Tarbiyah dzatiyah



Yüklə 153,6 Kb.
səhifə2/5
tarix29.10.2017
ölçüsü153,6 Kb.
#20248
1   2   3   4   5

Tetap menjaga karakter

Bergaul denga orang lain harus memegang prinsip “yakhtalituuna walakin yatamayyazuun…” bercampur tetapi berbeda. Karakter pribadi Islam yang unik harus eksis dan punya posisi tawar yang kuat, tidak ikut arus jahiliyah.




  1. Membantu orang lain
Bila ini dikategorikan sebagai cara memanfaatkan waktu barangkali orang akan berfikir, “kok sempat-sempatnya mengurusi orang lain? Wong ngurus diri sendiri dan keluarga saja repot buat apa susah-susah?”

Itu paradigma lama. Pola pikir masyarakat individualis-materialis mengukur kebahagiaan hanya pada kepentingan sendiri dalam materi semata. Bila kita bayangkan, kita bisa makan, berpakaian dan bertempat tinggal sesungguhnya tak lepas dari “peran” orang lain. Begitu besar jasa orang lain kepada kita dan sangat kecil sumbangsih kita kepada sesama.

Dalam tradisi kaum salaf, membantu dan melayani orang lain –dikenal dengan istilah— itu merupakan amal mulia yang besar sekali pahalanya di sisi Allah. Ia langkah awal nilai yang besar. Barangkali timbul kesan bahwa kita merepotkan diri. Orang jawa bilang, legan golek momongan… orang bujangan yang mencari anak asuh. Namun Rasulullah menjanjikan pahala yag amat besar:

Menurut hadits riwayat hakim dan Thabrani, membantu orang lain itu lebih utama daripada i’tikaf –berdiam diri di masjid untuk tujuan ibadah— selama sebulan di masjid Nabawi.

Melapangkan kesulitan muslim di dunia akan dilapangkan kesulitannya di akhirat (HR Muslim) sekaligus meraih predikat sebaik-baik manusia. (HR Tirmidzi), mendapat rezeki dari arah yang tak disangka-sangka, memperluas kebaikan dan menambah persahabatan.

Dalam tradisi kaum salaf, membantu orang lain merupakan pemandangan biasa. Karena suburnya ruh ukhuwah, mudah mengeluarkan tangan untuk meringankan beban sesama. Figur paling menonjol dalam hal ini adalah Abu Bakar Ash-Shidiq ra. Abu Bakar palig mudah tersentuh hatinya untuk membantu sesama. Kekuatan iman yang dimilikinya mendorongnya tidak melewatkan momentum kebaikan sedikitpun.

Suatu pagi di hadapan para sahabatnya, Rasulullah saw bersabda, “Siapakah diantara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Saya.” “siapakah di antara kalian yang pada pagi hari ini telah memberi makan orang mislin?” tanya Rasulullah. “Saya”, jawab Abu Bakar. Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang pada pagi hari ini menjenguk orang yang sakit?” Abu Bakar kembali menjawab, “Saya.” Rasulullah bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah mengantarkan jenazah?” (Lagi-lagi) Abu Bakar menjawab, “Saya.” Rasululah saw bersabda, “Tidaklah amalan-amalan ini terkumpul dalam diri seseorang kecuali ia akan masuk surga.” (dari HR Ibnu Huzaimah dalam Shahih-Nya).



Abu Utsman, guru Iman Bukhari Rahimahullah berkata, “Tidaklah meminta seseorang bantuan padaku melainkan akan kubantu dengan tenagaku, jika dengan itu aku tak sanggup maka kubantu dengan hartaku. Jika itu pun tak dapat kupenuhi maka aku meminta tolong kepada ikhwan yng lain dan jika itu pun tak dapat kupenuhi, maka aku meminta tolong kepada sultan (penguasa).” (Al Maqdisy, Al Adab Asy-Syar’iyah, Jilid II hlm.189)

Muslim yang mudah membantu orang lain akan menjadi karakter andal layaknya bibit yang baik. Bibit yang baik, kata Imam Asy-Syahid Hasan Al Banna dalam “Mudzakirat Da’wah wa Ad-Da’iyah”, di mana pun ia ditanam akan menumbuhkan pohon yang baik pula. Itulah sebaiknya-baik manusia, shalih linafsihi hingga naafi’un lighairihi.




  1. Menerapkan amaliah sahabat
Ada lima perkara yang senantiasa diperhatikan oleh para sahabat Nabi saw. perhatian mereka terhadap lima perkara tersebut meupakan bukti bagaimana mereka memanfaatkan waktu sebaik-bainya dan mereka menjaga agar setiap detik dari umur tidak sia-sia.

Menurut Imam Auzai lima perkara tersebut adalah:




  1. Senantiasa komit bersama jamaah (luzumul jama’ah).

  2. Mengikuti sunnah Nabi saw.

  3. Memakmurkan masjid.

  4. Tilawah Al Qur’an.

  5. Jihad fi sabilillah.

Amaliah ini adalah aplikasi memahami hakikat waktu yang mampu membentuk karakter khairu ummat dan khairul qurun, sebaik-baik umat dan sebaik-baik generasi yang pernah ada sepanjang kemanusiaan.


Bagi kaum perempuan, menurut Syaikh Jasim Badr Al Muthawwi’ dalam kitab “Al Waqtu’indal mar’ah”, ada kiat-kiat khusus dalam mengalokasikan waktu yaitu,


  1. Alokasi waktu untuk keimanan mereka.

  2. Alokasi waktu untuk aktifitas da’wah.

  3. Alokasi waktu untuk kerja sosial.

  4. Alokasi waktu untuk aktifitas ilmiah.

  5. Alokasi waktu untuk rumah tangga dan keluarga mereka.

  6. Alokasi waktu untuk membahagiakan suami mereka.

  7. Alokasi untuk mengembagkan ketrampilan pribadi mereka.


~o0o~

Manajemen Gaul
Rasulullah saw. bersabda, “Seorang mukmin yang bergaul dengan banyak orang dan sabar atas tindakan-tindakan mereka yang menyakitkan, itu lebih baik daripada orang yang tidak pernah bergaul dengan orang banyak dan tidak sabar atas tindakan-tidakan mereka yang meyakiti.(HR Ahmad)

Salah satu pilar pembentukan kepribadian adalah pergaulan. Mengasingkan diri bukan tradisi atau karakteristik Islam. Islam mengajarkan agar setiap muslim aktif bergaul secara baik, berinteraksi secara sehat, berkumpul, bersahabat dan bekerjasama dalam pada kebaikan.

Allah berfirman, “Dan bertolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa da janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.(Al maidah: 2).

Seorang mukmin mengasihani dan dikasihani atau bersahabat dan disahabati. Tidak ada kebaikan dalam diri orang yang tidak bersahabat dan tidak disahabati.(HR Ahmad).


Urgensi Gaul

Ada berapa urgensi pergaulan, di antaranya:




  1. Merupakan sunnah kauniyah bahwa mansuia membutuhkan kehadiran orag lain. Manusia merupakan makhluk yang lemah, ia kuat dengan kehadiran orang lain.

  2. Pergaulan merupakan sarana untuk mengungkapkan potensi diri.

  3. Bergaul merupakan untuk bercermin dan mencermati aib diri masing-masing.

  4. Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan, ketrampilan dan keahlian.

  5. Sarana untuk meluruskan kepribadian, agar kita tidak terjebak bahwa diri kita sudah final dan sudah yang terbaik.

Nilai hidup seseorang adalah dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Karena terukur kwalitas dengan orang lain. Karena terukur kwalitas dan karakter yang dimilikinya. Pergaulan memang meniscayakan konsekuensi take and give.

Sebaik-baik pergaulan adalah hidup secara berjamaah. Karena kekeruhan dalam berjama’ah, kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., itu lebih baik daripada kejernihan dalam individu. Seorang yang menyendiri ibarat seekor kambing yang lepas dari kawannya. Rasul saw. bersabda, “Serigala akan memakan domba yang menyendiri.(HR Ahmad).


Memilih Teman Pergaulan

Rasulullah saw bersabda, “Seseorang mukmin adalah cermin bagi mukmin (lainnya), dan orang mukmin itu adalah saudara bagi mukmin lainnya, ia menjaga sawah ladangnya dan melindunginya ketika ia tiada

Bergaul adalah sarana pembentukan akhlak. Dalam pembentukan akhlak seseorang, pengaruh teman pergaulan dan masyarakat sangat besar. Menurut penelitian pengaruh lingkungan hingga 80 persen. Ole karena itu memilih teman dan lingkungan pergaulan yang baik adalah keniscayaan. Rasul saw bersabda, “Seseorang itu mengikuti keagamaan temannya. Karena itu hendaklah kamu memperhatikan orang yang kamu jadikan teman.(HR Abu Daud)

Fungsi sahabat yang baik ibarat cermin, sebagaimana sabda Nabi, “Orang mukmin itu menjadi cermin bagi saudaranya. Jika ia melihat padanya suatu aib, maka diperbaikinya.” (Kitabul Adab, Bab Fin nashihah wal Hiyathah 4: 280 nomor 4918 hadits Abu Hurairah secara marfu’).


Cermin itu memiliki karakteristik:

  • Memberikan apa adanya. Sehingga sahabat yang baik yang mau terbuka terus terang dengan sahabatnya.

  • Cermin selalu jujur tak mau membohongi.

  • Cermin memberikan nasihat secara tersembunyi.

  • Cermin bisa untuk menutupi aib dan cermin tidak akan menceritakannya kepada orang lain.

Dalam memilih sahabat mestinnya senantiasa berpedoman pada “karakter cermin” tersebut. Diantaranya tergambar dalam hadits Rasul bahwa sahabat yang baik ibarat penjual minyak wangi, bila tidak mendapat minyak wanginya minimal mendapat bau harumnya. Dalam hadits lain memberikan “parameter” sahabat yang baik. Rasulullah saw bersabda,
Maukah aku tunjukkan kepadamu sebaik-baik manusia?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu orang yang apabila kamu memandangnya, maka akan menjadikan kamu ingat kepada Allah.(HR Ibnu Majah).


  1. Ciri sahabat yang shalih:




  1. Taqwa kepada Allah. (QS Al Ahzab: 70).

  2. Berakhlak mulia. (QS Al Qalam: 4).

  3. Senantiasa berbaik sangka. (QS Al Hujurat: 12).

  4. Pemaaf. (QS. Al Hijr: 85; At-Taghabun: 14; Ali Imran: 133,159).

  5. Menutup cela dan aib saudaranya.

  6. Selamat dari sifat munafiq dan dengki.

  7. Memiliki sifat malu.

  8. Menjaga rahasia saudaranya dan menepati janji.

  9. Baik tutur sapanya, menebar salam dansenyuman sat berjumpa. (QS. Al Furqan: 63).

  10. Mengingat kebaikan dan dzikrullah.

  11. Tidak mengajak pada kemaksiatan, permusuhan dan dosa. (QS. Al Maidah: 2).

  12. Menceritakan kebaikannya di belakang.

  13. Mengunjungi teman yang mendapat musibah, ziarah sat sakit, dan ta’ziah sat meninggal saudaranya.

  14. Selalu mendoakan kebaikan dan menjaga keselamatan saudaranya.

  15. Membantu kesulitan saudaranya, tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa, serta tidak tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.

  16. Memberi nasihat dengan ikhlas dan tersembunyi, dan tidak membiarkan sudaranya terjerumus pada keburukan.

  17. Lebih mementingkan kepentingan saudaranya atas dirinya dan mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.


Memilih Teman dan Lingkungan

Teman adalah orang yang sering berinteraksi dalam kehidupan seseorang. Teman sering kali dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Celakan orang yang berteman dan hidup dalam lingkungan buruk. Sehingga jika keadaan keimanan seseorang belum kuat maka akan terwarnai.dalam berteman hendaknya kita dapat memilihi orang-orang yang baik aqidah dan akhlaknya.

Kenali ciri dan sifat yang bisa dimiliki oleh orang-orang yang shalih, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk memilih teman yang baik atau menghindari teman yang tidak baik. Ketahuilah bahwa “manusia adalah anak lingkugan”.

Semua kebaikan seseorang perlu kit atiru, hal ini sebagai simbul dakwah Islam yang dapat melalui qudwah hasanah dan berlomba-lomba dalam kebaikan.


Manfaat Teman yang Baik

Bertemu dengan orang-orang shalih mendatangkan manfaat yang banyak, diantaranya




  1. Meraih kecintaan Allah (mahabbatullah).


Rasul bersabda, Bahwa seorang lelaki telah mengurangi saudaranya di desa lain lalu Allah mengutus malaikat untuk mengikuti jalannya. Ketika bertemu dengannya malaikat bertanya, ‘Mau kemana engkau?’ Ia menjawab, ‘Saya ingin menemui saudaraku di desa ini’. Malaikat bertanya, ‘Apakah engakau mengingatkan sesuatu nikmat darinya?’ ia menjawab, ‘tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah Ta’ala. Malaikat berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang datang untuk memberitahukanmu bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah’ (HR Muslima).


  1. Mengiringi mereka di akhirat.

Bahwa seorang lelaki datang pada Rasulullah seraya bertanya, ‘Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu mengenai suatu kaum, sedangka ia tidak pernah berjumpa dengan mereka?” Rasulullah menjawab, ‘Seseorang akan bersama orang-orang yang akan dicintainya’” (Muttafaq`alaih).




  1. Mendapatkan kebaikan dan keberuntungan.

Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan teman yang shalih seperti perumpamaan pemilik minyak kesturi, bila kamu tidak mendapatkan minyak kesturi itu darinya, maka kamu akan mendapatkan baunya, dan perumpamaan teman yang buruk seperti perumpamaan tukang pandai besi, bila kamu tidak terkotori olehnya, maka kamu akan terkena asapnya(HR Abu Dawud).




  1. Mendapatkan peluang untuk meneladani mereka.

Sabda Rasulullah saw. “Seorang lelaki akan mengikuti agama temannya, maka hendaknya salah seorang di antara kamu memperhatikan siapa yang ingin dijadikan temannya(HR Abu Dawud).




  1. Berlindung dari godaan syaithan.

Sabda Rasulullah, “Kalian harus komitmen dengan jama’ah. Karena sesungguhnya syaithan itu bersama orang yang sendirian”.




  1. Menjaga semangat dalam beramal dan menolak kejenuhan.

Ketika sendirian, seseorang akan malas untuk melakukan kebaikan, tetapi bila bersama dengan orang-orang yang senantiasa bersemangat melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, maka ia akan termotivasi pula untuk ikut giat dalam melaksanakan kebaikan dan kewajiban agama tersebut.




  1. Senantiasa terhindar dari kelengahan dan kekhilafan.

Sabda Rasulullah, “Barangsiapa dikehendaki Allah menjadi orag yang baik, maka Allah akan menjadikan untuknya seorang teman yag baik, bila ia lupa ia akan mengingatkannya, bila ia ingat ia akan mendukungnya


Sifat Orang-orang Shalih

Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah menyawab, “Akhlak beliau adalah Al Qur’an”. Kemudian ia membaca ayat 1-9 Surah Al-Mu’minun. Sifat-sifat orang shalih antara lain:




  1. Iman yang mendalam yang mendorong pemiliknya untuk selalu taat dan bertawakal kepada Allah serta berkunjung untuk membela ajaran-ajaran-Nya.

  2. Khusyu’ dalam shalat yang akan mengatakan pada kekhusyu’an jiwa dan seluruh anggota badan di hadapan Allah SWT.

  3. Berpaling dari kesia-siaan, yaitu semua yang tidak mendapatkan manfaat atau yang buruk, baik dalam tataran perkataan, perbuatan maupun perasaan. Karena seorang muslim akan sibuk dengan dzikrullah dan kewajiban-kewajiban agama serta jihad di jalan Allah sehingga tidak ada kesempatan lagi untuk melakukan hal-hal yang sia-sia.

  4. Menunaikan zakat, yang dengan zakat ini akan tercapai kebersihan hati dari sifat tercela seperti kekikiran, egois dan perbudakan harta serta kebersihan harta dari hak-hak orang miskin dan anak yatim. Dan dengan zakat ini pula akan terwujud keterjagaan dari bisikan-bisikan syaithan yang selalu menakut-nakuti manusia dari kemiskinan.

  5. Menjaga kemaluan, yang dengannya akan terwujud kesucian jiwa, rumah tangga, dan masyarakat secara umum dari perzinaan dan berbagai bentuk dekadensi moral.

  6. Menjaga amanah. Dengan sifat amanah ini seorang mu’min akan berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah dan kewajibannya kepada agama.

  7. Memelihara shalat. Yakni melaksanakannya tepat pada waktunya dan secara sempurna. Sehingga menjadikannya mampu untuk hidup secara disiplin dan rapi setiap urusannya.


~o0o~

Mewaspadai Ghibah Hati
Salah satu penyakit hati yang gampang muncul dalam pergaulan adalah ghibah. Yaitu membincangkan keburukan orang lain. Dan yang lebih halus lagi ghibah bisa terjadi meskipun hanya dilakukan satu orang saja yakni ghibah hati. Oleh karena munculnya penyakit hati yang bisa merusak amal dan sebagainya ini penting sekali diwaspadai oleh setiap muslim, tak terkecuali aktifis da’wah sekalipun.

Imam Syafi’i ra. Mengatakan, “Tak ada seorang pun muslim yang selalu ta’at dan tak pernah bermaksiat kepada Allah. Tak juga ada seorang pun muslim yang selalu bermaksiat dan tak pernah ta’at kepada Allah. Barangsiapa yang ketaatannya lebih tinggi dibanding kemaksiatannya, ia sudah dikatakan orang yang adil. Bila keadaan seperti itu dikatakan adil, maka perlakuan adil saudaramu untuk memenuhi hak dirimu itu lebih utama. Sebagaimana engkau diwajibkan mengekang lisan dari membicarakan keburukan-keburukan saudaramu, engkau juga wajib mengekang hatimu. Yaitu dengan meninggalkan sikap su’uzhan (buruk sangka).”

Buruk sangka adalah ghibah hati, dan itu dilarang. Batasnya adalah sedapat mungkin engkau tidak cenderung menjadikan pekerjaan saudaramu pada bentuk perilaku yang cenderung pada kerusakan, selama masih mungkin engkau menjadikannya sebagai pekerjaan yang baik. Bila engkau telah menyingkap keburukan saudaramu dengan keyakinan dan penglihatan yang jelas, maka sedapat mungkin engkau jadikan apa yang kau saksikan itu sebagai satu bentuk pekerjaan yang dilakukan lantaran lupa atau kelalaian saudaramu.

Tafarrus (berfirasat) adalah prasangka yang dilandasi oleh suatu indikasi yang pasti dan tak dapat delakkan. Bila segala sesuatu yang dilandasi oleh keyakinan burukmu terhadap saudaramu saat ia melakukan pekerjaan yang memiliki dua kemungkinan (baik atau buruk), lalu engkau lebih cenderung pada keyakinanmu yang buruk itu dengan menurunkannya pada bentuk yang lebih hina tanpa ada indikasi khusus tentang hal itu, maka yang demikian itu berarti engkau melakukan jarimah (kejahatan) lewat bathin. Itu haram dilakukan dalam hak sesama mu’min.

Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas orang mu’min dan orang mu’min lainnya; darahnya, hartanya, kehormatannya, dan berburuk sangka kepadanya.” (HR. Al-Hakim).

Dalam sabdanya yang lain, “Jauhilah olehmu sikap buruk sangka karena buruk sangka itu perkataan yang palig dusta.” (Muttafaq ‘alaih).

Sikap su’uzhan itu pasti menuntut sikap tajassus, mencari-cari kesalahan orang. Tajassus itu dilarang dalam Islam. Sabda Rasulullah saw: “Janganlah kalian bertajassus (mengintip-intip kesalahan orang), jangan bertajassus (mencari-cari kesalahan orang), jangan saling memutuskan (persaudaraan), jangan saling membelakangi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Muttafaq ‘alaih).

Sekalipun keburukan seorang muslim, engkau harus tetap memperhatikan dan mendo’akan kepada saudaramu yang melakukan kesalahan itu akan membuat syaithan marah dan bahkan menjadikannya lari darimu. Syaithan tak akan menghembuskan bisikan su’uzhan lagi padamu karena takut hal itu justru akan membuat sibuk dengan do’a dan perhatian baikmu. Sekalipun kau mengetahui kesalahan seorang muslim dengan alasan, nasihatilah ia secara rahasia, tidak di hadapan orang lain.

Jangan engkau tertipu oleh syaithan yang menyerumu untuk berlaku ghibah atas kesalahannya. Bila engkau nasihati dia, jangan anda menasiatinya dalam kondisi anda senang lantaran dapat mengetahui kekuarangan saudaramu sehingga menjadikan saudaramu sangat terkagum-kagum, dan engkau memandangnya dengan pendangan menghina. Jadikanlah tujuanmu dalam memberi nasihat itu untuk membersihkannya dari kesalahan dibarengi perasaan sedih.
~o0o~

Fiqh ikhtilat

kiat menyiasati pergaulan
Bersyukurlah mereka yang saat ini berada dalam komunitas Islami sekecil apapun baik dalam bentuk keluarga, komplek perumahan, kampus, sekolah, maupun lingkungan kerja. Kalau toh itu belum ditemukan bersyukurlah seandainya kita diberi hidayah oleh Allah untuk senantiasa berada di lingkungan yang islami.

Pada kenyataannya, ikhtilat, campur baur pria dan wanita yang bukan mahram, telah sedemikian menggejala dimana-mana, dikota maupun di desa. Dalam lingkara kemaksiatan, berduyun-duyun para wanita keluar untuk bekerja, bersaing dengan laki-laki, meniti karir tanpa memperhatikan hijab.

Akibatnya jelas makin merebaknya kemaksiatan yang semakin komplek, kejahatan dan pelecehan seksual, pemerkosaan, perampokan, bahkan sampai pembunuhan.
Sebab-sebab ikhtilat

Timbulnya ikhtilat terjadi secara kebetulan tetapi ia telah merupakan sebuah sistem yang ‘rapi’ hasil rekayasa kekuatan kuffar dalam menjerumuskan umat Islam ke dalam millah mereka, Yahudi dan Nasrani (QS. Al Baqarah: 120, 217).

Kondisi dilematis namun tersistematis ini merupakan kondisi yang tidak sehat karena keluar dari nilai-nilai Islam dan menjauhkan umat Islam dari dinnya.

Secara riil kondisi ini terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor:




  1. Adanya sistem kapitalis dan budaya barat yang telah merasuk ke dalam masyarakat muslim secara halus dan terselubung, sehingga mereka tak sadar bahwa dirinya telah berada dalam sisitem kuffar dan jahiliyah, yaitu terjerumus dalam pergaulan bebas.

  2. Warisan penjajah di dunia Islam dengan menumbuhsuburkan budaya mereka yang tidak Islami. Namun masyarakat muslim telah menganggapnya sebagai bagian dari kebudayaannya. Ini karena keterbelakangan umat Islam akibat penjajahan dengan menerima apa saja yang mereka dapatkan dari penjajah. Sa’an wa atha’an.

  3. Adanya gerakan-gerakan feminisme dari barat yang hendak (dan telah) memisahkan wanita-wanita Islam dari tabi’at dan fitrah kewanitaan dan kemuslimannya. Sehingga tercabutlah jati diri muslim karena mereka berkiblat bukan lagi kepada uswah hasanah Rasulullah dan para sahabat serta sahabiyah. Mereka lebih rela untuk mengidentikkan diri kepada tokoh-tokoh barat. Ini dapat dilihat dari model pakaian, potongan rambut yang sama sekali jauh dari nilai-nilai Islam.

  4. Adanya ghazwul fikri yang terus menerus dan bertubi-tubi menyerang umat Islam dari berbgai penjuru untuk mengeluarkan umat Islam dari segalanya, memasukkan umat Islam ke dalam millah mereka serta menghambat penyebaran Islam. Bahkan mereka berusaha menghancurkan Islam dari dalam dengan memanfaatkan intelektual muslim yang mereka perdaya untuk kepentingan mereka.

  5. Tidak diberlakukannya Islam secara utuh dan menyeluruh. Islam hanya diambil sebagian dan ditinggalkan bagian yang lain. Hilang ruh keislaman dalam ibadah dan hanya aspek ritus tanpa mampu mewarnai ritme kehidupan. Akhirnya umat jatuh pada kehinaan di dunia dan terancam siksa Allah yang pedih di akhirat.

  6. Sisitem pendidikan yang tidak Islami. Sistem pendidikan sebagai wadah strategis kepribadian tidak lagi berpijak pada manhaj Allah dan Rasul-Nya. Bangga mengadopsi sisitem barat yang sekuler. Hasilnya adalah manusia muslim berkepribadian terpecah. Imbasnya kepada masyarakat sangat luas karena posisi mereka yang startegis.


Akibat ikhtilat
Melunturkan ruh keislaman dan kepribadian.
Ditandai dengan merebaknya kemasiatan, dan semakin jauhnya nilai-nilai aqidah, akhlaq, ibadah, muamalah, dakwah dan tazkiyatun nafs dari umat Islam. Yaitu ketika Islam tidak lagi diterapkan dalam kehidupan.
Hilangnya jati diri yang hakiki.
Masyarakat hanya suka meniru, baik peniruan dengan sejenisnya maupun pengaburan jatidiri laki-laki dengan perempuan dan sebaliknya. Akhirnya umat semakin jauh dari nilai syari’at serta mendekatkan pada adzab.
Hilang rasa malu
Bila rasa malu makin kuat, maka meningkat pula rasa egois, makin meningkat pula suhu syhawat sehingga tidak merasa bersalah ketika berbuat dosa. Rasul saw mengancam, “Jika kamu tidak malu, berbuatlah sekehedakmu!”

Ikhtilat dan pergaulan bebas telah semakin menggejala di sekitar kita, di rumah, di sekolah, di pasar, di masjid, bahkan di tempat-tempat atau acara-acara yang seharusnya Islami. Kenyataan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja tetapi harus ditanggulangi secara integral baik secara internal (dakhiliyah) maupun external (kharijiyah). Orang cerdas adalah orang berupaya merubah keadaan bukan menyerah pada keadaan.


Solusi Internal

Solusi internal adalah jalan keluar yang ditempuh kaum muslimin dan muslimah itu sendiri berkaitan dengan sikap diri dan kepribadiannya. Yakni meningkatkan pemahaman dan imunitas keimanan.


Jaga niat
Tumbuhkan selalu niat yang baik dalam setiap bergaul. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya diterimanya amal-amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari Muslim). Niat yang baik harus didukung oleh kinerja yang baik pula. Jaga selalu keikhlasan dan kebersihan hati agar tidak terimbas oleh arus pergaulan yang penuh dengan godaan syahwat syaithani.
Batasi aktifitas yang tidak penting
Kurangi jam terbang atau jam keluar rumah bila tidak perlu. Kalau harus berpergian hindarkan keramaian dan pusat-pusat keramaian. Hindarkan jam-jam sibuk dimana potensi ikhtilat paling besar terjadi. Seperti saat-saat banyak orang berbelanja bersama-sama. Maka usahakan mencari waktu-waktu sepi. Menghindari jam-jam sibuk berarti waktunya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan potensi diri.
Jaga perkataan dan gaya bicara
Bila berkata-kata bagi para muslimah, katakan dengan jelas, tegas dan hikmah serta tidak mengandung kalimat yang mendayu-dayu. Gunakanlah pendekatan simpatik dan hikmah dalam bermasyarakat & tetap dalam batas syari’at.
Biasakan tunduk pandang
Tunduk pandang bukan berarti selalu menundukkan secara berlebihan, tetapi proporsionallah untuk menutup peluang fitnah yang lain. Menundukkan padangan akan mampu menyeburkan kenikmatan iman.

Bina suasana hati dengan dzikir
Dzikrullah akan menentramkan jiwa dan menghindarkan bisikan-bisikan halus syetan serta makin mendekatkan pada hidayah dan pertolongan Allah.
Yakini bahwa ikhtilat adalah maksiat
Maka berhati-hatilah agar tidak terjerumus dan terhindar darinya. Teladanilah sikap Nabi Musa as. Yang menjaga diri dengan dua putri Nabi Syu’aib`alahissalam.
Tidak berikhtilat kecuali sangat darurat
Upayakan agar jangan sampai terjadi ikhtilat dengan segala upaya dan pemilihan jalan, tempat, yang paling aman. Bila sudah maksimal ternyata tidak bisa, minimal adalah memperkecil madharat ikhtilat yang mungkin timbul.
Tutup aurat sesuai syari’at
Kenakan jilbab yang menutup seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Seluruh bagian tubuh wanita adalah aurat. Sesuai fitnah dan ketentuan syari’at aurat harus ditutup untuk menjauhi pintu kemaksiatan. Bahkan Imam syafi’i memfatwakan agar wanita muslimah menutup wajahnya dengan cadar.
Terapkan budaya malu
Malu adalah ciri kesempurnaan iman dan taqwa seorang mukmin. Rasulullah saw bersabda, “jika engkau tidak malu berbuatlah sekehendakmu(HR. Bukhari dari Abi Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al Badri RA). Menempatkan rasa malu harus pas, dan jangan berlebih-lebihan seperti yang sering terjadi bila terhadap sesama aktivitas dakwah malu-malu, sedangkan dengan tukang sayur ‘fair’. Sifat ini tidak tepat, tetapi harus diluruskan sesuai dengan syari’at.
Solusi eksternal

Selain antisipasi preventif dari internal, Islam juga menghariskan tetapi aplikatif. Secara sistematis dengan mengkondisikan pribadi, keluarga, masyarakat dan siste yang mengatur berdasar nilai-nilai Islam secara integral dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Yaitu membumikan Islam dalam seluruh aspek dari hal-hal yang paling sederhana. Menurut AA Gym, mulailah dari diri sendiri, mulailah yang yang terkecil, dan mulailah dari sekarang.

Dalam mengantisipasi terjadinya ikhtilat atau pencempuradukan laki-laki perempuan di masyarakat, Islam sebelumnya telah menegaskan pentingnya ummat Islam membentuk sebuah tatanan, sistem dan shaff nan rapi. Adapun langkah pembentukan masyarakat Islami adalah dengan:
Pendidikan Islam sedini mungkin.
Tarbiyah Islamiyah dilaksanakan sejak manusia masih bayi, atau dalam kandungan. Menurut DR Abdullah Nashih`Ulwan tarbiyatul Aulad dilakukan sejak dalam masa memilih calon Ayah dan ibu bagi anaknya kelak. Yaitu dengan prosesi Islami, tanpa melalui model jahiliyah seperti pacaran dan sejenisnya).

Tanamkan nilai-nilai akhlaqiyah dan etika pergaulan Islami sejak dini. Islam memberikan konsep aplikatif dalam surat An Nuur, selain di ayat-ayat lain dalam Al Qur’an. Pendidikan Islam bukan sebatas formalitas tetapi mencakup penanaman rahul Islam kepada anak didik, sehingga mengkristal dalam jiwa dan terefleksi dalam amal.


Pengkondisian lingkungan.
Kondisikan diri, keluarga, lingkungan dan masyarakat dengan Islam. Hiasi diri dengan dzikir dan akhlaq Islami, hiasi rumah dengan shalat sunnah dan tilawah Qur’an, hiasi masyarakat dengan moral dan budaya Islam. Lingngan mesti dibentuk dan dikelola secara profesional sehingga tercipta komunitas tarbiyah yang konduktif.
Budayakan malu di masyarakat.
Kita harus membudayakan malu di dalam masyarakat islam, baik secara fardi maupun jama’i. Rasa malu adalah ciri jati diri dan kepribadian manusia yang berakal, yang hidup mengikuti aturan dan tatanan yang baik bersumber dari Alllah dan Rasul-Nya.

Manusia berbeda dengan binatang yang hanya makan, minum, tidur dan memuaskan nafsu syahwatnya, menuruti dorongan egonya sehingga terjerumus dalam lumpur dosa dan kemaksiatan. Apabila manusia menuruti hawa nafsunya, pada hakikatnya ia seperti an’am bahkan lebih sesat lagi.

Pembudayaan malu dalam islam diaplikasikan sejak dini dengan pemisahan tempat tidur anak laki-laki dengan anak perempuan, sebagai tarbiyah dan preventif terhadap ikhtilat. Juga budaya minta izin untuk memasuki kamar orang tua pada tiga “waktu” aurat, yaitu saat siang ketika panas, saat siang ketika panas, saat malam menjelang tidur dan menjelang fajar.
Tidak bersikap eksklusif dan menutup diri
Orang sukses adalah orang yang aktif menampilkan kebaikan. Karena umat menunggu peran kita memberikan tashowwur Islami yang benar dan jelas. Betapa banyak kaum perempuan yang tidak sabar bahaya ikhtilat karena minimnya pengetahuan mereka, sementara transfer budaya lewat media begitu deras. Bagaimana mereka tahu kalau yang mereka jalani adalah “ikhtilat” bila para “muslimah da’iyah” nya tidak pernah menyentuh kalangan ibu-ibu.

Jika mereka hanya berkutat dengan yang sudah satu fikrah dan terkondisi, alangkah sayangnya obyek da’wah lain yang lebih luas. Saudaraku, mereka sungguh menunggumu…Maka segeralah berbenah.



Memasyarakatkan hijab dan menghijabi masyarakat.
Jilbab pelu terus digulirkan agar masyarakat tenang dan tentram. Menghijabi masyarakat berarti menutup peluang perzinahan dan kejahatan lain yang makin beragam. Karena kejahatan merebak bila kesempatan untuk jahat pun terbuka lebar. Pemasyarakatan hijab, secara ruhiyah dengan tazkiyatun nafs. Bila masyarakat kuat dan bersih maka makin meningkatkan produktivitas kerja, terkonsentrasi dalam ibadah, kerja dan da’wah ilallah.
Menerapkan tradisi Islami.
Cara membentuk kepribadian masyarakat adalah dengan mentradisikan Islam dalam kehidupan yang telah dicontohkan para salafus shalih. Masyarakat kita ‘lebih dekat’ dengan tradisi dari luar Islam sehingga tidak memiliki kebanggaan terhadap Islam. Mereka minder sebagai muslim atau inferioirty complex (inhizamu ad-dakhily). Tradisi salafus shalih yang kini banyak ditinggalkan adalah kepatuhan mereka untuk menerima Islam tanpa reserve. Sementara masyarakat kita “terlalu pintar” menwar syari’at, bahkan ada yang menawarkan ‘dekontruksi syari’at’. Padahal Islam telah jelas dan gamblang, tinggal prakteknya.

Misalnya ketika turun ayat tentang hijab, serentak para shahabiyah menyobek kain-kain mereka untuk menutupi rambut dan dada mereka. Juga kepatuhan para shahabat untuk menghancurkan “gentong-gentong khamr” mereka, tatkala turun ayat larangan minum khamr.


Mencabut akar kejahiliyahan.
Kemaksiatan adalah sumber malapetaka, yang tidak dapat ditolelir lagi, tetapi harus segera dimusnahkan dari akar-akarnya agar tercipta ketentraman. Caranya dengan da’wah Islam yang terpadu dan terkoordinasi.
Yüklə 153,6 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin