Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).
Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.
Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri,dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol. Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan.
Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.
Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya.Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30! sebanyak 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika).
Hasilnya,ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuanindividual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. "Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi.
Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,"Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpa! ksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.
Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat,anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita???????
Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal. Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang diwajibkan oleh Islam.
Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupn! ya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.
Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat saat ini. http://cafepojok.com/forum/showthread.php?t=18860
HUBUNGAN SHOLAT DENGAN KESEHATAN
Shalat Tahajjud Bisa Mengatasi Kanker
Sebuah penelitian ilmiah membuktikan, shalat tahajjud membebaskan seseorang dari pelbagai penyakit.
Berbahagialah Anda yang rajin shalat tahajjud. Di satu sisi pundi-pundi pahala Anda kian bertambah, di sisi lain, Anda pun bisa memetik keuntungan jasmaniah. Insya Allah, Anda bakal terhindar dari pelbagai penyakit .
Itu bukan ungkapan teoritis semata, melainkan sudah diuji dan dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Penelitinya dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Mohammad Sholeh, dalam usahanya meraih gelar doktor. Sholeh melakukan penelitian terhadap para siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya yang secara rutin memang menunaikan shalat tahajjud.
Ketenangan
Shalat tahajjud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi, kata Sholeh, bisa mendatangkan Ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan hidup.
Sebaliknya, bentuk-bentuk tekanan mental seperti Stres maupun Depresi membuat seseorang rentan terhadap berbagai penyakit, infeksi dan mempercepat perkembangan sel kanker serta meningkatkan metastasis (penyebaran sel kanker). Tekanan mental itu sendiri terjadi akibat gangguan irama sirkadian (siklus bioritmik manusia) yang ditandai dengan peningkatan Hormon Kortisol. Perlu diketahui, Hormon Kortisol ini biasa dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kondisi seseorang apakah jiwanya tengah terserang stres, depresi atau tidak.
Untungnya, kata Sholeh, Stres Bisa Dikelola. Dan pengelolaan itu bisa dilakukan dengan cara edukatif atau dengan cara Teknis Relaksasi atau Perenungan/Tafakur dan umpan balik hayati (bio feed back). "Nah, shalat tahajjud mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan ketahanan tubuh seseorang secara natural", jelas Sholeh dalam disertasinya berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik.
Tahajjud harus secara Ikhlas & Kontinyu
Namun pada saat yang sama, shalat tahajjud pun Bisa Mendatangkan Stres, terutama bila Tidak Dilaksanakan Secara Ikhlas dan Kontinyu. "Jika tidak dilaksanakan dengan ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya", katanya kepada Republika.
Dengan begitu, keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajjud menjadi sangat penting. Selama ini banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat penelitiannya, Sholeh berpendapat lain.
Ia yakin, secara medis, ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon kortisol. "Keikhlasan Anda dalam shalat tahajjud dapat dimonitor lewat irama sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya", kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan shalat tahajjud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun sehingga berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinya
produksi respon imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan Kekecewaan, Persepsi Negatif, dan Rasa Tertekan. Perasaan negatif dan tertekan itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres.
Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak terinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.
Kanker, seperti diketahui, adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. "Nah, kalau melaksanakan shalat tahajjud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pengamal shalat tahajjud dari berbagai penyakit dan kanker (tumor ganas)," kata alumni Pesantren Lirboyo Kediri Jatim ini. Menurutnya, shalat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk, dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga menumbuhkan coping mechanism yang efektif.
Sholeh menjelaskan, respon emosional yang positif ataucoping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditrasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi Hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol.
Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.
Sumber:http://www.nursyifa.net/info_info/penelitian_ilmiah_m.htm
http://enggies.multiply.com/journal/item/22
urangsunda
<-- Terurut Topik --> <-- Terurut Waktu -->
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD
waluya56
Wed, 14 Nov 2007 19:16:55 -0800
Sanggeus lalayaran di Google, kapanggih memang bener Prof Dr.
Mohammad Sholeh teh dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya. Desertasina
soal shalat Tahajud diajukeun di UNIVERSITAS AIRLANGGA Surabaya
(Jadi lain di Universitas Surabaya saperti disebut dina forward
artikel ieu). Jadi artikel ieu LAIN HOAX saperti nu ku kuring
sangka. Ngan hanjakalna teh, nulisna sambarangan.
Nu teu pati apal siga kuring, jadi kerung sabab di Surabaya,
fakulltas Kedokteran nu tepi ka pasca sarjana mah, di UNAIR, lain di
Universitas
Surabaya nu teu boga fakultas kedokteran.
Keur "nebus dosa" nyebut Hoax, kuring nyalin warta ti GATRA jeung
REPUBLIKA (nu bejana leuwih bisa dipercaya) perkara panalungtikan
Mohammad Sholeh ieu:
Gatra, 16 Oktober 2006
Berkah Bagi yang Ikhlas
Satu anjuran yang kerap digemakan setiap bulan Ramadan ialah salat
malam,
tahajud. Apalagi jika dikerjakan pada 10 malam terakhir di bulan
suci itu.
Tahajud termasuk salat sunat yang dikerjakan di waktu malam setelah
tidur
lebih dulu, meski hanya sejenak.
Selain ibadah, salat tahajud juga bermanfaat bagi kesehatan.
Profesor Dokter
Mohammad Sholeh, dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Sunan
Ampel, Surabaya, memberikan bukti. Dalam bukunya berjudul Terapi
Salat
Tahajud, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya,
itu bilang, tahajud bisa mencegah stres dan meningkatkan daya tahan
tubuh
manusia. Tentu, bila itu semua dikerjakan secara teratur dan ikhlas.
Sholeh melakukan studi tahun 1999. Sebanyak 41 siswa SMU Lugman
Hakim,
Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya, menjadi objek observasinya.
Mereka
diminta melakukan salat tahajud saban malam selama sebulan. "Dari 41
orang,
yang bisa bertahan cuma 23 orang," kata Sholeh, yang juga pengasuh
Klinik
Terapi Tahajud di Surabaya. Ke-23 siswa tersebut diminta menunaikan
tahajud
lagi sebulan berikutnya untuk tes tahap kedua. Yang berhasil lolos
tes kedua
19 siswa.
Setelah melaksanakan tahajud, mereka diambil darahnya untuk
diperiksa.
Komponen darah yang diperiksa, misalnya, hormon kortisol. Hormon ini
berkaitan dengan stres. Ikut diobservasi pula kandungan netrofil,
basofil,
eosinofil, monosit, imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin M (IgM),
dan
imunoglobulin A (IgA) dalam darah. Komponen itu dipakai untuk
mengecek
sistem imun tubuh relawan.
Hormon kortisol diteliti dengan peralatan radioimmunoassay. Basofil
dan
neutrofil diteliti dengan automatic cel counter systemex 1000.
Sedangkan
imunoglobulin diukur dengan perangkat immunoturbidimetry analyser
hitchi
704. Pengukuran ini dilakukan di Laboratorium Pramita, Prodia, dan
Klinika.
Semuanya di Surabaya.
Selain itu, mereka juga diperiksa kesehatannya, antara lain, lewat
pengecekan hemoglobin, sel darah merah, sel darah putih, dan SGOT
(serum
glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic pyruvic
transaminase). SGPT dan SGOT adalah dua tes darah untuk melihat
tingkat
kesehatan liver. Umumnya mereka normal.
Yang menarik, ternyata kelompok pengamal tahajud mengalami penurunan
hormon
kortisol. Pada tahap pertama selama sebulan, kortisol menurun rata-
rata
sebanyak 28,947. Pada tahap kedua, penurunannya lebih tajam, yakni
156,579.
"Ini berarti tahajud menurunkan tingkat stres," kata Sholeh dalam
bukunya.
Stres terkait dengan kekebalan. Jika stres menurun, kekebalan tubuh
meningkat. Itu terlihat juga pada komponen sistem imunitasnya,
seperti
tampak pada studi Sholeh. Menurut Sholeh, meningkatnya respons imun
akan
membuahkan kenaikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Tapi sekali lagi ditekankan, pengamal salat tahajud harus ikhlas.
Jika
tidak, akan timbul stres dan penyakit. Sholeh melihat, setelah
menjalani
tahajud, ada beberapa relawan yang mengeluh sakit. Ada yang batuk-
pilek,
pusing-pusing, susah tidak, nafsu makan hilang, dan mengalami
gangguan
pencernaan.
Yang pasti, secara umum sistem imun relawan tadi ikut meningkat.
Dari dua
tahap, limfosit meningkat dari 7,684 menjadi 242,842. Begitu pun
kadar
imunoglublinnya. IgM dari 2,789 menjadi 19,263, IgG dari 23,158 naik
jadi
291,421, dan IgA meningkat ke 90,368 dari 64,632.
Menurut Sholeh, penurunan kortisol terjadi karena pengamal menjalani
tahajud
dengan niat yang ikhlas. Niat ikhlas akan mendatangkan rasa senang,
optimistis, dan persepsi positif. ''Reaksi emosional positif itu
dapat
menghindarkan diri dari stres," ujarnya. Itu tak terjadi jika
relawan
mundur. Mereka dinilai mengerjakan salat tidak ikhlas. Salat yang
dikerjakan
secara tak ikhlas akan mendatangkan rasa tertekan, negatif, dan
rentan
terhadap stres.
Ahli psikoneurologi dari Universitas Airlangga, Profesor Taat Putra,
setuju
dengan kesimpulan Sholeh. Menurut Taat, sistem imun tidak otonom. Ia
dipengaruhi pikiran manusia. Terkait dengan tahajud, ia bilang,
peran
tahajud akan terlihat bila dikerjakan dengan pikiran
tenang. "Pikiran tenang
dapat mengolah stresor dengan baik," katanya.
Sebab, dengan cara itu, sistem metabolisme tubuh akan seimbang.
Misalnya,
hormon kortisol dan adrenalin (atau epinefrin) yang diproduksi
kelenjar
adrenal. Hormon-hormon tadi mempengaruhi sel imun. Semakin banyak
diproduksi
akan mengakibatkan tingginya tingkat stres. Dengan pikiran tenang,
hormon-hormon ini akan berkurang produksinya. "Jadi, dalam salat
tahajud,
fokusnya pada keikhlasan," kata Taat.
Toh, Dokter Chairul Effendi, ahli penyakit dalam di Rumah Sakit
Soetomo,
Surabaya, tidak mau berkomentar perihal hubungan langsung tahajud
dengan
kekebalan tubuh. Tapi ia mengaku bisa menerima kesimpulan bahwa
stres
mempengaruhi sistem imun seseorang. Yang stres jadi kurang imun.
Jadi,
salatlah tahajud dengan ikhlas jika ingin hidup tenang dan sehat.
Aries Kelana, dan Arif Sujatmiko (Surabaya)
[Kesehatan, Gatra Edisi Khusus Beredar Senin, 16 Oktober 2006]
Republika, Jumat, 02 Februari 2007
Prof Dr Mohammad Sholeh
Tahuj Perkuat Sistem Imun Tubuh
Rasulullah SAW nyaris tidak pernah melewatkan satu malam pun kecuali
dengan
shalat tahajud, bahkan di saat peperangan sekalipun. Dulu, shalat
tahajud
diwajibkan. "Setelah turun surat Al-Muzzammil ayat 19 dan 20 baru
disunatkan," ujar Prof Dr Mohammad Sholeh, pengasuh Klinik Terapi
Tahajud
dan trainer salat khusyuk kepada Damanhuri Zuhri dari Republika,
Rabu (31/1)
Mengapa Rasulullah SAW menganjurkan shalat ini, hanya Beliau yang
tahu.
Namun perkembangan sains membuktikan, shalat ini banyak
manfaatnya. "Secara
medispun bisa dibuktikan," ujar pria yang tahun 2000 berhasil
mempertahankan
disertasi doktornya di jurusan Psikoneuroimunologi Unair mengenai
shalat
tahajud untuk sistem imun tubuh ini.
Berikut ini penjelasannya mengenai kajian ilmiahnya tentang tahajud:
Apa alasan Anda tertarik meneliti tentang shalat tahajud dan
hubungannya
dengan sistem imun tubuh?
Pertama tidak ada shalat sunat yang dianjurkan oleh Alquran kecuali
tahajud.
Sedangkan shalat-shalat sunat lain itu hanya sampai pada tataran
hadis
Rasulullah SAW. Kalau shalat sunat tahajud itu ada di dalam surat
Al-Muzzammil ayat 1 sampai 20 terutama pada ayat 1 sampai 10.
Kemudian Surat
Al-Isra ayat 79. Ini alasan logika normatifnya.
Kedua, Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan shalat
tahajud.
Ketiga, tidak ada shalat sunat yang diwajibkan Islam kecuali
tahajjud.
Selama satu tahun Rasulullah mewajibkan umatnya melaksanakan shalat
tahajjud, sebelum turun ayat tadi.
Lalu ada hadis kudsi yang menjelaskan tentang setiap dua per tiga
malam
Allah SWT turun ke langit pertama sambil menyerukan, "Hamba-Ku yang
sedang
ruku dan sujud melaksanakan shalat tahajjud, permintaanmuakan Aku
beri,
doamu akan Aku kabulkan, dosamu akan Aku ampuni." Ditambah dengan
hadis
riwayat Tabrani yang menjelaskan bahwa shalat tahajud itu kebiasaan
yang
dilakukan oleh para orang-orang saleh di jaman dulu dan itu
menyembuhkan
baik fisik maupun psikis.
Logika pengalamannya: saya dulu pernah kena penyakit kangker kulit.
Dokter
sudah angkat tangan. Namun tahajud menyelamatkan saya. Tahun 1982
sampai
1987, setelah itu saya dinyatakan sembuh sama sekali.
Berapa lama disertasi Anda susun?
Enam bulan sudah selesai. Enam bulan penelitiannya. Saya termasuk
tercepat,
1998 sampai 2000. Jadi, dua tahun setengah lebih satu bulan.
Mengapa sistem imun yang Anda teliti?
Dalam tubuh kita oleh Yang Mahakuasa sudah ada yang namanya sistem
imun
(daya tahan tubuh). Daya tahan tubuh itu maksudnya apa? Misalnya,
darah kita
kalau dilihat merah tapi kalau dianalisis darah kita campur dengan
reagen
kemudian dianalisis di laboratorium nanti komponen di dalam tubuh
macam-macam darah itu. Jadi, ada hemoglobin, ada hormon kartisol.
Dosen saya bilang, saya ini banyak mematahkan teori ilmu kedokteran
lama.
Semisal, jantung koroner secara teori kedokteran lama tidak bisa
disembuhkan. Tapi, melalui imunitas imunologi tadi penyakit ini bisa
disembuhkan.
Bagaimana bisa?
Jantung koroner ini penyebabnya tersumbatnya arteri jantung karena
kolestarol. Kolesterol itu adalah lemak yang berwarna kuning yang
berasal
dari makanan yang kita makan diolah oleh tubuh menjadi glikogen
kemudian
diolah lagi menjadi glukosa. Glukosa diolah lagi menjadi kolesterol.
Kalau
orang tidak pernah gerak maka kolesterol akan menyumbat pada organ
yang
tidak pernah digerakkan. Nah, kalau orang itu mau shalat tahajud
berlama-lama seperti Rasulullah SAW, dua rakaat saja semalam,
nantinya akan
ada metabolisme tubuh kita akan bercucuran keringat, bahkan di
ruangan
ber-AC sekalipun.
Keluarnya keringat ini menyehatkan. Karena di dalam tubuh kita ada
metabolisme kolesterol-kolesterol akan dibakar ATP/ADP sehingga
menjadi
energi yang merangsang kelenjar keringat untuk berkeringat. Jadi,
kalau
tidak berkeringat tidak banyak membawa dampak fisik. Kebanyakan
orang shalat
tahajud itu hanya sekadar memburu-buru pahala atau mengejarmaqamam
mahmuda
dalam pengertian sempit.
Maksud Anda dengan maqamam mahmuda?
Shalat tahajjud menjadi Bupati. Untuk tujuan duniawi. Kesehatan dan
keimanan
itu saya kira yang paling tepat untuk maqamam mahmuda.
Bagaimana sampai pada kesimpulan bahwa shalat tahajud berpengaruh
pada
sistem imun tubuh?
Penelitian saya dari 51 siswa SMU yang saya ambil training
sebelumnya yang
usianya sama. Karena syarat penelitian kuantitatif itu harus
homogen. Jadi,
usianya sama yaitu laki-laki antara usia 16 tahun sampai 20 tahun.
Dostları ilə paylaş: |