Sholat Tahajjud dan Kesehatan



Yüklə 159,6 Kb.
səhifə4/4
tarix06.03.2018
ölçüsü159,6 Kb.
#45191
1   2   3   4

terhadap hidupnya akan lebih baik dibanding orang lain. Bahkan ketika

ditimpa musibah, dia selalu positive thinking "Tak mungkin Allah

menyengsarakanku. Pasti ada hikmahnya. Ini pasti yang terbaik bagiku."

Begitu seterusnya.
Dalam neurologi (ilmu syaraf), persepsi itu diubah oleh otak menjadi impuls

(rangsangan). Kalau orang itu tenang, maka corticotropic releasing factor

(CRF) akan mempengaruhi andrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol.

Teori kedokteran mengatakan, kalau kortisol naik, maka imunologinya turun.

Makanya, jika orang tahajjud dengan baik dan ikhlas, kondisi jiwanya akan

tenang dan hormon-hormon lain akan menjadi normal.


Di Barat, anak-anak yang kurang cerdas biasanya diinjeksi dengan senyawa

ACTH agar membantunya menjadi lebih cerdas. Seharusnya, orang muslim tak

perlu suntikan ACTH. Sebab jika sholat tahajjudnya benar, secara otomatis

ACTH naik dan itu bisa membantu kecerdasan.


Q : Seperti ada kekuatan metafisika luar biasa di balik sholat tahajjud

yang benar ya?


A : Betul. Dan itu bukan metafisika, tetapi fisika. Biologi molekuler

mengatakan bahwa energi esensi bukan dari protein, tetapi dari

spiritualitas. Sebagian orang mengatakan jika ada orang belajar aura, ujung-

ujungnya dianggap mistis. Itu bukan mistis karena bisa dipelajari. Semua,

selain Allah, itu molekul. Dan molekul itu tersusun atas atom yang

berevolusi seperti bumi mengitari matahari. Ilmu seperti itu bisa

dipelajari. Makanya jangan heran jika di televisi ada dokter bisa menebak

penyakit pasien dari jarak jauh. Itu bukan jin, tetapi bisa dipelajari.


Insya Allah, jika shalatnya khusyu` dan tahajjudnya benar, energi yang

dipancarkan dari wajahnya sangat kelihatan. Sebaliknya orang yang

mengabaikan spiritualitas, pancaran sinar dari wajahnya gelap. Itulah yang

disebut "min atsaris-sujuud" (Al-Fath : 29). Ada bekas-bekas sujudnya.

Andaikata dia berkulit hitam, cahayanya tetap kelihatan.
Q : Di Barat, spiritualitas juga masuk dalam dunia medis. Adakah

perbedaannya dengan spiritualitas yang Anda maksud di atas?


A : Jika dulu di Barat paradigma ilmunya mengekor pada Newtonian, sekarang

tidak lagi. Terutama sejak munculnya Fritjof Capra (fisikawan), paradigma

ilmu medis ada banyak perubahan. Ini juga berkembang pada ilmu Antropologi,

Sosiologi, dan Psikologi. Sekarang tidak lagi mengarah pada materialisme,

tetapi sudah mulai berkembang pada spiritualisme.
Dalam perkembangan ilmu Psikologi juga lahir Golden Alport, Abraham Maslow,

dan Carl Gustav Jung yang mengakui pendekatan spiritual. Memang, pendekatan

spiritualnya tidak seperti kita karena mereka Nasrani. Ini pula yang

berdampak pada ilmu medis. Tadinya Newtonian, kini berkembang pada

psikoneuroimunologi.
Jadi mereka sudah melihat manusia secara holistik. Tidak hanya persoalan

medis, juga persoalan psikis dan spiritual. Makanya Ramachandran, seorang

ahli neurologi dari Universitas California (AS), menemukan bahwa di area

otak kita ada "God Spot" (titik Tuhan).


Q : Tetapi mengapa pendekatan spiritualitas seperti itu belum begitu

diterima di Indonesia, justru berkembang di Barat?


A : Ya, kita memang ketinggalan. Islam hanya dipersepsi pada hal-hal ritual

saja. Islam hanya dianggap soal shalat, zakat, dan haji. Itulah yang

melatarbelakangi lahirnya "pemberontakan" dalam diri saya sejak kecil.
Q : Pemberontakan apa?
A : Mengapa ada dikotomi Islam dan umum? Mengapa Islam dipersepsi hanya di

IAIN, di luar itu tidak dikatakan Islam? Mengapa ada istilah sekolah umum

dan agama? Paradigma itu harus segera diubah.
Makanya saya bermimpi, bagaimana jika suatu hari ada ilmuwan, fisikawan,

kimiawan, atau dokter ahli tetapi dia sangat faqih dan tak pernah lupa

sholat tahajjudnya. Bibirnya senantiasa basah karena dihiasi dzikir. Kalau

sudah seperti ini, mustahil ada ilmuwan yang jahat atau korup. Masalahnya,

kita tak memiliki lembaga pendidikan yang tak memberi batasan dalam mencari

ilmu. Ya, inilah krisis epistemologi ilmu.


Q : Kenapa Anda tertarik melakukan penelitian tentang sholat tahajjud?
A : Ini amalan yang sudah saya lakukan sejak kecil. Tetapi saat memilih

judul disertasi itu, saya diliputi kebingungan. Siapa yang akan saya

jadikan penelitian? Alhamdulillah ada kemudahan. Co-promotor saya

menyarankan agar meneliti santri-santri di Pesantren Hidayatullah yang

memang membudayakan sholat tahajjud.
Q : Siapa yang mengenalkan Anda pada sholat tahajjud saat kecil?
A : Orangtua saya. Ibu saya rajin tahajjud sampai sekarang. Beliau sekarang

umurnya sudah 80 tahun tetapi masih sehat dan jarang sakit-sakitan. Semasa

di Pesantren Lirboyo, saya sering makan tidak teratur dan puasa Senin-

Kamis. Tetapi kok saya jarang sakit? Jangan-jangan karena rutin melakukan

sholat tahajjud. Cuma masalahnya ketika itu kan tidak bisa membuktikannya.

Nah, setelah penelitian ini barulah saya bisa membuktikan manfaat tahajjud

yang luar biasa. Sejak itu saya ingin mengabarkan pada banyak orang tentang

manfaat sholat tahajjud. Alhamdulillah, Yayasan Masjid Al-Akbar Surabaya

meminta saya membuka Klinik Konseling Terapi Tahajjud.
Q : Adakah obsesi hidup Anda yang kini belum terlaksana?
A : Saya sudah banyak mendapatkan kemudahan dari Allah. Kadang, jika sedang

sendirian, saya sering merenung. Nanti, jika Allah memanggil saya dan

bertanya, "Kamu kan telah diberi kesempatan bisa bekerja di institusi

seperti IAIN (Terdiam. Airmatanya tiba-tiba mengalir. Ia menangis hampir 3

menit usai mengucapkan kata IAIN). Dan ketika melihat banyak kemaksiatan

nampak nyata di depan mata, apa yang bisa kamu perbuat, Sholeh?" Saya takut

tak bisa menjawabnya. Ya Allah, saya sudah berusaha, tetapi itulah

kemampuan saya.


Demikian wawancara dengan Prof.Dr. Moh Sholeh dimana meski ybs disibukkan

dengan kegiatan mengajar, yang tidak hanya di Surabaya, tapi juga Jember,

Banyuwangi, Jogjakarta, bahkan Mataram, Kalimantan, dan UNSRI Palembang,

Sholeh senantiasa menyempatkan waktu berkumpul dengan keluarga setiap hari

Senin dan Jumat, mengajak anak-anaknya ke masjid, mendongeng untuk mereka.

Bersama istrinya, ia berusaha menjadi teladan bagi anak-

anaknya. "Alhamdulillah anak-anak saya puasa Senin Kamis, baca al-Qur'an

tanpa saya perintah," ujarnya.


Mengaku enjoy dengan hidupnya dan tidak pernah merasa pusing, Sholeh

berpesan lima hal yang jadi 'thoriqoh'nya: jangan sakiti kedua orangtua,

sebisa mungkin kurangi beban mereka, tegakkan amar ma'ruf nahi munkar

dengan jalan yang santun dan baik, makan makanan yang halal, bantulah orang

lain meski kita dalam kondisi kepepet, dan perbanyak ibadah mahdoh dan

sunah. Selain itu, pesannya juga, dalam jihad besar melawan hawa nafsu,

kondisikan lingkungan kita dengan ibadah yang baik, ciptakan lingkungan

orang-orang soleh, jangan dekati orang yang tidak soleh, mengondisikan diri

shalat dhuha dan tahajjud, yang khusuk dan sadar, insya Allah peperangan

ini senantiasa kita menangkan.


Hari itu seusai memberi kuliah, Sholeh melanjutkan perjalanannya ke masjid

al-Akbar, setelah maghrib barulah ia pulang ke rumahnya di Kediri untuk

keesokan harinya kembali ke Surabaya. Ketika ditanya kenapa ia tidak

menetap di Surabaya saja, ia menjawab," Siapa yang nanti mengopeni majelis

yasinan di tempat saya?"
Dikutip dari : Majalah Hidayatullah & sumber2 lain.
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana
Diposting oleh St.Parapatiah di 8:59 AM

Label: dekat dengan Allah, energi Islami, Indahnya tajajud

0 komentar:
Post a Comment
Newer Post

Older Post

Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)



Selancar untuk anda

Posts


Comments

About Me


Makmur

St.Parapatiah

Blog Archive

▼ 2008 (2)

▼ August (1)

Gusti Allah Tidak Ndeso

► June (1)

► 2007 (30)

► 2006 (4)

► 2005 (6)



http://parapatiah.blogspot.com/2007/07/manfaat-medis-sholat-tahajud.html

SP 1 Defisit Perawatan Diri

Written by Ferdias Ramadoni

Wednesday, 22 October 2008 07:00


1. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi klien: Ibu X 75 tahun, dibawa ke panti oleh keluarganya karena sering mengeluyur. Terakhir kali mengeluyur, Ibu X dibawa pulang oleh tetangganya yang melihat Ibu X hampir tertabrak sepeda motor karena menyebrang sembarangan. Ketika ditanya oleh perawat Ibu X mengatakan tidak betah di rumah Karena anaknya jarang di rumah. Pada saat wawancara, Ibu X terlihat cemas dan gelisah selain itu sering berbicara yang kurang dapat dimengerti karena susunan katanya buruk. Pakaian Ibu X terlihat tidak rapih, dan bau badannya tidak sedap. Dan ketika diminta mandi, Ibu X selalu mengatakan baru saja mandi padahal bau badannya tidak sedap.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: mandi
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien mengetahui pentingnya perawatan diri.
3. Klien mengetahui cara-cara perawatan diri.
4. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
6. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk meningkatkan perawatan diri.

Tindakan Keperawatan:


1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
1.1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yg disukai klien.
1.1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi dengan klien.
1.1.5. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
1.1.6. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien. Dengarkan dengan penuh perhatian.
1.1.7. Hindari respon mengkritik atau menyalahkan saat klien mengungkapkan perasaanya.
1.1.8. Buat kontrak interaksi yang jelas.
2.1.1. Diskusikan dengan klien :
· Penyebab klien tidak merawat diri.
· Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial
· Tanda-tanda perawatan diri yang baik.
· Penyakit atau ganguan kesehatan yang dialami klien jika perawatan diri tidak diperhatikan.
3.1.1. Diskusikan tentang frekuensi menjaga perawatan diri selama ini :
· Mandi.
· Gosok gigi.
· Keramas.
· Berpakaian.
3.2.1. Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar :
· Mandi.
· Gosok gigi.
· Keramas.
· Berpakaian.
3.3.1. Berikan pujian untuk setiap respon yang positif.
4.1.1. Bantu klien saat perawatan diri.
· Mandi.
· Gosok gigi.
· Keramas.
· Berpakaian.
4.1.2. Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri.
4.1.3. Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan perawatan diri.
5.1.1. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, dan ganti pakaian).
5.1.2. Beri pujian saat klien melakukan perawatan diri secara mandiri.
5.1.3. Tanyakan bagaimana perasaan klien jika melakukan perawatan diri secara baik dan benar.

TINDAKAN KEPERAWATAN


ORIENTASI
1. Salam terapeutik:
Selamat pagi, perkenalkan nama saya Fergy. Saya perawat di panti ini, nama ibu siapa dan lebih senang dipanggil apa?
2. Evaluasi validasi: bagaimana perasaan ibu hari ini?
3. Kontrak:
Ibu X, sekarang saya ingin ngobrol serta membicarakan kegiatan apa saja yang biasa Ibu lakukan di rumah. Kurang lebih selama 30 menit. ibu ingin kita ngobrol di mana? Bagaimana kalau di taman sebelah sana, ibu setuju?
KERJA
1. Apa yang menyebabkan ibu X dibawa kesini?
2. Sebelum berada di sini, ibu tinggal di mana dan bersama siapa?
3. Apa ada yang mengganggu pikiran dan perasaan ibu X pagi ini?
4. Apa yang menyebabkan ibu X menjadi tidak suka mandi dan berpakaian yang rapih?
5. Lalu, menurut Ibu apa manfaat dari menjaga dan merawat kebersihan diri Ibu ?
6. Sekarang saya ingin bertanya pada Ibu X, menurut Ibu tanda-tanda perawatan diri yang baik itu seperti apa?
7. Ibu sudah tahu belum penyakit apa saja yang bisa Ibu derita bila Ibu tidak melakukan perawatan diri dengan baik?
8. Selama di rumah, seberapa sering Ibu melakukan perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, dam keramas?
9. Menurut ibu, apakah cara perawatan diri yang Ibu lakukan selama ini sudah benar? Coba perlihatkan kepada saya.
10. Wah bagus sekali itu bu, dan akan lebih bagus lagi bila Ibu melakukannya seperti ini.
11. Ayo bu sekarang kita coba melakukan apa yang telah Ibu katakan tadi.
12. Wah ternyata Ibu cepat sekali dalam belajar, hanya perlu sering dilatih lagi dan Ibu akan bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan saya.
13. Nah sekarang mari kita membuat jadwal untuk melakukan perawatan diri ibu, supaya ibu lebih terampil lagi dalam melakukan perawatan diri.

TERMINASI


1. Evaluasi Subjektif: bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol dan melakukan perawatan diri tadi?
2. Evaluasi Objektif: coba Ibu ulangi bagaimana cara mandi yang baik?
3. Tindak lanjut klien: setelah ini, jika ibu memerlukan bantuan dalam merawat diri Ibu dapat memanggil saya di ruangan itu, bisa bu?
4. Kontrak yang akan datang: besok saya akan datang lagi pukul 10 pagi, kita akan berdikusi tentang berdandan.
Baiklah ibu X, sudah 30 menit ya, ngobrol-ngobrol kita sudah selesai. Saya permisi dulu ya bu dan selamat beristirahat. Selamat pagi

http://www.perawatonline.com/index.php?option=com_content&view=article&catid=31:cakul-catatan-kuliah&id=56:sp-1-defisit-perawatan-diri&Itemid=45



.
.
Yüklə 159,6 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin