76
tingkatan tegangan yang udah loe pakek yang paling tinggi seberapa ?”, “Yang paling tinggi ya semalem itu tuh, aq makek sampek tingkatan Maksimal, kira – kira 10.000 volt”, “Kalo Cuma segitu sih gak masalah” cetusnya.
Aq penasaran, lalu kembali bertanya “Emang kenapa sih ? Mesti hati – hati kenapa ?”, Melissa pun menjelaskan “Jadi sebenernya, kekuatan sarung tangan listrik gak Cuma sampek situ aja Vik”, aq terkaget “Hah ? Jadi bisa lebih dari Maksimal ?”, “Iya Vik. Setelah gue baca petunjuknya, kalau sarung tangan listrik itu bisa mencapai level yang jauh lebih tinggi, Super Maksimal, dengan kekuatan Halilintar. Dan tegangannya hingga 1000.000 volt” imbuhnya. Mataku melotot, aq benar – benar terkejut.
“Namun ada efek baliknya Vik” serunya, aq bertanya penasaran “Efek balik gimana ?”, Melissa menjawab “Kalau loe ngeluarin jurus Super Maksimal, loe bisa tersengat sendiri. Kekuatan besar, dapat menimbulkan efek yang besar. Dan efek baliknya ke loe tidak jauh beda dengan efek yang didapatkan oleh lawan loe. Jadi, loe mesti hati – hati Vik. Walau tidak sama besarnya, namun loe bakal langsung kehilangan seluruh energy dan kekuatan lho, tubuh loe terasa lemes banget, sampek akhirnya gak sadarkan diri”. “Tapi kenapa di sarung tangan itu yang aq lihat Cuma sampek tegangan Maksimal doank, gak ada tuh yang sampek Super Maksimal” kataku, dia membalas “Emang cara pengaktivannya juga beda Vik. Caranya, ketika loe berada dalam tingkat Maksimal, gosok – gosokin kedua tangan loe, terus tangan kanan di arahin keatas menghadap langit. Kekuatan Halilintar yang ada dilangit bakal langsung keserap ke sarung tangan loe. Dan selama itu sarung tangan bakal mencharger kekuatan halilintar dari langit. Ketika udah full, langsung loe hantamkan ke tanah. Dan halilintar itu bakal muncul dari tanah yang loe hantam, menyambar lawan yang loe inginkan” jelasnya. Aq terpukau mendengar penjelasan dari Melissa. Aq tidak habis fikir kalau sarung tangan biasa yang aq gunakan selama ini menyimpan sebuah kekuatan besar yang tidak pernah ku sadari.
“Tapi setelah loe gunakan jurus itu, kekuatan halilintar yang kesimpan dalam sarung tangan akan membutuhkan perantara untuk kembali ke tanah. Dan perantara itu adalah si pengguna” imbuhnya, “Seperti penangkal petir begitu maksudmu ?” aq menduga, “Tepat sekali” jawabnya.
77
Itu berarti, jurus Super Maksimal hanya bisa digunakan sekali dalam sebuah pertarungan. Karena efek yang ditimbulkannya pun tidak main – main, bahkan hampir sama dengan efek kepada lawan, namun dengan skala yang sedikit lebih kecil.
Setelah penjelasan tersebut, aq lantas memberi tahu Melissa akan sesuatu. “Ohh iya Mel, hari ini aq ada LDKM. Berangkatnya nanti jam 7, di Malang. Semalem aq udah nyiapin semua perlengkapannya, termasuk penyamaran The Black Wind, tinggal berangkat”, dia lantas bertanya “Emang sampek kapan ?”, aq jawab “Besok siang udah pulang. Cuma penutupan rangkaian ospek aja”. “Iya udah kalo gitu, cepetan siap – siap, udah setengah 6” ujar Melissa, aq mengshut down laptopnya lalu menjawab “Siap Kak”.
Aq berangkat diantar oleh Melissa, Begitu juga Pelangi yang diantar oleh mamanya hingga kampus. Seluruh mahasiswa baru jurusan ilmu hukum dan kepanitiaan ospek prodi bersama – sama berangkat menggunakan bis besar menuju lokasi dan terbagi menjadi tiga kloter. Untuk kloter pertama akan melaksanakan LDKM di Malang, kloter kedua dan ketiga melaksanakannya di Mojokerto, namun berbeda lokasi.
Aq duduk bersebelahan dengan Hebrian. Fathur dan Yunus duduk tepat dibelakang kami. Banyak hal yang aq dan Hebrian bicarakan, dan terutama membicarakan tentang cewek – ceweknya. Dari 100 peserta di kloter pertama ini, sekitar 70 persennya adalah perempuan. Hebrian banyak membicarakan perempuan – perempuan cantik yang dia tahu. Aq yang tidak begitu banyak bicara hanya mendengarkan apa yang dia ceritakan saja.
Dia sempat menyindirku, apakah aq pernah dekat dengan cewek. Aq pun mengelaknya dengan menjawab kalau aq sedang tidak ingin dekat dengan perempuan, dan sedang ingin focus membangun masa depan. Tapi dia malah tertawa dan meledekku, “Ehh Vik, loe masih normal kan ? Minimal naksir lah, masa gak ada ?”, aq menjawab “Iya kalo naksir jelas ada lah”, “Owh ya ? Siapakah orang beruntung itu ? hahaha” ledeknya, “Dia yang jadi panitia ospek juga, di bis ini juga. Namanya kak Pelangi”, mendengar jawabanku dia malah kaget “Hah ?! Becanda kamu ? Ketinggian tahu gak Vik, lihat donk dia, perfect banget buat loe. Yang wajar – wajar aja lah kalo naksir tuh”, “Yaa mau gimana lagi bro, emang dia yang aq suka” kataku, lalu dia menyahut
78
“Tapi aq salut, seleramu tinggi juga ternyata ya. Yah seenggaknya aq selamat lah, aq fikir kamu guy malah, wahahaha” candanya. Aq pun menyahut candaannya “Hehe, iya sebenernya hampir sih”. Dia tiba – tiba terdiam, menatapku aneh, mengerutkan dahi kirinya dengan mulut yang sedikit menganga. “Becanda woy ! jangan gitu juga kali ngelihatnya” gerutuku, dia lalu menyahut “Aq fikir kamu serius tadi, sumpah kaget aq. Kali aja kalo beneran guy, ntar bisa sama aq, hahaha”. Mendengar perkataannya itu aq jadi terdiam, menatapnya aneh, mengerutkan dahi kiriku dengan mulut yang agak menganga. Tiba – tiba dia menyentak “Becanda woy !”
Dua jam kemudian kami akhirnya sampai juga di dataran tinggi kabupaten Mojokerto. Daerahnya asri, sejuk, bersih, benar – benar alami. Hamparan hijau terpampang disetiap sudut mata memandang. Mata yang lelah langsung terasa relaks. Aroma sejuk yang menenangkan, sentuhan lembut angin sepoi – sepoi, membuatku tak sanggup untuk berhenti menikmatinya. Rasa rindu akan rumah kini terobati dengan pemandangan yang aq rasakan kini.
Bis yang kami tumpangi langsung mengantar hingga lokasi perkemahan. Disana juga ada beberapa rombongan yang sudah mendirikan kemah disekitar lokasi. Dan kami langsung diantar oleh para panitia menuju tenda yang sudah disiapkan. Ada 3 tenda yang amat besar dengan ukuran sekitar 10 x 4 meter. Untuk para maba laki – laki mengambil di tenda pertama, maba perempuan di tenda kedua dan para panitia berada di tenda ketiga. Jarak dari tenda pertama dan kedua cukup jauh, kira – kira hampir 50 meter, untuk menghindari hal – hal yang tidak dinginkan.
Sebelum memasuki tenda, kami diperintahkan baris terlebih dahulu untuk diabsen. Kami baris menurut kelompok masing – masing, dan ketua kelompok memeriksa semua anggotanya. Lalu pembacaan tata tertib dan peraturan selama acara LDKM berlangsung. Dan setelah semua selesai, kami diperintah untuk masuk ke tenda masing – masing. Aq pun langsung mengambil tempat yang dekat dengan ketiga temanku. Menaruh tas ransel kami berjejer, dan segera menyiapkan segala perlengkapan memasak yang sudah kami bawa masing – masing. Yunus membawa kompor kecil, Fathur membawa LPG, aq membawa bahan – bahan makanan seperti beras dan mie instant, lalu Hebrian yang mendapat bagian untuk memasak semuanya, karena Cuma dia seorang yang tidak membawa apapun.
79
“Cepetan dimatengin heb, udah laper ini” kata Yunus, sambil sibuk menanak nasi Hebrian menjawab “Iya iya sob, tunggu dulu donk. Kamu pikir aq ini Harry Potter apa ?! Kalian maen – maen dulu sana, apel pembukaannya kan masih sejam lagi”. “Ayo kita lihat – lihat kedepan, kali aja bisa kenalan sama cewek – ceweknya” ujar Fathur, “Ayo ayo. Kita tinggal dulu Heb” sahut Yunus. Namun aq lebih memilih untuk menemani Hebrian memasak, aq tidak tega meninggalkannya sendirian. Lagipula aq juga sudah punya incaran cewek sendiri, percuma juga nyari cewek lain.
“Apa nih yang bisa aq bantu ?” tawarku, dia menjawab “Udah gak usah, kamu temenin aq aja udah seneng aq”. Dia sesekali memerika beras yang sedang dimasak itu, sepertinya dia tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menanak nasi. Lalu dia meminta tolong padaku “Ehh tolong ambilin mie goreng itu donk”, aq pun mengambilkannya. “Terus panci yang di bawa sama Yunus tadi juga ambilin donk, masih ditasnya” aq lalu mengambilnya dari tas ransel Yunus, “Terus tolong isikan air keran donk disana. Deket kamar mandi”. Namun aq hanya terdiam, melihatnya kesal. Melihatku yang tidak segera beranjak dia lantas berujar “Kenapa masih disini ? Cepetan ini nasinya udah mau mateng lho. Tenang aja, airnya bersih kok, kan deket pegunungan”, aq lalu menggerutunya “Gimana sih ! Tadi katanya gak usah, nemenin aja udah cukup. Kok malah aq disuruh – suruh gini ?”, “Ayo donk please, kan aq yang masakin buat kalian”, “Ya udah ya udah, tapi ini yang terakhir lho ya. Tugasmu ini tuh !” sentakku. “Iya iya” sahutnya.
Setelah menikmati masakan Hebrian, kami bergegas bersiap untuk apel pembukaan LDKM. Mengenakan kaos hijau seragam ospek yang sudah disiapkan oleh panitia. Dan apel pembukaan ini dilaksanakan tepat didepan tenda, karena masih ada lahan kosong yang cukup luas. Pelangi didaulat menjadi dirigen, dan mengiringi lagu Indonesia Raya. Sempat menjadi sorotan bagi para cowok yang ada disana. Bawaannya yang lembut nan anggun, namun tetap Nampak raut ketegasan dari tatapan matanya, membuat kami hampir saja lupa akan lirik dari lagu kebangsaan Indonesia.
Selepas apel pembukaan, kami melaksanakan kegiatan – kegiatan lainnya, seperti
80
penjelajahan hutan, materi, beberapa kali istirahat, hingga games dan semua itu berjalan aman terkendali.
Hingga sore menjelang malam, kami para maba dibreefing oleh panitia untuk melakukan djurig malam. Dan sempat diberi waktu setengah jam untuk mempersiapkan peralatan yang harus dibawa selama perjalanan. Aq diberi tugas oleh kelompokku untuk membawa lampu senter, aq membawa 3 untuk satu kelompok. Walaupun berbeda kelompok, kami berempat saling memberi semangat untuk kegiatan malam ini. Hebrian yang berada dikelompok 2 nanti akan jalan terlebih dahulu dibanding dengan kami bertiga. Berbeda dengan Fathur dan Yunus yang akan jalan paling akhir. Aq mempersiapkan mentalku untuk djurig malam. Aq yang sangat parno dengan hal – hal seperti itu benar – benar kesulitan untuk menenangkan hatiku. Teman – teman yang melihat ketakutanku saling bergantian memberiku semangat. Terutama Hebrian, dia memang yang paling dekat denganku diantara kedua teman lainnya, walaupun orangnya menyebalkan. “Santai aja Vik, lagian kamu nanti gak sendiri kok, kan ada temen sekelompokmu. Ntar kamu ambil posisi ditengah aja” ujarnya, aq menyahut “Iya bener bener, kalo yang depan kan udah pasti ketuanya, aq ambil tengah – tengah aja”, “Sip dah kalo gitu. Itu baru semangat !”. Namun hal itu tidak semata – mata langsung menenangkanku. Kegelapan malam dihutan itu pasti akan kembali membuatku takut.
Beberapa saat kemudian sirine megaphone dari para senior berbunyi, kami bergegas berkumpul dan baris menurut kelompok dilapangan. Tidak banyak senior yang berada dilapangan, hanya senior pendamping dan coordinator lapangan. Sedangkan senior lain mungkin sudah bersiap di posnya masing – masing.
Koordinator Lapangan berkata melalui megaphonenya, “Malam ini kalian akan segera melaksanakan kegiatan djurig malam. Semoga kalian selamat dalam perjalanan hingga kembali lagi ke tenda. Selalu ingat pesan – pesan dan pembekalan dalam breefing tadi. Jangan ada yang berpencar, jangan ada yang melakukan hal yang aneh – aneh. Dan untuk kelompok pertama, silahkan jalan terlebih dahulu, ikuti Senior Pendamping kalian”.
Kelompok pertama berjalan menuju kegelapan hutan dan dipandu oleh SP mereka. Tidak
81
lama kemudian, koorlap kembali memberikan instruksi “Kelompok dua, silahkan jalan”. Hebrian mengambil posisi ditengah, sepertinya dia juga takut. Lalu dilanjutkan kelompok 3, 4, dan 5. Di kelompok 5, Pelangi bersama dengan cowok sombong itu berjalan bersama mendampingi kelompok mereka. Semoga tidak terjadi apa – apa padanya, aq hanya bisa berdoa.
Dan akhirnya giliran kelompokku pun tiba. Rasa takut tadi berubah menjadi rasa khawatir akan terjadi sesuatu kepada Pelangi. Entah kenapa hal ini terjadi lagi, seperti pada malam para perampok itu datang. Namun aq tidak bisa berbuat banyak, karena tidak mungkin bagiku bila tiba – tiba pergi dari rombonganku. Beruntung tadi aq sempat membawa beberapa alat mata – mataku seperti dasi kupu – kupu, jam tangan pendeteksi dan GPS serta beberapa alat simple lainnya.
Aq mengambil barisan tengah mengikuti saran dari Hebrian. Kami mulai memasuki hutan gelap pada malam yang cerah ini. Hanya sinar rembulan yang selalu setia menerangi jalan kami. Beberapa teman kelompokku saling berbisik tidak jelas, untuk mengurangi rasa takut mereka. Senior Pendampingku berjalan santai, sembari memeberikan peringatan bila melewati jalanan terjal, curam ataupun berlumpur. Aq melihat kesekeliling jalan yang aq lewati, pohon – pohon menjulang tinggi disekitar kami. Semak belukar setia menemani tiap langkah kaki kami. Suara – suara jangkrik dan beberapa serangga malam lainnya setidaknya telah meramaikan suasana sepi nan sunyi dalam perjalanan ini.
Hingga sampailah kami di pos pertama. Ada beberapa senior yang sudah menanti disana. Kami diberhentikan dengan lembut dan suara yang halus tanpa gertakan. “Selamat malam teman – teman. Kalian sekarang sedang berada di pos pertama. Dan di pos pertama ini kami akan memberikan pembekalan kepada kalian tentang pentingnya kerja sama dan saling peduli kepada sesama”.
Ternyata benar – benar diluar dugaanku. Aq sempat mengira kalau pos – pos nanti akan memberikan tekanan dan tes mental kepada kami. Namun, mereka hanya memberikan pembekalan, nasehat, dan menjawab lontaran pertanyaan dari kami.
Setelah pembicaraan yang cukup panjang, lalu dari kejauhan terdengar langkah kaki
82
beberapa orang yang sedang mendekat. Lalu tiba – tiba dari arah yang berbeda, ada sorotan lampu senter yang dikedip – kedipkan. Mungkin itu berasal dari pos selanjutnya, sepertinya mereka menggunakan sandi untuk berkomunikasi dari jauh. Dan langkah kaki tadi adalah suara dari kelompok 7 yang sedang menuju pos pertama. Lantas kamipun segera diberangkatkan oleh para senior yang menjaga pos ini.
Kami menuju ke pos selanjutnya. Di tempat senter itu dikedip – kedipkan tadi. Di situ juga sudah bersiap beberapa senior yang hendak memberikan pembekalan seperti di pos sebelumnya, namun dengan tema yang berbeda. Begitupun seterusnya, hingga pos keempat.
Dan setelah melewati pos empat, kami menuju ke pos terakhir. Jaraknya memang cukup jauh, jalanan yang dilewati juga cukup sulit. Bahkan melewati pinggiran jurang yang cukup curam, hingga tak terlihat dasarnya. Namun itu semua bisa kami lewati dengan baik, hingga sampailah di pos terakhir, yakni pos relaks. Disana sudah disediakan air mineral dan beberapa camilan untuk merehatkan tubuh sejenak setelah perjalanan panjang, sebelum kami kembali ke tenda dan melaksanakan kegiatan api unggun.
Sesampainya ditenda, 5 kelompok yang datang sebelum aq sudah bersiap disekeliling api unggun. Mereka bercengkramah santai sembari menunggu kelompok lainnya datang. Melihat kedatangan kelompok kami, seorang coordinator lapangan menyambut kedatangan kami “Saya ucapkan selamat datang kepada kelompok… Ehm, kelompok berapa ini ?”, lantas beberapa dari kami memberikan jawaban kepadanya “Enaaaamm”. “Oke, selamat datang kepada kelompok 6. Silahkan langsung mengambil tempat disekitar api unggun, dan berkumpul dengan teman – teman kalian” imbuhnya. Aq langsung mencari Hebrian yang pastinya sudah datang terlebih dahulu, namun aq tidak menemukannya. Akhirnya aq pun duduk sendiri dan menanti kehadirannya beserta kedua teman lainnya yang masih dalam perjalanan.
Aq menikmati indahnya malam ini, ditemani dengan hangatnya api unggun. Suasana keakraban benar – benar tercipta disini. Koordinator lapangan sempat memberikan siraman tawa kepada kami, selayaknya standup comedy. Aq pun sesekali melepas tawa hingga terbahak – bahak karena cerita – cerita lucu yang di buatnya.
83
Namun didalam suasana santai itu tiba – tiba suatu keanehan terjadi. Kekhawatiranku sempat memuncak ketika datanglah rekan SP Pelangi yang membisikkan sesuatu kepada coordinator lapangan yang sedang ada didepan. Wajah mereka nampak serius, terlihat khawatir dan bingung. Lalu si cowok tersebut mengajak koorlap berkumpul dengan senior lainnya dan meninggalkan kami begitu saja, menggantungkan cerita lucu yang sempat kami perdengarkan.
Mereka berkumpul dan membicarakan sesuatu dengan sangat serius. Bahkan ada yang sempat terlihat emosi dengan menunjuk – nunjuk rekan SP Pelangi, namun dia ditenangkan oleh temannya yang lain, lalu pembicaraanpun berlanjut. Aq benar – benar penasaran, aq terus memperhatikan mereka. Sedangkan teman – teman maba yang lain tidak memperdulikan apa yang tengah terjadi diantara para senior tersebut.
Dan tidak lama kemudian pembicaraan itupun selesai. Koordinator lapangan kembali ke hadapan kami semua, dan hendak mengumumkan sesuatu. “Untuk seluruh maba sekalian. Telah terjadi sesuatu yang diluar dugaan yang menimpa salah satu dari senior kalian dalam perjalanan djurig malam. Kita telah kehilangan salah seorang SP kita, yang bernama Pelangi”. Kekhawatiranku semakin memuncak, jantungku berdebar kencang dan keringatku mengalir deras dalam suasana dingin. Teman – teman maba saling berbisik, dan salah seorang maba yang duduk tepat disampingku berkata kepada temannya “Manajemen Konflik mah ini, santai aja. Mungkin kak Pelangi itu disembunyiin dimana gitu, lihat aja ntar”, lalu temannya menjawab “Hahaha, iyaa bener. Udah hafal sama hal – hal kayak gini”
Namun tiba – tiba si koorlap berkata “Dan ini saya sedang berkata serius kepada kalian. Tidak ada rekayasa, dan tidak di buat – buat. Ini bukan Manajemen Konflik ! Sekali lagi saya tekankan ini bukan Manajemen Konflik !”. Aq yang tadinya sempat tenang karena percaya dengan perkataan maba disampingku ini, kini kekhawatiranku kembali muncul. Lalu maba disampingku itu pun juga terkaget “Lho ?! Ini serius ?” dan rekannya menjawab “Iya kayaknya men. Gak mungkin kalau ini beneran Manajemen konflik terus senior itu tiba – tiba ngasih tahu kalo ini tuh bukan Manajemen Konflik. Berarti ini beneran serius !”,
Koorlap melanjutkan “Dan saya sengaja mengumumkan hal ini kepada kalian, karena
84
saya ingin meminta bantuan kepada sukarelawan dari kalian, dan diutamakan adalah laki – laki, untuk membantu mencari keberadaan kak Pelangi. Tenaga kita disini sangatlah kurang, terlebih banyak senior lain yang masih standby di posnya masing – masing, dan para SP yang masih dalam perjalanan. Secepatnya kita harus bergerak, sebelum malam semakin memuncak. Sekarang siapa yang mau menjadi sukarelawan kita, angkat tangan !”. Banyak sekali yang langsung mengangkat tangan, termasuk dua maba yang ada disampingku. Namun aq hanya diam saja.
“Baiklah, sekarang kalian yang angkat tangan ikut denganku. Dan bagi yang tidak, tetap disini dan jangan kemana – mana. Dan saya hanya memohon doa dari kalian agar pencarian ini berhasil ” ujar koorlap. Para relawan langsung di bawa koorlap menuju kumpulan senior laki – laki lainnya yang sudah bersiap didepan tenda panitia, sembari membawa senter dan walkitalki untuk berkomunikasi. Akan di buat sebuah regu pencari dari relawan, dan dipimpin oleh dua orang senior. Nanti juga akan disusul oleh para senior lain dan relawan maba lain yang masih dalam perjalanan djurig malam.
Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya regu pencari tersebut diberangkatkan. Kami yang masih stay di depan api unggun di pandu oleh Evi dan Nisa yang bertugas sebagai sie acara untuk memanjatkan doa. Kami lalu berdoa menurut kepercayaan masing – masing. Selepas itu, kami diperintah untuk kembali ke tenda masing – masing dan dilarang pergi melewati batas yang sudah ditentukan.
Hanya sekitar 4 maba laki – laki termasuk aq yang tetap berada di tenda. Yang lainnya ikut dalam regu pencari dan sisanya masih dalam perjalanan djurig malam. Dan beruntung ketiga maba itupun juga tidak betah berada di tenda, mereka memilih keluar untuk ngopi di warkop yang ada disekitaran area perkemahan. Hanya tinggal aq sendiri ditenda, Hebrian pun juga masih belum terlihat batang hidungnya, mungkin dia juga sedang berada di warkop atau kamar mandi.
Dan setelah melihat ada kesempatan, aq segera mengenakan The Black Wind yang sudah aq siapkan di tas besarku. Aq melepas kaos seragamku, kaca mata dan tompel palsuku.
85
Dan bergegas mengenakan Swit hitam, topeng, topi, sarung tangan hitam dan jam tangan pendeteksi. Aq pun juga membawa serta tas besarku ini dalam pencarianku menemukan Pelangi.
Aq keluar lewat belakang tenda, dan bergegas menuju tengah hutan. Rasa takut yang tadinya menyelimutiku ketika akan memasuki hutan untuk djurig malam, entah kenapa kini semua sirna. Karena aq kini memiliki mental seorang penyelamat, karena niat awalku memang untuk menyelamatkan Pelangi.
Aq langsung melihat kearah jam tangan pendeteksi, namun sayangnya aq tidak memiliki gambar yang jelas karena sinyal dari satelit tertutup tebalnya kabut dan rimbunnya hutan belantara. Jadi aq terus berjalan untuk mendapatkan sinyal dari satelit mata – mata.
Setelah cukup jauh melangkah, aq mendengar teriakan – teriakan dari regu pencari yang memanggil manggil nama Pelangi. Bahkan aq juga sempat mendengar suara dari Evi yang cukup khas di telingaku. Mungkin setelah memimpin doa, dia lantas mengejar regu pencari untuk membantu menemukan sahabatnya itu. Namun mereka menuju kearah yang berlawan dari tempatku berdiri saat ini.
Aq kembali melihat kearah jam pendeteksi, akhirnya aq mendapati sinyal Pelangi yang tertangkap oleh satelit mata – mata. Mungkin aq berjalan kearah yang tepat, hingga sinyal keberadaan Pelangi terlihat tidak begitu jauh dari tempatku saat ini. Namun sepertinya dia terjatuh kedalam jurang, terlihat karena sinyal Pelangi hanya nampak samar – samar. Tanpa fikir panjang aq langsung berlari menuju kearah posisi Pelangi ditemukan.
Benar saja, ketika aq sudah dekat dengan tanda merah, yakni sinyal dari Pelangi, aq mendapati sebuah jurang yang cukup curam. Dan jalur ini juga sempat digunakan untuk djurig malam, ketika akan menuju pos terakhir. Aq menuruni jurang ini perlahan – lahan, mengaktivkan energy listrik dalam sarung tangan dengan tenaga sedang, lalu mengubahnya menjadi magnet yang kuat, untuk menahanku agar tidak terpeleset. Karena merasa risih dan merepotkan, aq lantas melempar tasku sejauh mungkin agar tidak ditemukan orang. Dari bawah terdengar suara Pelangi yang menangis tersendu – sendu, dia pasti sedang sangat ketakutan.
86
Sesampainya di dasar jurang, disana terdapat lubang besar seperti sebuah goa. Goa ini tidak begitu dalam, sepertinya goa ini adalah peninggalan pejuang Indonesia terdahulu untuk persembunyian. Dari luar aq melihat Pelangi terduduk disebuah batu, dia masih terus menangis sambil menutup kedua matanya, dan sepertinya dia tidak menyadari dengan kehadiranku. Aq memasuki goa itu, mendekatinya dan menepuk pundaknya. “Hay Ela, apa kabar ?” tanyaku santai, dia menoleh kearahku, matanya melebar, dia langsung berdiri lalu memelukku “Aaahhh, pahlawankuu. Syukurlah kamu dateng, aq bener – bener takut banget”, sembari menikmati pelukannya aq lantas menyahut “Maafkan aq yang datang terlambat”, “Gak apa – apa, yang penting kamu udah disini sekarang” ujarnya semangat.
Aq lalu mengajaknya untuk kembali ke tenda “Ayo balik, temen – temen kamu udah nyariin, kasihan mereka”. Dia melepaskan pelukannya, lalu mengangguk dengan wajah yang semeringah dan senyumannya yang terlihat sangat lega. Aq pun membalasnya dengan senyuman penuh dengan rasa bahagia. Aq menggandengnya untuk bersama – sama keluar dari goa ini.
Dan ketika kami akan beranjak pergi, tiba – tiba terdengar suara auman harimau dari luar. Bahkan ada lebih dari satu, mungkin sekitar 3 hingga 4 harimau yang sedang menuju kearah kami. Pelangi sangat ketakutan. Dia bersembunyi dibelakangku sambil memegang erat lenganku. “Pahlawanku, aq takuuut” ucapnya lirih, aq mengelus – elus telapak tangannya seraya menjawab “Udah tenang aja, ada aq disini. Sekarang kamu sembunyi di balik batu didalem sana, aq akan melindungimu”. Dia berlali kembali menuju ke dalam goa, lalu menundukkan dirinya dibalik sebuah batu yang cukup besar di dalam goa itu. Dan harimau – harimau yang kelaparan itupun muncul. Sepertinya mereka mendengar rintihan tangis dari Pelangi tadi.
4 harimau dewasa bersamaan menuju kemari. Tingginya hampir sama denganku, sekitar 150 cm. Tubuh harimau yang tegap dan gagah, matanya yang menyorot tajam dan terlihat terang dalam kegelapan malam. Aq aktivkan sarung tangan listrikku hingga maksimal, 10.000 volt. Kekuatan petir mengalir dalam telapak tanganku, bersiap menghantam siapa saja yang ada di hadapanku.
Salah satu dari keempat harimau itu mendekatiku, dia menatapku seakan – akan aq adalah
Dostları ilə paylaş: |