43
saling berjabat tangan, ”Nama saya Fathur”, “Kalau saya Yunus”. Dan aq pun tidak butuh waktu lama untuk ikut larut dalam obrolan asyik mereka. Ternyata mereka adalah teman satu sekolah dulu, namun tidak sekelas. Mereka akrab ketika menjadi anggota di sebuah organisasi sekolah SMA, OSIS. Dan pendaftaran mereka bertiga disini pun memang sudah direncanakan setelah mereka gagal lolos di Universitas Negeri. Dan ketika mereka bertanya tentang diriku, aq hanya bisa memberikan jawaban – jawaban bohong pada mereka. Bahkan, hanya pertanyaan nama yang bisa membuatku menjawab jujur.
Tidak terasa waktu cepat berlalu, sirine megaphone dari para senior telah berbunyi menandakan ospek akan segera dimulai. Semua maba berlarian menuju para senior dan langsung mengambil barisan. Begitu juga dengan kami berempat. Kami mengambil barisan tengah. Para senior berjejer di depan, dengan almamater mereka. Aq perhatikan satu persatu dari para senior itu, dan berharap Pelangi merupakan salah satu dari mereka. Dan ternyata benar, dia ada dideretan paling ujung sebelah kiri. Senang rasanya, akhirnya aq bisa kembali dekat dengan wanita itu. Seorang senior yang sedang membawa megaphone, memperkenalkan dirinya “Oke, sebelum acara pada pagi hari ini dimulai, alangkah baiknya kami para senior akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, dimulai dari saya. Nama saya Bayu, dari angkatan 2012”. Lalu Megaphone itu di berikan kepada teman disampingnya untuk memperkenalkan diri secara bergantian. Hingga sampailah Megaphone itu ditangan Pelangi, “Hay temen – temen semua”, kami semua pun ikut menyahut sapaan Pelangi “Hay kaaakk”. Tanpa sengaja aq mendengar bisik – bisik dari aba lainnya dibelakangku, sepertinya mereka sedang membicarakan Pelangi. “Kenalin, nama aq Pelangi. Angkatan 2013” lanjutnya. Setelah selesai dengan acara perkenalannya, ketua dari para senior tersebut yang bernama Bayu, langsung memberikan arahan – arahan untuk acara pagi ini, “Setelah sesi perkenalan, kini saatnya sesi pembagian kelompok. Kalian semua akan dibentuk 10 kelompok, masing – masing 5 orang, dan setiap kelompok akan ada dua orang senior pendamping untuk mendampingi kalian selama acara ospek ini berlangsung. Dan pembagian kelompok akan saya serahkan pada sie acara, Evi”.
Sayangnya aq berbeda kelompok dengan keempat kawanku tadi. Aq sendiri masuk dalam kelompok 6, Hebrian berada di kelompok 2, Yunus dan Fathur berada di kelompok 10.
44
Setelah semua kelompok telah terbentuk, kami semua langsung berkumpul dengan kelompok masing – masing, lalu membentuk barisan satu shaf. Dan sayang seribu sayang, senior yang mendampingi kelompokku bukanlah Pelangi. Pelangi berada dikelompok 5 bersama dengan teman laki – lakinya. Sepertinya submisi untuk mendekati Pelangi akan sulit kali ini, apalagi dengan tampilanku yang seperti ini. Aq harus segera mencari cara agar aq bisa cepat dekat dengan Pelangi.
Acara ospek hari ini hanyalah bersih – berish areal kampus. Semua maba harus memungut sampah dengan tangan kosong. Yah, seperti inilah ospek. Setidaknya tidak ada perpeloncoan disini.
Pukul 12 siang tiba, ospek hari ini telah usai. Kami diperkenankan untuk segera pulang ke rumah masing – masing dan mempersiapkan diri untuk ospek selanjutnya esok pagi. Ketiga temanku berkumpul sejenak untuk pulang bersama. Lalu aq menghampiri mereka sembari menyapa “Hoy, kalian langsung pulang ?”, Hebrian menjawab “Iya lah Vik, mau ngapain lagi disini ?”, “Iya udah kalo gitu” jawabku. “Loe gak mau langsung pulang ?” Tanya Fathur, aq menjawabnya “Iya ntar aja, mau nunggu temen”, “Ya sudah, kita pulang duluan ya. Besok kita ketemu lagi”, “Oke bro”, kata ku menyahut pamitan dari Yunus. Mereka menggunakan motornya masing – masing, dengan merk yang berbeda – beda juga. Aq berencana menunggu Pelangi didepan gerbang, dengan harapan dia akan memberiku tumpangan. Dan agar dia mau memberiku tumpangan nanti, aq sudah mempersiapkan sebuah rencana. “Mel, aq ini rencananya mau bareng sama Pelangi, ntar sepedanya kamu ambil ya” kataku pada Melissa melalui dasi kupu – kupu. Dan langsung ada respon dari Melissa “Enak saja, Pelangi adalah misimu. Dan misiku adalah mamanya. Lakukan saja sendiri”, “Ayolah Mel, aq capek ini seharian ospek” eluhku. “Itu bukan urusanku” geramnya. Sepertinya dia sedang sensi hari ini, aq tidak mau mengganggunya lebih jauh.
Cukup lama aq menunggu, setengah jam sudah berlalu. Pak satpam yang berada di posnya sedang duduk – duduk dikursi panjang bertanya padaku “Mas, lagi nunggu jemputan ya. Duduk disini aja mas” sembari menepuk – nepuk kursi kosong disampingnya. “Enggak usah pak, saya nunggu disini aja”, “Disitu panas lho mas, enak disini adem.
45
Lagian itu kenapa pakek bawa batu bata segala ?” dia memperhatikan kearah tangan kananku yang sedang membawa sebuah batu bata merah. “Oohh ini, bukan apa – apa kok pak. Tadi halangin jalan disana” aq langsung membuang batu bata itu tepat disampingku. “Ya sudah mas, nanti kalau mau duduk disini silahkan, saya mau nyari makan siang dulu”, “Iya pak, terima kasih sebelumnya”.
Sudah banyak sekali mobil yang melintas, namun mobil yang aq tunggu tidak kunjung lewat. Dan beberapa saat kemudian terlihat dari jauh sebuah mobil biru yang sedang menuju ke gerbang, aq meng zoom in kaca mata ku, dan ternyata benar seseorang yang duduk di jok kemudi adalah Pelangi. Namun, disampingnya sudah ada seorang pria yang duduk di jok penumpang. Pria itu adalah rekan sekelompoknya tadi. Tapi aq tidak memperdulikan hal itu, aq mulai menjalankan rencanaku. Aq mengambil batu bata yang sudah aq siapkan sebelumnya. Dan ketika mobil itu lewat dihadapanku, aq lemparkan batu bata itu ke ban belakangnya, hingga terlindas. Dan seketika itu aq langsung acting meringis kesakitan. Mobil Pelangi pun berhenti. Aq mengambil batu bata tadi dan langsung membuangnya, namun aq membuatnya terlihat seolah – olah sedang memegangi kakiku. “Aduuhh, aduuhh kakikuuu” eluhku. Pelangi langsung bergegas menghampiriku, sedangkan pria yang duduk disampingnya tadi Nampak tak acuh dan malah asyik memainkan gadgetnya. “Maaf maaf mas, kamu gak apa – apa ?”, “Gak apa – apa kok kak Pelangi, Cuma agak nyeri aja” jawabku. “Tapi, masih bisa berdiri ?” tanyanya khawatir, “Bisa kok kak, tapi kayaknya gak bisa di buat jalan”, “Kamu pulang naik apa ?” tanyanya lagi, “Aq naik sepeda kak, tapi rumahku jauh”, “Kalo gitu biar aq anter ya sampai rumah, udah sepedamu biarin disini aja, biar pak satpam yang jaga”, “Emang gak ngerepotin kak, maaf ya sebelumnya”, “Iya gak apa – apa, malah aq yang seharusnya minta maaf ke kamu, ini sebagai tanggung jawabku. Ya udah, sini biar aq bantu”, dia memapahku hingga duduk di jok belakang. Aq melihat pria sombong itu, terlihat sekali dia cowok yang bener – bener sok, Cuma modal tampang doang. Pelangi langsung menjalankan mobilnya.
“Ada apa tadi ?” Tanya pria itu, “Itu tadi kakinya kelindes ban mobil, kasihan dia, jadi aq anterin pulang aja” jawab Pelangi, “Itu kan salahnya sendiri, kenapa malah berdiri didepan gerbang” gerutunya, Pelangi membentak pria itu, tapi dengan nada yang halus
46
“Kamu kok malah nyalahin dia sih ? Kamu sendiri kenapa tadi kok gak ikut bantuin aq ? Malah asyik sendiri”, “Itu sih bukan urusanku”. Sepertinya aq salah menilai Melissa adalah orang paling judes didunia, ternyata masih ada orang lain yang juga judes namun dengan kadar yang luar biasa. “Ehm maaf, ini kakak – kakak senior dari Jurusan Ilmu Hukum ya ?” tanyaku sambil berintermezzo, “Oh iya bener, kamu maba dari Jurusan Ilmu Hukum juga ?” Tanya Pelangi, aq pun menjawab dengan senyum lebar “Iya kak”, “Oohh, iya bener kok kamu tahu namaku. Kok bisa kebetulan gini ya. Nama kamu siapa dek ?”, “Nama ku Viki kak”, “Hmm, udah tahu namaku kan, salam kenal yaa”, “Iya, salam kenal juga kak”.
“Terima kasih ya udah mau nganterin aq El” kata pria itu dari luar kaca jendela setelah kami sampai dirumahnya, “Iya sama – sama.”, jawab Pelangi, “Gak mau mampir dulu ? Mumpung lagi gak ada orang dirumahku” tawarnya, namun Pelangi dengan tegas menolak “Gak usah, aq juga masih ada tanggungan nganterin adek ini. Ya udah, aq duluan ya” pamit Pelangi padanya, “Iya, hati – hati dijalan” jawab pria itu mengakhiri pembicaraan. Pelangi bergegas menginjak gas dan meninggalkan pria itu didepan rumahnya sendirian. “Ehm, maaf kak. Rumahnya cowok tadi gede banget, masa dia gak punya mobil atau motor gitu ? Terus kok manggilnya El ?” tanyaku, “Emang aq biasa di panggil sama temen – temen Ela. Dan kalau mobil dia punya sih, tapi lagi dibengkel katanya. Terus dia minta aq yang anter jemput dia.” jelas Pelangi, aq mengerutkan dahiku sejenak, mendengar jawaban dari Pelangi tadi aq jadi bingung. “Kok kakak mau – mau aja di suruh gitu ? Emang dia siapanya kakak ? Pacar ?”, Pelangi menjawab dengan nada sendu “Iya dek, dulunya. Sekarang kita udah putus”, “Berarti bukan kan ? Kakak punya hak untuk menolak semua perintahnya”, “Aq pengennya sih gitu dek, tapi mau gimana lagi. Dia dulu juga kayak gitu sama aq. Dia selalu anter jemput aq. Sekarang karena dia juga butuh bantuanku, jadi ya gantian gitu”.
Mendengar penjelasan Pelangi tadi, aq jadi merasa kasihan padnya, lalu aq berusaha untuk membantunya “Maaf ya kak kalau aq lancang. Cuma kalo menurutku, kakak gak perlu ngelakuin hal itu. Dulu dia baik sama kakak ya itu wajar karena dia pacar kakak, dan sudah kewajiban seorang cowok untuk menunjukkan rasa sayangnya dengan segala perhatian seperti tadi. Tapi itu bukan berarti membuat kakak memiliki tanggung jawab untuk membalas semua itu.
47
Sekarang, apakah kakak yang mau dianter jemput dulu ? Pasti dia yang nawarin kan”, “Iya sih” jawabnya lesu. “Kalo itu memang inisiatifnya, ya berarti kakak gak ada hutang donk sama dia ? Toh, untuk memberikan suatu perhatian dengan tulus itu tidak perlu mengharap akan diberikan hal yang sama, tapi dengan dia mau melakukannya dengan ikhlas, itu hanya baru menunjukkan kalau dia laki – laki sejati yang berani melakukan apapun untuk ceweknya. Namun dengan apa yang dia lakukan sekarang, sudah menunjukkan kalau dia hanya cowok yang tidak tahu diri, dan ingin memanfaatkan kebaikan hati kak Pelangi. Mulai besok, jangan mau di manfaatin kayak gitu lagi kak, jadilah cewek yang tegas, cewek yang berani menolak, karena itu adalah kodratnya seorang perempuan” geramku pada Pelangi menasehatinya. “Iya ya, bener banget dek. Walaupun kamu maba dan tampilannya kayak anak culun gitu, tapi udah pinter ngomong banget kamu. Bener – bener ngefek banget. Thanks ya dek, mulai besok aq bakal nolak semua permintaan dia” jawabnya yakin.
“Lho, ini kan perumahanku dek. Kamu yakin rumahmu disini juga ?” Tanya Pelangi bingung, “Iya emang rumahku di perumahan ini juga kak”, “Kok aq gak pernah tahu ya ?” Tanyanya penasaran, “Iya emang selama ini aq ngekos diluar kota kak, sekolah SMA. Dan yang selama ini tinggal disini orang tuaku. Tapi mereka sekarang udah meninggal, dan rumahnya di warisin ke kakakku. Dan karena kakak ku takut tinggal sendirian dirumah segede itu, dia minta aq ikut tinggal disini, dan aq pun juga dikuliahin disini” jelasku, “Oohh, maaf ya dek, aq malah bikin kamu jadi keingetan sama orang tuamu”, “Iya gak apa – apa kok kak” sahutku. Dalam hati aq berkata, amit – amit amit – amit, maaf ayah aq udah bohong kalo ayah udah mati, ini demi kelancaran misi.
“Ooohh, ini sih deket banget dari rumahku dek. Tuh, rumahku Cuma beda satu blok dari rumahmu ini. Kapan – kapan maen kerumahku ya, kali aja aq butuh nasehat – nasehatmu lagi”, “Iya kak, dengan senang hati” jawabku sambil menutup pintu mobil. “Karena sepedamu masih di kampus, besok aq jemput aja ya. Sekalian biar akrab sama tetangga baru” tawar Pelangi sembari melempar senyumnya padaku, aq menyahutnya “Iya kalo kakak gak keberatan, aq terima kasih banget kak”, “Enggak kok, enggak berat. Kan naik mobil. Kecuali kalo kamu aq gendong, baru aq keberatan, hahaha” candanya dengan melepas tawa, gigi – giginya yang putih dan rata seperti
48
dalam model iklan pasta gigi, semakin tidak ada celah sedikitpun untuk membuat dia Nampak jelek. “Kakak bisa aja becandanya. Ya udah, aq masuk dulu ya kak”, “Jangan lupa nutup pintu ya, disini masih agak rawan soalnya”, “Iya kak, thanks sarannya”, “Oke, aq duluan ya” pamitnya menyudahi percakapan kita.
Aq segera masuk kedalam rumah, terlihat mobil ku sedang terparkir di garasinya, sepertinya Melissa ada didalam rumah. “Mel, Melissa. Dimana kamu ?” teriakku sembari meletakkan seluruh atribut ospek di atas sofa di ruang tengah. “Gue di kamar. Ada apa ?” sayup – sayup suara Melissa dari dalam kamarnya. “Ehh, ada makanan gak ? Laper banget nih”, “Iya ada, di meja makan. Tadi gue beliin di Mall” sahut Melissa. Mendengar jawaban Melissa aq jadi sedikit emosi, hampir tiap hari dia ke Mall untuk shoping atau sekedar jalan – jalan, padahal misi ini bukanlah misi sembarangan. “Kamu sering banget jalan ke Mall, gimana dengan misi mu ? Udah mulai jalan belum hah ?!” geramku, “Ehh, gue tuh udah deket sama mamanya Pelangi tauk. Gue jalan ke Mall itu biar makin akrab sama beliau. Jangan anggap remeh gue deh, gue lebih tua dari loe”. Aq kehabisan kata – kata, aq hanya terdiam dan berusaha percaya padanya. Kalau hal itu memang benar, berarti perkembangan misinya udah jauh dari pada aq. Aq yang baru saja bertemu dengan Pelangi pagi ini, dan sempat berbincang padanya namun hanya sesaat. Sedangkan Melissa sudah sejauh itu. Kalau begitu aq juga harus lebih aggressive dari pada Melissa, gerutuku dalam hati. “Ya udah, aq makan ya. Kamu gimana ?”, “Gue udah tadi sama mamanya Pelangi, buat loe aja”, “Oke deh”. Lalu aq segera menyantap makanan yang sudah tersedia di atas meja makan, ayam goreng renyah dan nasi putih.
Dua minggu kemudian, hari pertamaku mulai efektiv masuk kuliah. Aq mengambil jadwal masuk pada pagi hari, bebarengan dengan Pelangi. Kini Pelangi tiap hari selalu mengantar jemputku, selain karena rumah kita berdekatan, aq juga telah berhasil membantunya untuk menghindari kejaran pria sok itu, yang diketahui namanya adalah Kevin. Walau aq tidak membantu secara langsung, namun nasehat – nasehat yang aq beri padanya sukses membuatnya lebih tegas pada semua laki – laki disekitarnya.
Namun disisi lain, kini Kevin dan komplotannya selalu mengincarku. Dia tidak terima dengan apa yang sudah aq lakukan. Dan sepertinya juga ada sebuah kecemburuan dari Kevin,
49
melihatku yang mulai dekat dengan Pelangi, meskipun aq hanyalah juniornya, dan penampilan culunku. Pagi ini, seperti biasa Pelangi akan menjemputku. Aq segera mempersiapkan diri untuk kuliah hari ini, dan tidak lupa juga dengan misiku, menjaga Pelangi. Aq bawa beberapa perlengkapan mata – mataku untuk jaga – jaga. Seperti sepatu lari cepat, handphone pembaca identitas, kaca mata khusus, dasi kupu – kupu komunikasi, dan sarung tangan listrik anti peluru sebagai senjata, dan pastinya seluruh perlengkapan penyamaran. Waktu sudah menunjuk pukul 6.30, Pelangi sudah menunggu diluar. Aq segera berpamitan kepada Melissa dan membawa kunci cadangan untuk jaga – jaga bila nanti Melissa tidak ada dirumah. “Maaf kak, nunggu lama ya” kataku sambil berlari menghampiri mobil Pelangi, “Enggak kok Vik, barusan juga nyampek. Ayo cepetan, keburu macet”. Sesaat setelah aq masuk kealam mobil, Pelangi bergegas melajukan mobilnya dengan cukup kencang. “Kak, emang udah telat banget ya ?” tanyaku bingung, “Cuma keburu macet aja kok” elaknya. Aq merasa sepertinya dia sedang Sangat terburu – buru. Jam pelajaran dimulai pukul 7.30, namun dia memintaku untuk berangkat lebih pagi. Mungkin saja ada tugas yang belum dia selesaikan.
Jalanan memang masih cukup lengang, karena masih pagi. Namun Pelangi sama sekali tidak menurunkan kecepatannya. Wajahnya terlihat cukup tegang, tapi aq berusaha untuk tidak terlalu menghiraukannya. Melihat pelangi yang sedang serius menyetir, inilah kesempatanku untuk menyembunyikan kamera pengintai di mobilnya, dengan berharap dia tidak menyadarinya. Aq menggerak – gerakkan tubuhku sedikit, memutar – muta kepalaku untuk merelakskan tubuhku. Aq melirik kearah AC mobil yang berada ada diatas radio, sepertinya itu adalah tempat yang tepat. Sambil beralasan untuk mengecilkan AC, aq langsung menyelipkan kamera pengintaiku, dan merekatkannya dengan AC mobil tersebut agar tidak mudah terjatuh. Karena ukurannya yang hanya 50 MM, Pelangi sama sekali tidak menyadarinya. Selain itu, kamera pengintai ini juga berfungsi sebagai alat pelacak yang terhubung dengan jam tangan pendeteksi. Mempermudahku untuk terus mengawasi Pelangi.
Beberapa saat kemudian, kamipun sampai di parkiran kampus. Pelangi buru – buru turun lalu bergegas meninggalkanku, “Duluan ya dek. Ntar kamu selesainya jam berapa sms aja ya” pamitnya. Aq belum sempat membalas, namun dia sudah terlanjur pergi.
50
Hmmmmmppp, aq menghembuskan nafas panjang, sambil melihat Pelangi yang sedang berlari – lari. “Hey Vik, baru dateng loe” sapa Yunus dari kejauhan, “Hey, iyaa” sahutku. “Dimana Hebrian sama Fathur ?” tanyaku seraya berlari kecil mendekatinya, “Belum dateng kayaknya” jawab Yunus, “Iya udah, Nyari kelas kita dulu yuk” ajakku, “Iya udah, ayo”, sahutnya.
“Ini bukan ?” Tanya Yunus bingung, aq melihat kearah kertas petunjuk ruangan, lalu aq menyahut “Kayaknya sih iya. Ruang 03.01 kan, itu diatas pintu ada tulisannya”. Dengan sedikit ragu – ragu, kami masuk kedalam ruang kelas. Ternyata Hebrian dan Fathur sudah ada didalam, mereka duduk berjejer, bersama puluhan murid lainnya. “Lho, udah disini ternyata” seru Yunus, “Iya kan hari pertama sob, harus berangkat lebih awal” sahut Fathur. Aq dan Yunus mengambil tempat duduk di depan mereka. Sambil menunggu dosen, ketiga temanku mengobrol ria sembari berkenalan dengan kawan – kawan disampingnya.
Namun berbeda denganku yang tengah sibuk memperhatikan handphone. Handphone ini juga terhubung dengan semua kamera pengintai yang sudah aq letakkan di seluruh areal Fakultas Hukum. Aq mencari keberadaan Pelangi dengan jam tangan pendeteksi, lalu aq melihat gerak geriknya dari layar Handphone. Dia sedang berada ruang BEM Jurusan, sepertinya sedang ada rapat kecil. Dia bersama dengan beberapa temannya sedang Sangat serius membicarakan sesuatu.
Aq bisa saja mengeraskan suaranya, agar lebih jelas mendengar percakapan mereka. Tapi sepertinya hal – hal yang mereka bicarakan adalah privasi, jadi aq menghormati hal itu. Misiku hanya mengawasi Pelangi, bukan untuk ikut campur dalam kehidupannya. “Selamat pagi saudara – saudara sekalian” sapa seorang dosen. Karena Sangking seriusnya aq memperhatikan Pelangi, aq tidak sadar kalau dosen sudah masuk ruangan. “Seperti biasa, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Budi Harmono, silahkan panggil saya pak Budi. Saya disini bertindak sebagai dosen Hukum Perdata”. Setelah memperkenalkan diri, pak Budi lalu memperkenalkan Hukum Perdata kepada kami. Cerita asal usulnya, lalu bentuknya dan segala macam. Semua mahasiswa Sangat serius mendengar celotehan pak Budi, namun aq tidak memperdulikannya sama sekali. Aq terus mengawasi Pelangi melalui Handphoneku.
51
Kini dia sudah berada diruang kelas, dan juga sedang serius mendengarkan dosennya. Karena aq menganggap keadaan Pelangi sudah aman, aq lalu menyimpan HPku kedalam saku ce dilana, dan mulai mendengarkan dosen.
Waktu sudah menunjuk pukul 12 siang, 3 mata kuliah sudah aq lalui, dan kini saatnya aq pulang. Aq menghubungi Pelangi untuk memberitahunya. “Halo, kak Ela. Aq sudah keluar nih, kakak dimana ?”, “Duuhh, maaf banget ya dek. Aq hari ini ada rapat BEM, pulangku agak telat. Kamu naik taksi dulu aja ya. Sekali lagi maaf banget” desah Pelangi dengan nada bicara yang agak terbata – bata. “Kalo gitu aq tungguin deh kak sampek kakak pulang” kataku, Pelangi dengan tegas melarang “Jangan dek, lama”, “Gak apa – apa kak. Selama apapun aq akan tunggu. Meskipun sampek sore, malam atau bahkan sampek besok pun aq akan terus menunggu, hingga aq bisa pulang bareng kakak”. Beberapa saat Pelangi hanya terdiam, lalu dia menjawab “Iya sudah kalau kamu mau nunggu. Nanti kalau udah selesai aq sms”, “Oke kak” sahutku lega.
Aq menunggunya diperpustakaan sembari terus mengawasinya melalui handphone. Banyak juga mahasiswa yang sedang sibuk mengerjakan tugas – tugas mereka, membaca – baca buku atau hanya sekedar menikmati fasilitas wifi. Pelangi terlihat sedang Sangat serius merapatkan sesuatu dengan organisasinya. Karena sangking lamanya aq mulai boring dan mengantuk. Dan aq pun tertidur dalam posisi duduk, dengan menyilangkan kedua tanganku dimeja untuk menahan kepalaku.
Setengah jam berlalu. Aq pun terbangun dari tidurku. Kfarena posisi tidur yang tidak nyaman kepalaku sedikit pusing. Suasana di perpus tidak jauh berubah sebelum aq tertidur. Aq segera mengecek HPku, dan ternyata rapat itu telah selesai. Ruangan yang digunakann untuk rapat pun sudah sepi. Aq melirik kearah jam tangan pendeteksi, dan melihat radar Pelangi berada di kantin. Tanpa fikir panjang aq langsung beranjak dari tempat dudukku menuju ke kantin.
Sampai disana, dia terlihat sedang asyik mengbrol dengan kedua sahabatnya sambil menikmati semangkuk bakso, di temani dengan jus mangga. Kedua sahabatnya itu juga sempat berada dalam ruang rapat bersama Pelangi, mungkin anggota BEM juga. Dan sepertinya aq baru mengerti kenapa tadi dia bilang “Jangan dek, lama”, pasti karena ini.
52
Aq memesan sebuah es teh manis, lalu mencari tempat duduk yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Pelangi. Melihat asyiknya mereka ngerumpi, kayaknya aq semakin pesimis kalau ini akan cepat selesai. Tapi demi kepentingan misi, aq harus bisa bersabar.
5 gelas sudah aq habiskan, tapi mereka sepertinya tidak tahu apa artinya lelah. Aq melihat kearah jam tanganku, sudah menunjuk pukul 2 siang. Aq jadi penasaran, sebenarnya apa yang sedang mereka bahas. Lalu tiba – tiba mereka hendak beranjak dari tempat duduk, sepertinya obrolan mereka telah usai. Aq segera membuntuti mereka bertiga dari belakang. Bahkan ketika sedang berjalan pun mereka tetap tidak bisa diam, masih saja mengobrol. Dan ternyata mereka sedang menuju parkiran.
Pelangi merogoh saku celananya, mengambil sebuah handphone android miliknya. Sepertinya dia hendak menghubungiku. Sebelum dia memencet tombol handphone, aq segera menghampirinya. “Hay kak, udah selesai ?” tanyaku, dia sedikit terperanjak dengan sapaanku yang tiba – tiba, “Haduh dek, kaget aq. Kok kamu tahu aq sudah selesai ? Tadi nungguin dimana ? Maaf ya kalo lama. Kamu sih aq suruh pulang duluan gak mau”, “Iya gak apa – apa kak, nyantai aja. Tadi aq nunggu di perpus. Terus waktu aq nengok keluar jendela, aq lihat kak Ela udah keluar sama temen – temennya tadi. Jadi aq langsung aja kesini”, jawabku. Lalu salah satu temannya yang terus memperhatikan aq menyindir “Ehh, kamu siapanya Ela ? Adeknya ya ? Kok culun banget sih, masih ya ada cowok model kayak kamu gini” dia pun tertawa lebar bersama dengan teman disampingnya. Pelangi yang mereasa tidak enak denganku pun angkat bicara ”Huss, Evi, Nisa, jangan gitu, gini – gini dia pinter lho. Dia ini temenku, Jurusan Ilmu Hukum juga”, “Ooohh, maba. Kok bisa masuk Universitas ini dek ?” Tanya Evi seraya tersenyum sinis, aq menjawab dengan lugunya “Iya bisa lah kak. Kok tanyanya gitu ?”, “Udah – udah, jangan di ganggu mulu lah, kasihan dia” bela Pelangi. “Ciye ciyee, ada yang marah nih. Iya deh iyaa” sindir Nisa, “Ehh El, gue sama Evi pulang duluan ya. Loe hati – hati dijalan” tambahnya sembari berpamitan. “Dek, maafin temen – temenku tadi ya. Mereka emang suka begitu” kata Pelangi. “Iya kak, gak usah difikirin. Aq sih asik – asik aja”. Pelangi segera menuju ke mobilnya dan mengajakku pulang.
Sesampainya dirumah, aq melihat Melissa sedang berkomunikasi dengan markas melalui
53
laptop sambil bersantai di sofa ruang tengah. Dia sedang Sangat serius. “Lagi ngapain Mel ?” tanyaku mengagetkannya, dia sedikit terperanjak lalu menyentakku “Astaga ! Loe ngagetin gua aja ! Masuk rumah ketok pintu, gak salam”, “Hehe, kamu sih kayaknya serius banget mantengin nih laptop. Emang ada informasi apa lagi dari markas ? Apa Mafia itu udah ketangkep ?”, “Belum Vik. Tapi gue dapet kabar kalau mafia itu juga merintah mata – mata khusus mereka untuk mengintai Pelangi dan Ibunya. Misinya untuk menghancurkan bukti video itu, dan tentunya membunuh mereka berdua”, jantungku tiba – tiba berdegug kencang mendengar penjelasan Melissa, “Terus terus, apa mata – mata itu udah diketahui keberadaannya ?” tanyaku panic, “Itu dia Vik. Sampai saat ini markas masih mencari tahu siapa sebenarnya mata – mata itu. Tapi kemungkinan besar, dia sekarang sudah masuk dalam kehidupan Pelangi dan ibunya. Entah sebagai tetangga, teman, sahabat, dosen, atau bahkan cleaning service di universitas. Loe harus tetep waspada Vik. Loe juga harus cari tahu identitas tiap orang yang deket sama Pelangi, dan gue bakal cari tahu siapa – siapa aja yang deket sama mamanya”.
Aq meunuju ke kamarku. Menenangkan diri sejenak, agar fikiranku tidak terganggu dengan kepanikan ini. Aq tidak bisa berfikir jernih bila fikiranku masih begini. Merebahkan tubuhku sejenak, membayangkan Pelangi dan ibunya kini sedang bersenang – senang dan tidak terjadi apa – apa dengan mereka. Aq Sangat berharap kawan – kawan mata – mata khususku bisa segera menangkap Mafia itu, agar masalah ini juga cepat selesai. Dan walaupun tadi aq sempat ketiduran diperpus, namun aq tetap tidak bisa menghilangkan rasa kantukku. Akhirnya aq tertidur pulas. Namun bukan berarti aq adalah orang pemalas. Ada seorang ilmuwan di markas yang mengatakan kalau tidur disiang hari dapat mengembangkitkan kembali energy tubuh yang sempat terkuras selama sehari. Dan setelah terbangun, energy akan kembali full. Namun bila tidak ada waktu untuk tidur, setidaknya sempatkan diri beberapa menit untuk merebahkan diri – sejenak, atau melakukan ibadah agar fikiran kembali fresh.
Di dalam tidurku, aq bermimpi. Aq menjadi seorang pahlawan. Mengenakan kostum hitam, topeng hitam dan topi hitam layaknya seorang pahlawan dari Spanyol, Zorro. Aq melindungi Pelangi dari beberapa penjahat yang ingin menyelakainya Dengan senjata sarung tangan listrik dan ilmu bela diri pencak silat, aq menggilas semua penjahat itu.
Dostları ilə paylaş: |