat, jawab aq”. Aq memejamkan mataku, aq menunggu dan berharap dia bisa menjawabku.
Dan seperti cahaya yang aq rindukan dalam hutan kegelapan, akhirnya terdengar jawaban dari dasi kupu – kupuku, namun dengan nada yang cukup terbata – bata “Loe, loe serius ngomong gitu tadi Vik ? Loe khawatir sama gue ?”, mata ku kembali cerah, wajahku kembali semeringah, aq Sangat lega sekali ternyata suara imut ini masih menyambutku, “Mel, ini benar Melissa kan, syukurlah kamu tidak kenapa – kenapa Mel” ujarku, lalu dia menjawab dengan nada menyindir “Ya iyalah gue baik – baik aja, gue gak pernah gagal dalam tugas, gak kayak loe
17
tuh, suruh nembak gak pernah mau”, “Aq tuh bukannya gak mau, tapi gak bisa. Oh iya, dari mana saja kamu ? Lalu apa kamu tadi melihat kemana perginya pak Usman ? Dia tiba – tiba menghilang” tanyaku, dia pun menjawab “Tadi gua tuh ninggalin pos karena ada beberapa orang aneh yang tiba – tiba berusaha masuk, yaa gue hajar aja mereka sampai bonyok, gue yakin mereka itu suruhan dari orang yang menembak pak Usman tadi. Dan soal pak Usman, sebenarnya dia masih hidup, tapi kondisinya sedang koma, peluru itu tepat mengarah ke jantungnya. Dan orang – orang suruhan markas yang kau pesan itu, mereka aq suruh untuk menyelamatkan pak Usman terlebih dahulu. Sedangkan untukmu, aq bilang saja kepada mereka kalau keadaanmu tidak perlu dikhawatirkan, aq lebih mementingkan klien”.
Aq menggeram geregetan kepada Melissa, lalu aq menyahutnya dengan sedikit membentak “Dasar kau ini ! Kau tau, nyawaku tadi bisa saja melayang, orang yang mengaku bernama pak Bejo itu, dia hampir saja membunuhku, beruntung dia masih memberiku kesempatan hidup dengan hanya meninggalkanku begitu saja”, “Itu salahmu sendiri, kenapa waktu menggunakan Sniper itu kau tidak langsung melumpuhkannya terlebih dahulu heh ? Kau bisa saja menembaknya dan membuatnya pingsan untuk menghentikannya, kau sudah diajari kan bagian – bagian mana saja yang bisa membuat lawan tidak sadarkan diri ? Lalu kenapa tidak kau lakukan ?” sentaknya, ternyata dia memang jauh lebih galak dariku, aq menyahut pertanyaannya “Kau tidak akan mengerti Mel, seluruh tubuhku seakan – akan menolak melakukannya, aq seperti ada trauma yang membuatku begini”, namun dia malah menyentakku lagi “Kalau kau tidak bisa mengalahkan fikiranmu itu, maka kau akan terus tersiksa, kau tidak akan bisa menyelesaikan misi dengan baik, kau mengerti ?!!”, aq terhenyak dengan gertakannya itu, aq menyahutnya “Iya Mel, iya, maaf”, lalu aq memutus kontak kami.
Aq memanggil Pelangi dan ibunya yang masih terus berusaha mencari pak Usman “Eehm, Pelangiiii, Tantee”, Pelangi menyahutku “Iya ada apa Vik ?” ibunya juga menjawab panggilanku sambil berjalan mendekat kearahku “Iya ada apa nak Sandy ?”, lalu aq menjelaskan “Saya sudah tahu kemana pak Usman berada, dia sudah diamankan oleh para ajudanku yang tadi datang bersamaku, sekarang pak Usman sedang berada di sebuah Rumah Sakit. Baru saja saya diberi info oleh mereka”, mereka yang tadinya sangat sedih dan takut, kini terlihat kelegaan di
18
raut wajah mereka, “Kamu serius Vik ? Kamu gak lagi berusaha untuk menghibur kami doank kan ?” tanya Pelangi tidak percaya, aq menyahut “Yaa enggak lah, untuk apa aq bohong untuk kabar gembira ini, tapi keadaan pak Usman sekarang sedang koma, beliau masih belum sadarkan diri, semoga beliau masih bisa bertahan dan bisa menyapa kita dengan tawa candanya lagi”, “Apa ? Koma ? lalu dimana sekarang suami saya dirawat nak Sandy ?” Tanya ibunda Pelangi, aq menjawab dengan tidak begitu yakin “Saya juga tidak tahu. Kehadiran pak Usman masih harus dirahasiakan, karena beliau sekarang masih diincar oleh para Mafia. Sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa untuk kesembuhannya”.
Ibu Pelangi terus bertanya – Tanya tentang apa yang sedang terjadi dengan suaminya padaku “Nak Sandy, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan suami saya ? Ada masalah apa hingga beliau selalu di incar oleh para penjahat seperti ini ?”, “Saya juga tidak tahu pasti tante, karena saya hanyalah anak dari sahabat beliau. Tapi setahu saya, dalam waktu dekat ini sebenarnya pak Usman sedang melakukan korporasi dengan investor – investor dari timur tengah dan sebenarnya juga merupakan investor incaran dari bos Mafia tersebut, karena para investor itu adalah seorang bangsawan besar dari negaranya masing – masing, dan apabila berhasil menarik para investor itu, maka keuntungannya akan Sangat luar biasa, hingga ratusan Miliyar Rupiah, jadi ceritanya ini hanyalah rebutan investor itu. Tapi para investor itu lebih condong ke perusahaan yang dipimpin oleh pak Usman karena kinerjanya yang Sangat jujur dan selalu membuahkan hasil, jauh berbeda dengan para Mafia itu yang menghalalkan segala cara demi mendapat keuntungan, seperti yang sudah kita lihat tadi, mereka menghancurkan semuanya, bahkan tega membunuh saingannya demi mendapat apa yang mereka inginkan. Jadi, permasalahan para Mafia dengan pak Usman ini akan selesai bila pak Usman gagal atau sukses melakukan taken contract dengan para Investor itu atau kita berhasil menangkap pak Bejo dan memenjarakannya. Karena menurut penalaran saya, orang yang bernama pak Bejo, yang menembak pak Usman tadi, adalah sosok utama di balik semua ini. Hanya sebatas itu yang saya ketahui dari ayah saya.”.
“Lalu, bagaimana kita bisa menangkap orang itu ? Dia sekarang sudah berhasil kabur” Tanya ibu Pelangi, aq menjawabnya sambil sedikit memberikan senyuman “Tenang saja ibuk,
19
saya akan mencoba membantu untuk menyelesaikan masalah ini. Yang saya ketahui lagi, para Mafia itu selalu berhasil lolos dari kejaran polisi karena kerja mereka yang terorganisir dan terencana dengan baik. Dan para Polisi tidak pernah berhasil memenjarakan mereka, karena mereka selalu membunuh semua saksi mata dan menghilangkan semua bukti – bukti yang ada. Mereka sekarang pasti sedang mengincar kita bertiga, dan apalagi tadi aq dengar kalau Pelangi berhasil membuat sebuah barang bukti yakni dari handycam Pelangi”, mendengar penjelasanku tadi, Pelangi ikut menyahutinya “Iya benar, tadi aq memang berhasil merekam kejadian ketika pak Bejo menembak ayahku. Dan ketika dia menuju kearah kami, aq langsung berusaha menyembunyikan handycam ku itu, beruntung tadi tiba – tiba ada sebuah tembakan yang mengarah ke pak Bejo dan dapat sedikit mengulur waktu hingga aq akhirnya bisa menyembunyikan handycam ku ditempat yang aman”, “Lalu dimana kau menyembunyikannya ? Aq mau lihat rekamannya” tanyaku, “Ya udah, ayo ikut aq” jawabnya Santai.
Aq dibawanya kembali masuk kedalam gudang, dia menunjukkan ku tempat dimana dia menyembunyikan Handycamnya. Di dalam sebuah lemari bekas yang sudah tidak terpakai, ditumpukan buku – buku yang juga sudah Sangat usang. Dia memberikan handycamnya kepadaku. Kami berdua keluar gudang, lalu menyaksikan kejadian itu bersama. Aq mulai memutar videonya, berawal ketika Pelangi mulai menyalakan handycamnya. Dia merekam segala kegiatan sebelum tragedi bermula. Hiruk pikuk dan kemeriahan pesta, bahkan kejadian ketika dia menabrakku pun juga sempat terekam disana. Lalu aq mempercepat rekaman video ketika terjadi penembakan itu. Pelangi tidak Sanggup melihatnya lagi, air matanya kembali berlinangan, ibunya yang tepat berada disampingnya lalu memeluknya untuk menenangkan. Aq kembali menyaksikan video ini, terlihat jelas ketika pak Bejo menembak pak Usman dengan sadisnya. Terasa sekali situasi mencekam kala itu dengan suara – suara tangisan dari Pelangi dan ibunya, dan ketika pak Bejo menghampiri mereka, terlihat jelas kepanikan Pelangi mencari tempat untuk menyembunyikan handycamnya, dan video itupun selesai. “Ini bisa menjadi barang bukti yang kuat, terlihat jelas sekali wajah dari pak Bejo, bukan tidak mungkin kita bisa menumpas semua Mafia itu hanya dengan Video ini” ujarku.
20
“Aq harap kalian bisa menjaga baik – baik video ini, aq Sangat berterima kasih pada mu Pelangi, kau Sangat hebat Sanggup melakukan semua ini” lanjutku, sambil mengusap air matanya dia menyahut “Iya Vik, aq lakukan ini untuk ayahku. Aq harap dengan barang bukti ini, dia bisa dipenjara dan bisa mendapat dengan balasan yang setimpal”, “Tentu saja, akan aq usahakan agar orang itu mendapat hukuman seperti apa yang kau inginkan” kataku. “Baiklah kalau begitu, saya mau pamit dulu, para ajudan pak Usman akan segera datang kemari dan membantu membereskan semua kekacauan ini. Kalian sementara akan aman bersama mereka”, “Lalu bagaimana denganmu Vik ? Apa kau akan kembali lagi ke Spanyol ?” Tanya Pelangi, dengan Santai aq menjawabnya “Tentu saja, disanalah tempatku. Akan aq meminta bantuan para polisi untuk membantu segala urusan untuk menyelesaikan masalah ini. Dan setiap perkembangan dari pak Usman akan saya infokan kepada kalian melalui surat pos. Saya hanya akan memberi tahu kehadiran pak Usman bila beliau sudah diizinkan pulang kerumah oleh Dokter alias sudah benar – benar sembuh atau sebaliknya, bila beliau sudah berpulang. Kita hanya bisa berdoa”, “Iya nak Sandy, semoga beliau selalu diberi kesehatan, Amin”, aq dan Pelangi menjawabnya dengan serentak “Iya, Amin”.
Setelah berpamitan, aq segera pergi meninggalkan mereka. Aq menuju ke Melissa yang sudah menungguku didepan gerbang. Ketika aq sedang berjalan keluar, ada beberapa ajudan pak Usman yang terburu – buru menuju halaman belakang. Sepertinya tugas mereka untuk mengevakuasi seluruh tamu telah usai, kini mereka yang akan melindungi Pelangi dan ibunya. Misiku sudah selesai.
“Hay Mel” sapaku, dia yang sedang duduk di kursi kemudi sedikit melirik kearahku, lalu berkata dengan sinisnya “Cepet masuk !”, lalu aq pun membalasnya dengan senyum “Jadi, kamu nih yang nyetir ? Iyalah oke”. Melissa mengebut dengan kecepatan tinggi, sikapnya yang seperti ini sama persis ketika aq gagal dalam misi kemarin. Memang bisa dibilang aq gagal dalam misi ini, karena tidak bisa sepenuhnya menjaga pak Usman. Walaupun dia masih hidup tapi keadaannya kini kritis. “Aq salah lagi ya?” sindirku padanya, namun dia hanya melirik kearahku dan tidak sedikitpun menjawabnya. “Iya Mel, aq tahu aq gagal lagi, dan yah memang kejadiannya hampir sama seperti yang waktu itu”,
Dostları ilə paylaş: |